Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami dan menjelaskan peristiwa atau fenomena hubungan internasional yang telah dan sedang terjadi di dunia ini tidak semudah membalikkan telapak tangan saja. Perkara yang mudah bila hanya sekedar bercerita atau hanya memaparkan saja apa yang terjadi. kita bisa saja bercerita panjang lebar tentang suatu konflik yang terjadi pada suatu Negara, namun tidak bisa menjelaskan bagaimana sehingga fenomena tersebut bisa terjadi, untuk siapa dan kepentingan apa dibalik fenomena yang terjadi , dan sebagainya. ini disebabkan karena kita tidak memiliki pisau analisis untuk membedah tuntas masalah yang terjadi. Sebenarnya bukan tidak memiliki, namun belum mengetahui pisau-pisau analisis itu sendiri. alat analisis tersebut dalam HI disebut paradigma. Dalam ilmu hubungan internasional, paradigma menjadi penting karena ini menjadi landasan paling fundamental untuk bisa mengetahui dan menjelaskan fenomena-fenomena, hubungan-hubungan internasional melalui suatu sistem kriteria, standar-standar, prosedurprosedur, dan seleksi fakta permasalahan yang relevan. Tidak sah mahasiswa hubungan internasional disebut mahasiswa HI bila tidak mengetahui bagaimana cara membedah fenomena HI yang telah dan sementara terjadi. Berangkat dari masalah itulah, maka kami, tim penyusun membuat makalah ini. dengan harapan pembaca, khususnya mahasiswa HI bisa mengetahui apa yang dimaksud dengan paradigma, terlebih kami akan membahas tentang paradigma realis dalam hubungan internasional.

B. Rumusan Masalah
1. 2. 3. 4. Secara umum, apa yang dimaksud dengan Paradigma? Siapa saja tokoh yang menganut Paradigma Realis? Bagaimana pendapat masing-masing tokoh tentang Paradigma Realis? Apa saja fenomena-fenomena Realis?

C. Tujuan
1. 2. 3. 4. Mengetahui secara umum tentang Paradigma Mengetahui tokoh-tokoh yang menganut Paradigma Realis Mengetahui pendapat para tokoh tentang Paradigma Realis Mengetahui dan membahas lebih lanjut tentang fenomena-fenomena Realis baik yang telah terjadi,sedang terjadi, dan yang akan terjadi.
1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma Realis
Setiap orang di dunia ini tentunya memiliki suatu pegangan untuk menjadi standar terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya. Standar itulah yang nantinya digunakan oleh manusia untuk menilai fenomena yang ia temui, entah itu bernilai benar atau salah dimata kita, itu semua tergantung paradigma yang kita pakai. Ya, paradigma menjadi sangat penting dalam menilai sesuatu. Bisa saja orang lain menganggap suatu kasus itu benar, namun kita menganggapnya salah. Begitu pula jika terjadi konflik antar dua kubu. Kita memihak pihak yang satu, namun teman kita malah memihak kubu yang lain. Perbedaan persepsi terhadap fenomena yang sama Itu terjadi karena kita memiliki paradigm yang berbeda dalam melihat sesuatu. Jadi paradigma adalah cara kita memandang sesuatu yang nantinya akan menjadi dasar untuk menyeleksi problem-problem dan merupakan pola untuk memecahkan problem-problem yang ada. Dalam hubungan internasional terdapat banyak paradigma yang sangat berpengaruh terhadap perilaku yang ada dalam hubungan internasional. Salah satu yang menjadi grand paradigma dalam HI adalah Realisme. Istilah yang menyatakan behwa yang kuatlah yang menang atau yang sering kita sebut hukum rimba memang menjadi dasar ajaran realisme. Realisme adalah salah satu perspektif atau sudut pandang dalam Hubungan Internasional yang cukup banyak mendominasi. Realisme yang menggambarkan bahwa satu-satunya actor dalam hubungan internasional yaitu Negara adalah memiliki sifat-sifat yang sama seperti manusia yaitu egois dan individualis dan pada akhirnya memandangan pesimisme terhadap perdamaian karena teori ini beranggapan bahwa hubungan internasional tidak lain adalah konflik. Konflik antarnegara adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan karena dalam sistem internasional tidak ada sistem hukum yang mengikat yang dapat mengatur perilaku Negara. Aktor dalam perspektif realisme adalah negara, sebagai satuindividual yang tidak akan bekerjasama dengan aktor lain tanpa ada maksud tertentu (self-interested ) dan akan selalu berusaha untuk memperkuat dirinya sendiri, dan menganggap individu dan organisasi internasional adalah hal yang tidak penting dan tidak punya kekuatan. Untuk menciptakan dunia yang lebih baik, maka kita harus bekerja dengan kenyataan tersebut, bukan dengan mengabaikannya. Keamanan nasional menjadi sangat yang dijunjung tinggi dalam realisme, mengingat kenyataan bahwa Negara memiliki sifat yang sama seperti manusia yang selalu cemas akan
2

keselamatan dirinya dalam hubungan persaingan dengan yang yang lain. Oleh karena itu, setiap Negara akan terus memperkuat militernya untuk mempertahankan kepentingan Negara dalam politik dunia, dimana Negara dengan Great Power berkutat dalam perjuangan diantara Negaranegara berkekuatan besar untuk dominasi dan keamanan. Sangat jelaslah hukum rimba dalam teori ini, jika suatu Negara tidak memiliki kekuatan militer yang kuat maka Negara tersebut mau tidak mau akan dihegemoni oleh Negara yang memiliki kekuatan yang besar.dalam hal ini, moralisme serta legalisme menjadi hal yang tidak berjalan dan kalah dari sentuhan realitas kepentingan dan kekuasaan. Secara keseluruhan, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa Realisme adalah suatu paradigma yang ada dalam hubungan internasional yang menganggap bahwa Negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional yang memiliki sifatsifat seperti manusia yang egois dan individualis. Hubungan internasional adalah berbentuk konflik, pesimis terhadap perdamain. Menjunjung tinggi keamanan nasional, serta pengembangan kekuatan militer Politik internasional berbentuk anarki, serta sistem internasional yang tidak memiliki sistem hukum yang mengikat perilaku Negara.

B. Tokoh-Tokoh Realis
Banyak tokoh-tokoh besar yang menyumbangkan ilmunya pada perkembangan teori Realisme. Tokoh-tokoh tersebut bahkan banyak yang menjadi tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah. Tidak salah jika pemikiran tokoh-tokoh tersebut sedikit banyak telah berpengaruh pada hubungan yang terjadi di dunia internasional. Berikut beberapa tokoh dalam Realis.

1. Thomas Hobbes Berasumsi bahwa individu-individu dalam suatu Negara membutuhkan peran Negara sebagai seorang monster atau makhluk jahat atau leviathan untuk menghindari terjadinya pertikaian antar individu yang pada akhirnya akan menjadi anarki.

2. Hans Morgenthau Politik adalah perjuangan memperoleh kekuasaan atas manusia, dan apa pun tujuan akhirnya, kekuasaan adalah tujuan terpentingnya dan cara-cara memperoleh, memelihara, dan menunjukkan kekuasaan menentukan teknik tindakan politik (Morgenthau 1965:195)

3. Sun Tzu

Setiap Negara harus selalu merasa waspada terhadap Negara lain meskipun itu Negara tetangga. Sebagai aktor yang paling penting dengan prinsip anarki(tidak ada kekuatan yang lebih besar dari negara), negara bertindak rasional dengan menekankan penggunaan prinsip balance of power dalam mencapai perdamaian.

4. Machiavelli politik hanya berkaitan dengan satu hal semata, yaitu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Hal lainnya, seperti agama dan moralitas, hanya membantu untuk mendapat dan mempertahankan politik. Penguasa dituntut untuk memiliki kekuatan mempertahankan kepentingan negara bagaikan singa, sekaligus harus mampu berperilaku cerdik seperti rubah demi mewjudkan nilai politik tertinggi dalam hal ini kebebasan nasional, yaitu kemerdekaan. 5. Thucydides Thucydides melihat bahwa perang merupakan langkah rasional dan masuk akal untuk mencapai keamanan dan kelangsungan hidup negara karena negara tidak memiliki pilihan lain selain politik kekuasaan yang harus mereka jalankan dalam kondisi yang anarkis.

6. E.H. Carr Carr berpendapat bahwa kedamaian internasional merupakan suatu utopia yang besar. Utopia yang besar ini tidak akan bisa dicapai hanya dengan menerapkan pandangan para liberalis seluas-luasnya namun dapat terwujud dengan jalan menyesuaikan diri terhadap bentuk kekuasaan baru. 7. Georg Wilhelm Friedrich Hegel Menurut Hegel negara adalah media yang mempertemukan kepentingan rakyat dan pemerintah. Pemerintah memiliki tugas yang berat untuk menciptakan hubungan yang baik, bahkan mempersamakan geist rakyat dengan geist pemerintah. Negara juga dianggap sebagai
4

Tuhan untuk membendung kemungkinan terjadi konflik antara kepentingan rakyat dan pemerintah.

C. Fenomena Yang Dipandang Dari Paradigma Realis. Fenomena yang terjadi di dunia sekarang ini sedikit banyak membenarkan teori realisme ini. Banyaknya konflik yang terjadi meskipun telah banyak organisasi perdamaian dan kerjasama yang terbentuk seakan mengatakan bahwa hubungan yang terjad di dunia dimana aktornya adalah Negara yang egois tidak akan pernah menemukan perdamaian karena suatu Negara akan mengejar kepentingan nasionalnya sendiri yang berarti bahwa negara dan pemerintahan lainnya tidak akan pernah dapat diharapkan sepenuhnya. Hal ini juga telah membuktikan bahwa kesepakatan internasional hanya bersifat sementara dan kondisional atas dasar keinginan negara-negara untuk mematuhinya, yang akan langsung dikesampingkan dan diabaikan jika sudah berseberangan dengan kepentingan Negara. Kegagalan Liga bangsa-Bangsa telah membuka mata kita tentang hal ini. Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa yang kembali menimbulkan perang dunia dua membuktikan bahwa Negara-negara tidak dapat berdamai dengan Negara lain jika sudah tidak memenuhi kepentingan nasional Negara tersebut di Negara lain, walaupun telah terhimpun dalam satu organisasi yaitu LBB pada akhirnya akan bubar dan telah melanggar semua peraturan-peraturan LBB yang tidak menghendaki Negara-negara di duni terlibat dalam perang. Kelangsungan hidup masyarakat dalam suatu Negara yang merupakan asumsi realis, yang mengatakan bahwa tujuan utama dibentuknya Negara adalah untuk mempertahankan kehidupan rakyatnya. Oleh karena itu, Negara akan mencari segala cara agar rakyatnya tetap bisa bertahan, yang kadang mengorbankan keamanan rakyat di Negara lain. Hal ini menjadikan setiap Negara untuk memiliki serta mengembagkan persenjataan dan pertahanan militer di Negara masing-masing. Walaupun saat ini, hubungan yang terjadi di dunia di dominasi oleh kerjasama (liberalisasi), namun perang dan konflik juga menjadi hal yang banyak ditemui di dunia internasional. Hubnungan antara Amerika dan Iran yang selama beberapa tahun terakhir terus mengalami ketegangan menjadi sebuah fenomena kental akan pandangan realis. Amerika yang selalu curiga akan adanya senjata nuklir yang dikembangkan oleh Iran, serta anggapan bahwa Iran adalah kekuatan di Timur Tengah yang sulit ditaklukkan dan menjadi ancaman bagi Amerika. Ini membenarkan pandangan reails bahwa suatu Negara akan selalu cemas dan mencurigai Negara lainnya. Terlebih lagi, kasus ketegangan antara Amerika dan Iran ditimbulkan oleh kepemilikan senjata dan kekuatan militer Iran. Walaupun AS dengan Iran saat ini hanya terlibat Perang retorika dan manuver namun tidak menutup kemungkinan akan adanya konfrontasi terbuka antara kedua negara tersebut
5

Persaingan senjata nuklir menjadi hal yang paling banyak mendapat perhatian jika membahas tentang keamanan. Munculnya Negara-negara super power yang memiliki tempat special di PBB sebagai dewan keamanan yang legal untuk mengembangkan senjata nuklir tidak membuat Negara lain tinggal diam. Keamanan menjadi prioritas, oleh karena itu meskipun PBB telah melarang pengembangan nuklir sebagai mesin penghancur, tak membuat Negara-negara lain I izin legal memiliki senjata nuklir tetap mempertahankan proyeknya. Berakhirnya perang dingin memang menjadikan isu perang nuklir antar Negara super power menjadi berkurang, namun tidak dengan isu senjata nuklir lainnya yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan internasional. Kalangan komunitas internasional takut akan menyebarnya senjata nuklir, teknologi serta pengetahuan yang diperoleh untuk membangun dan mengembangkan senjata nuklir. Korea Utara yang juga memiliki senjata nuklir memiliki alasan pertama dan terutama adalah untuk menjaga keamanan rejim Korea Utara. Pada umumnya, Korea Utara menganggap AS sebagai ancaman utama. Dan AS sebagai Negara adidaya sangat menentang pembuatan senjata nuklir Korut, tentunya karena ingin menghapus ancaman terhadap Negara paman Sam. Meskipun pernah menandatangani perjanjian NTP (Non-Proliferasi Nuklir), namun Korut tetap mengembangkan senjata nuklir secara rahasia, dan pada akhirnya Negara ini mengundurkan diri dari NTP dan kembali mengembangkan proyek senjata nuklirnya. Sistem Internasional yang bersifat anarkis dan hanya mementingkan kekuasaan memang menjadi sangat nyata pada konflik Palestina dan Israel. Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel menjadi salah satu bukti bahwa organisasi perdamaian dunia PBB tak bisa berbuat banyak untuk mengakhiri perang ini. Ambisi besar Israel untuk menjadikan tanah Palestina membuatnya menghalalkan segala cara untuk mewujudkan cita-citanya. Nilai moral seakan hilang dari daratan Gaza dengan banyaknya nyawa tak berdosa yang menjadi korban keganasan militer Israel. Hak Asasi Manusia menjadi hal yang tidak berharga karena sama sekali tak ditegakkan dalam perang ini. Konflik yang berawal dari sebuah perjanjian yang dibuat di Inggris yang memberikan legitimasi bagi Israel yang orang Yahudi untuk merebut tanah palsetina yang penduduknya adalah Arab Palestina. Alasan lain dari Israel untuk menyerang Palestina karena keberadaan Hamas yang merupakan organisasi radikal di Palestina. Israel beranggapan bahwa mereka telah diserang oleh kelompok Hamas, namun kenyataannya Hamas bertindak demi mempertahankan negaranya dari agresi militer Israel. Begitu banyak bukti yang membenarkan bahwa Israel bersalah dimata dunia dan seharusnya bisa diberikan sanksi, namun demikian Israel terlanjur sulit untuk dibawa ke pengadilan internasional, karena Israel adalah salah satu sekutu yang paling disayangi oleh Amerika Serikat , satu-satunya Negara adidaya di dunia yang memiliki kekuatan militer yang sangat hebat. Amerika akan cepat membusungkan dada jika ada Negara yang berani menganggu Israel. Karena mereka mempunyai prinsip, siapa yang menyerang Israel berarti telah menyerang Amerika juga. Yang terkuatlah yang menang, walaupun Israel maupun Amerika mendapat kecaman diseluruh dunia
6

mengenai peperangan di jalur Gaza, namun tidak ada yang berani menyeret Israel ke pengadilan Internasional. Jadi, siapa yang berani menyerang Israel?

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Perbedaan paradigma dalam memandang suatu fenomena menimbulkan keberpihakan terhadap suatu masalah yang terjadi. Paradigma yang dimiliki seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain pendidikan, agama, keyakinan, kepercayaan, pergaulan, media massa, televisi, buku, dan lain-lain. Paska PD II munculnya paradigma realis yang mendominasi teorisasi dalam studi HI selama kurang lebih dua dasawarsa. Paradigma realisme yang muncul menjelaskan prilaku negara dalam hubungan internasional yang cenderung mengarah pada perilaku skeptic terhadap perdamaian dan organisasi internasional. Realisme menganggap bahwa konflik adalah hal yang tidak dapat dihindarkan dalam hubungan internasional. Satusatunya cara memastikan perdamaian, menurut pandangan penganut realisme, adalah memastikan bahwa negara kita cukup kuat untuk memenangkan perang.

Daftar Pustaka

Winarno, Budi. 2011. Isu-isu Global kontemporer. Jakarta: CAPS Web 1. http://prabu-gomong.blogspot.com/2011/04/teori-realisme-dalam-hubungan.html 2. http://www.scribd.com/doc/93660254/Realism-Tugas-Dr-arry-Bainus-Arief-rakhman1Gmail-com 1. http://blog.ub.ac.id/farayunanda17/2012/01/24/pengamatan-konflik-palestinamelawan-israel-dan-sekutu-melalui-perspektif-hubungan-internasional/ 2. http://natasyabintang-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-43468teori%20hubungan%20internasional-Realisme.html 3. http://djangka.org/2012/05/11/realisme-liberalisme-dan-konstruktivisme-dalam-studihubungan-internasional/ 4. http://rinaldi-a-n-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-42623-UmumDefinisi%20Teori%20Hubungan%20Internasional.html

Anda mungkin juga menyukai