Anda di halaman 1dari 4

Pada suatu hari Tuanku Raja sedang membersihkan rumput halaman rumahnya dengan memakai cangkul.

Tiba-tiba melompatlah si anak katak dari dalam rumput karena kena cangkul Tuanku Raja. Anak katak itu kena cangkul dikepalanya. Darah mengalir sedikit. Karena merasa sakit anak katak itu segera lari menuju induknya. Tuanku Raja tidak memperhatikan hal itu, ia tetap meneruskan membersihkan rumput yang ada dihalaman rumahnya. Anak katak itu langsung menemui induknya. Dia mengatakan kalau dihalaman Tuanku Raja ketika dia sedang membersihkan rumput, tidak menghiraukan anak katak itu, sehingga dia kena cangkul dikepalanya dan berdarah. Mendengar penuturan anaknya, lalu ia berkata, Baiklah! Biarkan saja! Nanti aku mengurus Tuanku Raja. Beri dia pelajaran agar tahu rasa! kata anak katak. Sudahlah jawab katak. Menjelang petang induk katak dengan perasaan sedih berjalan kesana kemari ingin memberitahukan kecelakaan si anak kepada teman-temannya. Dia keliling membawa canang dan membunyikannya terus-menerus. Kadang-kadang dia menangis karena tenggelam alunan irama kadang dia berteriak keras dengan penuh harap ada yang segera mendengar. Benar juga. Ketika katak berjalan sambil membunyikan gendang didekat rimbunan tibatiba ada beruk yang mendengarnya. Beruk berkata keras, hai katak, mengapa kau bunyikan canang nenek moyang kita terus menerus? Hi, beruk, kata katak Ada seseorang melukai anakku aku akan balas dendam? O ya, dimana kita akan bertemu kata beruk. Dirumah Tuanku Raja, kata katak sambil melanjutkan langkahnya. Baiklah, jawab beruk. Induk katak meneruskan perjalanannya mencari dukungan sambil menabuh canangnya. Semut berkata keras, Dimana bunyi gendang pusaka nenek kita yang selama ini tidak pernah terdengar? Ai, saya semut, kata katak. Apakah luka dibayar denda, mati dibayar ganti rugi?

O ya, dimana kita bertemu kata semut. Dirumah Tuanku Raja, kata katak sambil melanjutkan langkahnya. Baiklah, jawab semut. Demikian terus berlalu katak mencari dukungan lainnya hingga berkumpullah napal (sitanah liat yang biasanya ada dilereng bukit tepi hutan), ikan lele, ikan betook, beruk, semut merah api. Katak mengajak mereka bermusyawarah untuk menuntut keadilan kepada Tuanku Raja karena pada pagi tadi anak katak kena cangkulnya Lalu, selesai katak mengutarakan niatnya, dan bertanya kepada yang hadir, Apakah kalian setuju dengan rencanaku? Setuju jawab semua yang hadir. Malam berlalu. Tuanku Raja begitu lelahnya setelah membersihkan halaman rumah yang penuh rumput pada pagi hari. Malam hari dia tidak bias membendung kantuk yang sudah sangat berat. Tuanku Raja segera masuk bilik kamar dan membaringkan tubuhnya yang agak gendut itu diranjang. Malam pun sunyi. Beruk mulai beraksi. Dia mengguncang-guncangkan pohon pisang dan pohon jambu disekitar rumahnya. Suara pohon jambu dan pisang yang diguncangkannya sangat rebut sekali. Malam yang tadinya sunyi tenang menjadi riuh dan gaduh sekali. Tuanku Raja yang tertidur mendengar hal itu mulanya dianggap angin lewat. Lamakelamaan dia curiga karena suara itu kian keras sampai dibilik kamarnya. Apa pula yang telah memakan tanamanku? katanya. Tuanku Raja yakin kalau ini pasti suara sesuatu yang merusak tanamannya. Ia segera turun dari ranjangnya. Ketika bangun tangan Tuanku Raja terpegang lumpur basah diatas kepalanya. Ia berteriak, Apa pula ini? Kurang ajar! Dalam kegelapan Tuanku Raja mengumpat-umpat dengan kemarahan yang sangat kepada lumpur yang tiba-tiba telah berada diatas kepalanya. Kurang ajar benar katanya sekali lagi. Dalam keadaan begitu Tuanku bermaksud menyalakan lampu dan mencari korek api didapur. Apabila suasana agak terang, kiranya dia bias dengan mudah mengenali siapa yang berbuat seperti ini. Tetapi ikan betook tiba-tiba menggelepar diatas abu. Abu itu beterbangan dan banyak kerikil yang melesat. Mata Tuanku Raja kena abu

Aduh.! Teriaknya. Kini matanya perih kena abu perapian yang ada didepannya. Segera ia hendak mengambil air dalam baskom untuk membersihkan matanya yang sakit . Akan tetapi saat tangan Tuanku Raja masuk ke dalam baskom, ada ikan lele meloncat dari dalam baskom itu. Aaaahh.! Kata Tuanku Raja. Tangan Tuanku Raja berdarah. Mulai sedikit demi sedikit Tuanku Raja kesakitan. Matanya masih perih. Sekarang ditambah tangannya yang sakit terkena ikan lele yang meloncat dari baskom. Dengan tangan terluka Tuanku Raja membuka pintu. Ia hendak melarikan diri, akan tetapi kerawai telah menunggu dipintu. Kerawai menggigit telinga dan kepala Tuanku Raja. Aduh! Tuanku Raja tidak tahan menjerit kesakitan karena disengat kerawai. Berlari menuju tangga keluar rumah. Tapi apa yang dia dapatkan? Ditangga depan, seketika dia menjerit lebih keras lagi karena Tuanku Raja tidak mengetahui kalau ada semut merah api yang tengah menyerang dengan sengatannya. Rasa gigitan semut merah api itu cukup panas dirasakannya sekalipun pandangannya agak terasa sakit karena abu dapur yang didera oleh ikan betook tadi. Tapi Tuanku Raja yakin kalau yang menggigit dirinya adalah semut merah api. Ia menghentak-hentak kakinya ketanah. Tapi semut itu seperti semut merah api yang aneh sekali. Tuanku Raja meraung kesakitan. Setelah itu Tuanku Raja berlari kembali kedalam rumah. Digeram dan tanpa sadar berteriak, Wahai kalian semua, mengapa ini terjadi? Apa yang kalian inginkan sesungguhnya? Katakanlah sekarang juga! Suara itu memecah keributan menjadi tenang dan sunyi. Tinggal engah-engah nafasnya sendiri yang terdengar. Tuanku Raja mengawasi sekitar sekeliling rumahnya tidak Nampak apa-apa. Dari semak belukar tidak jauh dari tempat itu, tiba-tiba melompatlah katak, sambil berkata, Baiklah, kalau Tuanku Raja ingin tahu. Apakah luka tidak dibayar denda, mati tidak dibayar kerugian? Apa maksudmu wahai katak kata Tuanku Raja.

Anak ku telah kena cangkul saat kau membersihkan rumput didepan rumahmu! kata kata. Baru setelah itu Tuanku Raja menyadari apa kesalahan yang telah dilakukannya sehingga dia mendapat imbalan perbuatan yang demikian rupa. Tuanku Raja mengerti apa apa yang mereka kehendaki. Lalu dia berkata, Baikalah! Jadi kau menuntut denda atas anakmu! kata Tuanku Raja. Jika sejak tadi kau mengatakannya kiranya keadaan itu tidak usah sampai terjadi seperti kejadian ini. Aku Mohon maaf sebesar-besarnya. Aku berjanji tidak akan mengulang kesalahan ku ini. Sekarang ambillah kain ini dan pergilah kalian semua, Tuanku Raja melemparkan secarik kain putih kepada katak. Para hewan khususnya sang katak merasa lega setelah mendengar permohonan maaf Tuanku Raja .

Anda mungkin juga menyukai