Anda di halaman 1dari 18

I.

PENDAHULUAN
Sebagai pemuda mandiri, setelah lulus Sekolah Menengah Umum, Wira tidak malu masih tergantung pada orang tua dan orang lain. Dia memutuskan untuk menunda pendidikan yang lebih tinggi dan menjadi seorang pengusaha. Keinginan dia didasari pada pendapatnya bahwa uang dan modal bukanlah merupakan kunci sukses utama seseorang, melainkan kreativitas, keuletan, dan kemampuan menangkap peluang usaha. Wira mulai mempersiapkan diri dengan membaca buku, majalah, dan artikel yang menyangkut dunia usaha. Temyata dia memperoleh pelajaran baru bahwa semangat dan keyakinannya saja tidak menjamin keberhasilan seseorang. Sukses dan keberhasilan di dunia usaha selalu didahului oleh perencanaan dan perhitungan yang matang. Wawasan dia bertambah bahwa perencanaan dan perhitungan diperlukan karena tidak semua peluang usaha akan memberikan keuntungan, dan disadari pula bahwa keuntungan akan selalu dibatasi oleh faktor produksi (uang, bahan baku, mesin dan peralatan, keterampilan dan kemampuan untuk mengelola ) dan kondisi pasar di lingkungan masyarakat. Berdasarkan apa yang telah dibacanya, Wira mulai memilih beberapa altematif usaha yang diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang optimal dengan melakukan perencanaan dan perhitungan terlebih dahulu terhadap faktor produksi yang dikuasainya serta kondisi pasar dengan matang. Proses perencanaan dan perhitungan yang dilakukan Wira terhadap faktor-faktor yang akan membatasi perolehan keuntungan, perkiraan laba rugi usaha dan perkiraan arus kas beserta analisanya secara tertulis disebut sebagai menghitung kelayakan usaha. Selanjutnya data yang diperoleh, proses perencanaan usaha dan perhitungan yang dilakukan dan disusun menurut aturan tertentu disebut sebagai kegiatan menyusun kelayakan usaha. Secara umum laporan kelayakan usaha harus memuat hal-hal sebagai berikut: A. Latar Belakang B. Gambaran Umum C. Prospek Pemasaran D. Aspek Teknis E. Manajemen Operasional F. Manfaat Ekonomis dan Prospek Finansial G. Kesimpulan

II. KAJIAN YANG DIPERLUKAN


Kelayakan usaha dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu rencana dan investasi usaha dapat dilanjutkan atau harus dihentikan. Selain untuk pihak yang akan melakukan kegiatan usaha, kelayakan usaha ini digunakan oleh pihak penyandang dana atau Bank untuk menilai apakah usaha yang akan didirikan layak untuk dibiayai atau tidak. Kelayakan yang baik memerlukan beberapa kajian tentang aspek usaha seperti aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, dan lain-lain.

Aspek Pasar Pada dasarnya setiap usaha adalah menjual jasa dan atau barang yang dihasilkan untuk digunakan atau dibeli oleh masyarakat (pasar) tergantung dari kebutuhan masyarakat dan persediaan barang yang dibutuhkan. Sebelum menentukan usaha apa yang akan dilaksanakan, perlu diidentifikasi terlebih dahulu apa kebutuhan masyarakat yang harus kita penuhi.

1. Produk Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, Wira merencanakan akan melakukan pengamatan terhadap perumahan disekitar tempat tinggalnya. Dimulai dengan kompleks perumahan sederhana (tempat tinggalnya), setiap hari Wira mencatat apa yang dilihat dan dijumpainya. Disamping perumahan sederhana, juga dilakukan pengamatan ke lingkungan perumahan semi real estate dan real estate yang ada di sekitar radius 10 KM dari tempat tinggalnya. Data yang berhasil dikumpulkan oleh Wira adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Perumahan sederhana Jumlah Rumah Jumlah Kepala keluarga KK Tanpa anak KK dengan anak sekolah Suami istri kerja Sambungan telepon Waktu pulang kerja 16.00 18.00 18.00 20.00 20.00 Jumlah kendaraan roda 4 Jumlah kndaraan roda 2 Perkiraan pendapatan Jumlah toko Barang kebutuhan pokok Barang elektronik Bahan bangunan Kue dan roti Bengkel dan cuci mobil Bengkel sepeda motor 900 851 20 812 629 600 394 311 146 126 304 2.000.000 8 1 5 2 1 Semi Real Estate 600 530 6 515 492 524 90 326 114 500 97 5.000.000 1 1 Real Estate 400 386 263 300 386 23 168 195 386 21 10.000.000 -

Dari basil pengamatannya, Wira sudah mendapat bayangan tentang kemungkinan bidang usaha atau peluang usaha yang tersedia di lingkungan tempat tinggalnya, antara lain: Bengkel dan Cuci Mobil, Toko Onderdil, Agen LPG, Bengkel Las, Suplier Kebutuhan pokok, Toko Eceran, Warung Sayur, dan sebagainya. Setelah mempelajari semua peluang usaha yang ada, Wira merasa bahwa yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya saat ini adalah usaha dibidang kebutuhan pokok.

2. Permintaan dan Penawaran

Tanpa adanya permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, maka usaha yang dijalankan tidak mempunyai nilai atau manfaat ekonomis. Wira menyadari bahwa kegiatan usaha selalu didasari oleh adanya kebutuhan akan barang dan jasa dari pasar. Oleh karena itu, dari data yang dikumpulkan, Wira melakukan perhitungan-perhitungan untuk mengetahui berapa besar kebutuhan pokok sehari-hari yang diperlukan oleh penghuni perumahan di sekitar tempat tinggalnya. Tabel 2 No Jenis Data 1. Jumlah kepala keluarga 2. Perkiraan pendapatan 3. Biaya hidup 80% dari (no 1) 4. Biaya hidup utama 60% dari (no 3) 5. Belanja dilingkungan sendiri 40% dari (no 4) 6. Belanja kebutuha pokok 60% dari (no 5) 7. Potensi permintaan kebutuhan pokok (1x6) Perumahan Semi real Real estate sederhana estate 851 530 386 2.000.000 5.000.000 10.000.000 1.600.000 4.000.000 8.000.000 960.000 2.400.000 4.800.000 384.000 230.400 196.070.400 960.000 576.000 1.920.000 1.152.000

305.280.000 444.672.000

Biaya hidup adalah pengeluaran untuk menunjang kehidupan keluarga, misalnya makanan, pakaian, perumahan, sekolah, kesehatan. komunikasi, hiburan, dan lain-lain. Biaya hidup utama adalah pengeluaran untuk beras, lauk pauk, sayuran, dan kebutuhan pokok lainnya. Biaya di lingkungan sendiri adalah pengeluaran yang dilakukan di sekitar tempat tinggal dan tidak memerlukan waktu lama. Biaya ini dikeluarkan untuk tukang sayur keliling, warung, toko kebutuhan pokok sekitar tempat tinggal. Belanja kebutuhan pokok adalah pengeluaran yang dilakukan untuk belanja ke toko-toko kebutuhan pokok di sekitar tempat tinggal. Secara keseluruhan

potensi permintaan belanja di toko kebutuhan pokok per bulan untuk perumahan di sekitar radius 10 KIn dari tempat tinggal Wira adalah: Rp.196.070.400+Rp.305.280.000+Rp.444.672.000 = Rp.946.022.400/bulan atau sekitar Rp.31.534.080 per hari. Dari segi penawaran, Wira mengamati toko-toko penyedia kebutuhan pokok yang ada disekitar radius 10 Km, 8 buah di perumahan sederhana dan sebuah di kawasan semi real estate. Pengamatan terhadap toko-toko tersebut dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar nilai dagangan dan kemampuan jual serta karakter pembeli di keempat toko tersebut. Gambaran umum yang diperoleh adalah omzet rata-rata per toko di perumahan sederhana sebesar Rp.l.500.000 per hari. Kawasan semi real estate sebesar Rp.2.000.000 per hari. Kesimpulannya f: ornzet rata-rata toko kebutuhan pokok di lingkungan radius 10 KIn ( 9 toko ) adalah Rp.14.000.000 per hari atau sebesar Rp.570.000.000 per bulan. Dari perhitungan yang dilakukan, Wira memperoleh kesimpulan bahwa masih terdapat peluang untuk masuk dalam usaha pengadaan kebutuhan bahan pokok sebagai berikut: Potensi permintaan Potensi penawaran Peluang pasar Rp.946.022.400.Rp.420.000.000,Rp.526.022.400,-

Wira beranggapan bahwa potensi pemenuhan kebutuhan pokok yang ada selama ini diperoleh dari luar kawasan, seperti Makro, Goro, atau Hero. Dan potensi ini masih bisa ditarik ke dalam kawasan usaha Wira bila tokonya masih dalam jangkauan konsumen atau pemasaran dilakukan dengan proaktif ( barang di antar ke rumah ).

3. Persaingan Menyadari bahwa usaha yang akan dimasukinya sudah ada 9 toko yang menjalaninya, Wira menperhitungkan bahwa persaingan yang dihadapi cukup berat. Oleh karena itu, Wira melakukan pengamatan lebih jauh dan terperinci terhadap ke sembilan toko tersebut, untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: a) Apakah dalam waktu dekat akan memperluas usahanya, kalau ya di mana lokasinya? b) Tingkat harga jual barang dagangan dan perkiraan margin yang diambil. c) Bagaimana cara melayani konsumen. d) Pelayanan tambahan apa yang diberikan oleh toko ( misalnya fasilitas antar barang, diskon, dll. ) e) Siapa pemasoknya dan bagaimana caranya. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: a) Dalam waktu dekat belum ada rencana usaha baru yang sernpa. b) Harga jual barang lebih mahal dari harga super market, marjin yang diambil rata-rata 20 persen. c) Konsumen dilayani pelayan toko. d) Tidak ada fasilitas antar barang e) Pemasok mendatangi toko. Dari basil pengamatan di atas, Wira menyimpulkan bahwa peluang pasar yang hendak diambilnya tidak diganggu oleh pesaing baru. Wira merencanakan memperpendek rantai distribusi untuk berhubungan langsung dengan agen atau distriubtor. Dengan pasokan langsung dari distributor, Wira yakin mampu memberikan harga yang lebih murah dari pesaingnya. Dengan sistim swalayan dimana konsumen melayani dirinya sendiri diharapkan dapat menekan biaya operasi, sehingga harga dapat lebih murah dari pesaingnya bahkan dari supermarket. Melalui fasilitas antar barang, Wira berharap selain mendapat konsumen baru juga dapat menarik konsumen pesaing.

4. Rencana Pemasaran Sebelum toko dibuka, hal-hal yang harus dilakukan Wira berdasarkan informasi yang diperoleh adalah minimal sudah dapat menentukan: a) Lokasi usaha b) Produk yang akan dijual c) Harga jual barang d) Rencana promosi Aspek Teknis

1. Lokasi . Setelah menghitung potensi pasar yang ada, Wira harus menentukan lokasi dimana usahanya akan dibuka. Untuk itu dilakukan analisa terhadap lokasi berdasarkan faktor-faktor yang mendukung usaha, seperti jalur jalan, kemudahan pasokan barang, kemudahan akses ke pasar, dan sebagainya.

2. Tanah dan Bangunan . Selanjutnya terhadap lokasi yang telah ditetapkan masih harus diputuskan apakah tanahnya akan dibeli atau disewa. Sebagai pengusaha pemula di bidang perdagangan, pada tahap awal sebaiknya menyewa tempat usaha.

3. Mesin dan Peralatan Kebutuhan akan mesin dan peralatan berbeda-beda menurut jenis usahanya. Di bidang usaha produksi, mesin dan peralatan merupakan keharusan, sedangkan untuk bidang perdagangan hanya diperlukan mesin pendukung yaitu mesin hitung dan lebih diutamakan ruang pamer dan perlengkapannya.

4. Bahan Baku dan bahan pembantu Untuk usaha perdagangan, barang dagangan merupakan bahan bakunya. Guna keperluan tersebut Wira telah melakukan pendekatan terhadap pemasok bahan baku, ketersediaan pasokan, sarana transportasi, sistem pembelian, dan sebagainya. 5. Proses Produksi Proses produksi untuk usaha industri berbeda dengan usaha perdagangan. Di bidang industri proses produksi berhubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sementara di bidang perdagangan tidak ada proses pengolahan. Secara umum proses melayani pembeli mulai dari promosi, menawarkan barang, transaksi, penyerahan barang dapat dikategorikan sebagai proses produksi di bidang perdagangan. Sebagai pengusaha tentunya Wira harus mengerti bagaimana proses produksi berlangsung, dan proses itu perlu digambarkan dengan jelas, dipahami dan dilaksanakan oleh pegawai maupun pihak lain yang terkait. Dari peluang pasar dan kriteria teknis yang menjadi pertimbangan usaha tersebut, kemudian Wira melakukan sejumlah keputusan dan perhitungan sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g) Lokasi Usaha Status Luas Tempat Usaha Luas Ruang Pamer : Luas Gudang Nilai Sewa Biaya Renovasi : Jl. Raya Bogor, Cimanggis Depok : Sewa : 300 M2 : 100 M2 " : 60 M2 : Rp.2.000.000/ bulan : Rp.5.000.000

Selanjutnya untuk kegiatan operasional diperlukan sejumlah perlengkapan dan alat transportasi yang terdiri dari: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) Papan nama dan perizinan Meja, kursi kasir Meja, kursi pimpinan Meja, kursi administrasi Etalase Rak besi Lemari pendingin Filling Cabinet Cash Register Kalkulator Kotak Kas Komputer Telepon/Fax Sepeda motor 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 4 unit 20 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit

Renovasi gedung/toko dilakukan agar didapatkan suasana toko yang lebih nyaman dan membuat betah calon konsumen. Untuk tertib administrasi dan proses pelayanan, Wira menggunakan jasa orang untuk membuat sistem pembukuan, sistem database inventori, dan sistem pelayanan. Untuk itu diperlukan biaya pengembangan sistem komputer. Dalam hal pengisian barang dagangan, wira telah melakukan negosiasi dengan beberapa agen dan distributor untuk memperpendek rantai distribusi. Pembayaran pasokan barang tergantung pada jenis dan karakteristik barang, bisa dilakukan tunai, kredit, atau konsinyasi.

Ill. RENCANA PENGELOLAAN USAHA


Berdasarkan omzet yang hendak dicapai dan sistem pelayanan yang menyerupai mini market, Wira merencanakan merekrut 4 orang karyawan selain dirinya dengan pembagian tugas sebagai berikut: 1. Seorang pimpinan toko sebagai pengelola usaha 2. Seorang kasir yang bertanggung jawab terhadap pembukuan dan proses administrasi. 3. Seorang pramuniaga murni untuk melayani kebutuhan calon pembeli. 4. 4. Dua orang pramuniga yang merangkap petugas antar barang. A. Perkiraan Kebutuhan Modal Investasi Berdasarkan kebutuhan operasional usaha dan perlengkapan yang dibutuhkan dapat dihitung perkiraan biaya investasi sebagai berikut: Tabel 3 Harga/uni Jumlah Harga (Rp) t (Rp) Unit 5.000.000 1 5.000.000 500.000 1 500.000 900.000 1 900.000 400.000 1 400.000 200.000 1 200.000 500.000 4 2.000.000 200.000 20 4.000.000 3.000.000 1 3.000.000 800.000 1 800.000 4.000.000 1 4.000.000 50.000 200.000 4.000.000 300.000 2 1 1 1 100.000 200.000 4.000.000 300.000

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14

Jenis biaya Renovasi gedung Papan nama, perijinan Meja, kursi kasir Meja, kursi pimpinan Meja, kursi administrasi Etalase Rak besi Lemari pendingin Filling cabinet Cash register Kalkulator Kotak kas Komputer Telp/fax

Penyusuta n

10

15 Sepeda motor . Jumlah

8.000.000

16.000.000 41.400.000

--~ Peralatan tersebut di atas diperkirakan mempunyai umur ekonomis 4 tahun.

B. Perkiraan Biaya Operasi dan Modal Kerja Biaya operasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan toko setiap bulannya dengan rincian sebagai berikut: Dengan asumsi: a) Potensi Pasar per bulan b) Target Omzet (80% x a) c) Target Omzet perhari (b:30) d) Pengadaan barang e) Hari kerja perbulan f) Rata-rata perputaran barang (e:d) g) Harga pokok pembelian (90% x c) Rp.526.022.400 ..(a) Rp.420.817.920 ..(b) Rp.14.027.264 (c) 4 kali setiap bulan ..(d) 30hari (e) 7,5 hari . (f) Rp.12.624.537 (g)

h) Modal kerja barang dagangan (g x f) Rp.94.864.032 Perkiraan Biaya Operasi Tabel 4 Item Pembelian barang dagangan Kemasan Sewa gedung Rp. 6 jt/ tahun Gaji pegawai (5 orang) Air, listrik, dan telepon Alat tulis kantor Pemeliharaan gedung Biaya operasional kendaraan Biaya pemeliharaan kendaraan Total Harga/unit 12.625.000 10.000 Unit 30 hari 30 hari Jumlah/bulan 378.750.000 300.000 500.000 2.000.000 500.000 100.000 200.000 140.000 100.000 382.590.000

11

Perkiraan Modal Kerja Modal kerja adalah sejumlah dana tunai atau barang dagangan awal yang harus ada sebelum toko mulai beroperasi. Dalam hal ini keperluan dana tetsebut akan dipergunakan untuk membeli barang dagangan, kemasan, gaji pegawai, sewa tempat dan cadangan uang tunai. Kebutuhan modal kerja untuk barang dagangan dihitung dengan perkiraan berapa lama barang tertahan di toko sejak mulai pembelian sampai barang tersebut terjual dan memperoleh pendapatan tunai. Dalam kasus ini barang akan terjual dalam jangka waktu 7,5 hari. Karena usaha perdagangan pada umumnya menciptakan pendapatan tunai dalam setiap transaksi yang terjadi, maka pembelian barang berikutnya dibiayai.dari basil penjualan, demikian seterusnya. Dengan demikian modal kerja untuk barang dagangan adalah 7,5 x Rp.12.625.000,- = Rp.94.687.500,Karena sewa gedung harus dibayar untuk 1 tahun dimuka, maka dana tunai awal yang diperlukan adalah Rp.6.000.000,-. Untuk gaji pegawai diperkirakan dari pendapatan tunai harian ditambah dana tunai untuk 5 hari kerja sudah cukup untuk memenuhi pembayaran gaji pegawai bulan pertama. Untuk bulan selanjutnya dana untuk gaji pegawai dapat dipenuhi dari pendapatan penjualan. Modal kerja untuk gaji pegawai adalah 5/30 x Rp.2.000.000,- = Rp.335.000,- (dibulatkan). Dana cadangan dipersiapkan untuk pembiayaan keperluan yang mendadak diluar yang telah direncanakan, biasanya 15% dari modal kerja untuk barang dagangan. Kebutuhan modal kerja untuk memulai usaha perdagangan adalah sebagai berikut: Tabel 5 Uraian Dana Tertahan Modal Kerja (Rp.)

12

Barang dagangan Kemasan Sewa gedung Gaji pegawai Cadangan Total modal kerja

7,5 hari 7,5 hari 12 bulan 5 hari

94.687.500 75.000 6.000.000 335.000 14.200.000 115.297.500

Pembiayaan Investasi dan Modal Kerja Perhitungan yang dilakukan Wira memberikan gambaran kebutuhan dana sebagai berikut: Tabel 6 Biaya investasi Modal kerja Total kebutuhan dana Modal sendiri (modal disetor) Pinjaman/kredit 41.400.000 115.297.500 156.697.500 50.000.000 106.697.500

Karena modal yang dimiliki Wira tidak mencukupi untuk membuka usaha, maka dia harus mencari dana dari luar atau mengajukan kredit modal kerja ke Bank dengan bunga 21 % per tahun. A. Perhitungan Laba Rugi. Setelah mendapatkan jumlah dana yang diperlukan untuk investasi dan modal kerja. Wira kemudian melakukan perhitungan apakah usaha yang akan dilakukannya dapat memberikan keuntungan atau kerugian. Proyeksi Laba-rugi dibuat untuk jangka waktu 4 tahun sesuai dengan masa pengembalian kredit dan umur ekonomis dari peralatan dan perlengkapan yang dipakai. Pendapatan dari penjualan diasumsikan meningkat 15 % setiap tahunnya sedangkan sewa gedung meningkat 10 % per tahun. Perkiraan laba-rugi dihitung sebagai berikut (dalam juta rupiah):

13

Tabel 7 Uraian Penjualan (g=15% / tahun) Harga pokok pembelian Biaya penjualan Laba kotor Sewa gedung Biaya listrik dll Pemeliharaan kendaraan Laba operasional Biaya lain-lain Biaya penyusutan Bunga pinjaman Laba bersih sebelum pajak 10,35 24,5 41705 10,35 20.1 492,45 10,35 14,6 579,95 10,35 8 681,25 41,4 68,1 2.170,7 Tahun 1 5.050 4.544,8 40,1 465,1 6 6 1,2 451,9 Tahun 2 5.807,5 5.226,7 44,1 536,7 6,6 6 1,2 522,9 Tahun 3 6.678,6 6.010,7 48,5 619,4 7,3 6 1,2 604,9 Tahun 4 7.680,5 6.912,4 53,3 714,8 8 6 1,2 699,6 Total 25.216,6 22.694,6 186 2336 27,9 24 4,8 2279,3

Perhitungan arus Kas Setelah laba-rugi dihitung, Wira menghitung arus kas yang mungkin terjadi pada usahanya. Proyeksi arus kas ini bagian tak terpisahkan dari proyeksi laba rugi, sebab kadang-kadang usaha merugi, tetapi secara arus kas positif. Bila arus kas negatif, maka harus diupayakan adanya tambahan dana baru baik berupa pinjaman atau modal sendiri, sebab pada dasamya kas tidak boleh negatif. Dengan menghitung arus kas, Wira lebih dapat melihat kondisi keuangan tunai secara lebih nyata Proyeksi Arus Kas (dalam Juta Rupiah )

14

Tabel 8 Uraian Penerimaan kas -Penjualan Pengeluaran kas -Harga pokok pembelian -biaya penjualan -Sewa gedung -Biaya listrik dll -Bunga pinjaman Jumlah operasi dan umum Ivestasi Jumlah pengeluaran kas Surplus / devisit Kas awal Modal disetor Kredit investasi & modal kerja Angsuran kredit Kas akhir Kas netto Akumulasi kas 119,3 -156,7 6 41,4 47,4 -47,4 0 50 106.7 29,2 148,5 428,6 271,9 29,2 177,7 503,1 775 29,2 206,9 591,5 1.366,5 29,2 236,1 692,8 2.059,3 4.621,4 428,6 119,3 5.304,4 503,1 148,5 6.087,1 591,5 177,7 6.987,7 692,8 206,9 6 4.544,8 40,1 6 6 24,5 4.621,4 5.226,7 44,1 6,6 6 20,1 5.304,4 6.010,7 48,5 7,3 6 14,6 6.087,1 6.912,4 53,3 8 6 8 6.987,7 5.050 5.807,5 6.678,6 7.680,5 Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4

15

IV. ANALISA KELAYAKAN USAHA


Sebenarnya banyak cara untuk melihat apakah suatu rencana usaha layak untuk diteruskan atau tidak. Tetapi secara umum kelayakan usaha dilihat pertama kali dari potensi pasarnya. Dari perhitungan yang dilakukan Wira nampak bahwa usaha yang akan dilakukan memiliki prospek pasar dan layak. Setelah aspek pasar, berikutnya adalah aspek teknis dan pengelolaan usaha. Teryata usaha ini secara teknis dapat diusahakan dan dapat dikelola dengan tenaga yang ada. Analisa kelayakan usaha terpenting adalah dilihat dari aspek keuangannya. Ada beberapa ukuran yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menyatakan apakah suatu rencana usaha atau kegiatan investasi layak untuk dijalankan. Untuk suatu usaha dengan umur ekonomis kurang dari lima tahun dapat digunakan undiscount criteria yaitu suatu perhitungan keuangan yang tidak mempermasalahkan nilai sekarang dari suatu pendapatan dimasa mendatang. Ukuran kelayakan yang dipergunakan untuk kriteria tersebut adalah: 1. Marginal Efficiency of Capital ( MEC ) MEC adalah perbandingan perkiraan laba rata-rata terhadap modal awal suatu usaha. Bila MEC yang dihitung lebih besar dari 1 ( MEC > 1 ), maka investasi dianggap layak untuk dilanjutkan. Dari proyeksi laba rugi yang dihitung Wira, diperoleh MEC sebagai berikut: MEC = Laba rata-total Modal usaha = 542,8/156,7 = 3,46

16

2. Payback Period Payback period merupakan salah suatu penilaian investasi berdasarkan periode pelunasan biaya investasi oleh kas netto- selisih pendapatan terhadap pengeluaran dikurangi biaya investasi dan modal kerja dari suatu usaha ( periode tercapainya besarnya kas netto sama dengan modal awal usaha ). Dari proyeksi arus kas, kas netto tahun ke 0 hanya menunjukan modal awal usaha atau biaya investasi dan modal kerja karena belum terjadi pendapatan dan pengeluaran, sedangkan akumulasi kas adalah penjumlahan antara biaya investasi dengan kas netto setiap tabunnya. Dari perhitungan akumulasi kas terlihat bahwa pada tahun pertama akumulasi kas telah menunjukan nilai positif yang berarti bahwa biaya investasi dan modal kerja sudah dapat dikembalikan pada tabun tersebut. Perhitungan payback period adalah sebagai berikut: Payback period = 156,7/428,6 x 12 = 4,39 bln artinya biaya investasi dan modal kerja dari usaha yang akan dilakukan Wira sudah dapat dikembalikan pada sebelum bulan ke 5 usahanya berjalan. Dengan perkataan lain, usaha yang akan dijalankan Wira sangat layak untuk dilanjutkan. Selain ukuran kelayakan tersebut di atas, untuk rencana usaha jangka panjang sebaiknya menggunakan discount kriteria yang mempermasalahkan berapa nilai sekarang dari suatu pendapatan yang diterima di masa mendatang (NPV). Pada kasus usaha Wira, umur ekonomis barang investasi adalah 4 tahun sehingga ukuran kelayakan undiscount criteria sudah cukup memadai.

17

Selain itu dari akumulasi arus kas sampai tabun ke 4 diperoleh kas akhir sebesar Rp.236, I juta. Bila tabun ke 5 harus dilakukan investasi ulang dengan kenaikan 15 %, maka biaya investasi dan modal kerja yang harus dikeluarkan adalah sebesar: 115% x Rp.156,7 juta = Rp.180,2 juta dan masih tersisa kas sebesar Rp.236, I - Rp.180,2 = Rp.55,9 juta. Dari perhitungan ini temyata usaha yang dilakukan Wira mampu menyisihkan kas bagi pemiliknya sebesar Rp.55,9 juta selama 4 tabun. Dengan dua ukuran kelayakan tersebut, sudah cukup memberikan gambaran awal terhadap kelayakan usaha yang dilakukan Wira. Selamat berbisnis semoga sukses
Moh. Hamdani Balai Inkubator Teknologi BPPT Email: cak_ham@yahoo.com Telp. 08129536772

18

Anda mungkin juga menyukai