Anda di halaman 1dari 2

Segelas Air

By: Syukri Aba Syahdan, setelah menyelesaikan kajian fiqh bab thaharah, seorang guru hendak menguji pemahaman murid-muridnya, maka dibuatlah ujian. Para murid dipanggil satu per satu ke dalam ruangan khusus, mereka dihadapkan pada sebuah meja dengan segelas air di atasnya. Badar! Labbaik Syaikh! Sebutkan 7 macam air yang dapat digunakan untuk bersuci! Air langit (hujan), laut, sungai, embun, sumur, es, dan air mata air? Thayyib, lalu apakah air di depanmu itu dapat digunakan bersuci? Air apa ini ya Syaikh? Air Aqua, langsung diambil dari sumber mata air asli. Tentu saja ya Syaikh. Baiklah, jika begitu berwudhulah dengan air tersebut! Si murid kelihatan bingung, bagaimana caranya berwudhu dengan air yang sedikit ini. Tapi karena takut kepada Sang Guru, ia mulai mencoba membasuh muka dan anggota wajib saja. Namun kenyataannya air sudah habis sampai membasuh siku. Alhasil, murid pertama pun gagal. Murid kedua, ketiga, keempat dan seterusnya pun telah gagal. Para murid mulai berpikir ujian ini hanya permainan sang guru belaka. Setelah tidak ada yang berhasil, kini tibalah giliran murid terakhir yang dikenal paling bandel di antara mereka namun sebenarnya memiliki pikiran yang tajam dan lidah yang fashih. Dengan tenang ia masuk ke dalam ruang ujian. Apakah air ini bisa digunakan untuk bersuci? Tentu. Maka cobalah berwudhu dengannya! Si murid mengangkat gelas tersebut dan langsung meminum air yang ada di dalam gelas sampai tak tersisa sama sekali. Sang Guru tidak marah, malah ada senyum tipis tampak pada wajahnya.

Mengapa engkau meminumnya Madun? Bukankah aku menyuruhmu untuk berwudhu dengan air tersebut? Wahai syaikh yang mulia, bukannya aku hendak menentang kehendakmu, melainkan bukankah engkau pernah mengajarkan kami jika air yang tersisa hanya sedikit, dan hanya cukup untuk minum, maka hendaknya air itu lebih baik digunakan untuk air minum dan makruh digunakan berwudhu. Jika engkau memang mengharuskanku untuk berwudhu, maka cukuplah aku gantikan dengan tayammun. Masya Allah, engkau lulus dengan angka sempurna Madun! Syahdan, satu-satunya murid yang lulus dalam ujian hanya si Madun. Adapun murid-murid lainnya wajib mengulang kembali bab thaharah karena dianggap belum paham sepenuhnya.

Jumat, 12 Oktober 2012 9.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai