Anda di halaman 1dari 10

MENGEMBANGKAN POTENSI BIJI DURIAN SEBAGAI BIOETANOL

Innez Candri Gilang Purnama Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145, Telp. 0341-551611, 575777; Fax. 0341-565420 E-mail: vanez_mail@yahoo.com

Abstract: During this time, humans rely on fossil fuel to fulfill the vehicle fuel. However, fossil fuels are not renewable and are increasingly depleted. In modern times such as now, fuel demand always increase and the world's population is also increasing. On the other hand, the earth must also be preserved. One solution is the use of bioethanol as a fuel substitute. Bioethanol is liquid that produced from starch fermentation that use microorganism. Beside friendly for environment, fuel from it can be updated so will be decrease dangerous gasses that cause global warming. The alternative in making bioethanol is use durian seed. Durian seed starch content in the high will be able to produce bioethanol are of very. Key Words: fuel, bioethanol, durian seeds.

Abstrak: Selama ini, manusia hanya mengandalkan bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan. Namun, bahan bakar fosil tersebut tidak dapat diperbaharui dan semakin lama semakin menipis. Di zaman modern seperti sekarang, kebutuhan bahan bakar semakin meningkat, populasi penduduk dunia juga meningkat. Di sisi lain, bumi juga harus dijaga kelestariannya. Salah satu solusinya adalah penggunaan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar. Bioetanol adalah cairan yang dihasilkan dari fermentasi bahan berpati yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Selain ramah lingkungan, bahan bakar dari nabati ini dapat diperbaharui sehingga akan menguragi emisi gas buang yang dapat menyebabkan global warming. Salah satu alternatif dalam pembuatan bioetanol adalah memanfaatkan biji durian. Kandungan pati dalam biji durian yang tinggi akan mampu menghasilkan bioetanol yang berkulitas. Kata Kunci: bahan bakar, bioetanol, biji durian.

A. Pendahuluan Energi merupakan kebutuhan utama manusia. Manusia memerlukan energi untuk menjalankan aktivitasnya. Tanpa energi, tidak ada kehidupan di dunia ini. Namun, permasalahan yang muncul saat ini adalah terbatasnya sumber energi. Sampai saat ini, hampir semua kebutuhan energi manusia didapatkan dari sumber yang terdapat di alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, pencarian sumber energi alternatif terbaharui perlu dilakukan penelitian agar kebutuhan energi tetap terpenuhi. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mulai mengadakan penelitian untuk mencari sumber energi. Kini, manusia mulai melirik bioetanol. Bioetanol mulai dikembangkan untuk sumber energi. Menurut beberapa sumber di internet, bioetanol adalah jenis biofuel yang berasal dari bagian tanaman yang difermentasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar. Bila dibandingkan dengan bensin premium atau pertamax, bilangan oktan bioetanol jauh lebih tinggi. Dengan kata lain dapat digunakan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Saat ini, pengembangan bioetanol kebanyakan memanfaatkan sisa-sisa bagian tumbuhan. Faktor utama dalam pembuatan bioetanol adalah keberadaan pati. Pati akan difermentasi oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerobik sehingga menghasilkan cairan yaitu alkohol. Jadi, inti dari bioetanol adalah pati dan fermentasi. Salah satu bahan berpati yang dapat dimanfaatkan adalah biji durian. Dibalik lezatnya daging buahnya, biji durian dapat difermentasi menjadi bioetanol. Hal ini dikarenakan biji durian mengandung pati sehingga apabila dilakukan fermentasi akan menghasilkan alkohol dan energi. Kandungan pati dalam biji durian cukup tinggi. Menurut Prasetyo (2005:1), biji durian memiliki kandungan pati sebesar 43,6 persen. Dalam sebuah penelitian diketahui bahwa rendemen pati yang diperoleh dari biji durian tepatnya pada bagian kotiledon adalah sebesar 18,46 persen berupa serbuk berwarna putih kecoklatan dengan nilai derajat putih sebesar 71,23 persen (Jufri dkk., 2006:3). Karena kandungan pati dalam biji durian dinilai sangat tinggi, maka dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bioetanol. Selain itu, pemanfaatan biji durian sebagai bioetanol akan memberi nilai tambah pada buah tersebut.

B. Biji Durian Sebagai Bioetanol Bioetanol termasuk salah satu jenis biofuel. Bioetanol dapat dijadikan bahan pengganti bahan bakar bensin yang ramah lingkungan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Assegaf dalam Khairani, 2007:9). Untuk menghasilkan bioetanol, disarankan bahan yang digunakan memiliki sifat berkadar pati tinggi, memiliki potensi hasil yang tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panen. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar telah diuji di beberapa negara maju seperti Inggris, Amerika, dan Jepang. Prof. Dr. Ir. Djoko Sungkono dari Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya pernah menguji bioetanol sebagai bahan bakar. Menurut beliau, pembakaran bioetanol (etanol) termasuk pembakaran sempurna karena etanol mudah terbakar. Pembakaran sempurna karena bilangan oktan bioetanol lebih tinggi dibandingkan bensin, yaitu sekitar 117. Selain itu, bila bioetanol dicampur dengan bensin akan menurunkan emisi karbon monoksida yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, saat ini bioetanol mulai dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif. Salah satu bahan berpati yang dapat dijadikan bioetanol adalah biji durian. Berdasarkan sejumlah penelitian, biji durian dapat diolah menjadi bioetanol dengan proses fermentasi. Meskipun bioetanol sudah dikenal cukup lama, tetapi pemanfaatan biji durian sebagai bioetanol dapat dikatakan masih baru. Inovasi ini ternyata dapat menambah nilai ekonomi buah durian.

1. Karakteristik Tanaman Durian Buah durian (Durio zibethinus) sudah lama dikenal karena kelezatan daging buahnya. Buah ini dikenal sebagai raja segala buah karena bentuk kulitnya yang berduri. Buah durian merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara. Tanaman yang termasuk jenis pohon hutan basah ini memiliki harga jual tinggi. Karena di negara barat jarang ditemukan tanaman durian, maka dari itu tanaman ini menjadi sangat berharga di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Tanaman durian memiliki ketinggian antara 25-50 meter, tergantung spesiesnya. Kulit batangnya berwarna coklat kemerahan yang mengelupas tak beraturan. Selain itu, tajuknya rindang dan renggang. Durian memiliki bentuk daun jorong hingga lanset dengan warna hijau di bagian atas daun, bunganya muncul dari batang dan berkelompok. Menurut Sobir dan Napitupulu (2010:19), tanaman durian memiliki klasifikasi yaitu kingdom: plantae, phylum: magnoliophyta, kelas: magnoliopsida, ordo: malyales, keluarga: bombacaceae, genus: durio adanson, dan spesies: Durio zibethinus Murray.

2. Syarat Tumbuh Tanaman Durian Setiap tanaman memiliki kriteria masing-masing agar tumbuh dengan baik. Begitu pula dengan durian. Tanaman durian dapat tumbuh dimana saja. Namun, apabila kondisi lingkungan sesuai dengan tanaman tersebut, maka durian dapat tumbuh dengan baik. Syarat tumbuh durian akan dijelaskan pada uraian berikut.

a. Iklim Curah hujan, intensitas matahari, dan suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman durian. Menurut Wijaya (Tanpa Tahun:12), curah hujan maksimal yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman durian adalah 3000-3500 milimeter per tahun, sedangkan curah hujan minimal adalah 1500-3000 milimeter per tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus-menerus. Intensitas matahari menggambarkan lamanya matahari menyinari bumi. Intensitas matahari yang dibutuhkan oleh tanaman durian untuk tumbuh subur adalah 60-80 persen (Wijaya, Tanpa Tahun:12). Karena sewaktu muda tanaman durian tidak tahan sinar matahari yang terik di musim kemarau, maka harus dilindungi atau diberi naungan yang dapat menghalangi sinar matahari tersebut. Selain intensitas matahari dan iklim, faktor suhu juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas tanaman durian. Suhu rata-rata yang baik untuk

tanaman durian adalah 20-30 derajat celcius (Wijaya, Tanpa Tahun:12). Pada suhu 15 derajat celcius, tanaman ini masih dapat tumbuh, tetapi tidak optimal. Apabila pada suhu mencapai 35 derajat celcius, maka daun akan terbakar.

b. Media Tanam Tanah yang cocok untuk pertumbuhan durian ialah jenis ondosol dan grumosol. Tanah tersebut memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan bagian bawah menggumpal dan memiliki kemampuan mengikat air yang tinggi (Wijaya, Tanpa Tahun:13). Derajat keasaman tanah (pH) yang diinginkan tanaman durian adalah 5-7, sedangkan derajat keasaman optimumnya adalah 6-6,5.

c. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat perlu diperhatikan sebelum menanam bibit tanaman durian. Menurut Wijaya (Tanpa Tahun:13), tanaman durian tidak boleh ditanam di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 800 di atas permukaan laut.

3. Karakteristik Biji Durian Tanaman durian adalah tanaman tahunan. Bila ditanam melalui biji, tanaman ini akan mulai berbunga untuk pertama kali sepuluh tahun setelah tanam. Namun, tanaman ini akan menghasilkan buah yang lezat dan memiliki banyak manfaat. Selain buahnya, biji durian dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol. Biji merupakan alat perkembangbiakan yang utama karena di dalam biji terdapat calon tumbuhan baru. Biji durian terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit biji, tali biji, dan inti biji (Aak, 1997:27). Biji durian berbentuk bulat telur, dan berkeping dua. Selain itu, biji durian berwarna putih kekuningan hingga coklat (Wiryanta: 2008:14). Biji durian (pongge) memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengganti bahan makanan (Aak, 1197:14). Komposisi kimia biji durian hampir sama dengan biji-biji yang termasuk famili Bombacaceae. Biasanya family

Bombacaceae memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi bila dibandingkan ubi jalar dan singkong. Apabila dipotong atau dikupas kulitnya, biji durian biasanya

mengeluarkan lendir. Lendirnya tidak berbau dan berasa serta larut dalam air dingin ataupun panas. Lendirnya dapat membentuk suatu larutan kental yang disebut gum. Berikut adalah tabel komposisi biji durian dalam buku Michael J. Brown (1997:157).

Zat Kadar air Lemak Protein Karbohidrat total Serat kasar Nitrogen Abu Kalsium Fosfor Besi Natrium Kalium Beta karoten Riboflavin Thiamin Niacin
1997:157.

Per 100 gram biji segar (mentah) tanpa kulitnya 51,5 gram 0,4 gram 2,6 gram 47,6 gram 1,9 gram 17 miligram 68 miligram 1,0 miligram 3 miligram 962 miligram 250 gram 0,05 miligram 0,9 miligram

Per 100 gram biji telah dimasak tanpa kulitnya 51,5 gram 0,2-0,23 gram 1,5 gram 48,2 gram 0,7 gram-0,71 gram 0,297 gram 1,0 gram 3,9-88,8 miligram 86,65-87 miligram 0,6-0,64 gram 0,05-0,052 miligram 0,03-0,032 miligram 0,89-0,9 miligram

Tabel 1. Komposisi Biji Durian, Sumber: Michael J. Brown, Durio-A Bibliographic Review,

Dari tabel dapat dilihat bahwa kandungan karbohidrat pada biji durian sangat tinggi yaitu 47,6 gram per 100 gram biji segar, sedangkan bila dimasak

menjadi 48,2 gram. Amilum (karbohidrat) berbentuk polisakarida yang dapat dipecah menjadi glukosa. Kemudian, glukosa akan difermentasi menjadi etanol.

4. Cara Mendapatkan Pati Biji Durian Untuk memperoleh pati dalam biji durian dilakukan beberapa perlakuan. Pati biji durian dibuat dengan menggunakan metode ekstraksi dan pengeringan. Pati diperoleh dengan mengekstraksi pati yang terdapat pada bagian kotiledon dari biji. Kemudian, biji dibersihkan dari bagian selubung luar dan kulit arinya. Selanjutnya, biji dipotong kecil-kecil dan dihancurkan menggunakan blender dengan bantuan air. Bahan yang telah dihancurkan diperas menggunakan kain flanel melalui saringan ke dalam wadah hingga ampas tidak mengeluarkan air perasan lagi. Suspensi yang dihasilkan didekantasi. Pati yang dihasilkan lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada sinar matahari hingga kering, lalu diserbukkan dan diayak.

5. Pembuatan Bioetanol dari Biji Durian dan Karakteristik Etanol Secara umum, proses pembuatan bioetanol melalui tiga tahapan hingga siap digunakan sebagai bahan bakar. Menurut Aditya (2012:1-2), pembuatan bioetanol melalui tahap fermentasi, destilasi dan dehidrasi. Tahapan pertama adalah fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi di dalam sel yang memanfaatkan keadaan anaerobik (tanpa bantuan oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik. Namun, definisi lain menjelaskan fermentasi sebagai respirasi dalam kondisi anaerobik tanpa akseptor elektron eksternal. Pada ubi kayu, kandungan etanol yang diperoleh pada proses ini berkadar 7-9 persen. Tahapan selanjutnya adalah destilasi. Destilasi merupakan proses penghilangan air dari etanol yang masih memiliki kandungan air tinggi. Prinsip destilasi adalah memisahkan campuran cairan (dalam hal ini etanol dan air) dengan memanfaatkan perbedaan titik didih dari kedua zat cair tersebut. Etanol yang titik didihnya lebih rendah (80 derajat celcius) daripada air (100 derajat celcius) akan diuapkan dengan jalan pemanasan. Air akan tinggal dan etanol akan menguap. Uap etanol ini akan diubah menjadi cairan lagi dengan proses pendinginan. Dalam proses ini, kadar etanol yang dihasilkan adalah 96 persen.

Tahapan terakhir adalah dehidrasi. Dehidrasi merupakan proses untuk membuang air hingga menjadi 99,5 persen. Etanol berkadar 99,5 persen ini bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Dalam tahap ini ada tiga macam proses, yaitu azeotropic distillation, molecular sieve, dan membran pervoration. Proses pembuatan bioetanol berbasis biji durian hampir sama dengan proses pembuatan bioetanol pada umumnya yaitu meliputi ekstraksi pati dari biji durian, hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi glukosa menjadi bioetanol, destilasi dan dehidrasi. Dari rangkaian proses tersebut akan dihasilkan bioetanol dengan kadar kemurnian 95 persen yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Proses fermentasi dalam pembuatan bioetanol tidak luput dari peran ragi atau yeast. Pada tahun 1815, Gay-Lussac memformulasikan konversi glukosa menjadi etanol dan karbondioksida. Formulanya sebagai berikut : C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2

Pati yang telah dipecah menjadi glukosa difermentasi secara anaerob dengan ragi untuk menghasilkan etanol. Gas karbondioksida yang keluar dapat diukur volumenya sehingga dapat digunakan untuk menanalisis kadar etanol yang dihasilkan. Dari reaksi stoikiometri di atas dapat diketahui bahwa etanol yang dihasilkan akan sebanding dengan karbondioksida. Pada proses tersebut, mikroorganisme yang berperan adalah

Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae adalah khamir yang telah memahat sejarah dalam kehidupan dunia. Pada kondisi anaerobik, yeast mampu memetabolisme (memfermentasi) gula menjadi alkohol dan pada kondisi aerobik. Yeast mengguanakan gula ini untuk pertumbuhan. Pada umumnya yeast tumbuh pada medium asam yaitu pada derajat keasaman (pH) berkisar 3,5-7 dan optimal pada suhu 20-30 derajat celcius serta dalam kelembaban antara 60 persen dan 90 persen. Etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi berupa cairan yang memiliki sifat tidak berwarna, mudah terbakar, dan tidak stabil. Etanol dapat dijadikan sebagai bahan pengganti bahan bakar yang ramah lingkungan dengan emisi karbon yang sangat rendah bila dibandingkan dengan bensin. Karakteristik

etanol sebagai biofuel yaitu memiliki angka oktan yang tinggi, mampu menurunkan emisi gas monoksida dan karbondioksida, mirip dengan bensin sehingga tidak memerlukan modifikasi mesin, dan tidak mengandung senyawa timbale (Nurfiana dkk., 2009:3). Di Indonesia, bioetanol belum sepenuhnya dimanfaatkan. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga ahli dan teknologi sehingga penelitian-penelitian semacam ini agak terhambat. Sebenarnya, adanya inovasi ini dapat dijadikan solusi akan keterbatasan sumber bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Di sisi lain, adanya dampak dari kondisi global warming juga dapat diatasi dengan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan seperti bioetanol.

6. Keunggulan dan Kelemahan Bioetanol Biofuel bernama bioetanol memiliki beberapa keunggulan, yaitu: a. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat pada waktunya sehingga tidak menyebabkan fenomena knocking. b. Emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi lingkungan. Salah satunya gas karbondioksida yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis serta emisi NO yang rendah. c. Efisiensi tinggi dibanding bensin. Bilangan oktan bioetanol yang bernilai hampir 117 merupakan nilai yang baik untuk bahan bakar. d. Apabila dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah, warna nyala api dari bioetanol adalah biru sehingga tidak menghanguskan alat-alat masak. e. Bahan bakar dari bioetanol juga tidak berbau dan mudah dipadamkan dengan air sehingga lebih aman untuk digunakan. Selain memiliki keunggulan yang begitu banyak, bioetanol pun memiliki kelemahan. Untuk menjadikan bioetanol sebagai bahan bakar, diperlukan modifikasi mesin apabila ingin menggunakan bioetanol murni pada kendaraan. Meskipun bensin dan bioetanol memiliki kemiripan sebagai bahan bakar, tetapi mesin yang digunakan berbeda. Hal ini dikarenkan bioetanol bereaksi dengan logam aluminium dan magnesium. Selain itu, penggunaan bioetanol juga dikhawatirkan akan mengeluarkan emisi polutan beracun.

C. Simpulan Biji durian memiliki potensi sebagai bahan baku pembuatan bioetanol karena kandungan patinya yang cukup tinggi. Kandungan pati pada biji durian mentah sebesar 47,6 gram. Bila diolah, kandungan patinya bertambah menjadi 48,2 gram. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan pati pada biji durian lebih baik apabila diolah. Etanol yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengganti bensin. Bilangan oktan bioetanol yang mencapai 117 dapat menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Selain itu, etanol mampu menurunkan emisi gas buang karbondioksida dan monoksida sehingga lebih ramah lingkungan. Adanya inovasi pembuatan bioetanol dari biji durian perlu dikembangkan lagi, terutama di Indonesia dengan teknologi yang telah berkembang. Selain menambah nilai guna biji durian, kebutuhan bahan bakar ramah lingkungan akan terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA Aak. 1997. Budidaya Durian. Yogyakarta: Kanisius. Aditya, Ryan. 2012. Proses Pembuatan Etanol. [On line]. Tersedia di:

http://ryanadityaa.blogspot.com/2012/01/proses-pembuatan-etanol.html. Brown, Michael J. 1997. Durio-A Bibliographic Review. Jufri dkk. (2006, Agustus). Studi Kemampuan Pati Biji Durian Sebagai Bahan Pengikat Dalam Tablet Ketoprofen Secara Granulasi Basah. Majalah Ilmu Kefarmasian, volume 3, 78-86. Khairani, Rini. 2007. Tanaman Jagung Sebagai Bahan Biofuel. [On line]. Tersedia di: http://www.macklintmip-unpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. Nurfiana dkk. 2009. Pembuatan Bioetanol Dari Biji Durian Sebagai Sumber Energi Alternatif. Prasetyo, Elly. 2005. Sintesis Bioetanol dari Limbah Biji Durian (Durio zibethinus) Dengan Variasi pH pada Proses Fermentasi. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Kimia DIII, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Sobir dan Napitupulu, Rodame M. 2010. Bertanam Durian Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya. Wijaya, Andri. Tanpa Tahun. Bertanam Durian. Bekasi: Ganeca Exact. Wiryanta, Bernard. 2008. Sukses Bertanam Durian. Jakarta: Agromedia Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai