Anda di halaman 1dari 14

Hajat Manusia terhadap Keimanan

Al Islam ibarat sebuah bangunan. Struktur bangunan Islam terdiri dari pondasi, penopang atau tiang dan atap. Pondasi Bangunan Islam adalah rukun iman, penopangnya adalah rukun Islam, dan atapnya adalah Ihsan. Rasulullah saw mengawali dakwahnya adalah dengan membangun pondasi aqidah dan menanamkan keimanan di lubuk para sahabatnya, sebelum akhirnya Rasulullah saw mengajarkan praktek-praktek ibadah fisik. Dan ini sesuai dengan tabiat wahyu, bahwa kelompok Al Quran yang turun di Makkah, sebelum Nabi hijrah adalah seputar masalah aqidah dan keimanan. Pengertian ini juga dijelaskan dalam hadits Jibril, saat berdialog dengan Rasulullah saw tentang iman, islam, ihsan dan tanda-tanda hari kiamat. Diakhir dialog tersebut Rasul menegaskan bahwa yang bertanya adalah Malaikat Jibril datang untuk mengajarkan agama.

. . . . . . . . .

Artinya: Sesungguhnya Jibril pernah datang kepada Nabi dalam bentuk seorang Arab Badui, lalu ia bertanya kepadanya tentang islam, maka Nabi menjawab, Islam itu, ialah hendaknya engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, engkau keluarkan zakat, engkau puasa bulan Ramadhan dan engkau pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu pergu ke sana. Lalu Jibril bertanya apakah Iman itu? Nabi menjawab, Yaitu hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para UtusanNya, bangkit dari kubur sesudah mati, dan hendaknya engkau beriman kepada takdir tentang takdir baik dan buruknya. Jibril bertanya lagi, apakah ihsan itu? Nabi menjawab, yaitu
1|Page

hendaknya engkau menyembah Allah yang seolah-olah engkau melihat Allah, sekalipun engkau tidak bisa melihat-Nya tetapi Ia bisa melihat engkau. Kemudian dalam akhir Hadist itu dikatakan Rasulullah saw bersabda (kepada para sahabatnya): Dia itu Jibril, Ia datang kepadamu untuk mengajarkan tentang agamamu. HR. Bukhari dan Muslim. Maka apabila struktur pondasi suatu bangunan itu kokoh, sebesar dan sekuat apapun bangunan diatasnya akan tetap berdiri tegak, sebaliknya jika pondasi kropos maka bangunan itupun akan hancur. Aqidah atau keimanan jualah yang menyelamatkan manusia dari siksa api neraka dan dimasukkan ke surganya Allah swt. Rasulullah saw bersabda: Akan dikeluarkan dari api neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illa Allah dan ia memiliki kebaikan walau seberat biji atom. HR. Bukhari dan muslim. DEFINISI AQIDAH Aqidah berasal dari kata -

Artinya ikatan. Aqdul bai dan aqdun nikah satu akar kata yang artinya ikatan jual beli dan ikatan nikah . Aqidah bentuk katanya / wazannya adalah faiilah bimakna mafuulah.Artinya sesuatu yang diikat, dikuatkan dan tertancap kuat di hati pelakunya. Aqidah Secara istilah adalah:

Keimanan yang benar yang terpatri dihati setiap mukmin.

2|Page

Hajat Manusia terhadap Aqidah 1. Kebutuhan Akal Terhadap Pengetahuan Tentang Fenomena Alam Semesta Manusia membutuhkan aqidah shahihah / keimanan yang benar justru terdorong dari kebutuhan mereka akan pengetahuan tentang hakekat diri manusia, kebutuhan akan pengetahuan tentang fenomena alam semesta yang besar ini. Atau dengan kata lain pengetahuan tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menyibukkan para filosof dari kebanyakan manusia, namun mereka tidak mampu menjawab dengan cespleng dan menentramkan hati. Manusia senantiasa terbayangi pertanyaan-pertanyaan besar yang mendesak membutuhkan jawaban: Dari mana? Mau kemana? Dan untuk apa?. a) Dari mana saya datang? Dari mana alam semesta yang besar ini ada? Apakah saya ada dengan sendirinya? Ataukah ada Khaliq / Pencipta yang mengadakan saya? Siapa Dia? Apa hubungan saya dengan-Nya? b) Kemana terminal akhir dari perjalanan singkat dimuka bumi ini ? Ada apa setetah mati apakah kehidupan berakhir dengan datangnya kematian? Atau apakah dibalik kematian ada kehidupan dimana kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan dan sekecil apapun kejahatan akan dibalas dengan balasan setimpal? c) Mengapa manusia diciptakan? Mengapa manusia dibekali akal dan kehendak? Mengapa semua apa yang dilangit dan dibumi ditundukkan untuk manusia? Apa tujuan diciptakannya manusia? Bagaimana cara manusia menyingkap rahasianya? Pertanyaan-pertanyaan itu membutuhkan jawaban. Dan tidak akan menemukan jawaban yang benar dan memuaskan kecuali kembali kepada aqidah shahihah dan keimanan yang benar. Yaitu aqidah yang mengenalkan manusia bahwa ia adalah makhluk/yang diciptakan oleh Khaliq / Sang Pencipta Yang Maha Agung. Allah swt berfirman:

3|Page

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Qs. Al Baqarah: 21 Keimanan bahwa Allah swt. menciptakan manusia dan menyempurnakannya, QS. Al Ala 2. Allah swt. meniupkan ruh-Nya kepada manusia. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. QS. As Sajdah: 9. Allah swt. menghamparkan nikmat-nikmat-Nya dan kemudahan-kemudahan-Nya bagi manusia QS. Saba 15. Aqidah yang mengenalkan manusia akan terminal akhir manusia setelah kehidupan dan kematian. Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian

mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka. QS. Yunus: 4. Aqidah yang mengenalkan manusia bahwa kematian bukanlah kehancuran semata, tetapi kematian adalah perpindahan menuju kehidupan lain yaitu kehidupan barzakh. Semua yang bernafas akan meninggal dan akan dibangkitkan kembali. Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). QS. Ali Imran: 25. Aqidah yang mengenalkan manusia: Mengapa manusia diciptakan? Allah swt. berfirman, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. QS Ad Dzariat: 56

4|Page

Aqidah yang menjelaskan mengapa manusia dimulyakan dan dilebihkan atas makhluk lainnya? Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. QS Al Isra 70 Aqidah yang menjelaskan bahwa di dunia ini semata-mata rumah cobaan, adalah untuk semata-mata beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, adalah untuk memakmurkan bumi dan memberdayakannya sesuai dengan yang Allah swt ridhoi. Manusia yang tidak hidup dengan aqidah dan keimanan yang benar, pasti celaka dan dimurkai. Ia terkungkung dalam kegelapan syakwa sangka, ketidak pastian dan kebodohan. Allahu Alam Bishsawab.
2. Kebutuhan Fitrah Manusia

Pada tulisan pertama kita bahas hajat atau kebutuhan manusia terhadap aqidah Islam, yang berkaitan erat dengan kebutuhan akal manusia. Tulisan kedua ini membahas hajat fitrah insani dan hajat kesehatan mental. Setiap manusia akan terus didera kegoncangan jiwa, kegersangan ruhani, kehampaan qalbu dan merasa serba kekurangan, sampai manusia itu mendapatkan dan merengkuh keimanan kepada Allah swt. Ketika itu manusia serta-merta mendapatkan kebahagiaan, merasakan ketenangan, seakanakan ia baru menemukan dirinya sendiri. Karena itu Al Quran menjadikan keimanan dan aqidah sebagai fitrah manusia semenjak ia diciptakan dari awal mula. Allah swt. berfirman:

5|Page

Maka hadapkanlah wajahmu pada agama yang hanif. Fitrah Allah yang dengan fitrah itu Allah menciptakan manusia. Tidak ada perubahan atas ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus. QS. Ar Rum: 30. Betapa banyak manusia yang kafir (menutupi fitrahnya) di kemudian hari kembali ke pangkuan Islam karena panggilan nuraninya dan akal sehatnya. Sebut saja seseorang yang bernama Bernard Nababan yang sejak kecil hidup di lingkungan keluarga aktifis kristen dan dikondisikan untuk menjadi misionaris. Namun dalam perjalanannya ia malah menentang kehendak keluarganya dan kembali ke pangkuan Islam karena mengikuti hati nurani dan akal sehatnya. Atau kisah ratusan para muallaf yang kembali ke pangkuan Islam karena mengikuti hati nurani dan akal sehatnya, ini bisa kita baca di www.muallaf.com.

Bagaimana dengan kita yang dari kecil berada dilingkungan keluarga muslim? Jika akal sehat dan fitrah kita senantiasa kita asah dan kita tajamkan dengan marifat dan pengetahuan Islam maka kehidupan kita akan lebih banyak didominasi oleh kebaikan dari pada kesalahan dan penyimpangan.

Allah swt berfirman: Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. sebagai karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. Al Hujurat 7-8

3. Kebutuhan Manusia Terhadap Kesehatan Mental dan Kekuatan Ruhani Seseorang yang beriman kepada Allah swt, iman akan keadilan-Nya, iman akan rahmat-Nya, iman akan balasan di negeri kekekalan, maka itu semua akan menghantarkan dirinya pada kesehatan mental, kekuatan ruhani. Demikian juga aqidah itu akan memunculkan cita-cita, optimisme dan kesabaran dalam dirinya.

6|Page

Allah swt berfirman:

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.QS. At Taghobun: 11.

Dalam kesempatan lain Allah swt berfirman: Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. QS Al Baqarah: 45-46.

Adapun orang-orang yang hidup di dunia mereka tanpa iman terlebih ketika mereka ditimpa kesusahan dan musibah- mereka akan goncang jiwanya, menyerah kalah dihadapan pertarungan hidup, putus asa atau sakit jiwa bahkan bunuh diri, wal iyadzubillah.

Keadaan seperti itu di rekam Allah swt dalam firman-Nya:

Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. QS. Ar Ruum: 36

Lebih jauh Allah swt meyibak watak sejati manusia, yaitu watak keluh kesah lagi kikir, dalam firmanNya:

7|Page

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orangorang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. QS. Al Maarij: 19-35.

Kita berlindung diri kepada Allah swt dari sikap mengindahkan kata hati nurani dan akal sehat, karena dikalahkan oleh nafsu syahwat. Dan sekaligus kita berdoa agar kita dikaruniai iman dan aqidah yang kokoh sehingga melahirkan mental yang sehat dan hati yang waras qalbun salim-. Tentunya dengan usaha keras kita menggapai hidayah-Nya. Allahu Alam.

A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

1. Pengertian

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntutan. Memang agama mengandung ajaranajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya . Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab kata ini
8|Page

mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik . Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan Tuhan.

Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.

Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K. Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.

Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan interpretasi agama secara
9|Page

keliru

dan

berujung

pada

tercapainya

tujuan

yang

bersangkutan.

Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatruhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan ghaib.

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.

7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.

10 | P a g e

B.

LATAR

BELAKANG

PERLUNYA

MANUSIA

TERHADAP

AGAMA

Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Latar Belakang Fitrah Manusia

Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan batiniah.

Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia, sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.

Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .

Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara mengenalkan agama kepadanya.

2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia . Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
11 | P a g e

Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya Quesk For True Happines menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang telah izin.

Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan senjata agama. Allah menciptakan manusia dan berfirman bahwa manusia itu telah diciptakan-nya dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.

Artinya : Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)

Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .

3. Tantangan Manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
12 | P a g e

Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.

Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting.

13 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. http://dinulislami.blogspot.com/2009/10/kebutuhan-manusia-terhadap-agama.html 2. http://www.dakwatuna.com/2007/08/230/hajat-manusia-terhadap-keimanan-bag-i/ 3. http://www.dakwatuna.com/2007/09/260/hajat-manusia-terhadap-keimanan-bag-2/

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai