Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non-diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Pernyataan ini menunjukkan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk menjaga kesehatan demi meningkatkan kualitas hidupnya. (Harnanda, 2010) Pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan memiliki beberapa dasar kokoh dalam memajukan bangsanya. Satu dari dasar kokoh yang dapat disebutkan dalam hal ini adalah hidup sehat. Para pemuda dapat melaksanakan fungsi hidupnya secara baik dengan berperilaku sehat. Hal yang dapat dijadikan contoh sebagai peran pemuda dalam mendukung kesehatan bangsa adalah melalui peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat. Pengetahuan pemuda tentang bahaya suatu penyakit dan cara penanganannya pun wajib ditingkatkan. (Engangga, 2012)

Hidup sehat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain seperti istirahat cukup sesuai dengan kebutuhan individu; olah raga teratur untuk menjaga kekuatan otot, melancarkan aliran darah, dan

merelaksasikan otot-otot yang tegang; makan makanan bernutrisi seimbang yang mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air; menjaga lingkungan tempat tinggal tetap bersih dan terhindar dari sumber penyakit; serta beribadah secara teratur untuk menjaga keseimbangan batin. Harapan hidup sehat ini adalah meningkatkan daya tahan tubuh seseorang sehingga terhindar dari berbagai penyakit. (Dika, 2009) Seseorang yang sakit akan mengalami penurunan peran dalam hidupnya, sebagai contoh adalah saat orang tersebut mengalami influenza. Tubuh menjadi tidak nyaman, pegal-pegal, mata terasa berat untuk melihat lingkungan sekitar, dan aktivitas menjadi terbatas. Tubuh sakit pun akan memaksa individu untuk beristirahat. Beberapa orang juga menunjukkan perubahan emosional yaitu mudah tersinggung. Produktivitas seseorang pun menjadi turun ketika berada dalam kondisi seperti ini. (Wiguna, 2009) Influenza merupakan infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus Haemophillus influenza (tipe A, B, dan C). Influenza sangat menular. Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya dalam mengubah antigen permukaan virus baik secara cepat maupun lambat. Hal ini menyebabkan terbentuknya virus baru yang lebih berbahaya. Virus ini dapat menyebabkan infeksi sistemik yang berat. (DINAS KESEHATAN)

Penatalaksanaan influenza terdiri atas terapi simptomatik. Beberapa tindakan terapi ini diantaranya adalah dengan pemberian cairan yang adekuat, istirahat, pencegahan menggigil, dekongestan nasal aqueous, vitamin C, dan ekspektoran sesuai kebutuhan. Obat antibiotik yang diberikan tidak mempengaruhi virus. Antibiotik dapat digunakan sebagai profilaktik bagi pasien yang beresiko tinggi terhadap kondisi pernapasan. (Soemantri, 2008) Irman Soemantri mengatakan bahwa influenza dapat menjadi tanda dari penyakit sistem pernapasan. Penyakit ini sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki fungsi kardiopulmoner terbatas. Influenza yang berlangsung lebih dari satu minggu, menimbulkan panas, batuk berdahak, napas cepat dangkal, serta mengalami sakit dada, maka terdapat kemungkinan penderita mengalami bronkitis atau pneumonia. (Muftadi, 2009) Komplikasi dari penyakit influenza ini belum diketahui secara pasti oleh masyarakat luas. Banyak orang menganggap influenza adalah penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya. Tahap awal gejala penyakit ini tampak seperti kejadian biasa. Virus yang tidak segera diatasi akan menyebar dan menyerang seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman.

Ketidaknyamanan ini sangat mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari dapat dicontohkan ketika seorang siswa sekolah menengah atas mengalami influenza, dimana hal ini akan mengganggu aktivitas belajar mengajar di kelas. Siswa yang sakit akan merasa malas dan sulit untuk berkonsentrasi. Guru dan teman-teman pun tidak ingin tertular, sehingga mereka memasang jarak terhadap siswa tersebut.

Akses informasi tentang influenza dapat diperoleh dengan mudah pada era modern ini. Informasi yang mencakup tentang penyebab, gejala, komplikasi, dan penanganannya dapat dilihat melalui internet atau berbagai sumber elektronik lainnya. Media ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Seorang ahli bernama Bloom mengatakan bahwa pengetahuan merupakan bukti dari seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, idea atau fenomena yang diperoleh sebelumnya. (Notoatmodjo, 2003) Siswa SMA telah mempelajari mata ajaran biologi sejak SMP. Mereka sudah belajar tentang virus dimana salah satu contohnya adalah virus influenza. Seorang siswa SMA dalam hidup kesehariannya juga pernah mengalami influenza dan berusaha untuk mengatasinya. Pengalaman pribadi tersebut dapat dialami oleh siapa saja. Pengalaman ini seharusnya mendorong mereka untuk mengetahui tentang penyakit influenza dan cara penanganannya secara tepat. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan membentuk suatu sikap tertentu. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2007)

Seorang siswa yang pernah mengalami sakit tentunya memiliki sikap tersendiri untuk pandangan hidup sehatnya. Sikap ini tidak sama antara satu siswa dengan siswa yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan, kehidupan emosi, dan kecenderungan dalam bertindak. Sikap itu dapat terlihat dari kemampuannya menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap status kesehatannya. (Notoatmodjo, 2010) Fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi responnya terhadap penyakit tertentu. Hal yang dapat dijadikan contoh adalah respon masyarakat dalam menanggapi penyakit influenza. Masyarakat menganggap influenza sebagai suatu penyakit biasa yang dapat sembuh dengan sendirinya. Anggapan ini disebabkan oleh pemahaman mereka yang rendah tentang penyakit influenza. Anggapan tersebut sangat berbeda dengan fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini sering terjadi di masyarakat. (Notoatmodjo, 2007) Masyarakat luas dapat disederhanakan menjadi bentuk yang lebih kecil. Bentuk yang dapat dijadikan contoh adalah komunitas siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. SMA Negeri 1 Bandung adalah sekolah menengah atas dengan jumlah siswa-siswi 1033 orang. Sekolah ini memberikan pendidikan akademik secara intensif kepada siswa-siswinya. Sekolah ini juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menambah keterampilan siswa-siswinya. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung tentang penyakit influenza menunjukkan bahwa mereka memahami influenza sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat

sembuh dengan sendirinya. Penyakit ini sering dialami ketika terjadi cuaca buruk atau pergantian musim. Beberapa siswa atau siswi tetap pergi ke sekolah tanpa menggunakan masker saat mengalami influenza. Mereka mengikuti kegiatan sekolah seperti biasa karena tuntutan belajar kelas X sangat tinggi. Siswa-siswi kelas X merupakan siswa-siswi tahap transisi. Mereka berada di antara kebiasaan SMP dan adaptasi SMA. Mereka sekarang hadir di lingkungan dan suasana SMA. Mereka memiliki 18 mata ajar, waktu belajar 8 jam sehari, dan harus menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Mereka juga difokuskan pada penjurusan kelas XI. Untuk mengetahui lebih lanjut hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umun Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 1.3.2. Tujuan Khusus 1 ) Mengidentifikasi tentang penanganan penyakit influenza pada siswasiswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 2 ) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 3 ) Mengidentifikasi tingkat sikap tentang penyakit influenza pada siswasiswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 4 ) Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 5 ) Mengidentifikasi hubungan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung. 6 ) Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan penyakit influenza pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.4.1. Teoritis Penelitian ini mendukung teori bahwa pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi respon seseorang terhadap penyakit influenza. 1.4.2. Praktis 1 ) Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswasiswi kelas X SMA Negeri 1 Bandung tentang penyakit influenza sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik untuk berespon terhadap penyakit tersebut. 2 ) Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Civitas Akademika Santo Borromeus untuk menunjukkan bahwa masyarakat perlu diajarkan tentang penanganan penyakit influenza secara benar.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap dengan Penyakit Influenza pada Siswa-Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif

korelasional dengan teknik cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan metode kuesioner. Waktu pelaksanaan dilakukan pada tanggal 13 Mei 2012

minggu ketiga Agustus 2012 bertempat di SMA Negeri 1 Bandung Jl. Ir. H. Juanda No. 93. Penelitian dilakukan karena siswa-siswi ini berada pada tahap transisi antara SMP dan SMA. Studi pendahuluan terhadap 10 siswa-siswi menunjukkan bahwa mereka memahami influenza sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penyakit influenza sering dialami oleh mereka saat terjadi cuaca buruk atau pergantian musim.

Anda mungkin juga menyukai