Anda di halaman 1dari 3

KOMODITAS TANAMAN WIJEN

A.Pendahuluan
Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.) mempunyai beberapa keunggulan seperti tahan kering, mutu biji tetap baik walaupun ditanam pada lahan kurus dan dapat dibudidayakan se cara ekst e ns if , mempu ny ai ni l ai ekonomi yang re lati ve tingg i dan dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Merupakan penghasil minyak nabati yang banyak digunakan untuk aneka industri, seperti industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Kebutuhan wijen masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, terbukti masih adanya impor biji dan minyak wijen setiap tahun. Untuk tahun 2005 impor biji wijen sebesar 2.804 ton dengan nilai US $ 1,19 juta dan minyak wijen sebesar 545 ton dengan nilai US $ 555 ribu. Tahun 2007 impor biji wijen sebesar 2.862 ton dengan nilai US $ 1,28 juta dan minyak wijen 550 ton dengan nilai US $ 598 ribu. Demikian pula permintaan dunia akan biji wijen meningkat dari tahun ketahun. Daerah sentra produksi tradisional adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Disamping itu juga dibudidayakan di Lampung, NTB, Sulawesi Selatan, NTT. Peluang pengembangan wijen masih cukup tinggi karena potensi lahan yang sesuai cukup luas, terutama di Kawasan Indonesia Timur (KTI), yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan kering beriklim kering.

0.Sistematika
Sistematika tanaman wijen menurut van heenen (1981), adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Solanales (Tubitlorae) Famili : Pedaliaceae Genus : Sesanum Spesies : Sesanum indicum L

C. Manfaat dan Kegunaan Seluruh bagian tanaman wijen dapat dimanfaatkan, baik batang, daun maupun bijinya. Batang, daun dan bagian lainnya dapat dimanfaatkan sebagai biomassa yang jumlahnya mencapai 80% dari total bahan kering yang dapat menghasilkan bahan organik dalam tanah. Daun dapat juga dimanfaatkan sebagai lalap dan obat. Sedangkan biji wijen dimanfaatkan langsung dalam bentuk biji dan dapat pula diolah menjadi minyak wijen dan ampas (bungkil) wijen. Biji wijen dapat digunakan sebagai penambah kelezatan aneka kue seperti onde-onde, enteng-enteng wijen, kue basah dan lain-lain serta dapat juga digunakan sebagai obat.

Wijen mendapat julukan The Queen of Oil Seeds Crops yang mencerminkan biji wijen memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi konsumennya. Minyak wijen dapat digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan, kosmetik, penerangan, insektisida dan lain-lain. Sedangkan bungkil dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Minyak wijen sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari karena merupakan salah satu minyak nabati yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi yang mencapai 84 %. Asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat dan linoleat yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya fungsi dan pertumbuhan normal semua jaringan. D. PERSYARATAN TUMBUH

P Persyaratan tumbuh tanaman wijen adalah sebagai berikut :


Tumbuh didaerah tropika dan sub tropika antara 35 0 L.U dan 40 0 L.S. L Ketinggian antara 1-1.250 meter diatas permukaan laut. Suhu optimal untuk produksi tinggi 2527 0 C. C Curah hujan 400-600 mm. Curah hujan kurang 300 mm atau lebih dari 1.000 mm akan sangat mengganggu pertumbuhan. Idealnya wijen ditanam pada wilayah kering dengan bulan basah maksimal 3 bulan. b Jenis tanah berpasir sampai lempung dengan pH tanah optimum pada kisaran 5,5 8,0.

E.

TEKNIK BUDIDAYA

1.Varietas.
Penggunaan varietas perlu disesuaikan dengan kondisi iklim, tanah dan tujuan penanaman. Pada pertanaman monokultur dianjurkan menggunakan var. bercabang dan pertanaman polikultur, tumpangsari menggunakan varietas. yang tidak bercabang. Pada tahun 1997 telah dilepas 2 (dua) varietas unggul wijen oleh Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas, yaitu var Sumberejo 1 (Sbr1) produktivitas 1-1,6 ton/hektar dan habitus bercabang banyak dan Sumberejo 2 (Sbr2) dengan produktivitas 0,8-1,4 ton/hektar dan habitus tidak bercabang.

0.Kebutuhan Benih.
Kebutuhan benih untuk penanaman monokultur 2,54 kg/ha dan untuk tumpangsari 12 kg/ha. Untuk mencegah kekurangan benih pada saat penanaman (karena bijinya kecil-kecil), maka benih dicampur terlebih dahulu dengan abu dapur/pasir dengan perbandingan 1:1 3. Penanaman Setelah tanah diolah dapat dilakukan penanaman dengan ditugal (apabila tanah sudah basah) atau dicoak (tanah yang masih kering). Jarak tanam dengan pola

tanam monokultur 25 cm x 40 cm atau 25 cm x 60 cm. Sedangkan dengan pola tanam tumpangsari dapat disesuaikan dengan jenis tanaman pokoknya. Waktu tanam pada wilayah yang musim hujannya pendek pada awal musim penghujan dan untuk wilayah berpengairan atau musim hujannya panjang pada akhir musim penghujan yaitu 12 bulan sebelum bulan kering. Umur tanaman wijen berkisar 75- 150 hari. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman wijen yang dilakukan adalah penjarangan, penyiangan, pengairan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. p

P Penjarangan dilakukan setelah umur 15-20 hari, tiap lubang tanam disisakan 2 tanaman. s sebanyak 2-3 kali.
Penyiangan/pengendalian gulma dilakukan sejak awal pertumbuhan sampai umur 45 hari

Pupuk dasar (PdanK) apabila diperlukan dapat diberikan seluruhnya pada saat tanam dan pupuk N diberikan hanya 1/3 dari dosis yang direkomendasikan, sisanya 2/3 dosis diberikan pada saat tanaman berumur 30-35 hari. Dosis pupuk N sebanyak 45 kg/hektar (setara 100 kg Urea), sedang pupuk P dan K disesuaikan dengan kesuburan tanah. Cara pemberian pupuk dapat dilakukan d dengan cara di tugal 5 cm dari lubang tanam sedalam 2,55 cm.

P Pengendalian hama dan penyakit


Hama tanaman wijen antara lain: hama keriting daun (Polyphagotarsonemus sp, Aphis sp.), penggerek daun (Antigastra sp). ( Penyakit tanaman wijen antara lain filodi, bercak daun, keriting daun. Pengendalian dapat dilakukan secara budidaya, mekanis dan kimiawi. Pengendalian secara kimia dirasa kurang efisien, sehingga umumnya ditempuh dengan penggunaan varietas yang toleran, pengaturan jarak tanam, pola tanam dan waktu tanam. 5. Panen dan Pasca panen Panen yang tepat dilakukan bila 2/3 dari polong buah sudah berwarna hijau kekuningan.Penguningan dimulai dari polong-polong yang berkedudukan dibawah. Bila terlambat, polong akan pecah, biji jatuh dan tidak lagi dapat diambil. Panen dilakukan dengan cara batangnya dipotong 10-15 cm dibawah polong buah. Batang yang telah dipotong dibendel dan diikat dengan garis tengah 15-20 cm, kemudian dijemur dibawah sinar matahari dengan keadaan berdiri selama 3-5 hari sampai kadar airnya mencapai + 6%. Tempat penjemuran sebaiknya diberi alas/ tikar untuk menampung biji yang rontok. Jika polong sudah pecah maka bendelan wijen dibalik sambil dipukul-pukul batangnya agar biji wijen keluar dari polongnya. Pengeringan yang kurang kering menyebabkan biji wijen mudah rusak dalam penyimpanan, tetapi kalau terlalu kering akan menurunkan kadar minyaknya. Penyimpanan biji kering sebaiknya dengan pembungkus yang kedap udara.

Anda mungkin juga menyukai