Anda di halaman 1dari 4

TEKNIK TES DAN TEKNIK NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR A.

TEKNIK TES Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara ind ividu yang satu dengan individu yang lain. Tidak ada dua individu yang persis sa ma, baik dari segi fisik maupun psikisnya. Ini merupakan salah satu bukti keagun gan Allah SWT atas segala ciptaanNya dan agar kita semua berbakti kepadaNya. 1. Pengertian Tes Secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: pir ing untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat ti nggi) dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diter jemahkan dengan tes, ujian atau percobaan. Dalam bahasa Arab: Imtihan. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas , yaitu : test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukur an dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsun gnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (ek sperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jamak) adalah pihak yang diken ai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai pekerjaan (= tercoba). Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Ps ychological testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunya i standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betu l-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah l aku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk memba ndingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L. Goodenough, t es adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu d engan yang lainnya. Dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pe rtanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dik erjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil penguk uran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau presta si testee. 2. Fungsi Tes Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan. 3. Penggolongan Tes Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan . a. Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembang an/ Kemajuan Belajar Peserta Didik. 1) Tes seleksi. Sering dikenal dengan istilah ujian ringan atau ujian masuk. Te s ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes d igunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekia n banyak calon yang mengikuti tes. 2) Tes awal. Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pe lajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi t

es awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada pe serta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. 3) Tes akhir. Sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan denga n tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting s udah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. 4) Tes diagnostic. Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tep at , jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pela jaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh pes erta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan ya ng tepat. Tes ini juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan Apakah pes erta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya? 5) Tes formatif. Adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan tujuan pengajara n yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jang ka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah formatif itu berasal dari kata for m yang berarti bentuk. 6) Tes sumatif. Adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpul an satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal denga n istilah Ulangan Umum atau EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya dig unakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal ya ng dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih be rat daripada butir-butir soal tes formatif. b. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu: 1) Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengung kap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. 2) Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungka p kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee. 3) Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek ter tentu. 4) Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ci rri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti g aya bicara, cara berpakaian dan lain-lain. 5) Tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, ya kni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi b elajar. c. Penggolongan Lain-lain Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjad i dua golongan, yaitu: 1) Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu or ang testee saja, dan; 2) Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee. Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaika tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: 1) Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk me nyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan; 2) Speed test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk me nyelesaikan tes tersebut dibatasi. Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yai tu: 1) Verbal test, yakni suaut tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tert uang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun seca

ra tertulis, dan; 2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tin gkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuat an atau gerakan-gerakan tertentu. Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaba nnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: 1) Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban nya juga secara tertulis. 2) Tes lisan, yakni tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-perta nyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya seca ra lisan pula.

B. TEKNIK NONTES Pada bab terdahulu telah dikemukakan bahwa kegiatan mengukur atau melakukan dan me rupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawal i kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar. Dengan teknik non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik d ilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis,, melakukan wawancara, menyebarkan angket, dan meme riksa atau meneliti atau dokumen-dokumen. 1. Pengamatan (observation/al-Ta-ammul) Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (=data) yang dilakukan d engan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-f enomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi sebagai alat evaluas i banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya su atu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar. 2. Wawancara (interview/al-Hiwar) Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah se rta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu: a. Wawancara terpimpin yang juga sering dengan istilah wawancara berstrukt ur atau wawancara sistematis. b. Wawancara tidak terpimpin yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis, atau wawancara bebas. 3. Angket (Questionnaire/Istifta) Angket juga dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil b elajar. Berbeda dengan wawancara di mana penilai berhadapan secara langsung deng an peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, peng umpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar yang jauh lebih praktis, meng hemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tida k sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya; apalagi jika pertanyaan-pertanyaan ya ng diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuas an kepada pihak penilai. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepad a para orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner da lam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar bel akang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. 4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat inf ormasi mengenai riwayat hidup. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi ten tang orang tua peserta didik. Juga dokumen yang memuat tentang lingkungan nonsos ial seperti: kondisi bangunan rumah, ruang belajar dan sebagainya http://inmuchlis.blogspot.com/2012/01/teknik-tes-dan-teknik-nontes-sebagai.html

Anda mungkin juga menyukai