Anda di halaman 1dari 6

PAPPER BUDAYA ORGANISASI

Disusun Oleh : Dwi Anggoro Ramadan Bagus Jarot. K Warastra Adhi

Bab I PENDAHULUAN

1.1

1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6

Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai bentuk pemahaman masing-masing orang atau manusia di masyarakat. Orang-orang yang memiliki pemahaman yang sama berkumpul menjadi satu membentuk satu perkumpulan yang bersifat formal maupun informal yang disebut organisasi. Didalam organisasi itu timbul suatu sikap perilaku atau kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang ada didalam organisasi tersebut. Kebiasaan itu terus menerus dilakukan di dalam organisasi itu dan lama kelamaan kebiasaan itu membentuk suatu budaya atau kebiasaan yang sering dilakukan organisasi itu dan menimbulkan suatu ciri khas. Dalam hal ini budaya yang dibentuk dalam organisasi dapat mempengaruhi suatu individu atau seseorang untuk melakukan kebiasaan atau sikap yang sering dilakukan organisasi tersebut. Adapun budaya tersebut digunakan oleh suatu perusahaan untuk melatih sikap karyawan yang bekerja di dalam perusahaan tersebut sehingga pada saat melayani pelanggan yang menggunakan jasa perusahaan tersebut merasa dihormati. Hal yang akan dibahas dalam papper ini: Apakah organisasi itu? Apakah budaya itu? Apa pengertian Budaya Organisasi ? Apakah budaya organisasi itu bisa mempengaruhi sikap seseorang? Konflik apa saja yang terdapat didalam budaya organisasi? Dalam suatu perusahaan aplikasi apa saja yang dilakukan melalui budaya organisasi?

Bab II ISI 2.1 Pembahasan 2.1.1 Organisasi Organisasi adalah suatu kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan. Tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai lebih efisie dan efektif melalui tindakan-tindakan individu dan kelompok yang diselenggarakan dengan persetujuan bersama. Organisasi mempunyai pengaruh besar atas perilaku kita. Mengingat perkembangan organisasi besar masih relatif baru, maka baru saja mulai mengakui perlunya penelaahan tentang itu. Penelaahan ini disebut juga dengan Perilaku organisasi, dengan demikian perilaku organisasi dapat di definisikan yaitu penelaahan tentang individu dan kelompok dalam lingkungan organisasi. Keefektifan setiap organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusianya. Orang adalah sumber daya yang umum bagi semua organisasi. Tidak ada organisasi tanpa orang. Suatu prinsip yang penting dalam psikologi ialah bahwa setiap orang berbeda-beda. Setiap orang mempunyai keunikan persepsi, kepribadian, dan pengalaman hidup, perbedaan sikap, keyakinan, dan tingkat cita-cita. Hubungan individu dan kelompok dalam organisasi menciptakan harapanharapan bagi perilaku individu. Harapan-harapan ini menghasilkan perananperanan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus memainkan peranan sebagai pemimpin, sementara yang lain-lainnya memainkan peranan sebagai pengikut. Dalam organisasi terdapat organisasi yang bersifat formal dan informal. 1) Organisasi Formal: organisasi di mana para anggotanya dalam mencapai tujuan dilakukan menurut ketentuan yang resmi, ada pembatasan kewenangan dan tanggungjawab, ada peraturan organisasi, ada status (fungsional berdasarkan keahlian/strutural karena status yang berkaitan dengan posisi), ciri-cirinya: a. pola komunitas relatif mapan b. Disiplin kerja diatur secara formal c. Pengorganisasian jelas d. Ada kekhususan keahlian e. Tujuan terencana dengan jelas 2) Organisasi Informal, organisasi di mana para anggotanya dalam usaha mencapai tujuannya dilakukan atas dasar hubungan pribadi dengan struktur informal. Ditandai dengan kewenangan dan tanggungjawab tidak

tergantung oleh jabatan struktural. Kedisiplinan diukur dari kesadaran pribadi, ciri-cirinya: a. Proses pembentukan atas kepentingan bersama b. Hubungan informal c. Jumlah anggota relatif kecil d. Adanya kegemaran yang relatif sama diluar organisasi e. Disiplin kerja didasarkan pada kesadaran pribadi Di dalam organisasi juga terdapat suatu proses yang memberi jiwa bagi organisasi tersabut yaitu : Proses Komunikasi. Kelangsungan hidup organisasi berkaitan dengan kemampuan manajemen untuk menerima, menyampaikan, dan melaksanakan komunikasi. Proses komunikasi menghubungkan organisasi dengan lingkungannya termasuk bagian-bagiannya. Informasi mengalir ke dan dari organisasi itu, termasuk di dalam organisasi itu sendiri. Informasi mengintegrasikan kegiatan intern organisasi. Proses pengambilan keputusan. Masalah pengambilan keputusan dalam suatu organisasi tergantung pada tujuan yang tepat dan pengidentifikasian sarana untuk mencapai tujuan itu. Dengan pengintegrasian faktor-faktor perilaku dan struktur secara baik, manajemen dapat meningkatkan kemungkinan membuat keputusan yang berkualitas tinggi. Organisasi mengandalkan keputusankeputusan individu sebagaimana halnya keputusan kelompok, dan manajemen yang efektif memerlukan adanya pengetahuan tentang dua corak keputusan. Proses evaluasi. Para manajer harus mengevaluasi individu dan kelompok di dalam organisasi itu. Sistem yang diterapkan manajemen untuk mengevaluasi prestasi membantu maksud-maksud seperti penentuan imbalan(upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan akan pelatihan(training), penyediaan balikan bagi para pegawai. Banyak metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi prestasi sehingga merupakan tantangan bagi manajemen untuk memilih yang cocok.

2.1.2 Budaya Budaya adalah suatu sikap, kebiasaan, perilaku yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok yang berlangsung secara terus menerus dan turun temurun. Edward Burnett Tylor (1832-1917 secara luas mendefinisikan budaya sebagai culture or civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich includes knowledge,belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a memmmber of society atau Budaya juga dapat diartikan sebagai Seluruh sistem gagasan

dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi terhadap perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya organisasi (organization culture) atau budaya kerja (work culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture). Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran sekolah (school learning culture) atau Kultur akademis (Academic culture). Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut. budaya berhubungan dengan pola prilaku seseorang ketika berhadapan dengan sebuah masalah hidup dan sikap terhadap pekerjaanya. Dilihat dari unsur perbedaan budaya juga menyangkut ciri khas yang membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain ataupun yang membedakaan antara profesi yang satu dengan profesi yang lain. Seperti perbedaan budaya seorang dokter dengan seorang dosen, seorang akuntan dengan seorang spesialis, seorang professional dengan seorang amatiran. Ciri khas ini bisa diambil dari hasil internalisasi individu dalam organisasi ataupun juga sebagai hasil adopsi dari organisasi yang mempengaruhi pencitraan sehingga dianggap sebagai kultur sendiri yang ternyata pengertiannya masih relatif dan bersifat abstrak. Kita lihat pengertian budaya yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Soerjono Soekanto mendefinisikan budaya sebagai Sebuah system nilai yang dianut seseorang pendukung budaya tersebut yang mencakup konsepsi abstrak tentang baik dan buruk. atau secara institusi nilai yang dianut oleh suatu organisasi yang diadopsi dari organisasi lain baik melalui reinventing maupun re-organizing(Ibid, Soerjono Soekanto, P. 174)

2.1.3 Budaya organisasi Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.[1] Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan memahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak.Budaya organisasi adalah suatu sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif. Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya. Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.

Anda mungkin juga menyukai