Cont...
5. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks yaitu diafragma. Efek dari gerakan adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. 6. Kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea , karena penurunan tekanan di dalam dan mengembangkan paru yang disebut inspirasi 7. Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula, paru-paru yang elastis mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea.
Epidemiologi :
Di
Indonesia penggunaan tembakau diperkirakan menyebabkan 70 % kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema. Dua pertiga dari seperempat lakilaki dan wanita memiliki emfisema paru pada saat kematian. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 1990, PPOK, termasuk di dalamnya emfisema paru, menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Emfisema paru yang tergolong PPOK diperkirakan akan menempati peringkat ketiga penyebab kematian di seluruh dunia pada tahun 2020.
udara di luar bronkhiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli (Smeltzer & Bare, 2002). 2. Disebabkan oleh destruksi progresif septum alveolar dan kapiler, yang menyebabkan jalan napas dan ruang udara yang membesar, recoil elastik paru yang menurun, dan jalan napas yang semakin mudah mengalami kolaps (Ward, et al., 2006) 3. Merupakan pengembangan paru yang ditandai dengan pelebaran ruang udara didalam paru-paru disertai destruksi jaringan (Somantri, 2009).
Etiologi:
1. Rokok
2. Polusi
3. Infeksi Saluran Nafas 4. Genetik, adanya
Manifestasi Klinis....
1.
Penampilan Umum,
a. Kurus, kulit pucat dan flattened hemidiafrgma b. Tidak ada tanda cor pulmonal dengan edema
Cont...
3. Pada pemeriksaan fisik
pasien dengan emfisema paru akan ditemukan: a. Dispnea b. Infeksi sistem respirasi c. Barrel chest d. Pada auskultasi terdapat penurunan suara napas e. hiperesonans dan penurunan fremitus taktil saat perkusi.
Cont...
2. Emfisema Panlobular (Panacinar), melibatkan seluruh alveolus distal dan bronkiolus terminal serta paling banyak pada paru bagian bawah. Tipe ini sering tejadi pada pasien dengan defisiensi 1-antitripsin
Cont....
3. Emfisema Paraseptal, mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus. Dapat mengalami komplikasi pneumothorax spontan
Patofisiologi.....
Emfisema terjadi karena kerusakan dinding alveolar, yang menyebabkan overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) diantara alveoli, kollaps jalan nafas sebagian dan kehilangan elastisitas recoil. Pada saat alveoli dan septa kollaps, udara akan tertahan diantara ruang alveolar (disebut blebs) dan diantara parenkim paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilatory pada dead space atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.
Cont....
Kerja nafas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru, lebih lanjut terjadi penurunan perfusi oksigen dan penurunan ventilasi. Pada beberapa tingkat emfisema dianggap normal sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada awal kehidupan (usia muda), biasanya berhubungan denganbronchitis kronis dan merokok (Somantri, 2009).
Pengkajian Diagnostik :
1. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma, peningkatan ruang udara retrosternal, dan penurunan tanda vaskular/bulla 2. Pemeriksaan Fungsi Paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dari dyspnea, menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal : bronchodilator. 3. TLC (Jumlah Limfosit Total) : menurun pada pasien emfisema
Cont....
4. Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema 5. FEV1/FVC : ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital (FVC) menurun pada bronchitis dan asthma. 6. ABGs (Arterial Blood Gas) : menunjukkan proses penyakit kronis, seringkali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali menurun pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma).
Cont...
7. Bronchogram : pada pasien emfisema dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps bronchial pada tekanan ekspirasi 8. Darah Komplit : peningkatan hemoglobin dapat terjadi pada pasien emfisema berat. 9. Kimia Darah : kemungkinan dapat ditemukan alpha 1-antitrypsin pada pasien dengan emfisema primer.
Cont...
10. Sputum Kultur : untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi. 11. ECG : pada pasien bronchitis dan emfisema gelombang P pada Leads II, III, AVF panjang dan tinggi, axis QRS vertikal ditemukan pada pasien emfisema. 12. Exercise ECG, Stress Test : menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program.
menghilangkan hipoksia.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul : 1. Bersihan jalan napas tak efektif b.d. Bronkospasme 2. Kerusakan pertukaran gas b.d. Kurangya suplai oksigen akibat obstruksi jalan napas oleh bronkospasme 3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia
2. Kerusakan pertukaran gas b.d. Kurangya suplai oksigen akibat obstruksi jalan napas oleh bronkospasme
Tujuan : setelah diberikan intervensi 3x24 jam klien menunjukkan perbaikan ventilasi & oksigenasi jaringan yang adekuat KH : 1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi 2. GDA dalam rentang normal (???) 3. Bebas gejala distres napas
2. Kerusakan pertukaran gas b.d. Kurangya suplai oksigen akibat obstruksi jalan napas oleh bronkospasme
Intervensi : 1. Kaji RR dan otot bantu napas 2. Awasi tanda vital dan HR 3. Awasi GDA dan nadi oksimetri 4. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
2. Kerusakan pertukaran gas b.d. Kurangya suplai oksigen akibat obstruksi jalan napas oleh bronkospasme
Rasional 1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit 2. Takikardia, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia pada fungsi jantung 3. Pada klien emfisema biasanya PaCO2 meningkat dan PaO2 menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar. 4. Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
makanan yang mudah dicerna tapi dengan nutrisi yang seimbang 6. Berikan vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi 7. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
pada situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi 6. Mengatasi kekurangan keefektifan terapi nutrisi 7. Menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan