Pemeriksaan J - 11
Campuran Aspal Dengan Alat Marshall (PC 0201 76) (AASHTO T 245 82) (ASTM D 1559 76)
KELOMPOK III : Stephen Christianto Rama Krisna Janitra Rahmat Pane Rusli Dian Andika Noviera
Waktu Praktikum Asisten Praktikum Tanggal disetujui Nilai Paraf : : :
II. Prosedur
II.1 Tujuan Praktikum
Pemeriksaan ini bertujuan menentukan Stabilitas terhadap kelelehan plastis dari campuran aspal. Ketahanan (Stabilitas) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan yang dinyatakan dalam kilogram atau pound. Sementara kelelehan plastis ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspalyang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam milimeter atau 0,01inch.
II.1 Peralatan
a) b) 3 buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan Alat pengeluar benda uji. Untuk mengeluarkan benda uji yang tinggi 7,5 cm (3) lengkap dengan pelat alas dan leher sambung. sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ejector seperti dongkrak. c) cm (18). d) Landasan pemadatan terdiri dari balok kayu (Jati atau sejenis) berukuran kira kira 20 x 20 x 45 cm (8 x 8 x 18) yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30 x 30 x 2,5 cm (12 x 12 x 1) dan kaitkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku sebagai pijakan. e) f) ii. Silinder cetakan benda uji. Mesin tekan lengkap dengan : Cincin penguji yang berkapasitas 2500 Kg (5000 pound) dengan ketelitian 12,5 Kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,0001) iii. g) Arloji kelelahan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01) dengna perlengkapannya. Oven,yang dilengkapi dengan Pengatur suhu untuk memanasi sampai (200 3)C. h) min 20C. i) ii. Perlengkapan lain : Pengukuran suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250C dan 100C dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas. iii. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg ketelitian 1 gram. i. Panci panci untuk memanaskan agregat aspal dan campuran aspal. Bak perendam (Waterbath) dilengkapi dengan pengatur suhu Penumbuk yang emmpnyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg (10 pound), dan tinggi jauh lebih bebas 45,7
i.
iv.
25 3
40 5
c)
Persiapan Campuran Untuk tiap benda uji diperlukan aggregat sebanyak 1200 gr sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira kira 6,25 cm 0,125 (2,5 0,05) Panaskan panci pencampuran deserta aggregat Kira Kira 28C diatas suhu pencampuran untuk aspal panas dan aduk sampai merata, untuk aspal dingin pemanasan sampai 14C diatas suhu pencampuran. Sementara itu panaskan aspal sampai suu pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam aggregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai tabel 5 sampai aggregat terlapis merata oleh aspal.
d) Pemadatan Benda uji Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu 93,3C dan 148,9C. Letakan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan kedalam dasar cetakan, kemudian masukkan seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk tusuk campuran keras keras disekeliling pinggirannya dan bagian dalam agar tidak ada rongga udara. Lepaskan lehernya dan ratakanlah permukaan campuran dengan mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang sedikit cembung. Waktu akan dipadatkan suhu campuran harus dalam batas batas suhu pemadatan seperti yang disebut pada tabel 5. Letakkan cetakan diatas landasan pemadatan, dalam pemegang cetakan. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75, 50, atau 35 kali sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm (18), selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadatan selalu tegak terhadap cetakan. Lepaskan keping alas dan lehernya balikkan alat cetak berisi benda uji dan pasang kembali lehernya lalu tumbukalah sejumlah tumbukkan yang sama dengan sebelumnya. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada permukaan ujung ini. Dengan hati hati keluarkan dan letakkan benda uji diatas permukaan rata yang halus, biarkan selama kira kira 24 jam pada suhu ruangan
penekan (breaking head). Tekan selubung tangkai arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala penekan selama pembebanan berlangsung. i) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurut seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum yang dicapai. Lepaskan seubung tangka arloji kelelehan (sleeve) pada saat pembebanan mencapai maksimum dan catat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
II.2 Catatan
Untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 2,5 inci, koreksilah bebannya dengan mempergunakan faktor pengali yang bersangkutan dari tabel 6. Umumnya benda uji harus didinginkan seperti yang ditentukan diatas. Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas angin meja. Campuran campuran yang daya kohesinya kurang sehingga pada waktu dikeluarkan dari cetakan segera sesudah pemadatan tidak dapat menghasilkan bentuk silinder yang diperlukan bisa didinginkan bersama sama cetakannya di udara, sampai terjadi cukup kohesi untuk menghasilkan bentuk silinder yang semestinya
a)
Stabilitas benda uji yang diukur dikalikan angka perbandingan tebal sama dengan stabilitas setelah koreksi untuk benda uji tabal 63.5 mm
b)
8 4
16 10
Tabel di atas menjelaskan persentase aggregat dan filler yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji aspal dari total berat keseluruhan benda uji dan didapat : o Aggregat kasar sebesar 9% o Aggregat medium sebesar 22% o Aggregat halus sebesar 64% o Filler sebesar 5% Data di atas digunakan dalam penghitungan berat masing masing aggregat dengan kadar aspal 5%, 6%, 7%, (sesuai kebutuhan praktikum) untuk 1200 gr benda uji untuk selanjutnya dicampurkan.
Benda Uji 1200gr Persentase Persentase Persentase 5% 6% 7% 60gr 72gr 84gr Benda Uji 1200gr Aspal Persentase Persentase Persentase 5% 6% 7% 102,6gr 101,52gr 100,44gr 250,8gr 729,6gr 57gr 248,16gr 721,92gr 56,4gr 245,52gr 714,24gr 55,8gr
Aspal
Aggregat Kasar (9%) Aggregat Medium (22%) Aggregat Halus (64%) Filler (Semen) (5%)
Setelah prose pencampuran dan compact (penumbukkan) maupun perendaman selama 24 jam pada suhu ruangan di dapatkan sampel aspal dengan data sebagai berikut : Tabel Berat Benda Uji
Kadar Aspal 5% 6% 7% 5% 6% 7% 5% 6% 7% No Sampel I Penimbangan dalam keadaan Kering Jenuh Dalam Air 1164.5 gr 1178 gr 650 gr 1152.0 gr 1132 gr 625 gr 1126.0 gr 634.5 gr 1132.5 gr 1120.5 gr 1161.5 gr 642.5 gr 1104.5 gr 1114.5 gr 619 gr 1123.0 gr 1113.1 gr 631 gr 1174.5 gr 1187 gr 657.5 1104.0 gr 1109 gr 623 gr 1209.0 gr 1217 gr 677 gr
II
III
6%
7%
Setelah benda uji direndam selama 30 menit dengan suhu ekstrim (60 1)C untuk mengkondisikan aspal dalam keadaan yang mungkin terjadi di lapangan (kondisi nyata) dengan suhu pemanasan matahari dan basah akibat hujan, lalu dilanjutkan dengan Marshall test dan di dapat data sebagai berikut:
Hasil Marshall Stabilitas (O) Kg Kelelehan (r) mm Sampel I II III I II III Aspal 6% 32 38 46 3,27 3,55 3,12
Data yang dibutuhkan : o o o o a b c d = Persen Aspal terhadap campuran (5%, 6%, 7%) = Rata rata tinggi benda uji = Berat sampel dalam keadaan kering = Berat sampel dalam keadaan jenuh
o e o f o g
100 %.aspal o h = Berat jenis teoritis = %.agregat + B.J .agregat B.J .aspal a g o i = B.J .aspal (100 a ) g o j = B.J .agregat o k = Jumlah kandungan rongga (100 i j) o l = Persen rongga terhadap agregat (100 j) o m = VMA = Voids Mineral Agregat = Persen rongga terisi aspal (100 x (i / j)) o n = VIM = Voids in the Mix = Persen rongga terhadap campuran (100 (100(g / h)) o o = Pembacaan arloji stabilitas (O) o p = Stabilitas (o x kalibrasi alat) o q = Stabilitas (p x korelasi tinggi) o r = Kelelehan (r) o s = Stabilitas / kelelehan (q / r) Data yang didapatkan : o o o o o o B.J. Agregat kasar bulk B.J. Agregat medium bulk B.J. Agregat halus bulk B.J.Filler B.J.Aspal B.J. Agregat = = 2,85 kg/L = 2,42 kg/L = 3,01 kg/L = 3,15 kg/L = 0,91 kg/L 100 %. A.K %. A.M %. A.H %.Filler + + + B.J . A.K .Bulk B.J . A.M .Bulk B.J . A.H .Bulk B.J .Filler.Bulk 100 = 0,09 + 0,22 + 0,64 + 0,05 = 284,911 kg/L 2,85 2,42 3,01 3,15 o B.J.Theoritis 100 = %. Agregat + %. Aspal B.J . Agregat B.J . Aspal
III.
Analisa
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan mencari Stabilitas terhadap kelelehan yang untuk selanjutnya digunakan dalam perbandingan mencari kadar aspal maksimum campuran perkerasan jalan dari sampel yang telah dipakai dengan aspal sebanyak 5%, 6%, 7% dari berat benda uji. Dalam perhitungannya mencari kadar aspal optimum dilakukanlah percobaan percobaan untuk mendapat nilai seperti berat jenis agregat dan sebagainya yang untuk selanjutnya diproses dalam tabel maupun grafik. Setelah di dapat persen agregat serta persen filler dari percobaan analisa saringan, didapatkan berat masing masing agregat dalam 1 sampel benda uji yang akan dipakai dalam Marshall test. Agregat dalam keadaan kering oven serta filler dipanaskan hingga mencapai suhu 150C agar dalam proses pencampuran agregat dan aspal saling mengikat sempurna, proses selanjutnya adalah pencetakan campuran aspal dan agregat ke dalam cetakan silinder yang diberi alas berupa kertas saring dengan selalu diusahakan semua campuran mengisi semua bagian cetakan lalu tutup kembali dengan kertas saring. Cetakan berikut campuran aspal tersebut selanjutnya dipadatkan secara manual dengan alat penumbuk berupa beban 4,5 kg yang dijatuhkan secara jatuh bebas diatas benda uji sebanyak 75 kali pada salah satu sisi dan hal serupa untuk sisi lainnya. Benda uji hasil pemadatan selanjutnya dikeluarkan dengan alat ejector seperti dongkrak untuk selanjutnya didinginkan kurang lebih 1 hari. Setelah benda uji cukup dingin dilanjutkan dengan pengukuran berat dalam keadaan kering dan tinggi benda uji di 3 titik untuk setiap benda uji berdasar kadar aspal. Benda uji yang telah diukur berat dan tingginya di rendam dalam suhu ruangan untuk diukur kembali berat dalam keadaan SSD dan berat benda uji di dalam air, setelah semua data terkumpul maka benda uji dimasukkan dalam waterbath dengan keadaan suhu 60C yang dikondisikan sebagai suhu ekstrim aspal dalam keadaan lapangan yang mengalami pemanasan matahari dan basah hujan selama kurang lebih 30 menit. Proses selanjutya adalah pengujian dengan alat Marshall untuk mencari ketahanan dan kelelehan untuk setiap sampel, dalam pengujian ini alat marshal menekan benda uji dari tepi benda uji. Stabilitas dan kelelehan dicatat dengan membaca arloji stabilitas dan arloji kelelehan setelah arloji stabilitas berhenti yang artinya proses penekanan pun berhenti.
4 3
2 1 5 6 Kadar Aspal 7
Grafik ini menjelaskan dimana benda uji dengan kadar aspal 5% memiliki nilai kelelehan rata rata sebesar 3,2 mm, dengan kadar aspal 6% memiliki nilai kelelehan rata rata 3,313 mm dan dengan kadar aspal 7% memiliki nilai kelelehan rata rata 3,727 mm. Hasil ini memenuhi syarat yang diberikan dengan nilai r (Kelelehan) berada diantara 2 4 mm.
800
550
Kadar Aspal(%) 5 6 7
Grafik ini menjelaskan dengan kadar aspal 5% didapat nilai stabilitas sebesar 948,46 kg, dengan kadar aspal 6% didapat nilai stabilitas sebesar 969,12 kg dan dengan kadar aspal 7% didapat nilai stabilitas 818,70 kg Nilai ini memenuhi syarat dengan stabilitas minimum sebesar 550 kg. Grafik Perbandingan VIM dengan Kadar Aspal Grafik Perbandingan VMA dengan Kadar Aspal
Kesalahan Relatif = Secara garis besar penyebab kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan adalah dikarenakan : o Kurang akuratnya alat ukur yaitu neraca ukur yang ketelitiannya berkurang akibat adanya benda atau zat lain yang secara tidak langsung mempengaruhi pengukuran, serta neraca yang tingkat ketelitiannya berkurang akibat sudah cukup tua dan hampir rusak. o Kekurang telitian praktikan saat pembacaan dengan alat ukur untuk tinggi benda uji dengan jangka sorong, massa benda uji, saat proses pemadatan, maupun proses pencampuran yang kurang merata. o Keadaan benda uji dengan pecahan yang menempel ikut mempengaruhi berat maupun tinggi aspal saat pengukuran dilakukan. o Dalam tabel persentase agregat untuk saringan no 4 tidak memenuhi spec 70 karena nilai yang didapat 70,68, lebih 0,68 dari spec yang dianjurkan o Penghitungan data dalam praktikum sebelumnya yang kurang akurat seperti Berat jenis agregat maupun analisa saringan sehingga ikut mempengaruhi penghitungan dalam Marshall test.
IV. Kesimpulan
Di analisa hasil masukin grafik gabungan VIM VMA STABILITAS KELELEHAN utk mencari kadar aspal optimum, analisa hasilnya Lihat kira2 kadar aspal optimum di dapat pada range aspal berapa persen. Kl VIMnya ngga ada yg masuk, buat aja analisa kadar aspal optimum tidak bisa didapat pd range kadar aspal 5,6,7 % Trus di analisa kesalahan analisa kemungkinan kesalahan dari 4 parameter diatas : VIM VMA STABILITAS KELELEHAN
Buat kesalahan relatof utk parameter yg ngga didapat [VIM] Buat analisa data tampilin masing2 grafik VIM VMA STABILITAS KELELEHAN, analisa hasilnya, lihat minimum dan maksimumnya,bandingin dgn yg didapat dr praktikum, cari kira2 berapa persen rata2 nilainya trus bandingin dgn standar minimum dan maksimumnya Pokoknya utk analisa data, jelasin pengaruh tiap GRAFIK terhadap nilai kadar aspal optimum nantinya