Sudah dua jam lebih rasanya aku mengitari seluruh tempat di Mall Bali Galleria yang luasnya lebih dari luas rumahku. Kakiku mulai lemas dan keringatku pun mulai bercucuran di kening dan leherku. Tapi semua hal remeh itu tak akan sanggup mematahkan semangatku untuk terus berburu barang bagus yang kira-kira cocok untuk Kelly. Mencari barang-barang yang cocok untuk Kelly memang tak seberapa sulit karena aku masih bisa mengingat dengan jelas barang-barang apa saja yang diinginkan Kelly. Kelly-ku gadis yang manis dan sangat periang, tak pernah sekalipun aku melihatnya berwajah masam. Kelly-ku selalu bersinar dan menerangi sekelilingnya. Kelly-ku selalu membawa tawa di setiap suasana. Kelly-ku selalu tersenyum dan aku benar-benar sudah kecanduan dengan senyumannya. Kelly-ku selalu terpekik girang tiap kali terpesona. Saat melihat senyumnya dan mendengar pekik girangnya, aku jadi tak kalah bahagia dengan dirinya. Kelly-ku gadis yang polos dan begitu jujur, tipe gadis yang amat langka di daerahku. Kelly selalu berterus terang kalau dia tak suka pada sesuatu, dia akan mengatakannya bukan menutup-nutupinya seperti kebanyakan gadis lainnya. Kelly-ku gadis yang sempurna. Kulihat jam di layar ponselku. Jam delapan lewat, sepertinya aku harus mengakhiri perburuanku hari ini, toh aku sudah mendapat banyak barang bagus untuk Kelly-ku. Dia pasti tersenyum dan terpekik girang. Aku jamin. Kelly duduk di hadapanku. Kedua matanya terpejam, karena aku memang memintanya menutup kedua matanya. Lima buah kotak dibalut kertas kado warna-warni sudah bertumpuk di depannya. Sudah belum? suara merdu Kelly mengisi telingaku. Aku masih asyik menikmati pemandangan di depanku, dan sama sekali tak berniat menyahuti panggilannya. Akbar? Kelly memanggilku beberapa kali. Aku memang sengaja tak menyahuti panggilannya, supaya ia bingung, kemudian membuka matanya, dan ....tara! Kado-kado indah yang sengaja kupersiapkan untuknya menyambutnya. Akbar? Sekali lagi Kelly memanggilku, aku masih teguh pada pendirianku untuk tak menyahutinya. Akbar kabur ya? ucap Kelly sambil membuka matanya.
Dan rencanaku berhasil! Kelly nyengir lebar, barisan barisan giginya yang putih dan rapi mulai terlihat, lesung pipi di kedua pipinya pun memulai menampakkan diri. Kelly-ku memang luar biasa manis. Bulan malam ini jadi seribu kali lebih jelek bila dibandingkan dengan wajah Kelly yang berseri. Ih..... Akbar! Ini buat Kelly ya? Aku cuma mengangguk sambil terus menikmati pemandangan indah di depanku. Kelly buka ya? tanyanya sambil meraih bungkusan paling besar yang ada di pinggir meja. So sweet, bisik Kelly. Aku nyengir lebar. Bahagia rasanya bisa membuat Kelly terpesona bahkan sampai memujiku. Kelly sibuk membuka bungkusan kadonya yang pertama sambil tersenyum manis. Aaaa! Kelly terpekik girang saat boneka beruang berukuran super besar terlihat dibalik bungkusan kado yang tengah dirobeknya dengan penuh semangat. Gede banget! dipeluknya boneka beruang super besarnya sambil tetap tersenyum luar biasa manis. Lucu banget! Kelly mendekap boneka beruang super besarnya makin erat. Halo beruang gede! Sekarang nama kamu Barlly.. Akbar-Kelly. Aku terkekeh melihat tingkah Kelly. Dia memang gadis manis yang sangat lucu. Kelly meletakkan boneka beruang superbesar yang sekarang bernama Barlly di sampingnya dan mulai berkutat dengan kadonya yang kedua, yang paling berat. Aaaa! Kelly kembali terpekik saat melihat kado keduanya. Kamu beneran beli sepatu buat Kelly? Senyumnya makin lebar. Baik banget sih. Rona merah mulai terlihat di pipi Kelly. Sumpah, Kelly memang sangat terlihat manis. Dipandanginya sepatu All Star putihnya dengan tatapan penuh kekaguman. Wajah Kelly berbinar. Ih.. Kelly senang banget. Akbar baik banget sih. Aku tersipu. Kelly-ku yang manis bilang aku baik banget. Duniaku jadi makin indah. Kelly jadi lebih semangat membuka kadonya yang ketiga. Tiga buah Compact Disc. CD Rihanna, Avril Lavigne, dan Christian Bautista. Makin lama senyum manis Kelly makin terlihat indah. Aku yakin sekali kalau Kelly makin bahagia. Aku juga yakin sekali kalau Kelly akan semakin sayang padaku. Kelly beranjak ke kadonya yang keempat. Sebuah baju dengan merk terkenal berwarna putih. Aaa! sekali lagi aku mendengar teriakkan Kelly.
Aku kembali terpingkal-pingkal. Bukan karena teriakan Kelly, tapi karena mimik wajahnya yang lucu dan begitu menggemaskan. Kelly pasti cantik ya kalau pake baju ini? Ia berdiri, menempelkan baju baru di tubuhnya, dan mengamati baju barunya. Iya kan? Pasti. Kataku masih dengan diringi tawa kecil. Beneran deh, Akbar baik banget. Kelly enggak pernah ketemu sama cowok sebaik Akbar. Aku melambung makin tinggi mendengar pujiannya. Kelly kembali duduk di depanku. Dan dengan bersemangat, ia membuka kadonya yang terakhir, yaitu sebuah buku berjudul The Great Women. Kelly masih tersenyum, tampaknya ia kurang menyukai buku itu. Kupikir gadis secerdas Kelly pasti terkesan dengan buku setebal 368 halaman dan judul yang menantang untuk dibaca. Kelly lapar deh. Katanya sambil pasang tampang cemberut yang benar-benar menggemaskan. Mama kan pergi dari pagi, Kelly jadi bingung mau makan apa. Lantas aku mengajaknya pergi makan, Kelly langsung duduk di sampingku, di dalam Mercedes Benz milik papa yang sengaja kupinjam dengan merengek untuk acara malam ini karena tak mungkin rasanya aku membawa banyak kado dengan motor maticku. Akbar keren banget ya kalau bawa mobil begini. Kelly memandangiku. Aku melayang makin tinggi. Bahagia rasanya mendengar puji-pujian manis dari Kelly. Kelly mau dong dijemput di sekolah pakai mobil ini. Daripada pakai motor yang tidak jelas itu, bisa masuk angin. Kelly terus memandangiku. Untuk pertemuan selanjutnya aku akan kembali merengek supaya diizinkan untuk membawa mobil ini lagi. Aku tak mau Kelly masuk angin dan aku akan terlihat selalu keren dimata Kelly. Jadi kita makan dimana? Kelly sudah bosan makan di Pizza Hut,
Bintang Laguna, apalagi ke Baruna. Ke tempat lain aja yuk! Kelly terus berceloteh manja. Ia diam sejenak sepeti memikirkan sesuatu. Kita ke SKI aja, kita kan belum pernah makan di situ. Kelly makin berbinar. Aku mengangguk dan senyum Kelly semakin lebar. Sari Kurung Indah adalah salah satu restoran mewah di daerahku. Diam-diam aku meraba saku belakang celana jeansku. Dalam benakku mulai terbayang lembaran-lembaran yang kupunya. Selembar lima puluh ribuan, dan tiga lembar dua puluh ribuan. Kurasa cukup.
Esoknya aku berkeliling di Ramayana, aku baru dapat dua baju dan sebuah kacamata dengan frame lebar yang sudah lama diinginkan Kelly. Beberapa saat kemudian aku teringat SMS Kelly, ia bilang kalau ia benar-benar ingin makan cokelat dan pancake. Jadilah aku berputar-putar mencarinya. Kantong-kantong plastik berisi hadiahhadiah untuk Kelly mulai menghambat jalanku, tapi tak apa demi senyum Kelly dan mendengar pekikan bahagianya aku rela. Mataku menangkap sosok Kelly di kejauhan, di antara bajubaju yang digantung, di sebelah seorang laki-laki bertubuh tinggi. Itu Kelly, ia menggunakan kaos hijau pemberianku saat pertama kali kencan, aku tahu betul itu memang Kelly. Tapi siapa laki-laki di sebelahnya yang memeluk pinggangnya itu? Aku jadi teringat perkataan teman-temanku. Bukan cuma sekali dua kali mereka meyakinkanku kalau Kelly bukan gadis baikbaik, ia cuma memanfaatkanku saja. Selama ini aku tak menggubris pendapat mereka tentang Kelly karena aku lebih percaya kepada Kelly. Dari kejauhan aku melihat Kelly sedang mencoba jam tangan sambil tersenyum riang. Pertama kali dalam hidupku aku tak bisa tersenyum melihat senyum Kelly yang manis. Laki-laki bertubuh tinggi itu membayar jam tangan yang kelihatannya sangat diinginkan Kelly dan senyum gadis itu makin lama semakin lebar, sayangnya aku makin tak bisa tersenyum. Ya, Kelly bukan gadis yang baik. Kelly-ku takkan mampu lagi membuatku tersenyum, jadi untuk apa aku terus membuatnya tersenyum. Kelly-ku takkan sanggup membuatku bahagia, jadi untuk apa aku terus membahagiakannya. Mulai saat ini, aku tak akan menjemput Kelly-ku lagi, tak akan ada lagi hadiah-hadiah untuk Kelly-ku yang manis, dan tak akan ada lagi Akbar yang begitu mencintai Kelly.