Anda di halaman 1dari 47

Anne (406107072) I. IDENTITAS PASIEN Nama pasien : An. L.S.

Umur : 2 tahun

Jenis kelamin : Perempuan Agama Suku Alamat : Mengikuti orangtua : Jawa : JL. Karanglo Pedurungan. RT/RW : 03/08. Kota Semarang

Nama ayah Umur Pekerjaan Pendidikan

: Tn. B : 29 tahun : Karyawan Swasta : SMA

Nama ibu Umur Pekerjaan Pendidikan

: Ny. K : 25 tahun : Ibu rumah tangga : SMA

Bangsal No. CM Masuk RS

: ICU : 212892 : 17 September 2012

II. DATA DASAR 1. Anamnesis Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada tanggal 19 September 2012 pukul 14.00 WIB di ruang ICU dengan didukung catatan medis. Keluhan utama : kejang

Keluhan tambahan : demam tinggi, mencret dan muntah

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) Riwayat Penyakit Sekarang Sebelum masuk RS 2 hari SMRS, anak mencret 3x cair, warna kekuningan, berampas, tidak menyemprot dan tidak berlendir maupun darah, volume sekitar gelas belimbing. Anak juga muntah 2x berisi makanan dan susu, tidak menyemprot, volume sekitar gelas belimbing. Anak rewel, selalu terlihat haus, nafsu makan berkurang tapi masih mau minum. Ibu pasien sempat membawa anak berobat ke puskesmas. Anak mendapatkan puyer dan sirup tapi tidak ada perbaikan. 1 hari SMRS, anak mengalami demam. Demam mendadak, terus menerus. Ibu sempat memberikan paracetamol sirup. Suhu tubuh anak sempat turun namun beberapa jam kemudian suhu tubuh kembali meningkat. Selama demam, mengigau saat tidur disangkal, menggigil disangkal, kejang disangkal. sesak disangkal. Bintik-bintik merah di badan di sangkal, tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan gusi dan berak seperti petis disangkal, anak rewel dan menangis saat pipis disangkal. Berak semakin sering 5 x sehari, cair , warna kekuningan, tidak menyemprot, berampas, tidak berlendir dan tidak ada darah, volume sekitar - 1 gelas belimbing. Kencing berkurang tidak seperti biasanya, warna kuning bening, tidak nyeri. Pasien muntah 3 x, berisi makanan dan susu, tidak menyemprot dengan volume gelas belimbing. Anak selalu terlihat haus dan masih mau minum tetapi nafsu makan berkurang. Ibu mengaku hanya memiliki 3 botol susu, dicuci dengan air mengalir tanpa direbus. Anak juga sering memasukkan makanan ke dalam mulut tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Riwayat anak alergi terhadap makanan tertentu disangkal. Riwayat makan dan minum yang diduga sudah kadaluarsa disangkal. Batuk, pilek disangkal. Riwayat sakit telinga atau mengeluarkan cairan dari telinga disangkal. Pagi hari SMRS, tiba-tiba pasien kejang saat demam tinggi (42,2C) pukul 10:00 WIB. Pasien kelojotan seluruh badan sekitar 10 menit, sebelum kejang anak sadar, saat kejang anak tidak sadar, mata melirik ke atas, mulut tertutup rapat, dan tidak keluar busa, sesudah kejang anak sadar dan menangis. Ketika kejang anak langsung dibawa ke RSUD Kota Semarang dengan menggunakan motor. Ibu pasien mengaku tidak memberikan obat apapun ketika anak kejang. Setibanya di Rumah Sakit, suhu diukur oleh dokter 42,5oC dan disarankan untuk dirawat inap di ICU. Kejang tidak berulang.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) Riwayat keluarga tidak ada yang pernah mengalami kejang. Riwayat terbentur di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan kotor disangkal. Riwayat luka kotor akibat terjatuh juga disangkal. Riwayat keluar cairan dari telinga yang didahului panas juga disangkal.

Setelah masuk RS: Follow up Keterangan TTV

17 September 2012

Hari 1 dirawat di RS Pagi hari : Demam (+) Siang hari : Kejang (-)

CM / TSS HR : 144 x/menit RR : 32 x/menit : 37,6 C

Keluhan lain: berak masih cair tetapi frekuensi berkurang T

yaitu 2x/hari, tidak ada lendir maupun darah, tidak N : 1/ t cukup menyemprot dengan volume gelas belimbing, muntah 1x, berisi makanan dan susu gelas belimbing, tidak nyemprot

18 September 2012

Hari ke-2 Demam (+) Kejang (-) Kencing sudah normal, muntah(-)

CM / TSS HR : 130 x/menit RR : 34 x/menit T : 37 C

Keluhan lain: berak sudah agak padat, 2x/hari, tidak ada lendir N : 1/t cukup maupun darah dengan volume gelas belimbing

19 September 2012

Hari ke-3 Demam (-) Kejang (-) Kencing,berak sudah normal, muntah (-) Nafsu makan membaik, aktif (+) Keluhan lain: -

CM / TSR HR : 120 x/menit RR : 36 x/menit T : 36,5 C

N : 1/t cukup

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Kejang ISPA Otitis TBC Ginjal Campak Jantung Darah

Umur Disangkal Pernah Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal

Penyakit Varicella Diare Typhoid Cacingan Alergi DBD Kecelakaan Operasi

Umur Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama seperti pasien.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan Anak perempuan dari ibu G1P1A0, hamil 40 minggu, lahir spontan ditolong oleh bidan. Bayi langsung menangis saat lahir. Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir 45 cm, lingkar dada 33 cm dan lingkar kepala 35 cm.. Kesan: neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, vigorous baby.

Riwayat Pemeliharaan Prenatal Ibu rutin memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat. Pemeriksaan dilakukan sejak ibu mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 7 bulan, 1 kali setiap bulan. Saat memasuki usia kehamilan 8 bulan, pemeriksaan dilakukan 2 kali setiap bulan hingga lahir. Selama ibu hamil, ibu mendapat suntikan TT 2 kali. Selama hamil, ibu tidak pernah menderita penyakit. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma disangkal. Obat obatan yang diminum selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah. Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) Riwayat Pemeliharaan Postnatal Pemeliharaan postnatal dilakukan di Posyandu dan anak dalam keadaan sehat. Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal baik

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan Berat badan lahir 3500 gram. Panjang badan lahir adalah 45 cm. Berat Badan sekarang adalah 11,5 kg. Panjang Badan sekarang adalah 86 cm.

Perkembangan Senyum Miring Tengkurap Duduk Gigi keluar Merangkak : Ibu lupa : 1 bulan : 4 bulan : 6 bulan : 7 bulan : Ibu lupa Celoteh (pa,ma) Berdiri dengan pegangan Berjalan Berlari : 7 bulan : 10 bulan : 12 bulan : Ibu lupa

Saat ini anak berusia 2 tahun dan anak mampu senyum, miring, tengkurap, duduk, merangkak, berjalan, berlari. Tidak ada gangguan perkembangan anak dalam mental dan emosi anak. Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur.

Riwayat Makan dan Minum Anak ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Mulai usia 6 bulan, anak diberi ASI dan bubur susu Mulai usia 8 bulan, anak diberi tim saring dan buah (pisang) Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makanan padat seperti anggota keluarga yang lain. Jenis Makanan Nasi/pengganti Sayur Daging/ayam Telur Frekuensi dan Jumlah 3x/hari @ piring 1-2x/hari, porsi tidak teratur 1x/minggu @ 1 potong 2-3x/minggu @ 1 butir 5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) Ikan Susu Buah Tempe/tahu 1x/minggu @ 1 potong 2x/hari @ 1 botol susu 3x/minggu, porsi tidak teratur 2x/hari @ 1 potong

Kesan: kualitas dan kuantitas makanan baik

Riwayat Imunisasi BCG Hep B Polio DPT Campak : pernah, 1x, usia 1 bulan, scar (+), di lengan kanan atas : pernah, 4x, usia 0,2,4,6 bulan : pernah, 4x, usia 0,2,4,6 bulan, imunisasi ulangan usia 18 bulan : pernah, 3x, usia 2,4,6 bulan, imunisasi ulangan usia 18 bulan : pernah, 1x, usia 9 bulan

Riwayat imunisasi tambahan: tidak pernah dilakukan Kesan: anak telah mendapat imunisasi dasar lengkap sesuai dengan usia anak.

Riwayat Keluarga Berencana Ibu tidak mengikuti program KB

Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung Jamsostek. Kesan: keadaan sosial ekonomi baik.

Data Keluarga Perkawinan ke Umur Pendidikan terakhir Keadaan kesehatan Ayah 1 29 tahun SMA Sehat Ibu 1 25 tahun SMA Sehat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) Data Perumahan Kepemilikan rumah Keadaan rumah : rumah sendiri : dinding rumah terbuat dari tembok, 1 kamar tidur, 1 kamar

untuk gudang, kamar mandi di dalam rumah, pencahayaan dan ventilasi baik. Sumber air bersih : sumber air minum PAM, limbah buangan dialirkan ke saluran

atau selokan yang ada di belakang rumah Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan.

Kesan : Kebersihan lingkungan tempat tinggal kurang dan cukup padat.

2. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada tanggal 19 September 2012 pukul 14.30 WIB Anak perempuan usia 2 tahun, Berat Badan 11,5 kg, Panjang Badan 86 cm. Keadaan umum Tanda vital : compos mentis, tampak sakit ringan, gizi baik, kejang (-) : TD: tidak dilakukan HR: 120x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup RR: 36x/menit, reguler Suhu: 36,5 o C (axilla)

Status Internus - Kepala - Rambut - Mata : mesocephal (lingkar kepala 35 cm), UUB menutup : hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut. : reflek cahaya +/+ (N), reflek kornea +/+ (N), reflek bulu mata +/+ (N), Pupil isokor +/+, cowong -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Hidung : bentuk hidung normal, kelainan kongenital (-), sekret -/-, nafas cuping hidung (-) - Telinga : bentuk telinga normal, kelainan kongenital (-), discharge -/-, serumen -/- Mulut - Tenggorok : bibir kering (-) , bibir sianosis (-), trismus (-) : tonsil T1-T1, hiperemis -/-, detritus -/-, kripte melebar -/-, arkus faring simetris, hiperemis (-), post nasal drip (-) - Leher : simetris, kaku kuduk (-), tidak ada pembesaran KGB 7

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) - Thoraks : Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : tidak terlihat pulsasi ictus cordis : ictus cordis tidak teraba : batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru paru Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-) Palpasi Perkusi : stem fremitus sulit dinilai : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-

- Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : datar : bising usus (+) normal : timpani di seluruh kuadran : supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba

- Genitalia - Anorektal - Ekstremitas

: Perempuan, dalam batas normal : anus (+), hiperemis (-) : Superior Inferior -/-/-/<2

Akral dingin Akral sianosis Oedem CRT

-/-/-/<2

- Pemeriksaan Neurologis Refleks Fisiologis : (+) Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 8

Anne (406107072) Refleks Patologis : (-) Rangsang Meningeal o Kaku kuduk : (-) o Brudzinsky I : (-) o Brudzinsky II : (-) o Kernig Klonus o Paha : (-) o Kaki : (-) Motorik o Tonus : normotonus o Kekuatan : tidak dilakukan karena pasien tidak kooperatif o Gerakan : simetris : (-)

3. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin


Tanggal 17/9/2012 18/9/2012 Hb 12,1 11,9 Ht 36,5 35,5 Leukosit 12.300 6.200 Trombosit 339.000 289.000 Kesan Leukositosis Normal

Kimia Klinik
Tanggal 17/9/2012 GDS 99 Na 133 K 3,90 Ca 1,20

Kesan: dalam batas normal

Feses Rutin (18/9/2012)


Makroskopis Warna konsistensi Bau Lendir Darah Amoeba Lemak Mikroskopis Telur cacing Kuning Lembek Khas 1-2/LPB 0-2/LPB Leukosit Eritrosit

Kesan: dalam batas normal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

Anne (406107072) 4. Pemeriksaan Khusus Data antropometri: anak laki-laki berusia 1 tahun, BB = 11,5 kg, PB = 86 cm. o WAZ = ( BB median ) / SD = ( 11,5 11,9) / 1,2 = - 0,3 (gizi normal) o HAZ = ( TB median ) / SD = ( 86 86,5) / 3,3 = - 0,15 (normal) o WHZ = ( BB median ) / SD = ( 11,5 12) / 1 = - 0,5 (normal) Kesan: status gizi baik dan perawakan tubuh anak normal

III. RESUME Telah diperiksa seorang anak perempuan umur 2 tahun berat badan 11,5 kg tinggi badan 86 cm, datang ke RSUD Kota Semarang dengan keluhan kejang sebanyak 1x 10 menit. Sebelum kejang anak sadar, saat kejang anak tidak sadar, mata medelik ke atas, seluruh badan kelojotan dengan mulut tertutup rapat, tidak keluar busa dari mulut, sesudah kejang anak sadar dan menangis. Kejang berhenti tanpa diberikan obat pemutus kejang. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami kejang seperti ini. 2 hari SMRS, anak mencret 3x cair, warna kekuningan, berampas, tidak menyemprot dan tidak berlendir maupun darah, volume sekitar gelas belimbing. Anak juga muntah 2x berisi makanan, tidak menyemprot, volume sekitar gelas belimbing. Anak rewel, selalu terlihat haus, nafsu makan berkurang tapi masih mau minum. Kencing berkurang tidak seperti biasanya, warna kuning bening, tidak nyeri. Ibu pasien sempat membawa anak berobat ke puskesmas. Anak mendapatkan puyer dan sirup tapi tidak ada perbaikan. Ibu mengaku hanya memiliki 3 botol susu, dicuci dengan air mengalir tanpa direbus. Anak juga sering memasukkan makanan ke dalam mulut tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Riwayat anak alergi terhadap makanan tertentu disangkal. Riwayat makan dan minum yang diduga sudah kadaluarsa disangkal. Batuk, pilek disangkal. Riwayat sakit telinga atau mengeluarkan cairan dari telinga disangkal. 1 hari sebelum kejang, pasien mengalami demam mendadak, terus menerus. Ibu sempat memberikan paracetamol sirup. Suhu tubuh anak sempat turun namun beberapa jam kemudian suhu tubuh kembali meningkat. Selama demam, mengigau saat tidur disangkal, menggigil disangkal, kejang disangkal. sesak disangkal. Bintik-bintik merah Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 10

Anne (406107072) di badan di sangkal, tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan gusi dan berak seperti petis disangkal, anak rewel dan menangis saat pipis disangkal. Berak dan muntah semakin sering dan bertambah banyak. Riwayat keluarga tidak ada yang pernah mengalami kejang. Riwayat terbentur di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan kotor disangkal. Riwayat luka kotor akibat terjatuh juga disangkal. Riwayat keluar cairan dari telinga yang didahului panas juga disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapat: Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang, gizi baik, kejang (-) Tanda vital : TD: tidak dilakukan HR: 120x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup RR: 36x/menit, reguler Suhu: 36,5 o C (axilla)

Status Internus

: dalam batas normal

Pemeriksaan Neurologis : dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang : Darah Rutin : 17/9/2012: Leukositosis ( 12.300/mm3) 18/9/2012: dalam batas normal Kimia klinik Feses Rutin : dalam batas normal : feses lembek, lain-lain dalam batas normal

Pemeriksaan Khusus didapat : Status gizi baik dan perawakan tubuh anak normal

IV. DIAGNOSA BANDING Observasi kejang Cerebral Akut sesaat Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 11

Anne (406107072) o Infeksi Ekstracranial 1. Kejang demam simpleks 2. Kejang demam kompleks Intracranial 1. Meningitis 2. Ensefalitis 3. Meningoensefalitis o Gangguan elektrolit o Gangguan metabolik o Gangguan kardiovaskular o Keracunan Kronik berulang o Epilepsi Non cerebral Tetanus, Tetani

Gastro Enteritis dehidrasi sedang Menurut Patofisiologi : Diare Osmotik Diare Sekretorik Menurut Onset: akut kronik persisten Menurut Etiologi Non infeksi Infeksi - Enteral (gastroenteritis) : Virus : Rotavirus, Adenovirus Bakteri: E. Coli, Salmonella, Shigella

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

12

Anne (406107072) Parasit: Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia Jamur : Kandida - Parenteral : OMA, ISPA

Hiperpireksia Set Point hipotalamus meningkat o Endogenous Pyrogen PMN Non-PMN

o Non- Endogenous Pyrogen Set Point hipotalamus normal o Pembentukan panas meningkat, pengeluaran normal Hipertiroidisme Hipernatremi

o Pembentukan panas normal, pengeluaran berkurang Keracunan obat antikolinergik Luka Bakar

Kerusakan pusat pengatur suhu (central fever)

Status gizi baik

V. DIAGNOSA SEMENTARA 1. Kejang Demam Simpleks 2. GEDS 3. Hiperpireksia 4. Status gizi baik

VI. TERAPI o Infus RL20 tpm o Injeksi Ceftriaxone 2 x 500 mg iv o Injeksi Dexametason 3 x amp Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 13

Anne (406107072) o Injeksi Diazepam 3 mg iv pelan (bila kejang) o PO/ o PCT syrup 3 x 1 cth o Diazepam 3 x 5,75 mg o Domperidone syrup 3 x 1 cth jika masih muntah o Zinc pro 1 x 20 mg o New oralit diberikan 75cc/kgBB (850-900) selama 3-4jam. Setelah 3-4jam, dipantau ulang derajat dehidrasi. Jika ada perbaikan, dan dehidrasi teratasi, pemberian oralit dapat disesuaikan dengan kebutuhan untuk pasien diare tanpa dehidrasi, yaitu 50100cc (< 2tahun) setiap mencret o Diet o Diet rendah serat, small frequent feeding o BBI : 12 kg o Kalori: 1100 kal/hari o Protein : 24 g/hari

VII. PROGNOSA o Quo ad vitam : ad bonam o Quo ad fungtionam : ad bonam o Quo ad sanationam : ad bonam

VIII. USULAN Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Ca Pemeriksaan GDS Pemeriksaan lumbal pungsi (atas indikasi) EEG (atas indikasi) Kultur feses

IX. NASEHAT Memiliki botol susu 4-5 botol, harus dicuci dan direbus. Jaga kebersihan makanan, minuman, dan lingkungan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

14

Anne (406107072) Biasakan cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan buang air kecil. Sedia obat penurun panas di rumah Sedia termometer dan obat anti kejang (diazepam) per rektal Bila anak demam, segera beri obat penurun panas dan di kompres dengan air hangat, di bagian lipat paha dan lipat ketiak Bila anak kejang, jangan panik, lalu longgarkan pakaian anak, beri diazepam melalui dubur anak dengan posisi anak terlentang miring bila tidak berhenti segera dibawa ke rumah sakit terdekat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

15

Anne (406107072)

TINJAUAN PUSTAKA

Gastro Enteritis Gastro Enteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir. 1 Etiologi 1. Faktor infeksi Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enternal ini meliputi : o Infeksi bakteri (10-20%): vibrio, E.coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersenia, aeromonas o Infeksi virus (70%) : enterovirus , adenovirus, rotairus, astrovirus o Infeksi parasit : cacing (ascaris , trichiuris, oxyuris, strongyloides o Protozoa (10%) : entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homonis o Jamur : candida albicans Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti otitis mdia akut, tonsilofaringitis, bronkopnemonia, ensefalitis. Keadaan teruta pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

2.

Faktor malabsorbsi : Malabsorbsi Karbohidrat (Gula). Malabsorbsi karbohidrat atau gula adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap (absorb) gula-gula. Malabsorbsi gula-gula yang paling dikenal terjadi dengan kekurangan lactase (juga dikenal sebagai intoleransi lactose atau susu) dimana produk-produk susu yang mengandung gula susu, lactose, menjurus pada diare.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

16

Anne (406107072) Lactose tidak diurai dalam usus karena ketidakhadiran dari enzim usus, lactase, yang normalnya mengurai lactose. Tanpa diurai, lactose tidak dapat diserap kedalam tubuh. Lactose yang tidak tercerna mencapai usus besar dan menarik air (dengan osmosis) kedalam usus besar. Ini menjurus pada diare. Meskipun lactose adalah bentuk yang paling umum dari malabsorbsi gula, gula-gula lain dalam diet juga mungkin menyebabkan diare, termasuk fructose dan sorbitol. Malabsorbsi Lemak. Malabsorbsi lemak adalah ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap lemak. Malabsorbsi lemak mungkin terjadi karena sekresi-sekresi pankreas yang berkurang yang adalah perlu untuk pencernaan lemak yang normal (contohnya, disebabkan oleh pankreatits atau kanker pakreas) atau oleh penyakit-penyakit dari lapisan dari usus kecil yang mencegah penyerapan dari lemak yang telah dicerna (contohnya, penyakit celiac). Lemak yang tidak tercerna memasuki bagian terakhir dari usus kecil dan usus besar dimana bakter-bakteri merubahnya kedalam senyawa-senyawa (kimia-kimia) yang menyebabkan air disekresikan oleh usus kecil dan usus besar. Lintasan melalui usus kecil dan usus besar juga mungkin lebih cepat ketika ada malabsorbsi dari lemak. 1,2

Epidemiologi Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.3 Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.2 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 17

Anne (406107072)

Patofisisologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan sekresi : akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus

Manifestasi klinis Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 18

Anne (406107072) bisa berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.1,3 Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurolgik dari infeksi usus bias berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot. Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seprti:enteric virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atu hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

19

Anne (406107072)

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringan-sedang

Dehidrasi berat 2 atau lebih tanda Letargi atau penurunan kesadaran Mata cowong Tidak mau makan Turgor kulit kembali sangat lambat Kencing (-)

Tidak ada tanda dehidrasi yang 2 atau lebih tanda: dapat dikelompokkan pada Gelisah Mata coeong Kehausan Turgor kulit kembali lambat Kencing berkurang

dehidrasi sedang atau berat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

20

Anne (406107072)

Tatalaksana Tatalaksana Diare menurut WHO a. Rehidrasi b. Dukungan nutrisi c. Suplementasi Zinc d. Antibiotik Selektif e. Edukasi orang tua

a. Rehidrasi 1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah: Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau) Jelaskan pada ibu: pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian. jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai tambahan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 21

Anne (406107072) jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika: anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat

Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari: <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB >2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan lebih lambat. lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis : umur <6 bulan : tablet (10 mg) perhari umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

Lanjutkan pemeberian makanan Kapan harus kembali

2. Rencana terapi B Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

22

Anne (406107072)
Usia Berat badan Jumlah (ml) <4 bulan <5 kg 200-400 4-11 bulan 5-7,9 kg 400-600 12-23 bulan 8-10,9 kg 600-800 5-4 tahun 11-15,9 kg 800-1200 5-14tahun 16-29,9 kg 1200-2200 >15 tahun >30 kg 2200-4000

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah member makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc selama 10 hari. 3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat) Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai berikut.
Umur Bayi (bibawah umur12 bulan) Anak (12 bulan sampai 5 tahun) Pemberian pertama 30ml/kgBB selama 1 jam* 30 menit* Pemebrian berikut 70ml/kgBB selama 5 jam 2 jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan penggunaan. Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk memberikan pada penderita: Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 23

Anne (406107072) 1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit 2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi 3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung. b. Dukungan Nutrisi Makanan diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak terjadi gizi buruk. c. Suplementasi Zinc Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak: anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit 1,3 d. Antibiotik Selektif Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya, Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 24

Anne (406107072)
Penyebab Kolera Antibiotik pilihan Tetracycline 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari Alternatif Erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari Pivmecillinam 20 mg/kg BB 4x sehari selama 3 hari Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB 3xs ehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat)

e. Edukasi Orang tua Nasihat pada orang tua untuk segera kembali bila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik.

Sifat tinja Volume Frekuensi

Rotavirus Sedang 5-10 /hari

Shigella Sedikit > 10x/hari

Salmonella Sedikit Sering

Kolera Banyak Terus menerus

Konsistensi Darah Bau Warna

Cair Langu Kuning hijau

Lembek sering

Lembek Kadang Busuk

Cair Amis khas Seperti air cucian beras

Merah hijau

Kehijauan

Leukosit

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

25

Anne (406107072) Komplikasi Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti : Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). Renjatan hipovolemik. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram). Hipoglikemi Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. 2,3

Prognosis Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung pada penyakit

penyerta/komplikasi yang terjadi. Jika diarenya segera di tangani sesuai dengan kondisi umum pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh.Yang paling penting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal.jika terdapat penyakit penyerta yang memberatkan keadaan pasien maka perlu di lakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap diare. Oleh karna itu perlu di lakukan diagnosa pasti berdasarkan pemeriksaan penunjang lain yang membantu, sehingga dapat di lakukan penanganan yang tepat sesuai Penyebab/kausal dari diare yang di alaminya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

26

Anne (406107072) HIPERPIREKSIA

Definisi Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).4

Etiologi 29-59% demam berhubungan dengan infeksi, 11-20% dengan penyakit kolagen, 68% dengan neoplasma, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain. 4 Penyebab hiperpireksi ialah : infeksi 39%, infeksi dengan kerusakan pusat pengatur suhu 32%, kerusakan pusat pengatur suhu saja 18%, dan pada 11% kasus disebabkan oleh Juvenille Rheumatoid Arthritis, infeksi virus dan reaksi obat. Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan hiperpireksia dapat dibagi sebagai berikut: 1. Set point hipotalamus meningkat a. Pirogen endogen - infeksi - keganasan - alergi - panas karena steroid - penyakit kolagen b. Penyakit atau zat - kerusakan susunan saraf pusat - keracunan DDT - racun kalajengking - penyinaran - keracunan epinefrin

2. Set point hipotalamus normal a. Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas - hipertermia malignan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 27

Anne (406107072) - hipertiroidisme - hipernatremia - keracunan aspirin b. Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas - mandi sauna berlebihan - panas di pabrik - pakaian berlebihan c. Pengeluaran panas tidak baik (rusak) - displasia ektoderm - kombusio (terbakar) - keracunan phenothiazine - heat stroke

3. Rusaknya pusat pengatur suhu a. Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus: - ensefalitis/ meningitis - trauma kepala - perdarahan di kepala yang hebat - penyinaran

Patofisiologi Pengaturan Suhu Tubuh Manusia ialah makhluk yang homeotermal, artinya makhluk yang dapat mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu di sekitarnya berubah. Yang dimaksud dengan suhu tubuh ialah suhu bagian dalam tubuh seperti viscera, hati, otak. Suhu rectal merupakan penunjuk suhu yang baik. Suhu rectal diukur dengan meletakkan thermometer sedalam 3 4 cm dalam anus selama 3 menit sebelum dibaca. Suhu ketiak biasanya lebih rendah daripada suhu rectal. Suhu tubuh manusia dalam keadaan istirahat berkisar antara 36oC 37oC, yang dapat dipertahankan karena tubuh mampu mengatur keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. 4 Panas dapat berasal dari luar tubuh seperti iklim atau suhu udara di sekitarnya yang panas. Panas dapat berasal dari tubuh sendiri. Pembentukan panas oleh tubuh (termogenesis) merupakan hasil metabolisme tubuh. Dalam keadaan basal tubuh Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 28

Anne (406107072) membentuk panas 1 kkal/ kg BB/ jam. Jumlah panas yang dibentuk alat tubuh, seperti hati dan jantung relative tetap, sedangkan panas yang dibentuk otot rangka berubahubah sesuai dengan aktifitas. Bila tidak ada mekanisme pengeluaran panas, dalam keadaan basal suhu tubuh akan naik 1oC/ jam, sedang dalam aktivitas normal suhu tubuh akan naik 2oC/ jam. 4 Pengeluaran panas melalui kulit dapat dengan dua cara yaitu: a. Konduksi konveksi : pengeluaran panas melalui cara ini bergantung kepada perbedaan suhu kulit dan suhu udara sekitarnya. b. Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat, difusi air melalui epidermis. 4 Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas. 4 Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat. 4

Klasifikasi Berdasarkan keadaan hipotalamus, demam dapat dibagi sebagai berikut: Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 29

Anne (406107072) 1. Set point hipotalamus meningkat Pembentukan panas meningkat, pengeluaran panas berkurang. Endogenous pyrogen (E.P): a. Leukosit polimorfonuklear (PMN) Pada demam oleh karena infeksi, kuman sebagai penyebab melepaskan suatu polisakarida yang tahan panas, disebut sebagai pirogen eksogen yang beredar dalam darah. Infeksi menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk membuat EP. Pada penyakit infeksi terdapat peningkatan sel PMN. Pada percobaan binatang telah dibuktikan bahwa pirogen eksogen tidak langsung mempengaruhi pusat pengatur suhu, tetapi lewat banyak sel dalam tubuh seperti sel leukosit, sel Kupfer hati, sel makrofag dalam paru, limpa dan kelenjar limfe bereaksi terhadap pirogen eksogen dan membentuk protein yang tak tahan panas, disebut pirogen endogen (endogenous pyrogen). Pirogen endogen masuk ke susunan saraf pusat melalui darah dan menyebabkan pelepasan prostaglandin E di dalam jaringan otak dengan akibat rangsangan terhadap hipotalamus yang peka terhadap zat tersebut sehingga menimbulkan panas5 b. Non-PMN Pirogen endogen dapat terbentuk tanpa mengaktivasi sel leukosit dan hal ini kemungkinan terjadi dengan mengubah lingkungan kimia neuron set-point hipotalamus. Metabolisme pirogen endogen disini belum diketahui dan zat ini dikeluarkan melalui sel retikuloendotelial. Keadaan ini terjadi pada penyakit alergik, penyakit kolagen, tumor, infark, infeksi virus, penyakit darah, demam steroid, penyakit metabolik dan lain-lain. 4 Non-endogenous pyrogen (non-EP): obat-obatan atau bahan lain Demam pada keadaan set point hipotalamus meningkat dapat terjadi bukan karena pelepasan pirogen endogen tetapi karena obat-obatan (phenotiazine, amphetamine, metamphetamine, preparat tiroid), penyakit tertentu di susunan saraf pusat, keracunan epinefrin, norepinefrin, DDT dan lain-lain.4,6 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 30

Anne (406107072)

II. Set point hipotalamus normal Kenaikan suhu tubuh dapat terjadi pada keadaan set point hipotalamus yang normal, yakni bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas yang normal atau pada pembentukan panas normal tetapi mekanisme pengeluaran panas tidak baik. Mekanisme terjadinya kenaikan suhu seperti berikut: 1. Pembentukan panas meningkat, pengeluaran panas normal Keadaan ini ditemukan pada malignant hyperthermia,

hypertiroidisme, hipernatremi, keracunan aspirin, feokromositoma. Keadaan ini juga dijumpai bila suhu udara di luar tubuh sangat tinggi atau bila memakai baju terlampau tebal. 2. Pembentukan panas normal, pengeluaran panas berkurang Keadaan in terjadi pada keadaan keracunan obat antikolinergik seperti atropin, ektodermal displasi, luka bakar. 4

III. Kerusakan pusat pengatur suhu (central fever) Pada keadaan ini demam terjadi disebabkan oleh karena penyakit tertentu yang menyerang dan mengakibatkan rusaknya pusatnya pengatur suhu tubuh, misalnya penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus, seperti ensefalitis, trauma kapitis, perdarahan hebat intrakranial, meningtis bakterial, radiasi, tetraparesis atau paraparesis, dimana susunan saraf otonom tidak berfungsi. 5

Gambaran Klinis Pada demam yang disebabkan oleh peningkatan set point hipothalamus, baik yang berhubungan dengan endogenous pyrogen maupun non-EP, terdapat peninggian pembentukan panas dan pengurangan pengeluaran panas. Penderita merasa dingin, terdapat piloerection, menggigil (shivering), ekstremitas dingin, keringat tidak ada atau sedikit sekali dan posisi tubuh penderita dalam posisi miring untuk mengurangi luas permukaan tubuh. 4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

31

Anne (406107072) Pada demam dimana set-point hipothalamus normal, pembentukan panas meningkat melebihi pengeluaran panas dan mekanisme pengeluaran panas normal, penderita merasa panas, tidak ada piloerection, ekstremitas panas, keringat banyak atau berkurang dan posisi tubuh penderita dalam posisi untuk memperluas permukaan tubuh. Pada feokromositoma, hiperpireksi timbul secara tiba-tiba disertai nyeri kepala dan keringat banyak. Bila pembentukan panas normal, tapi mekanisme pengeluaran panas tidak baik, penderita merasa panas, ekstremitas panas, keringat sedikit. 4 Pada penyakit tertentu misalnya dehidrasi dengan hipernatremia yang disebabkan oleh diare terdapat gabungan mekanisme set point normal dan meningkat yaitu demam disebabkan oleh infeksinya karena diare, yang mengakibatkan terjadinya set point meningkat sedang oleh hipernatremia set point tetap normal.5 Pada demam disebabkan oleh displasia ektodermal, terbakar, kelebihan/ keracunan phenotiazine dan heat stroke terdapat pembentukan panas normal tetapi mekanisme pengeluaran panas terganggu/ berkurang. Dalam hal ini penderita merasa panas, gelisah, lemah, ekstremitas panas dan keringat berkurang sampai tidak ada.5 Pada penderita dimana pusat pengatur suhu rusak, penderita ini seperti mahkluk poikilothermal, tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya terhadap perubahan suhu di sekitarnya. Suhu tubuh akan menetap, tidak dapat naik turun. Resisten terhadap antipiretik. Bila kerusakan hebat, keringat tidak ada. Sesudah tindakan penurunan suhu secara fisik, misalnya surface colling, suhu tubuh akan tetap rendah. Terdapat juga gangguan neurologik dan endokrin lainnya. 4 Pada rusaknya pusat pengatur suhu yang disebabkan oleh penyakit yang langsung menyerang hipotalamus, misalnya ensefalitis dan perdarahan otak, pada tingkat permulaan terdapat gejala klinis yang sama dengan set point hipotalamus yang meningkat tetapi apabila kerusakan berlanjut terjadi keadaan dimana penderita tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya terhadap perubahan suhu di sekitarnya. Penderita sangat bergantung pada suhu luar dan resisten terhadap antipiretik. Bila kerusakan hebat terdapat gangguan neurologik dan endokrin seperti diabetes insipidus.5 Bila suhu badan meningkat terus dan pada pengukuran suhu rektal mencapai 41,1oC atau lebih terjadilah apa yang dinamakan hiperpireksia dan manifestasi klinis akan bertambah dan bergantung pada keadaan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

32

Anne (406107072) Gejala klinis yang penting dan harus dikenal secepatnya supaya dapat ditanggulangi segera, yaitu: - gejala serebral seperti disorientasi, delirium, halusinasi, ataksia, fotofobi, kejang, koma dan deserebrasi - kulit : merah, panas dan kering - tekanan darah : mula-mula naik, normal dan kemudian turun - jantung : takikardia dan aritmia - pernafasan : tak teratur atau tipe Cheyne Stokes - oliguria, dehidrasi, asidosis metabolik dan renjatan (shock) - ekimosis, coagulation).5 petekiae, perdarahan dan DIC (disseminated intravascular

Hiperpireksi menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk di dalamnya peningkatan konsumsi oksigen dan metabolisme jaringan. Setiap kenaikan suhu tubuh 1oC, basal metabolik rate meningkat 10 -14%, kebutuhan oksigen meningkat 20% dan basal tidal volume meningkat 9%. Sebagai akibatnya sistem kardiovaskuler bekerja lebih berat. Hiperpireksia secara langsung dapat menyebabkan kerusakan jaringan. 4 Sebagai kesimpulan, gambaran klinik yang dapat ditemukan pada hiperpireksia ialah dehidrasi, gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit, aritmia, decompensatio cordis, hipotensi, shock, gangguan fungsi ginjal, respiratory failure, kejang, penurunan kesadaran sampai koma. 4

Penatalaksaan Dalam menanggulangi hiperpireksia ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu (1) menurunkan suhu tubuh secara simptomatis, (2) pengobatan penunjang dan (3) mencari dan mengobati penyebab.5 1. Menurunkan suhu tubuh secara simptomatis Dalam menurunkan suhu tubuh secara simptomatik ada 2 hal tindakan yang perlu dipisahkan, yaitu: a) mengeluarkan panas tubuh secara fisik dan b) menggunakan obatobat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

33

Anne (406107072) a) mengeluarkan panas tubuh secara fisik, ialah: - Menempatkan penderita dalam ruangan yang dingin dengan aliran udara yang baik, misalnya dengan kipas angin agar sirkulasi udara bertambah - Membuka baju penderita - Surface cooling yaitu kompres secara intensif pada seluruh bagian tubuh dengan es, air es atau dengan selimut hipotermik - Menggunakan alkohol untuk mendinginkan tubuh harus hati-hati karena gas yang turut terisap dapat menyebabkan hipoglikemia dan koma. - Memakai air es untuk membilas lambung atau enema atau infus sukar dilakukan dan terdapat gejala sampingan yang tidak baik untuk penderita.5

Pengeluaran panas secara fisik dapat dilakukan dengan cara external cooling dan internal cooling : External Colling (Surface Cooling) Dilakukan dengan mengompres seluruh tubuh dengan air, air es atau dengan memakai hypothermic matress, yaitu suatu alat berupa selimut yang suhunya dapat diatur dengan mesin. Bila memakai es, jangan meletakkan es pada satu tempat lebih lama dari satu menit. Pemakaian alkohol untuk mendinginkan kulit, harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat menimbulkan koma, hipoglikemi dan hipothermi karena inhalasi alkohol yang menguap, lebih-lebih bila ruangan perawatan sempit dengan ventilasi tidak baik. Internal cooling Dilakukan dengan membilas lambung dan rektum dengan larutan garam fisiologik yang dingin. Dapat juga dengan memakai cairan infus yang sedingin es. Internal cooling sukar melakukannya dan masih merupakan cara yang kontroversal. 4

b) menggunakan obat-obatan Obat-obatan yang dipakai adalah antipretik yang tujuannya untuk menurunkan set point hipotalamus. Obat ini bekerja melalui inhibisi biosintesis prostaglandin E, sehingga mencegah atau menghambat pengaruh pirogen endogen. Bila set point diturunkan, Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 34

Anne (406107072) pembentukan panas dikurangi dan pengeluaran panas tubuh akan meningkat, sehingga suhu tubuh akan menurun dan bahkan pada panas yang tak terlalu tinggi kompres es/ selimut hipotermik tidak diperlukan. Untuk mencegah menggigil karena vasodilatasi di kulit dan pengeluaran keringat, penderita dapat diselimuti. Obat antipiretik yang dipakai misalnya aspirin. Dosis aspirin adalah 60 mg/ tahun/ kali, sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6 bulan diberikan 10 mg/ bulan/ kali, sehari diberikan 3 kali. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam 2 jam pemberian oral, tetapi half life meningkat dengan menaikkan dosis sehingga ada bahaya akumulasi sebagai akibat pemberian yang sering unutk memberantas demam. Gejala sampingan aspirin yang perlu diketahui adalah perdarahan saluran pencernaan, memberatkan asma dan mengganggu fungsi sel-sel trombosit.5 Bila set point normal, pemberian aspirin untuk mengubah set point adalah tindakan salah dan dapat menyebabkan keracunan.5 Pada setiap penderita hiperpireksi dilakukan intra-venous fluid drips untuk memberikan cairan dan kalori serta untuk mengkoreksi setiap gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila terdapat asidosis diberikan natrium bikarbonat atau cairan yang mengandung base-corrector seperti cairan Ringer Laktat. 4 Penanganan Heat Stroke: 1. Dinginkan pasien secepatnya dengan air es atau dingin, kipas 35ating35y35i agen pendingin lainnya 2. Berikan oksigen 100%. Jika pasien unresponsive, awasi jalan nafasnya 3. Berikan infuse cairan isotonic cristaloid untuk hipotensi, dextrose 5% untuk tekanan darah yang normal dan untuk maintenance. Monitor CVP (Central Venous Pressure) 4. Tempatkan monitor, dan cek temperature per rectal berkelanjutan dan pasang kateter Folley serta NGT 5. Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan darah rutin, elektrolit meliputi: glukosa, kreatinin, protrombin time dan partial tromboplastin time (PT dan PTT), keratin kinase, fungsi hati, AGD, urinalisis dan serum kalsium, magnesium dan fosfat. 6. Rawat di ICU khusus untuk anak. 7

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

35

Anne (406107072) 2. Pengobatan Penunjang Penatalaksanaan terdiri atas: - Mengusahakan jalan napas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeotomi - Pasanglah dan pertahankan infus untuk menjamin pemasukan cairan secara teratur dan mempertahankan keseimbangan elektrolit. - Bila penderita gelisah dapat diberikan sedativa karena kegelisahan dapat menambah pembentukan panas - Bila terjadi keadaan menggigil dapat diberikan klorpromazin dengan dosis 2 4 mg/ kg BB dibagi dalam 3 dosis. Pada heat stroke kecuali pengobatan penurunan suhu secara fisik, dapat diberikan klorpromazin untuk mencegah vasokonstriksi pembuluh darah kulit akibat bendungan yang terlalu cepat karena tindakan secara fisik tersebut. - Bila terdapat kejang segera hentikan kejangnya - Bila timbul DIC (disseminated intravascular coagulation) tanggulangi

secepatnya. Sebenarnya DIC tidak memerlukan pengobatan bila penyebabnya diobati dengan tepat, tetapi pada anak bila terjadi perdarahan hebat dapat diberikan heparin dengan dosis 25 unit per kg BB dalam 1 jam di dalam infuse secara kontinu atau 100 unit per kg BB tiap 4 6 jam sekali secara intravena. - Bila terjadi hipoksia yang dapat mengakibatkan edema otak dapat diberikan kortison dengan dosis 20 -30 mg/ kg BB dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya dexamethasone - 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik. 5 3. Mencari dan mengobati penyebab Untuk hal ini diperlukan pemeriksaan lengkap baik secara umum maupun 36ating36y36i. Factor infeksi sangat penting dan perlu dikerjakan pemeriksaan darah lengkap termasuk biakan dan pungsi lumbal. Dengan penatalaksanaan yang baik mengeani hiperpireksia dan ditemukan penyebabnya umumya penderita dapat sembuh. Misalnya pada hipertermia malignan akibat anestesia bila tidak waspada dan tidak diketahui akan berakibat fatal. 5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

36

Anne (406107072) Prognosis Prognosis hiperpireksi bergantung kepada penyakit yang menyebabkan hiperpireksi itu. Bila penatalaksanaannya baik, kebanyakan kasus dapat sembuh daripada hiperpireksinya dan fungsi basal kembali normal. Kematian karena hiperpireksi saja 3-7%, sedangkan kematian karena penyakit utamanya 20%. Jadi pengobatan yang ditujukan terhadap penyakit yang menyebabkan hiperpireksi tetap merupakan hal yang utama.4 Pada keadaan heat stroke yang mengalami komplikasi dan hipertermia malignan prognosisnya buruk.4,5

KEJANG DEMAM Definisi Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di atas 38,4O) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut (prosesekstrakranial), terjadi pada anak berusia di atas 1 bulan, tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya 4,8

Manifestasi Klinis Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikansuhu badan yang tinggi dan cepat, berkembang bila suhu tubuh mencapai 39 C, disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA, OMA, dll). Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam. Kejang dapat bersifat tonik-klonik, tonik, klonik,fokal, atau akinetik. Berlangsung singkat beberapa detik sampai 10 menit, diikuti periode mengantuk singkat pasca kejang. Kejang demam yang menetap lebih dari 15 menit menunjukkan adanya penyebab 37ating37 seperti infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh4,7

Patofisiologi Sel dikelilingi oleh suatu 37ating37y yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) danpermukaan luar (ion). Dalam keadaan normal 37ating37y sel neuron dapat dengan mudah dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat potensial 37ating37y sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

37

Anne (406107072) potensial 38ating38y ini diperlukan 38ating dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial 38ating38y ini dapat dirubah oleh adanya: a. Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler. b. Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya. c. Perubahan patofisiologi dari 38ating38y sendiri dari penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan menaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui 38ating38y. Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke 38ating38y sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang. Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 38

Anne (406107072) Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambangkejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC. Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC. Terulangnya kejang demam lebih seringterjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.4,6 .

Klasifikasi Kejang DemamUnit Keja Koordinasi Neurologi IDAI membuat klasifikasi kejang demam pada anak menjadi 8: a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) - Singkat - Durasi kurang dari 15 menit - Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik - Umumnya akan berhenti sendiri. - Tanpa gerakan fokal. - Tidak berulang dalam 24 jam

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure) - Demam tinggi - Kejang lama Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012 39

Anne (406107072) - Durasi lebih dari 15 menit. - Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial - Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Penyebab demam pada 297 penderita KD Penyebab demam Tonsilitis dan/atau faringitis Otitis media akut (radang liang telinga tengah) Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna) Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi Bronkitis (radang saiuran nafas) Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas) Morbili (campak) Varisela (cacar air) Dengue (demam berdarah) Tidak diketahui 12 1 1 66 44 17 38 22 Jumlah penderita 100 91

Diagnostik Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang, penyebab demam di luar susunan saraf pusat. Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda infeksi di luar SSP Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam, di antaranya: a. Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin atau feses. b. Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan padaanak usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak di atas 18 bulan yang dicurigai menderita

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

40

Anne (406107072) meningitis. Pemeriksaan ini pada KDS masih 41ating41y41ial41 karena masih belum ditemukan keefektifannya. c. CT Scan atau MRI diindikasikan pada keadaan riwayat atau tanda klinis trauma,kemungkinan lesi 41ating41y41i otak (mikrocephal, 41ating41), dan adanya tanda peningkatan tekanan 41ating41y41ial. d. EEG dipertimbangkan pada kejang demam kompleks

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

41

Anne (406107072) Terapi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

42

Anne (406107072)

Bila kejang berhenti dapat diberikan terapi profilaksis intermitten atau rumatan berupa: a. Antipiretik. Berupa parasetamol 10-15mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. b. Antikejang berupa diazepam oral 0,3mg/kgBB tiap 8 jam saat demam atau diazepamrektal 0,5mg/kgBB tiap 12 jam. c. Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang demam kompleks dengan 43ating resiko. Obat yang digunakan adalah Fenobarbital 3-5mg/kgBB/hari atau asam valproat 15-40mg/kgBB/hari

Komplikasi Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit)biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, suhu tubuh makin meningkat, metabolisme otak meningkat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

43

Anne (406107072)

Prognosis .Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah: 9 a. Riwayat kejang demam dalam keluarga. b. Usia di bawah 18 bulan. c. Suhu tubuh saat kejang. d. Lamanya demam saat awitan kejang. e. Riwayat kejang dalam keluarga.

Faktor resiko terjadinya kejang di kemudian hari adalah: a. Adanya gangguan neurodevelopmental. b. Kejang demam kompleks. c. Riwayat kejang dalam keluarga. d. Lamanya demam saat awitan kejang. e. Lebih dari satu kali kejang demam kompleks

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

44

Anne (406107072) ANALISA KASUS

1. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Kejang Demam Sederhana berdasarkan : Menurut anamnesis : Pagi hari, Pasien kejang saat demam tinggi (42,2C), kelojotan seluruh badan sekitar 10 menit, mata melirik ke atas, mulut tertutup rapat, tidak keluar busa. Saat kejang pasien tidak sadarkan diri, sesudah kejang pasien sadar. Tidak berulang dalam 24 jam Kejang berhenti tanpa diberikan obat pemutus kejang

Klasifikasi Kejang DemamUnit Keja Koordinasi Neurologi IDAI Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure): - Singkat - Durasi kurang dari 15 menit - Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik - Umumnya akan berhenti sendiri. - Tanpa gerakan fokal. - Tidak berulang dalam 24 jam

Dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang ini dapat ditegakkan diagnosa Kejang Demam simpleks

2.

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis GEDS berdasarkan: Menurut anamnesis: 2 hari SMRS, anak mencret 3x cair, warna kekuningan, berampas, tidak menyemprot dan tidak berlendir maupun darah, volume sekitar gelas belimbing. Anak juga muntah 2x berisi makanan, tidak menyemprot, volume sekitar gelas belimbing. Anak rewel, selalu terlihat haus, nafsu makan berkurang. Kencing berkurang tidak seperti biasanya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

45

Anne (406107072) Gastro Enteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi berat 2 atau lebih tanda Letargi atau penurunan kesadaran Mata cowong Tidak mau makan Turgor kulit kembali sangat lambat Kencing (-)

Tidak ada tanda dehidrasi yang 2 atau lebih tanda: dapat dikelompokkan pada Gelisah Mata coeong Kehausan Turgor kulit kembali lambat Kencing berkurang

dehidrasi sedang atau berat

Dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang ini dapat ditegakkan diagnosa GEDS

3. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Hiperpireksia berdasarkan : Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, suhu tubuh pasien sesaat sebelum kejang sebelum dibawa ke Rumah Sakit adalah 42,2C. Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik ini dapat ditegakkan diagnosa Hiperpireksia

4.

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Status Gizi Baik berdasarkan : Menurut Pemeriksaan Fisik : o WAZ = ( BB median ) / SD = ( 11,5 11,9) / 1,2 = - 0,3 (gizi normal) o HAZ = ( TB median ) / SD = ( 86 86,5) / 3,3 = - 0,15 (normal) o WHZ = ( BB median ) / SD = ( 11,5 12) / 1 = - 0,5 (normal) Kesan: status gizi baik dan perawakan tubuh anak normal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

46

Anne (406107072) DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000. Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut, Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta.

3.

Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare Akut Anak Dalam Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : Edisi ke 1 Jakarta.

4.

Darlan Darwis. (1981). Penatalaksanaan Kegawatan Pediatrik, Beberapa Masalah dan Penanggulangan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

5.

Sofyan Ismail. (1981). Hiperpireksia. Kedaruratan dan Kegawatan Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

6.

Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.

7.

Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies & Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.

8.

Todd J. Kilbaugh Jimmy W. Huh Mark A. Helfaer. (2006). Chapter 34: Disorders of Temperature Control. Current Pediatric Therapy, 18th ed.Saunders, An Imprint of Elsevier.

9.

Rudolph, Colin D.; Rudolph, Abraham M.; Hostetter, Margaret K.; Lister, George; Siegel, Norman J. (2003). Chapter 4: The Acutely Ill Infant and Child. Rudolph's Pediatrics, 21st Edition, McGraw-Hill.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 30 Juli 2012-6 Oktober 2012

47

Anda mungkin juga menyukai