1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh besar sudut datang terhadap besar sudut bias pada kaca plan parallel ? 2. Bagaimana sifat plan parallel ? 3. Bagaimana menerapkan rumus rumus terhadap plan parallel ? 4. Bagaimana mengidentifikasikan indeks bias cahaya ? 5. Bagaimana menghitung indeks bias cahaya ?
1.3 Maksud Dan Tujuan Maksud kami melakukan percobaan ini adalah agar kita dapat memahami cara kerja dari praktikum yang kami lakukan tentang Pembiasan cahaya pada kaca plan paralel sehingga dari pemahaman tersebut kita memperoleh ilmu serta pelajaran dari percobaan praktikum tersebut. Selain itu , kami melakukan percobaan tersebut agar kita dapat mengetahui hubungan apa saja yang terdapat dalam percobaan tersebut, dan bagaimanakah hubungan-hubungan itu dapat berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dibahas. Tujuan kami melakukan percobaan ini adalah Menyelidiki sifat pembiasan pada kaca plan parallel, menyelidiki dan menentukan nilai indek bias dari kaca plan parallel, Menentukan indeks bias kaca planparalel, dan Menentukan pergeseran sinar pada kaca planparalel.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tujuan
1. Menyelidiki dan menentukan nilai indek bias dari kaca plan parallel, 2. Menentukan indeks bias kaca planparalel , 3. Menentukan pergeseran sinar pada kaca planparalel, 4. Menyelidiki dan menentukan sifat indek bias dari kaca plan parallel,
7. Letakkan jarum pantul yang ketiga sejajar dengan jarum pertama dan kedua di tepi kertas (dekat dengan mata). Sedangkan jarum ke empat di letakkan di antara jarum ketiga dengan kaca plan paralel. 8. Setelah dianggap sejajar semua, cabutlah keempat jarum tadi. 9. Buatlah garis lurus yang sangat panjang yang menghubungkan lubang jarum pertama dan kedua hingga mengenai pola kaca plan paralel garis ini dapat disebut sebagai garis berkas sinar datang(i), dengan cara yang sama hubungkanlah lubang jarum ketiga dan keempat sehingga mengenai pola kaca plan paralel, garis ini disebut garis berkas sinar paantul (r). 10. Ukur dan catatlah sudut sinar datang ( i) dan sudut sinar pantul ( r) pada tabel pengamatan. 11. Rekamlah gejala yang terjadi dengan menggunakan kamera yang kamu miliki. 12. Ulangi percobaan sebanyak tiga kali, pada kertas berbeda untuk posisi jarum yang berbeda-beda (sudut kemiringannya terhadap kaca plan paralel). 13. Lampirkanlah berkas gambar pola cahaya yang kamu buat pada percobaan ini di laporan.
Ketika suatu berkas cahaya sempit menimpa permukaan yang rata (gambar) kita definisikan sudut datang, sebagai sudut yang dibuat berkas sisnar datang dengan garis normal terhadap permukaan (normal bearti tegak lurus) dan sudut pantul, sebagai sudut yang dibuat berkas sinar pantul dengan normal. Untuk
r, i,
permukaan-permukaan yang rata,ternyata berkas sinar datang dan pantul berada pada bidang yang sama dengan garis normal permukaan, dan bahwa hukum pantulan, yaitu: Sudut datang sama dengan sudut pantul. Ketika cahaya menimpa permukaan yang kasar, bahkan yang kasar secara mikroskopis seperti halaman kertas ini, pantulan akan memiliki banyak arah. Hal ini disebut pantulan tersebar. Bagaimanapun, hukum pantulan tetap berlaku pada setiap bagian kecil permukaan. Karena pantulan tersebar terjadi ke semua arah, benda biasa dapat dilihat dari berbagai sudut. Menurut Hukum Snell, ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan. Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Hubungan analitis antara dan ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun
1 2
1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal sebagai hukum snell dan dituliskan: n sin = n sin dimana adalah sudut datang dan adalah sudut bias (keduanya diukur
1 2 1 1 2 2
terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media) n dan n adalah
1 2
indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan. Jelas dari hukum Snell bahwa jika n > n , maka > artinya jika cahaya
2 1 2 1,
memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n > n maka > , sehingga berkas
2 1, 2 1
dibelokkan menjauhi normal (Douglas C. Giancoli, 2001: 243-259) Untuk menjelaskan arah perambatan cahaya, seringkali lebih mudah untuk mempresentasikan gelombang cahaya dengan sinar (ray) dan bukan dengan muka gelombang. Sinar digunakan untuk menjelaskan cahaya jauh sebelum sifat gelombangnya dibuktikan secara pasti. Dalam sebuah partikel mengenai cahaya, sinar adalah lintasan partikel. Dari sudut pandang gelombang, sinar adalah garis khayal sepanjang arah perjalanan gelombang itu. Dalam gambar 1, sinar adalah jari-jari muka gelombang sferis, dan dalam gambar 2, sinar adalah garis lurus yang tegak lurus terhadap muka gelombang. Bila gelombang berjalan dalam sebuah material isotropik homogen (ebuah material dengan sifat-sifat yang sama dalam semua daerah dan dalam semua arah), maka sinar itu selalu merupakan garis lurus yang normal terhadap muka gelombang. Di permukaan sebuah plat kaca di udara, laju gelombang dan arah sinar dapat berubah, tetapi segmen-segmen sinar itu di udara dan dalam kaca adalah garis-garis lurus. (Young, 2003 : 497) Indeks refraksi (index of refraction) dari sebuah material optik (juga dinamakan indeks refraktif ), yang dinyatakan dengan n, memainkan peranan penting dalam optika geometrik. Indeks refraksi itu adalah rasio dari laju cahaya c dalam ruang hampa terhadap laju cahaya v dalam material itu ; sehingga nilai n dalam medium apapun selain ruang hampa selalu lebih besar dari satu. Untuk ruang hampa, n= 1. Karena n adalah rasio dari dua laju, maka n adalah bilangan murni tanpa satuan. (Young, 2003 : 498-499) Indeks bias, yaitu perbandingan laju cahaya di ruang hampa terhadap laju cahaya di dalam medium, selalu lebih besar dari 1. Sebagai contoh, laju cahaya di dalam kaca kira-kira 2/3 dari laju cahaya di ruang bebas. Jadi, indeks kaca kirakira, n = c / v = 3 / 2. Karena frekuensi cahaya di medium kedua sama dengan frekuensi cahaya datang atom-atom menyerap dan meradiasi ulang cahaya tersebut pada frekuensi yang sama tetapi laju gelombang berbeda maka panjang gelombang cahaya yang ditransmisisikan berbeda dari panjang gemlombang yang datang. Jika adalah panjang gelombang cahaya di ruang hampa, panjang gelombang di dalam medium dengan indeks bias adalah
= v = c /nf = /n
Gambar di atas menunjukkan cahaya mengenai sebuah permukaan udara kaca yang rata. Sinar yang memasuki kaca disebut sinar yang dipantulkan, dan sudut 1 disebut sudut bias. Sudut bias lebih kecil dari sudut datang 1. Jadi, sinar yang dipantulkan dibelokkan menuju garis normal. Jika di sisi lain, berkas cahaya yang muncul dalam kaca dan dibiaskan ke udara, sudut bias lebih besar dari sudut datang dan sinar yang dipantulkan dibelokkan menjauhi garis normal seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah,
Perbedaan cepat rambat cahaya antar satu medium dengan medium lain menyebabkan peristiwa perubahan arah rambat (pembelokan) cahaya pada batas dua medium tersebut. Jika seberkas cahaya melalui bidang batas antara dua buah medium yang berbeda tingkat kerapatannya, cahaya akan mengalami perubahan arah ramabt atau dibelokkan. Peristiwa pembelokkan cahaya pada batas dua medium disebut pembiasan. Jadi, pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya setelah mengalami perubahan medium. Jika seberkas sinar menuju permukaan kaca plan paralel, maka sinar akan mengalami pembiasan sebanyak dua kali. Pembiasan pertama terjadi ketika cahaya masuk ke kaca. Pembiasan kedua terjadi ketika cahaya keluar dari kaca ke udara. Ketika cahaya dari udara masuk ke kaca, cahaya akan dibiaskan mendekati normal. Setelah itu, cahaya akan keluar dari kaca dan dibiaskan oleh udara menjauhi normal. Perjalanan cahaya yang mengalami pembiasan dua kali dapat dilihat pada gambar disamping. Besarnya pergeseran sinar (t) pada kaca paln paralel dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan seperti berikut:
Keterangan: = pergeseran sinar = tabel kaca plan paralel i = sudut datang r = sudut bias
.d .6 .6 = = .6
.d .6
.d .6 .6 = = .6
.d .6
.d .6 .6 =
.d .6 .6 = = .6
.d .6
.d .6 .6 = = .6
.d .6
.d .6 .6 =
Tabel 1.2 Perbandingan antara pergeseran sinar bias berdasarkan data dengan perhitungan, nilai rata-rata indeks bias.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,7 cm 2,2 cm 1,6 cm 1,2 cm 4,1 cm 3,3 cm 1,5 cm 1,9 cm 3,1 cm 0,9 Rata-rata
3,1 cm 2,3 cm 1,6 cm 1,3 cm 4,6 cm 3,6 cm 1,4 cm 1,4 cm 3,1 cm 1,6 cm
1,50 1,52 1,52 1,09 1,57 1,55 1,54 1,49 1,50 1,67 1,40
AlhamdulillahiRabbilalamin Pujisyukur kami limpahkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat ridho Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Laporan dari Praktikum Fisika yang telah kami lakukan.Terimakasih atas segalanya, kami telah melakukan yang terbaik, bila ada salah, mohon dimaafkan, karena kami masih dalam proses belajar. Wassalamualaikum Wr.Wb
3.1 Kesimpulan
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Pada setiap percobaan yang memiliki sinar datang dan sudut pantul yang berbeda-beda maka akan menghasilkan indeks bias dan pergeseran sinar yang berbeda pula. Dari percobaan tersebut dapat juga dilihat bahwa tiap-tiap sudut datang dan sudut pantul memiliki perbedaan pada nilai pergeseran sinar dan perbedaan indeks bias yang digunakan sesuai dengan bahan yang digunakan.Semakin kecil sudut sinar datang dan sinar pantul maka indeks bias dan pergesaran sinarnya makin kecil. Begitu juga sebaliknya. Jadi, hasil indeks bias dan pergeseran sinar sangat dipengaruhi besar kecilnya sudut sinar datang dan sinar pantul.
3.2 Saran
1. Praktikan harus memperhatikan kelegkapan alat-alat untuk melakukan praktikum 2. Diperlukan adanya ketelitian praktikan dalam melakukan praktikum 3. Harus diperhatikan langkah kerja di buku penuntunDalam melalukan percobaan, 4. hendaknya mengikuti prosedur pengamatan dengan baik agar mendapatkan hasil atau data yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA C. Giancoli, Douglas. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga Young, Hugh D, Dkk. 2003. Fisika Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga Tipler, Paul. 199. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga http://www.google.co.id