Anda di halaman 1dari 20

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

RESUSITASI KARDIOPULMONAL
PENDAHULUAN Resusitasi kardiopulmonal diberikan ketika tidak adanya respon dan tidak adanya denyut pada nadi besar.
(1)

Pembunuh yang tercepat pada penderita trauma

adalah ketidakmampuan untuk mengantar darah yang teroksigenasi ke otak dan struktur-struktur vital lain. Peencegahan hipoksemia memerlukan airway yang terlindungi, terbuka dan ventilasi yang cukup merupakan prioritas yang harus didahulukan dibandingkan keadaan lainnya. Airway harus diamankan, oksigen diberikan dan bantuan ventilasi diberikan. Semua penderita trauma memerlukan tambahan oksigen. (2) Resusitasi pada seseorang yang tampaknya mati dengan mengekspirasikan udara respirasi telah diusahakan selama berabad-abad dan disebutkan dalam alkitab. Lalu timbul kembali pada abad ke-17, terutama dalam menghidupkan kembali orang yang tampak mati setelah tenggelam, yang kemudian menyusul dengan diciptakannya pipa trakea, penghembus, dan perlengkapan pernafasan lain. Metode pernafasan buatan seperti yang ditemukan Silvester berdasarkan pengembangan dada dengan memanipulasi lengan, dan penekanan dada. Resusitasi kardio pulmonal dapat memberikan 2 atau 3 kali peluang survival korban dari fibrilasi ventricular kardiak arrest yang tiba-tiba. (3) Di Amerika Serikat, resusitasi kardiopulmonal diorganisasikan melalui prioritas saluran pernafasan, pernafasan, dan sirkulasi (ABC). Prioritas pertama adalah untuk memastikan bahwa ada saluran pernafasan yang berfungsi, yang akan dibicarakan secara rinci dalam bagian-bagian lain dari teks ini. Singkatnya, seseorang harus membuka saluran pernafasan dengan manuver chin lift atau jaw thrust. Hindari memiringkan kepala jika ada kemungkinan injuri tulang belakang servikal. Pastikan saluran pernafasan terbuka ada melalui penyedotan dengan Yankauer catheter, jika tersedia. Bagaimanapun anda harus memasukan jari-jari 1

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

anda ke dalam mulut pasien dewasa untuk

mendapatkan kembali gum yang

dikunyah, bolus makanan, atau gigi yang tanggal. Kontrol hemorrage aktif sekitar dan di dalam oropharynx. Pertahankan saluran pernafasan dengan nasopharyngeal (karet lunak, yang lebih ditolerir oleh pasien yang sadar); oropharyngeal (plastik keras, jika pasien tidak sadar); atau, secara optimal, intubasi endotracheal. Bantu pernafasan dengan menggunakan tehnik mouth-to-mask atau bag valve mask yang tergantung pada situasi dan peralatan yang tersedia. Periksa sirkulasi spontan dengan mempalpasi pulse carotid atau femoral. Jika tidak ada pulse, Jika dua penolong diberikan pada mulai kompresi dada pada kecepatan sedikitnya 100 kompresi per menit pada kedalaman sedikitnya empat sampai lima sentimeter. ada, maka kompresi harus dilanjutkan ketika pernafasan Setiap laju delapan sampai sepuluh ventilasi per menit.

pernafasan harus diberikan dalam satu detik. Jika hanya seorang penolong yang ada, maka setiap 30 kompresi harus diikuti oleh dua pernafasan. Prosedur ini dijelaskan secara rinci dipublikasikan dalam dalam rekomendasi dukungan hidup dasar yang Internasional Tahun 2005 mengenai Konsensus

Cardiuopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendation. Perbedaan signifikan diberikan per menit dalam pedoman baru yang sebanding dengan rekomendasi sebelumnya meliputi peningkatan jumlah kompresi dada yang dan mengurangi interupsi dalam kompresi dada. Kesederhanaan instruksi untuk pernafasan penolong meliputi semua pernafasan (apakah diberikan mulut ke mulut, mulut ke masker, bag mask, atau bag ke saluran udara lanjut) harus diberikan selama satu detik dengan volume yang Rekomendasi rasio cukup untuk mencapai kenaikan dada yang kelihatan.

kompresi tunggal (universal) dengan ventilasi sebesar 30:2 untuk para penolong tunggal dari para korban dari segala usia (kecuali bayi baru lahir). Rekomendasi ini dirancang untuk menyederhanakan pengajaran dan memberikan periodeperiode kompresi dada tanpa dihentikan yang lebih lama. Penekanan yang 2

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

meningkat terhadap pentingnya kompresi dada direfleksikan dalam instruksi: Para penolong diajarkan untuk mendorong keras, mendorong cepat (pada laju 100 kompresi per menit), memungkinkan rekoil dada yang sempurna, dan meminimalkan interupsi (penghentian) dalam kompresi dada. Sebuah isu yang sangat penting yang sering diabaikan dalam resusitasi adsalah keamanan provider. Adalah mudah untuk melupakan tindakan pencegahan personal uymum dalam hiruk-pikuk yang mengelilingi sebagian besar cardiopulmonary arrest. Cegah bahaya yang tidak perlu: Hindari stick jarum dan kontak dengan cairan tubuh. Pengetahuan tentang peralatan yang akan anda gunakan sebelum event resusitatif mengurangi waktu yang diperlukan untuk memberikan terapi yang efektif. DEFENISI Resusitasi Jantung Paru adalah usaha mengembalikan fungsi pernapasan dan atau sirkulasi dan penanganan akibat henti nafas dan atau henti jantung pada orang dimana fungsi-fungsi tersebut mengalami kegagalan total akibat suatu sebab dan selanjutnya dapat kembali normal bila fungsi-fungsi tersebut bekerja kembali. ETIOLOGI 1. Henti jantung a. Inaktivitas fungsional Myocard infark Emboli Gangguan konduksi jantung Reflek vasovagal, seperti sewaktu intubasi trakea, keteterisasi jantung

b. Reflektoir

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

c. Hipoksia anoksia Respirasi tidak cukup Kurang 02 dalam udara nafas Keracunan misalnya CO Hipotensi

d. Kelainan metabolism e. Kelainan atau gangguan elektrolit f. Syok seperti, hipovolemik, septic, cardiogenik, neurogenik 2. Henti nafas a. Sumbatan jalan nafas Benda asing Aspirasi Lidah yang jatuh kebelakang Pipa trakea yang terlipat Kanul trakea yang tersumbat Kelainan akut glotis Sentral seperti obat-obatan, intoksikasi, PO2 yang rendah, PCO2 yang tinggi, setelah henti jantung, tumor otak, tenggelam Perifer seperti obat pelemas otot, miastenia gravi

b. Depresi pernafasan

LANGKAH - LANGKAH Langkah-langkah Resusitasi KardioPulmonal (CPR) adalah: 1. Periksa Kesadaran (check kesadaran) 4

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

dengan menepuk bahu dan memanggil dengan suara yang keras. Siapa namanya?, Coba buka mata!, Anda baik-baik saja? 2. Panggil bantuan atau Panggil ambulans Seperti: Panggil bantuan dari orang sekitar atau meminta mereka untuk ikut menolong, telpon 118/ Rumah Sakit terdekat minta bantuan medik/Ambulance. 3. Posisi korban Jika korban telungkup, balikkan pelan-pelan agar terlentang. Korban harus ditolong dalam posisi terlentang diatas alas yang keras. Pada korban yang tidak sadar posisi kepala cenderung fleksi Akibat fleksi ini, menyebabkan terjadinya sumbatan akibat pangkal lidah jatuh kebelakang. Jalan nafas bebas karena kepala diposisikan ekstensi (Head tilt, Chin lift) 4. Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah. Dengan cara: head tilt (satu tangan didahi korban, doronglah dahi kebelakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka), Chin lift (menggunakan dua jari angkat dagu ke atas sampai kepala menengadah). Semua prosedur tindakan harus dilakukan dengan benar, posisi jari-jari tangan pada tulang bukan pada jaringan lunak dan Jaw thrust. Jaw thrust langkah paling akhir dilakukan bila gagal dengan Head tilt, Chin lift. 5. Bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing. Dengan cara: Buka mulut korban, bersihkan benda asing yang ada didalam mulut korban dengan cara mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik kain. 6. Periksa apakah korban bernafas (5-10 Detik) Dekatkan pipi penolong kemulut dan hidung korban. Mata penolong melihat kearah dada. 7. Memeriksa denyut nadi Carotis (5-10 Detik) 5

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Perabaan denyut nadi arteri caroti, dengan cara: 2-3 jari meraba trachea (ditengah-tengah leher), kemudian jari-jari tersebut digeser kelateral s/d cekungan para trachea. 8. Lokasi pijat jantung 2-3 jari diatas proc.xipoideus. 9. Pijat jantung Penolong mengambil posisi tegak lurus dan siku harus tegak lurus, Pijat sedalam 4-5 cm. 10. Pijat jantung nafas buatan Total = 30 x pijatan jantung yang disela dengan 2 x nafas buatan PERANAN PEMIMPIN TIM Seorang anggota upaya resusitasi harus mengemban peranan pemimpin tim. Ini biasanya adalah dokter yang paling senior dalam keadaan tersebut. Peranan pemimpin tim meliputi namun tidak terbatas pada hal-hal berikut: Identifikasikan diri anda sendiri dengan cara yang lebih baik dan bersifat Menentukan keberadaan/ketidakadanya sifat valid tidak Monitor ritme cardiac pasien pada segala waktu. Monitor dan tangani respon pasien pada semua intervensi (perubahan meresusitasi menegaskan kepada setiap orang yang hadir. perintah atau petunjuk lanjut apapun.

ritme, kembalinya pulse, tekanan darah). Arahkan para anggota tim untuk melaksanakan prosedur. Pesan obat-obatan atau perawatan yang akan diberikan (dapat mengambil

input dari orang lain namun hanya satu orang yang akan memberikan pesanan). Monitor keadekuatan resusitasi kardiopulmonal dengan mengkaji bag valve mask ventilation, tehnik pernafasan, penempatan endotracheal tube

yang tepat, tehnik defibrilasi.

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Arahkan manajemen resusitasi. Putuskan kapan mengakhiri upaya Berbicara kepada keluarga Lengkapi paperwork. Beritahukan tim donasi organ jika tepat dan agen-agen yang tepat lainnya, Pertimbangkan tekanan insiden kritis dengan memberikan pengarahan

seperti pemeriksa medis atau departemen kesehatan. singkat bagi semua staf yang terlibat dalam usaha resusitatif.

HENTI JANTUNG DAN HENTI NAFAS AKIBAT TRAUMATIK Penyebab henti jantung dan henti nafas akibat traumatik dapat berupa perdarahan, tension pneumothorax, atau cardiac tamponade yang disebabkan oleh penetrasi atau blunt trauma. CPR dada tertutup biasanya tidak efektif. Emergency thoracotomy dan cardiac massage diindikasikan. oleh provider yang berpengalaman dapat

PENYEBAB IRAMA JANTUNG ABNORMAL Mengidentifikasikan secara akurat penyebab cardiac arrest akan membantu mengarahkan terapi selama resusitasi. Selain mengikuti algoritma yang terpat, seseorang harus selalu mengingat penyebab yang memungkinkan dari berbagai ritme dan berusaha memperbaiki penyebab yang mendasari.

KESIMPULAN

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Resusitasi kardiopulmonal adalah sebuah proses dinamis;

berbagai

rekomendasi secara tetap dievaluasi dan direvisi oleh komunitas medis. Adalah merupakan tanggung jawab dokter untuk tetap mengikuti perkembangan terakhir. Algoritma yang disajikan dalam bab ini menggambarkan pedoman yang adalah hingga tanggal pada waktu publikasi. Kerja tim adalah esensial untuk resusitasi yang berhasil; adalah penting bahwa setiap anggota tim memahami peranannya. Para penulis mengharapkan pemahaman yang membaik dan pemberian CPR yang cepat akan mengurangi morbiditas dan mortalitas dari emergensi cardiac. Gambar 12-1 1. ARREST TANPA DENYUT NADI Algoritma BLS: Minta bantuan, berikan CPR Berikan oksigen bila tersedia Pasang minitor/defibrillator apabidla tersedia

2. Periksa ritme Ritme dapat shock? Dapat shock 3. VF/VT 4. Berikan 1 kejutan Biphasic manual: spesifik alat (biasanya 120 sampai 200 J). Catatan: Jika tidak diketahui, gunakan 200 J AED: spesifik alat

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Monophasic: 360 J

Lakukan CPR dengan segera Berikan 5 siklus CPR 5. Periksa ritme Ritme dapat shock Dapat shock 6. Lanjutkan CPR selagi defibrillator diisi Berikan 1 kejutan Tiphasic manual: spesifik alat (Sama dengan kejutan pertama atau dosis yang lebih tinggi). Catatan: Jika tidak diketahui, gunakan 200 J AED: spesifik alat Monophasic: 360 J

Lakukan CPR dengan segera setelah kejutan Apabila IV/IO tersedia, berikan vasopressor selama CPR (sebelum atau setelah kejutan) Epinephrine 1 mg IV/IO Ulangi setiap 3 sampai 5 menit, atau Dapat berikan 1 dosis vasopressin 40 U IV/IO untuk mengganti dosis epinephrine pertama atau kedua. Berikan 5 siklus CPR 9

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

7. Periksa ritme Ritme dapat shock? Dapat shock 8. Lanjutkan CPR selagi defibrillator diisi. Berikan 1 kejutan Biphasic manual: spesifik alat (sama de4ngan kejutan pertama atau dosis yang lebih tinggi). Catatanb: Jika tidak diketahui, gunakan 200 J AED: spesifik alat Monophasic: 360 J

Lakukan CPR dengan segera setelah kejutan. Pertimbangkan antiarrhythmics; berikan selama CPR (sebelum atau setelah kejutan). Amiodarone (300 mg IV/IO sekali, kemudian pertimbangkan tambahan 150 mg IV/IO sekali) atau lidocaine (1 sampai 1.5 mg/kg dosis pertama, kemudian 0.5 sampai 0.75 mg/kg IV/IO, maksimum 3 dosis atau 3 mg/kg) Pertimbangkan magnesium, berikan dosis 1 sampai 2 g IV/IO untuk torsades de pointes. Setelah 5 siklus CPR, beralih pada Kotak 5 diatas. Tidak dapat shock 9. Asystole/PEA

10

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

10. Lakukan CPR dengan segera untuk 5 siklus. Apabila IV/IO tersedia, berikan vasopressor Epinephrine 1 mg IV/IO Ulangi setiap 3 sampai 5 menit, atau Dapat berikan 1 dosis vasopressin 40 U IV/IO untuk mengganti dosis epinephrine pertama atau kedua. Pertimbangkan atropine 1 mg IV/IO untuk asystole atau laju PEA yang lambat. Ulangi 3 sampai 5 menit (hingga 3 dosis) Berikan 5 siklus CPR 11. Periksa ritme Ritme dapat shock 12. Jika asystole, beralih pada Kotak 10

Jika aktivitas elektrocal, periksa pulse, jika tidak ada pulse, beralih pada Kotak 10.

Jika pulse ada, mulai perawatan postresusitasi.

Tidak dapat shock Dapat Shock 13. Beralih pada Kotak 4 Selama CRP Dorong kuat dan cepat (100/menit)

11

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Pastikan recoil dada penuh Minimalkan interupsi dalam kompresi dada Satu siklus CPR: 30 kompresi kemudian 2 pernafasan; 5 siklus = 2 menit. Hindari hiperventilasi Amankan saluran pernafasan dan pastikan penempatan. Setelah saluran pernafasan lanjut dipasang, para penolong tidak lagi

memberikan siklus CPR. Berikan rekompresi dada yang terus menerus tanpa berhenti untuk bernafas. Berikan 8 sampai 10 pernafasan/menit. Periksa ritme setiap 2 menit. Putar kompressor setiap 2 menit dengan periksa ritme. Cari dan Hypovolemia Hypoxia Ion hydrogen (acidosis) Hypo-/hyperkalemia Hypoglycemia Hypothermia Toksin Tamponade, cardiac Tension pneumothorax Thrombosis (koroner atau pulmonal) Trauma. Algoritma arrest tanpa pulse ACLS. (ACLS = dukungan hidup obati tangani faktor-faktor yang berkontribusi yang

memungkinkan:

Gambar 12-1

cardiac lanjut; AED = defibrillator eksternal otomatis; AF = Fibrilasi atrial; BLS = Dukungan hidup dasar; CPR = resusitasi kardiopulmonal; IV = intravena; IO = intraosseous; PEA = aktivitas elektrik tanpa pulse; VT = ventricular tachycardia.)

12

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Dibuat kembali dari Penanganan Cardiac arrest; Bagian 7.2. Sirkulasi. 2005; 112:IV-59; atas izin). Gambar 12-2 1. BRADYCARDIA Denyut jantung <60 bpm dan tidak adekuat untuk kondisi klinis. 2. Pertahankan saluran pernafasan pasien; kebutuhan. Berikan oksigen Monitor ECG (identifikasi ritme), tekanan darah, oximedtry Tentukan akses IV bantu pernafasan sesuai

3. Tanda-tanda atau gejala-gejala perfusi yang tidak baik yang disebabkan oleh bradycardia? (misalnya, status mental yang berubah akut, nyeri dada yang terus menerus, hipotensi atau tanda-tanda shock lainnya). 4A Amati/Monitor Perfusi adekuat Perfusi tidak baik 4. Bersiap untuk pacing transkutan; Gunakan tanpa penundaan untuk block tingkat tinggi (block tingkat kedua tipe II atau block AV tingkat tiga). Pertimbangkan atropine 0.5 mg IV sambil menunggu pacer. Pertimbangkan epinephrine (2 sampai 10 g/menit) sampai 10 g/kg per menit) infusi pacing tidak efektif. 5. Bersiap untuk pacing transvena Tangani penyebab yang berkontribusi Pertimbangkan konsultasi ahli Dapat mengulangi hingga total dosis 3 mg. Jika tidak efektif, mulai pacing. atau dopamine (2 atau jika sambil menunggu pacer

13

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Peringatan Jika arrest tanpa pulse berkembang, beralih padsa Aklgoritma Arrest Tanpa Pulse Cari dan tangani faktor-faktor yang berkontribusi yang memungkinkan: Hypovolemia Hypoxia Ion hidrogen (acidosis) Hypo-/Hyperkalemia Hypo-/hyperkalemia Hyp[oglycemia Hypothermia Toksin Tamponade, cardiac Tension pneumothorax Thrombosis (Koroner atau Pulmonal) Trauma (hypovolemia, ICP meningkat)

Gambar 12-2. Algoritma bradycardia ACLS. (ACLS = dukungan hidup cardiac lanjut; AV = atrioventricular; BPM = denhyut per menit; ECG = electrocardiogram; ICP = tekanan intracranial; IV = intravena). (Dari

Penanganan bradycardia dan tachycardia symptomatik: Bagian 7.3. Sirkulasi). Gambar 12-3 1. TACHYCARDIA Dengan pulse 2. Kaji dan dukung ABCs sesuai kebutuhan Berikan oksigen Monitor ECG (identifikasikan ritme), tekanan darah, oximetry Identifikasikan dan tangani penyebab yang dapat ditangani.

14

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Gejala-gejala terus berlangsung 3. Apakah pasien stabil? Tanda-tanda tidak stabil meliputi status mental yang berubah, nyeri dada yang terus berkelanjutan, hipotensi atau tanda-tanda shock lainnya. Catatan: gejala-gejala yang berhubungan dengan denyut tidak umum jika denyut jantung < 150/menit. Tidak stabil 4. Lakukan synmchgronized cardioversion segera. Stabil 5. Tentukan akses IV Peroleh ECG 12-lead (apabila tersedia) atau rhythm strip Tentukan akses IV dan berikan sedation jika pasien sadar; jangan menunda cardioversion. Pertimbangkan konsultasi ahli Jika arrest tanpa pulse berkembang, lihat Algoritma Arrest Tanpa Pulse.

Apakah QRS sempit (<0.12 detik)? Sempit 6. QRS SEMPIT: Apakah Ritme Reguler? Reguyler 7. Upayakan manuver vagal Berikan adenosine 6 mg rapid IV push. Jika tidak ada konversi, berikan 12 mg rapid IV push; dapat diulangi dosis 12 mg sekali. 8. Apakah ritme berubah? Catatan: Pertimangkan konsultasi ahli Berubah

15

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

9. Jika ritme berubah, Amati kekambuhan

kemungkinan masukan kembali SVT (masukan

kembali supraventricular tachycardia): Tangani kekambuhan dengan adenosine atau AV nodal blocking agent yang bekerja lebih lama (misalnya, diltiazem, -blockers). Tidak berubah 10. Jika ritme tidak berubah, kemungkinan atrial flutter, ectopic atgrial tachycardia, atau junctional tachycardia: Kontrol denyut (misalnya, diltiazem, -blockers; gunakan -blockers dengan hati-hati dalam penyakit pulmonal atau CHF) Tangani penyebab yang mendasari Pertimbangkan konsultasi ahli.

Irreguler 11. Irregular Narrow-Complex Tachycardia. Barangkali atrial fibrillation atau kemungkinan atrial flutter atau MAT (multifocal atrial tachycardia). Pertimbangkan konsultasi ahli. Kontrol denyut (misalnya, diltiazem, -blockers; gunakan -blockers dengan hati-hati pada penyakit pulmonal atau CHF). Luas ( 0.12 detik) 12. QRS Luas: Apakah Ritme Reguler? Konsultasi ahli disarankan. Reguler 13. Jika ventricular tachycardia atau ritme tidak tentu

16

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Amiodarone 150 mg IV selama 10 menit. Ulangi sesuai kebutuhan hingga dosis maksimum 2.2 g/24 jam. Bersiap untuk synchronized cardioversion efektif. Berikan adenosine (beralih pada Kotak 7).

Jika SVT dengan aberrancy

Irreguler 14. Jika atrial fibrillation dengan aberrancy Lihat Irregular Narrow-Complex Tachycardia (Kotak 11)(. Konsultasi ahli disarankan. Hindari Av nodal blocking agents (misalnya, adenosine, digoxin, diltiazem, verapamil) Pertimbangkan antiarrhythmics (misalnya, amiodarone 150 mg IV selama 10 menit). Jika polymorphic VT berulang, cari konsultasi ahli. Jika torsades de pointes, berikan magnesium (berikan dengan 1-2 g selama 560 menit, kemudian infusi. Catatan: Jika pasien menjadi tidak stabil, beralih pada Kotak 4. Selama Evaluasi Amankan, periksa saluran pernafasan dan akses vaskular bila memungkinkan. Pertimbangkan konsultasi ahli Bersiap untuk cardioversion. Jika atrial fibrillation sudah ada sebelumnya (AF + WPW)

Tangani faktor-faktor yang berkontribusi Hypovolemia Hypoxia

17

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Ion hidrogen (acidosis) Hypoi-/hyperkalemia Hypoglycemia Hypothermia Toksin Tamponade, cardiac Tension pneumothorax Thrombosis (koroner atau pulmonal) Trauma (hypovolemia) Algoritma Tachycardia. (ABC = saluran pernafasan, pernafasan,

Gambar 12-3 sirkulasi;

AF = fibrilasi atrial; AV = atrioventricular; CHF = gagal jantung

kongestif; ECG = electrocardiogram; SVT = supraventricular tachycardia; VT = ventricular tachycardia). Tabel 12-2 Penyebab-penyebab Umum Arrhythmias selama Cardiopulmonary Arrest Fibrilasi ventrikular/tachycardika kompleks yang luas Abnormalitas elektrolit (hyperkalemia, hypomagnesemia) Keracunan obat Hypoxia Ischemia/myocardial infarction Kejutan/lightning elektrik Myocardial hypertrophy Penyakit jantung struktural Preexcitation syndrome Hypoxia Hypovolemia

Aktivitas elektrik tanpa pulse

18

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Embolisme pulmonal Tension pneumothorax Cardiac tamponade Infarksi/iskemia myocardial Anaphilaksis Hypothermia Abnormalitas elektrolit Acidosis Ovedrdeosisobat/toksin Respiratory arrest/hypoxia Acidemia Overdosis obat Abnormalitas elektrolit Hypothermia Tonus vagal yang meninggi Agen-agen anesthetic Infarksi myocardial dinding inferior/posterior (refleks Benzold-Jarisch) Obat-obatan cardiac (-blockers, digitalis, calcium channel blockers) Hypoxia: Respon cushing dengan tekanan intracranial yang meningkat (tekanan darah yang meningkat, denyut jantung yang menurun)

Asystole

Atrial fibrillation Iskemia/infarksi Infeksi Hyperthyroidisme Hypoxia Penyakit katup mitral reumatik Pericarditis Sick sinus syndrome 19

RESUSITASI KARDIOPULMONAL

Embolus pulmonal pembedahan

20

Anda mungkin juga menyukai