Anda di halaman 1dari 3

1 Pembinaan Agama Melalui Pendekatan Kelompok Sebaya (Mentoring)Untuk Menurunkan Angka Tawuran Pelajar SMA/SMK (Studi Kasus : Pelaksanaan

Mentoring Agama Islam di DKI Jakarta)Taufik Yuwono, Fakhrudin, Andra Prima Putra Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya Abstrak Tawuran merupakan perilaku menyimpang yang seringkali dilakukan oleh pelajar SMA/SMK. Fenomena ini tentunya sangat memprihatinkan bagimasyarakat dan masa depan bangsa ini, karena remaja yang hidup saat iniadalah orangorang yang mendominasi kehidupan di masa mendatang. Olehkarena itu harus ada upaya penyelesaian yang tepat. Tawuran sebagai penyimpangan yang dilakukan oleh remaja merupakan indikasi kuatnya pengaruh negatif dari teman sebaya. Di sisi lain, kelompok sebaya dapat diarahkan untuk memberikan pengaruh yang positif bagi remaja. Mentoring sebagai pembinaan agama dengan menggunakan pendekatan teman sebayaadalah salah satu upaya yang menarik untuk diamati, karena upaya ini berbedadengan upaya-upaya. Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan konsep pendekatan yang tepat untuk mengarahkan perilaku pelajar SMA/SMK di DKI Jakarta agar tawuran dapat dicegah, mengetahui pengaruh mentoring agama Islam dalam menurunkan angka tawuran pelajar SMA/SMK di DKI Jakarta, dananalisis kemanfaatan metode ini untuk mengatasi tipe kenakalan remaja yang lainnya serta kemungkinan penerapannya di daerah lain maupun untuk siswanonmuslim. Untuk penelitian ini, dilakukan studi literatur atas perubahan sifat yang terjadi pada siswa pelaksanaan mentoring agama Islam dan analisa atas frekuensi tawuran dan jumlah pelaku tawuran sebelum dan sesudah pelaksanaanmentoring agama Islam. Selain itu, efektifitas metode yang digunakan dalammentoring agama Islam ditinjau dengan beberapa metode pembelajaran. Hasil analisa menunjukkan bahwa pembinaan agama merupakan solusi yang paling tepat untuk mengatasi tawuran. Mentoring merupakan cara yang sangat efektif untuk menurunkan angka tawuran pelajar SMA/SMK di DKI Jakarta dan dapat digunakan untuk mengatasi tipe kenakalan remaja selain tawuran, diterapkan pada daerah selain Jakarta serta pada siswa nonmuslim. Kata kunci : tawuran, pelajar SMA/SMK, teman sebaya, mentoring. PENDAHULUANLatar Belakang Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangatmarak terjadi di kota besar, misalnya Jakarta. Permasalahan remeh dapatmenyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan

2tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api danmenimbulkan banyak korban yang berjatuhan. Tawuran ini juga membawadendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.Hal ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan.Generasi yang diharapkan mampu membawa perubahan bangsa ini ke arah yanglebih baik ternyata jauh dari harapan. Kondisi ini juga dapat membawa dampak buruk bagi masa depan bangsa. Hastuti (2002) dari Lickona (1992) menyebutkan beberapa tanda dari perilaku yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsaantara lain meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, pengaruh kelompok sebaya terhadap tindak kekerasan, dan semakin kaburnya pedoman moral.Upaya-upaya telah dilakukan berbagai pihak, baik birokrasi pendidikan,kalangan pengajar, organisasi masyarakat, maupun LSM untuk menanggulangimasalah ini secara formal. Namun upaya-upaya tersebut belum membawa hasilyang besar jika dilihat dari rendahnya perubahan frekuensi tawuran yang terjadidari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, Musyawarah Guru Mata PelajaranPendidikan Agama Islam (MGMP PAI) SMK DKI Jakarta menggagas penerapanmetode baru yaitu mentoring agama Islam yang juga dikenal dengan istilahDakwah Sistem Langsung (DSL). Adapun yang dimaksud dengan mentoringagama Islam adalah pembinaan keislaman dengan pendekatan teman sebayadalam bentuk kelompok yang terdiri dari sepuluh sampai lima belas orang siswa.Program ini telah diuji coba pada siswa muslim di SMK Poncol JakartaPusat. Menurut Ketua MGMP PAI SMK DKI Jakarta, Sholeh Dimyathi, hasilnyacukup baik. Penerapan program ini telah berhasil menurunkan angka tawuran disekolah tersebut. Selanjutnya, dipicu oleh keberhasilan tersebut, MGMP PAISMK bekerjasama dengan Yayasan Iqro

Club melakukan uji coba penerapanmentoring agama Islam di 50 sekolah di Jakarta (www.smunet.co.id). Mentoringagama Islam terus dikembangkan di SMK-SMK DKI Jakarta dan menjadikegiatan wajib sebagai bagian dari sistem pengajaran agama Islam. Di SMA-SMA, mentoring agama Islam menjadi kegiatan ekstrakurikuler untuk para siswa.Penyelenggaraan mentoring ini adalah suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena formalisasi metode ini tergolong baru dalam pembinaan remaja di Indonesia.

3 Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan konsep pendekatan yang tepatuntuk mengarahkan perilaku pelajar SMA/SMK di DKI Jakarta agar tawurandapat dicegah, mengetahui pengaruh mentoring agama Islam dalam menurunkanangka tawuran pelajar SMA/SMK di DKI Jakarta, analisis kemanfaatan metodeini untuk mengatasi tipe kenakalan remaja yang lainnya dan kemungkinan penerapannya di daerah lain serta untuk siswa nonmuslim. Tinjauan Pustaka Para psikolog menggolongkan rentang usia pelajar SMA/SMK diIndonesia sebagai kelompok masyarakat usia remaja. Usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa ini memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan anak-anak maupun orang dewasa (Daradjat, 1994). Pada usia remaja atau menjelangdewasa, peranan kelompok sebaya menjadi makin dominan dibanding masasebelumnya. (Ahmadi, 2004) Didalam kelompok sebaya, remaja berusahamenemukan dirinya. Kelompok sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitudunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi, dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh temanseusianya. Disini mungkin timbul bahaya yang besar bagi perkembangan jiwaremaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilaiyang negatif (www.depkes.co.id.)Tawuran pelajar merupakan perkelahian yang dilakukan oleh pelajar dengan pelaku dalam jumlah besar (massal). Remaja yang ikut-ikutan mengambil bagian dalam perkelahian antar kelompok dan antar sekolah, pada umumnyaadalah anak-anak normal yang berasal dari keluarga baik-baik. Hanya karena satu bentuk pengabaian psikis tertentu mereka kemudian melakukan mekanismekompensatoris guna menuntut perhatian lebih, khususnya untuk mendapatkan pengakuan lebih terhadap egonya yang merasa tersisih atau terlupakan dan tidak mendapat perhatian yang pantas dari oranag tua sendiri maupun dari masyarakatluas (Kartono). Dengan perasaan senasib sepenanggungan, remaja yang merasatidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari luar dan kemudianmerasa tersisih dari masyarakat orang dewasa, sekarang merasa sangat berarti di

4tengah kelompoknya. Di dalam kelompoknya remaja mencari segala sesuatu yangtidak mungkin mereka peroleh dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan studi kasus atas pola pendekatan yangdilakukan pada pelaksanaan mentoring yang dilaksanakan di DKI Jakarta.Wawancara untuk mengetahui konsep pelaksanaan mentoring Agama Islamdilakukan dengan pelaksana mentoring agama Islam dan pihak yang berwenang(Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI Jakarta). Untuk mengetahui perubahan atas frekuensi tawuran pelajar di Dki Jakarta, data diperoleh dari BiroBina Mitra Polda Metrojaya.Dari data yang diperoleh, dilakukan analisa atas angka tawuran sebelum pelaksanaan mentoring dan sebelum pelaksanaan mentoring. Analisa jugadihubungkan dengan upaya baru dan peningkatan intensitas atas upaya terdahuluyang dilaksanakan setelah pelaksanaan mentoring. Analisa diperkuat dengan studiliteratur pada penelitian atas uji coba pelaksanaan mentoring dan pengaruh pelaksanaan mentoring di beberapa sekolah terhadap perilaku siswa, khususnyatingkat kenakalan siswa. Selain itu, untuk mengamati kemungkinan penerapan pendekatan mentoring untuk pelajar dari daerah yang lain dan yang beragamalain, dilakukan studi literatur tentang karakter pelajar usia remaja secara umum.Efektifitas pelaksanaan mentoring agama Islam untuk diaplikasikan pada pembinaan agama ditinjau dari penciptaan suasana belajar menurut gaya belajar Quantum Teaching

maupun Accelerated Learning. HASILLatar Belakang Tawuran Pelajar dan Upaya yang Telah Dilakukan untuk Mengatasi Tawuran Menurut Malik (2002) salah satu faktor yang melatarbelakangi terjadinyatawuran adalah adanya krisis moral yang terjadi di kalangan remaja, padahalmoral adalah modal yang paling penting sebagai tameng bagi seseorang untuk menjalani kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai