Anda di halaman 1dari 61

PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun.

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? dari berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menybabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsepkonsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika. Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang

aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini mengakibatkan hasil belajar matematika siswa tergolong rendah. Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diamati dengan penerapan langsung di lapangan. Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone. Identifikasi Masalah Masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tersebut hanya mengembangkan kemampuan siswa untuk menghafal konsep matematika, belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Hal ini mengakibatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajarinya menjadi kurang. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai yaitu pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai suatu pendekatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari. 1. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses ? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Meningkatkan aktifitas keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone. 2. Meningkatkan hasil belajar matematika keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat begi :

1. Siswa. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya. 2. Guru. Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar. 3. Mahasiswa. Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan peneliti lebih lias sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di sekolah. 4. Peneliti. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kajian Teoretik Hakekat Matematika @ Definisi matematika Sampai sekarang ini belim ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan tentang definisi matematika. Sasaran penelahan matematika tidak bersifat konkrit, tetapi bersifat abstrak. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika sebagai ilmu tentang struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka matematika memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati. Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam matematika harus dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol. Hudoyo (1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsepkonsep abstrak yang tersusun secara hierarki dari penalaran deduktif. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara heirarkis. Matematika memiliki peran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis serta aksiomatik, sehingga dalam belajar matematika memerlukan sesuatu aktifitas mental untuk memahami arti berbagai struktur, hubungan dan simbol. Kemudian menerapkan pada situasi lain, sehingga terjadi pengetahuan dan keterampilan.

@ Karakteristik Matematika Setelah menralami tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengetian secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah : 1. Memiliki objek abstrak. Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika. 2. Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan. 3. Berpola pikir deduktif. Dalam matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbolsimbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya. 6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten. Ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi. Pengertian Belajar dan Belajar Matematika @ Pengertian belajar Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu

terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Sedangkan Slameto (1991:2) mengemukakan bahwa : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya . Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa : Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu . Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10). Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan. @ Belajar matematika Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa : Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri.

Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks. Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa : Hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara bagianbagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehungga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari. Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997 : 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil belajar yaitu : 1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian 3. Sikap dan cita-cita Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai.

Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1997 : 12) membagi 5 kategori hasil belajar yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Informasi verbal Keterampilan intelektual Strategi kognitif Sikap Keterampilan motoris

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom Dalam Sudjana (1997 : 13) yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu : 1. Ranah kognitif 2. Ranah afektif 3. Ranah psikomotorik Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar Pendekatan Keterampilan Proses Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya. Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomonikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk diwujudkan. Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilanketerampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilan yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam prosese balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar.

Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi : 1. Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar 2. Untuk lebih memperdalam konsep pengertiandan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut 3. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi 4. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah 5. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah. Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut : No 1 Keterampilan Indikator Komponen operasional Proses Mengamati Mengumpulkann fakta yangMerasakan, meraba, dengan pancarelefan, menggunakan sebanyakmembau, mencicipi, indera mungkin indera. mengecap Mengajukan Bertanya untuk menerimaBertanya mengapa, apa atau pertanyaan kejelasan bagaimana Menghitung Berhitung, hasil perhitunganHitunglah dapat dikomunikasikan dengan tabel, grafik atau hitogram. Menggambar Menggambar Menggambar Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikanBerdiskusi, berdeklamasi, informasi secara sistematis,bertanya, memperagakan, menjelaskan hasil,mengekspresikan dan mendiskusikan hasil. melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar penampilan dan gerak. Mengukur Mengukur dengan alat ukurMengukur baku. Klasifikasi Memasukan kedalam golonganMengelompokkan,

2 3

4 5

6 7

9 10

berdasarkanmenggolongkan, membandingkan, mengontraskan. Prediksi Dengan menggunakan pola-Meramalkan, menafsirkan pola (hubungan-hubungan)berdasarkan kecenderungan mengemukakan apa yangpola yang telah dimiliki mungkin terjadi pada keadaanmelalui hubungan pola atau yang belum diamati. fakta untuk diterapkan pada suatu yang baru. Menyimpulkan Memberi arti inferensi Menyimpulkan, menginterpretasikan. Menerapkan Menggunakan konsep-konsepMenggunakan, menerapkan konsep yang telah depelajari dalamkonsep dalam situasi yang situasi baru. baru.

atau kelompok patokan tertentu.

Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut Bila Diterapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Matematika, maka Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat meningkat . METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 1 Bone-Bone tahun pelajaran 2010/2011. Faktor Yang Diselidiki 1. Faktor hasil belajar, yaitu perilaku-perilaku belajar siswa yang mencakup keaktifan, kehadiran, serta penguasaan siswa tentang hasil belajar matematika siswa yang dapat melalui pembelajaran dengan penerapan keterampilan proses termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. 2. Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan dalammenyelesaikan masalah soal matematika dalam pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses. 3. faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat sumber atau bahan pelajaran dan soalsoal latihan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Prosedur Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 (berlangsung selama tiga minggu) dan siklus II (berlangsung selama tiga minggu). Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa. Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut : SIKLUS I Perencanaan Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah : 1. Menelaah materi pelajaran matematika SMP 2. Membuat skenario pembelajaran 3. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi proses belajar mengajar berlangsung di kelas ketika pendekatan keterampilan proses diaplikasikan 4. Melaksanakan tes akhir untuk melihat perkembangan siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses Melaksanakan Tindakan Kegiatan awal Guru mengawali pertemuan dengan mengecek kehasiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan disajikan. Kegiatan inti Pengembangan Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah keterampilan proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang benar atau menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan pekerjaan kepada siswa aecara berkeliling. Kemudian guru memberikan pertanyaan lanjutan lalu mendorong siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban yang bervariasi, sampai kepada kesimpulan yang diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa, untuk mengetahui apakan materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan guru. Penerapan

Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang sub pokok bahasan, maka siswa diarahkan untuk mengerjakan soal latihan. Lalu guru maminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis, agae siswa yang belum paham depat tertolong dan termotivasi untuk belajar. Penugasan kepada siswa untuk menyelesaikan soal di papan tulis, dilakukan secara bergantian sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan tugas. Kegiatan akhir Review Guru membahas ulang secara singkat pembelajaran yang dilakukan, kemudian siswa dibimbing untuk membuat rangkuman. Penugasan pekerjaan rumah Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal pada buku paket masing-masing secara individu. Penilaian Jenis tagihan adalah tugas individu, disamping itu guru juga menilai aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung untuk memantau peningkata minat siswa dalam belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan penerapan keterampilan proses. Observasi Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian dicatat oleh peneliti. Refleksi Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap hal-hal yang diperoleh baik dari hasil observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dianalisis. Kekurangan-kekurangan yang telah terjadi pada siklus 1 diperbaiki pada siklus berikutnya. SIKLUS II Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama dengan perencanaan memperhatikan dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan. Perencanaan Kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan secara umum sama dengan siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami pada siklus I.

Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I serta guru melakukan pembenahan dalam penyajian materi dan pelaksanaan tindakan sehingga siswa lebih akrif dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi Pada dasarnya observasi pada siklus II sama dengan observasi yang dilakukan sebelumnya. Peneliti mencatat temuan dan perubahan yang terjadi pada siswa, serta melaksanakan evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar pada akhir siklus, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II ini. Refleksi Data yang diperoleh pada tahap obsevasi dikumpul dan dianalisis, demikian pula untuk hasil evaluasinya. Teknik Pengumpilan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai bewrikut : 1. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa 2. Data tentsng situasi belajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan observasi. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis perilaku siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Penelitian yang digunakan untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategori yang sitetapkan departemen pendidikan dan kebudayaan dikutip oleh Wahyuna (2004 : 23) adalah sebagai berikut : No 1 2.. 3. Nilai 8,5 10,00 6,6 8,4 5,5 5,4 Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang

4. 5.

3,5 5,4 0 3,4

Rendah Sangat tendah

Indikator Kerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 BoneBone setelah menerapkan pembelajaran dengan metosde pendekatan keterampilan proses. DAFTAR PUSTAKA Darmin, E .T , 2003. Belajar Dan Pembelajaran. Surabaya. Terbit Terang. Hamalik, Oemar . 1993. Media Pendidikan Cetakan ke Vi. Bandung : Citra Aditya. Hudoyo, Herman, 1990 . Strategi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang. Irfansyah, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Open-Ended pada Siswa Kelas VII SMP Satria Makassar. Skripsi. FMIPA UNM Makassar. Muhkal, Mappaita. 1999. Modul Kuliah. Pengembangan Rencana Penbelajaran Matematika di SLTP dan SMU. Makassar : FMIPA UNM Ruseffendi, 1998. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Coni R. Semiawan, 1992. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang abad XXI. PT Grasindo, Jakarta. Sudjana,1997. Penilaian proses belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI. Subroto, B. Suryo, 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarat. Rineka Cipta

Supardi, 1999. Hubungan Kreativitas dan Keterampilan Proses Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SLTP Negeri 1 Bantaeng tahun pelajaran 1998/1999. skripsi FMIPA UNM Makassar.

Kumpulan Judul Skripsi Pendidikan Matematika


Posted on July 3, 2011 Kumpulan Judul Skripsi Pendidikan Matematika Artikel ini tepatnya repost. Dulu, waktu masih ngeblog di wordpress gratisan, artikel Judul Skripsi Matematika ini adalah salah satu artikel andalan saya. Setelah pindah ke self hosting, mungkin tanpa sengaja kumpulan judul skripsi matematika ini terhapus. Saya baru menyadarinya beberapa hari yang lalu. Saat mencoba melihat stats di dashboard, ternyata artikel ini hilang. Untung ada beberapa blog yang pernah meng-copy artikel ini. Hingga akhirnya saya menemukannya di pencarian Google. Semoga bukan saya yang dituduh copy paste. Hahaha Kan gak lucu ya?! Penulis judul skripsi matematika dituduh mengcopy paste karya orang. Anti kale. Yah, semoga tetap dianggap sebagai artikel asli, karena memang penulisnya adalah saya. Hahai.

Judul Skripsi Matematika


Mencari judul skripsi matematika memang bukan hal mudah. Beruntung bagi beberapa orang yang menemukan variabel penelitian dengan mudah dan berhasil menyelesaikan skripsinya tanpa aral berarti. Masalah pasti ada, tapi menyelesaikan skripsi matematika akan lebih mudah jika ada keuletan dan kerja keras. Oh iya, untuk judul-judul skripsi matematika di bawah ini adalah karya sahabat saya, alumni Jurusan Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar.

Contoh Judul Skripsi Matematika


Berikut ini contoh judul skripsi matematika yang dapat sahabat jadikan referensi. 1. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matriks pada Siswa Kelas XII SMA PGRI Galesong Kabupaten Takalar (Hasma) 2. Deskripsi Daya Serap Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Trigonometri pada Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Bulukumba (Ahmad Supriyadi) 3. Deskripsi Kesulitan belajar Geometri Transformasi pada Mahasiswa Angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar (Nazwar)

4. Diagnosis Kesulitan Penyelesaian Soal Matematika Pokok Bahasan Transportasi pada Siswa Kelas IX MTs. Madani Alauddin Pao-Pao (Rukia) 5. Efektifitas Mind Map terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MAN 1 Makassar (Fitriani Nur) 6. Efektifitas Penerapan Metode Permainan terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 38 Bonto Perak Kec. Pangkajene Kab. Pangkep (Rosdiana) 7. Efektifitas Penggunaan Maple terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al-Falah Lemahabang Kec. Bone-Bone Kab. Luwu Utara (M. Zainal Abidin) 8. Efektivitas Metode Drill terhadap Keterampilan Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Turatea Kabupaten Jeneponto (Mardiana) 9. Efektivitas Metode Kumon terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Banggae Kabupaten Majene (Nurfaizah) 10. Efektivitas Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Sungguminasa Kab. Gowa (Nur Asmi) 11. Efektivitas Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII IPA MAN 2 Pare-Pare (Muhammad Sukri Rugun) 12. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Elaborasi terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Sungguminasa Kab. Gowa (Indar Jaya) 13. Efektivitas Penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas XC MAN 1 Makassar (Hilfa A. Manggala) 14. Hubungan Pemahaman Siswa Kelas IX terhadap Segitiga Kongruen dengan Kemampuan Menghitung Rentang Ruas Garis dan Besar Sudut pada SMP Negeri 25 Makassar (Eka Tri Rahmansyah) 15. Kesulitan Menyelesaikan Soal-Soal Matematika Pokok Bahasan Diagram Alir Siswa Kelas IX SMP Negeri Bontolempengan Kab. Gowa (Ahmad) 16. Komparasi Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Benda Konkret dan Gambar dalam Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V SD Negeri 7 Kabupaten Sinjai (Amriani Muin) 17. Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Sinjai Selatan Kec. Tellulimpoe Kab. Sinjai (Makmur) 18. Penerapan Metode Resitasi terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs. Nuhiyah Pambusuang Kabupaten Polewali Mandar (Hamra) 19. Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Tredmen Interaction dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Lingkaran pada Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Madani Alauddin Pao-Pao (Sitti Samra) 20. Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Media Visual dalam Memahami Konsep Bangun Datar pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah Sungguminasa

21. Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX MTs. Negeri Sape Kab. Bima (Sri Mulyati) 22. Pengaruh Kemampuan Verbal dan Penyesuaian Diri terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1 MA Madani Alauddin Pao-Pao Kab. Gowa (Awaluddin)

BIASA

OLEH : NAMA NIM : HILMAN FADILAH : 09510515

JURUSAN : Pendidikan Matematika

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2010 PROPOSAL PENELITIAN A. Judul Perbandingan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning type numbered heads together dengan menggunakan model biasa B. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, dalam pengertian sebagai upaya sadar untuk membina dan mengembangkan kemampuan dasar manusia seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya. Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah pada dasarnya adalah kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan agar siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai kemampuannya. Salah satu tolak ukur yang menggambarkan tinggi rendahnya keberhasilan siswa dalam belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar dapat di lihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor. Di samping itu, guru berperan sebagai faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini di tegaskan dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa kunci utama dalam memajukan pendidikan adalah guru, karena guru secara langsung mempengaruhi, membimbing dan mengembangkan kemampuan peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Salah satu disiplinn ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika. Matematika perlu dipahami dan dikuasai semua lapisan masyarakat terutama siswa disekolah. Russefendi (Yusuf, 2003:1) mengemukakan, Matematika penting sebagai pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas guru adalah mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Jhon Dewey (Ibrahim, Muchidin, Djajuri, Wahyudin, Fathoni, Hernawan, Sukirman, Sanjaya, Susilana, Sulityo, Darmawan, Rusman, 2002:76) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya. Disini tugas guru menyediakan bahan pelajaran tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Sesuai yang di kemukakan oleh Sardiman (1986:98), belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika di jenjang SMP adalah: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346). Berdasarkan tujuan tersebut tampak bahwa arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah

kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan ini sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, bukan saja bagi mereka yang mendalami matematika, tetapi juga yang akan menerapkannya baik dalam bidang lain (Ruseffendi, dalam Nurardiyati, 2006:2). Namun kenyataan di lapangan, proses kegiatan belajar mengajar di kelas, pembelajaran mata pelajaran eksak tertutama Matematika responnya kurang baik. Seperti yang di kemukakan Ruseffendi (Yusuf, 2003:2), Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak di senangi kalau bukan pelajaran yang di benci. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (1986:85) hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi dan motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat di tercapai. Begitu juga dalam belajar matematika menurut Hudojo (1988:100), apabila seorang peserta didik mempunyai motivasi belajar matematika, ia akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih dalam. Ia dengan mudah dapat mencapai tujuan. Ini menunjukan keberhasilan itu dapat meningkatkan motivasi belajar matematika. Sebaliknya, suatu kegagalan dapat menghasilkan harga diri turun, yang berarti motivasinya turun. Bila pemahaman terhadap materi-materi matematika yang dipelajari dapat tercapai. Maka akan timbul motivasi bersama dengan proses untuk mencapai keberhasilan belajar matematika. Dengan kata lain, keberhasilan belajar matematika tidak hanya karena dapat memahami konsep dan teorema serta kemudian dapat mengaplikasikannya, melainkan juga karena kehendak, sikap dan macam-macam motivasi yang lain. Selain itu keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh guru sendiri, dimana guru masih menerapkan system yang menuntut guru sendiri yang aktif dibandingkan dengan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan pleh John Locke dan Herbert (Sardiman, 1986:1997), dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa selalu pasif, sedangkan guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hasil kegiatan penulis model pembelajaran kooperatif memiliki peluang untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Robert Slarin (Munjiali, 2004:6), Pembelajaran Kooperatif yaitu semua metode pembelajaran yang melibatkan para siswa pembelajar untuk bekerja sama dalam belajar, dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab bagi diri pembelajar sendiri. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif menurut Looning (Suhena, 2001:6) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan di antaranya :

a. b.

Reaksi siswa terhadap belajar yang terbuka cukup baik Pertisipasi aktif siswa lebih mudah dikembangkan

c. Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar sangat sistematis dan lebih mudah ditetapkan Ada beberapa pembelajaran kooperatid, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Pembelajaran ini di kembangkan oleh Spenser Kagen (1993). Dengan melibatkan siswa dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi dari pelajaran itu. Menurut Ibrahim (2002) ada empat tahap dalam pelaksanaan Numbered Head Together yaitu : penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. C. Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dan dibatasi sebagai berikut : Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model mengajar Cooperatif Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran biasa di kelas VII dengan standar kompetensi Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah ? D. Tujuan Penelitian Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran biasa. E. Pentingnya Masalah Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi : 1. a. Bagi siswa Sebagai acuan dalam meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

b. Sebagai acuan dalam mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. c. Sebagai acuan dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika karena materi dikaitkan dengan konteks keseharian siswa dan lingkungan dunia nyata siswa.

2.

Bagi guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran b. Sebagai masukan pertimbangan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan pembelajaarn kooperatif tipe NHT. c. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri. 3. Bagi sekolah

Dengan adanya strategi pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi. 4. Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik kelak dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. F. Definisi Operasional 1. Model Cooperaative Learning Tipe Numbered Head Together

Model Numbered Head Together (NHT) adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktu-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. 2. Model Pembelajaran Biasa

Model pembelajaran biasa adalah pengajaran yang pada umumnya biasa dilakukan seharihari. Guru lebih aktif dari siswa, sedangkan siswa hanya menerima materi tanpa adanya timbal balik antara guru dan siswa dalam belajar. Cara menyampaikan materi dengan ceramah, Tanya jawab, dan demonstrasi. G. Studi Literatur 1. Perbandingan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah Perbandingan berasal dari kata Banding yang artinya tara, sama, tolok. Membandingkan artinya menilik apa persamaan/perbedaan

antara dua barang, dua hal,, dll. Sedangkan perbandingan berarti upaya membandingkan dua hal untuk diketahui kelebihan ataupun kekurangannya. 2. a. Pengertian Hasil Belajar Matematika Belajar

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak di kemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Koffka dan Kohler dari Jerman bahwa belajar adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang di hadapi. (Slameto, 2003:9) Selain itu menurut R.Gagne bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku dan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari instruksi. (Slameto, 2003:9) Senada dengan itu menurut Thorndike bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antar stimulus dan respon dalam penyelesaian masalah (problem solving) yang dilakukan dengan cara coba-coba (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2006:127) Dikemukakan juga oleh Nana Sudjana bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku . perubahan yang disadari dan timbul akibat praktek, pengalaman, latihan bukan secara keseluruhan ( Nana Sudjana, 1989:5) Sementara itu, Drs.Widodo dan Dra.Endang Poerwanti mendefinisikan pengertian belajar yaitu suatu proses yang terjadi pada seseorang yang dapat menimbulkan perubahanperubahan itu misalnya tidak tahu tentang sesuatu perbuatan tertentu menjadi bisa melakukan. Dapat pula perbuatan itu di karenakan adanya unsur yang berupa latihanlatihan. Bila perubahan terjadi pada individu tersebut merupakan usaha atau latihan maka perubahan itu bukan merupakan hasil belajar.(Siti Hasnah.H, 2003:8) Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses penerimaan informasi untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang timbul akibat praktek, pengalaman dan latihan. Proses ini membutuhkan kesiapan yang matang dan merupakan salah satu bentuk cara untuk mempelajari matematika.

b.

Matematika

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif aksiomatik yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirearkis. Matematika juga merupakan bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang memudahkan manusia berfikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Pengertian matematika dikemukakan oleh banyak ahli dalam bukunya H.Erman Suherman, dkk antara lain : James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang banyak yang terbagi kedalam 3 bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Selain itu , Johnson dan Rising ( 1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat. Representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan soaial, ekonomi dan alam. Hal senada dikemukakan Soleh dalam (Siti Hasanah.H, 2003:9) yang mengemukakan pengertian matematika sebagai berikut : 1. Matematika sebagai cara komunikasi. Matematika memilih lambang-lambang, namanama, istilah-istilah yang dapat dijadikan sumber bahasa. Kita dapat menerjemahkan suatu ungkapan dalam bahasa Indonesia menjadi ungkapan dalam bahasa matematika. 2. Matematika sebagai cara berfikir nalar memungkinkan siswa selalu berfikir kritis terhadapa suatu kenyataan. 3. Matematika sebagai alat pemecah masalah karena matematika memiliki metode pembahasan baik dengan gambar maupun dengan lambang, diagram atau grafik, maka masalah dalam kehidupan sehari-hari atau masalah keilmuan dapat diterjemahkan kedalam bahasa matematika selanjutnya karena matematika dapat diolah untuk mencapai pemecahan dari suatu masalah. Dari uraian singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai pola berpikir untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan baik itu masalah sosial, ekonomi dan alam.

1.

Matematika sekolah

Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan seperti di SD, SMP, SMA disebut matematika sekolah. Dalam buku materi pelatihan terintegrasi, ( 2005 : 21 ) dijelaskan bahwa matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian dari matematika yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah, dan melakukan tugas-tugas tertenntu yang berorientasi pada perkembangan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Matematika yang diajarkan di sekolah mencakup 4 aspek penyajian yaitu : a. Penyajian Matematika

Penyajian matematika di sekolah disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual siswa. Matematika yang disajikan dikaitkan dengan realitas yang ada disekitar siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. Dalam mengkaitkan antara konsep dan realitas yang ada disekitar dibutuhkan perantara benda konkret sebagai wakil dari representasi. b. Pola pikir matematika

Pola pikir yang digunakan pada metamatika sekolah pada umumnya adalah pola pikir induktif. Pola pikir induktif yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa. c. Keterbatasan semesta

Konsep yang diajarkan disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa. Semakin meningkat usia siswa, maka semakin meningkat juga tahap perkembangannya, maka semesta pembicaraan lebih diperluas lagi. d. Tingkat keabstrakan

Objek matematika sekolah bersifat abstrak. Tingkat keabstrakan ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.Pada jenjang sekolah dasar sifat konkret objek matematika diusahakan lebih banyak dari pada jenjang sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang sekolahnya, semakin banyak sifat abstraknya. Sehingga pembelajaran tetap diarahkan pada pencapaian kemampuan berpikir abstrak para siswa. c. Hasil belajar

Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dari kegiatan belajar baik di kelas, disekolah maupun diluar sekolah. Untuk dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada diri siswa yang terjadi akibat belajar. Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Hasil belajar didefinisikan oleh ahli-ahli psikologi pendidikan diantaranya : A.J.Romiszowski mengemukakan bahwa hasi belajar adalah keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan(input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacammacam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performence). (Dr. Mulyono Abdurrahman, 2003:38) John.M.keller mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak. Sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.(Dr.Mulyono Abdurrahman, 2003:39) Sedangkan menurut R.Gagne hasil belajar dikategorikan kedalam 5 kategori, yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual(diskriminasi, konsep, kaidah, prinsip), pengaturan kegiatan kognitif, sikap, ketrampilan motorik. Dimana: a. Informasi verbal adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. b. Kemahiran intelektual yaitu kemampuan seseorang berhubungan lingkungannya dan dirinya sendiri. dengan

1. Diskriminasi jamak adalah kemampuan seseorang dalam membedakan antara objek yang satu dengan objek yang lain. 2. Konsep yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. 3. Kaidah adalah dua konsep atau lebih jika dihubungkan satu sama lainnya maka terbentuklah suatu ketentuan yang mewakili suatu keteraturan 4. Prinsip adalah terjadinya kombinasi dari beberapa kaidah sehingga terbentuklah suatu kaidah yang lebih tinggi dan kompleks. c. Pengaturan kegiatan kognitif yaitu kemampuan yang dapat manyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. d. Sikap yaitu sikap tertentu seseorang terhadap suatu objek.

e. Keterampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengarahkan koordinasi anatara gerakgerik berbagai anggota badan secara terpadu. (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2006:17)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : Hasil Belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan di sekolah atau Perguruan Tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, Simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada siswa. 3. Model Cooperaative Learning Tipe Numbered Head Together

Pembelajaran kooperatif sebagai sebuah pola atau rancangan yang disebut strategi pembelajaran, maka model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya dikelas memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim at all. (2000:18-19), yakni: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, Angka putus sekolah menjuadi rendah, Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, Memperbaiki kehadiran, Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, Konflik antar pribadi berkurang, Sikap apatis berkurang, Pemahaman yang lebih mendalam, Motivasi lebih besar, Hasil belajar lebih tinggi, dan Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Ada beberapa macam pembelajaran kooperatif, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Number Head Together (NHT) adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).

Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Menurut Ibrahim (2002) ada empat dalam pelaksanaan NHT yaitu : a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. b. Pengajuan Pertanyaan Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan

sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Menurut Meilan Selly Putriana S.T (2009) NHT mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan NHT adalah sebagai berikut: 1) Menyebabkan siswa aktif dalam menjawab pertanyaan,

2) Melatih siswa berani dalam menyampaikan pendapat dan berani bicara di depan kelas, 3) 4) Memotivasi dalam belajar, Melatih siswa untuk bekerjasama dan menghargai pendapat teman dalam kelompok.

Sedangkan kelemahan NHT adalah 1) 2) 4. Pengkondisian kelas kurang Waktu pembelajaran yang diperlukan menjadi lebih panjang Pembelajaran Model Biasa

Menurut Ruseffendi (1991:350), pengajaran biasa adalah pengajaran pada umumnya yang bisa dilakukan sehari-hari. Dimana pada pembelajaran klasikal ini guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan yang kemampuannya memiliki syarat minimum untuk tingkat itu. Maka guru lebih aktif dari siswa, sedangkan siswa hanya menerima materi tanpa adanya timbal balik antara guru dan siswa didalam belajar. Pada model pembelajaran biasa menurut Ruseffendi (1991:351) guru mengajar siswa secara kelompok dalam ruangan kelas yang banyaknya siswa sekitar 30 40 orang. Maka guru tidak dapat memperhatikan semua kepentingan siswa satu persatu dalam belajar. Bahkan dalam pembelajaran klasikal adanya pengelompokan perlakuan dalam belajar. Dalam artian individu yang mempunyai kemampuan yang tinggi mendapat perlakuan yang lebih dari guru. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan rendah mereka mendapat perlakuan yang kurang. Ini menunjukan bahwa kepentingan setiap individu tidak dapat diperhatikan. Ruseffendi (1991:351) mengatakan : Kebanyakan guru pada umumnya mengajar berdasarkan kemampuan siswa pada umumnya, baik kecepatan mengajarnya maupun tingkat kesukaran materi yang diajarkannya. Jadi guru menyamaratakan semua kemampuan siswa dalam satu kelas. Dan materi yang dipilih disesuaikan dengan kemampuan siswa pada umumnya.

Menurut Xpresiriau (2009) Yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran biasa sebagai berikut : 1. a. b. c. d. 2. Kelebihannya adalah : Dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan dasar tertentu pada siswa Dapat diikuti oleh siswa yang banyak Mudah dipersiapkan dan dilaksanakan Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik Kelemahannya adalah :

a. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, karena guru yang aktif dan siswa hanya menyimak dari pelajaran dari guru b. c. Membuat jenuh dan membosankan siswa, bila digunakan terlalu lama Guru sukar menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik dalam pembelajaran

d. Tidak memberikan kesempatan siswa untuk aktif dan berfikir kritis dalam memahami materi pembelajaran H. Hipotesis Berdasarkan studi literature dan permasalahan yang telah di rumuskan pada bagian sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran cara biasa. I. Metode dan Disain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena adanya manipulasi perlakuan dimana kelas yang satu mendapat pembelajaran penelitian Cooperative Learning tipe NHT, dan kelas yang lain mendapat pembelajaran biasa pada awal dan akhir pembelajaran kedua kelas di beri tes, sehingga disain penelitiannya adalah sebagai berikut :

A A

: :

O1 X1 O1 O2 X2 O2

Dengan : A : Pemilihan sampel secara acak berdasarkan kelas

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe Numbered Head Together X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran biasa O1 : Tes hasil belajar menggunakan model NHT O2 : Tes hasil belajar menggunakan model pembelajaran biasa J. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) Negeri 2 Pakisjaya Karawang, sedangkan sampelnya diambil dua kelas dimana kelas yang satu adalah kelas eksperimen dan kelas yang lain adalah kelas control. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas Kontrol. Alasan dipilihnya sampel di kelas VII A dan VII B adalah karena tingkat perkembangan pendidikan dan cara berpikir siswa di kelas tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, serta berdasarkan hasil nilai ulangan harian dan nilai-nilai tes lainnya tidak terlalu jauh perbedaan antara kelas keduanya di bandingkan dengan kelas yang lain. Juga peneliti ingin mengetahui sejauh mana metode kooperatif bisa di terapkan. K. Instrumen Penelitian Yang menjadi instrument dalam penelitian ini adalah seperangkat soal tes berbentuk uraian (essay test atau subjective test) yang terdiri dari 5 butir soal. Instrument di kembangkan sendiri oleh peneliti, karena peniliti memberikan soal sesuai dengan keadaan siswa dan sesuai dengan materi yang di telah sampaikan atau di bahas sehingga di harapkan hasilnya lebih signifikan. Agar memiliki validitasi isi maka soal-soal tersebut di konsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Setelah itu agar memiliki validitas empiris soalsoal tersebut di uji cobakan pada kelas sampel, kelas control dan bukan kelas keduanya. Kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya beda pembeda dan indeks kesukarannya. 1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002: 144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menghitung validitas tes menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson sebagai berikut : Keterangan rxy : Koefisien korelasi antara vasiabel x dan variable y X : Skor siswa pada tiap butir soal Y : Skor Total N : Jumlah peserta tes Klasifikasi = Kecil = rendah = sedang = tinggi = sangat tinggi : rxy menurut Guilford yaitu :

0,00 0,20 0,20 0,40 0,40 0,70 0,70 0,90 0,90 1,00 2.

Kriteria: rxy rtab tes dinyatakan valid Reliabilitas

Menurut Sudijono (2001:95) mengatakan bahwa sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliable apa bila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama senantiasa menunjukan hasil yang tepat sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian dikatakan telah realibitas (=daya keajekan mengukur) apabila skor-skor atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil kapan saja dimana saja dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai. Untuk menentukan realibitas tes menggunakan rumus Alpa sebagai berikut : dengan sehingga : S1= Sa2+ S122+.

Sedangkan St2 = Keterangan : rn = Koefisien reliabilitas tes n l = banyaknya butir soal = bilangan konstan

Si2 = varians skor tiap butir soal St2 = varian soal Kriteria: rn maka tes tersebut reliable rn < 0.70 maka tes tersebut reliable 3. Daya Pembeda

Daya pembeda yaitu kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : D = Indeks daya pembeda

JBA = Jumlah skor kelompok atas JBB = Jumlah skor kelompok bawah JSA = Jumlah siswa kelompok atas SMI = skor maksimal ideal Kriteria : D 0,00 = sangat kurang

0,00 < D > 0,20 = kurang 0,20 < D > 0,40 = cukup 0,40 < D > 0,70 = baik 0,70 < D > 1,00 = sangat baik 4. Indeks Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut.

Menurut Witherington (Sudijono, 2001:317) mengatakan bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Untuk menghitung indeks kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : IK = Indeks Kesukaran

JBA = Jumlah skor kelompok atas JBB = Jumlah skor kelompok bawah JSA = Jumlah siswa kelompok atas SMI = skor maksimal ideal Kriteria : IK = 0,00 = terlalu sukar

0,00 < IK > 0,20 = sukar 0,20 < IK > 0,40 0,40 < IK > 0,70 0,70 < IK > 1,00 L. Prosedur Penelitian Dalam prosedur penelitian penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan = sedang = mudah = terlalu mudah

Tahap persiapan dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu mengamati permasalahan yang terjadi di kelas tempat peneliti melakukan penelitian, kemudian menuangkan permasalahan tersebut kedalam bentuk proposal skripsi, kemudian di seminarkan dan dengan beberapa perbaikan, penyempurnaan proposal dapat di selesaikan, membuat RPP, instrument penelitian (pembuatan LKS dan latihannya, pembuatan soal kuis, pembuatan perangkat tes serta kunci jawabannya) menyiapkan ijin penelitian, menguji coba instrument. 2. Tahap Pelaksanaan

Penulis membagi pelaksanaan menjadi tiga tahap yaitu a. Pemberian Tes awal / Pretes

Tes awal diberikan sebelum dilakukan perlakuan pembelajaran tipe NHT pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas Kontrol.

b.

Pelaksanaan perlakuan atau pembelajaran

Pada awal pelaksanaan tes awal sampel atau subyek di bagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang akan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe NHT dan kelompok kontrol yaitu kelompok yang menggunakan model pembelajaran biasa. Pada tahap pertama kedua kelompok tersebut melakukan tes awal dengan soal yang sama. Pada tahap kedua, kelompok di bedakan perlakuan pembelajarannya. Selama tiga kali pertemuan. 1) Perlakuan pada kelas Eksperimen

Pembelajaran pada kelas eksperimen meliputi beberapa tahap : a) Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan, memberikan acuan bahan belajar yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan di capai. b) Memberikan pembelajaran dengan model NHT, yaitu dengan membentuk kelompok 4-6 orang yang heterogen. Setelah pembagian kelompok, selanjutnya adalah memberikan penomoran. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan pertanyaannya dapat bervariasi, kemudian siswa mengajukan pendapatnya terhadap pernyataan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya untuk mengetahui jawabannya. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sama harus mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. penutup, diakhiri dengan meyimpulkan materi dan mengakhiri kegiatan. Penulis menggunakan perincian sebagai berikut : a) Lima menit pertama menjelaskan tentang tujuan pembelajaran baik tujuan umum maupun khusus b) c) Sepuluh menit kedua membagi kelompok dan memberikan penomoran Lima belas menit ketiga memberikan bahan ajar atau materi

d) Dua puluh menit ke empat siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal dalam kelompok e) f) 2) Sepuluh menit kelima pembahasan soal-soal dari nomor yang telah di panggil Lima menit terakhir penutup dengan menyimpulkan materi dan mengakhiri kegiatan. Perlakuan pada kelas Kontrol

Pembelajaran pada kelas control meliputi beberapa tahap :

a) Pendahuluan, meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, menginformasikan materi yang akan disajikan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) Melaksanakan pembelajaran model biasa, yaitu berupa ceramah, Tanya jawab dan latihan soal. c) Penutup, diakhiri dengan kegiatan mengerjakan soal yang sama dengan kelas eksperimen. c. Pelaksanaan tes akhir

Pemberian tes akhir dilakukan setelah tiga kali pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas control dengan soal yang sama pada kedua kelompok. 3. Tahap Evaluasi

Dilakukannya pre tes sebelum perlakuan dan dan setelah perlakuan Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan cooperative learning tipe NHT apakah lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran model biasa ?. Dengan cara membandingkan hasil dari kedua kelas yang menggunakan masing-masing model pembelajaran tersebut. TAHAP PERSIAPAN BAGAN PROSEDUR PENELITIAN TAHAP PELAKSANAAN a. b. 1. 2. Pemberian tes awal / prestes Pelaksanaan perlakuan atau pembelajaran Perlakuan pada kelas eksperimen Perlakuan pada kelas kontrol

c. Pelaksanaan tes akhir TAHAP EVALUASI M. Prosedur Pengolahan data Data hasil dari penelitian ini diolah dengan menggunakan MINITAB 14 dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Uji Normalitas data

Uji normalitas data pretes dan postes dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi nilai pretes dan postes. Uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-mirnov yang berguna untukmenguji apakah suatu sampel berasal dari suatu populasi dengan distribusi tertentu, terutama distribusi normal. H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Adapun penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas sebagai berikut : Jika probabilitas (p) > 0,05, maka H0 : diterima Jika probabilitas (p) < 0,05, maka H1 : ditolak 2. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas dilakukan jika kedua kelompok berdistribusi normal, yaitu dengan menguji varian kedua kelompok menggunakan uji F. pengujian tersebut untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama tau berbeda. Sedangkan jika kedua kelompok berdistribusi tidak normal maka dilakukan pengujian non parametik. H0 : Sampel kedua varians adalah sama H1 : Sampel kedua varians adalah berbeda Peneliti menggunakan 2 varian pada sampel in different columns. Dengan ketentuan : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 : diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 : ditolak 3. Uji Signifikan perbedaan rata-rata

Uji signifikan perbedaan rata-rata digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas control. H0 : Rata-rata nilai kedua sampel adalah sama H1 : Rata-rata nilai kedua sampel berbeda Pengujian ini menggunakan 2 sampel t pada sampel in different columns. Dengan ketentuan : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 : diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 : ditolak N. Jadwal Penelitian DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Depdikbud (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka Hudojo, H (1988) Strategi Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud Ibrahim, dan Sudjana (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Kagan. 2000. Cooperative Learning Structure. Numbered Heads Together, (Online), http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm (5 Desember 2007). Kagan. 2007. Numbered Heads Together, nlc/numbered_heads.htm, (5 Desember 2007). (Online), http://www.eazhull.org.uk/

Lamadi, Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/kerangka-teori-danhipotesis-tindakan.html (24 Oktober 2010) Munjiali, (2004). Kelompok Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar Rahayu, Sri, (Online), http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/03/number-head-togetherhtml (4 Januari 2009) Russefendi, (1991) Pengantar Kepada Pembantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito. Sardiman, (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali Sudijono, H (2001) Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada Suhena, E (2001) Pembelajaran Keterampilan Proses Matematika Melalui Belajar Kooperatif. Tesis Pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Xpresiriau,(Online)

PROPOSAL PENELITIAN DUKUNGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS TIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT
By 4riif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menyentuh di segala aspek kehidupan manusia. Mulai dari dunia bisnis sampai dunia pendidikan sangat merasakan kebermanfaatannya. Sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut, maka teknologi komputer sangat pesat, sehingga keunggulan komputer tidak hanya terbatas pada kemampuan mengolah data, tetapi lebih dari itu komputer dapat menunjang dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan komputer dapat menjalankan informasi yang berbasiskan komputer maka data yang masuk akan diolah secara tepat, akurat, mudah dalam mengaksesnya. Selain sarana untuk menyajikan informasi, komputer dapat dimanfaatkan di berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Pemanfaatan komputer sudah tidak berkembang tidak hanya sebagai alat yang hanya dipergunakan untuk membantu urusan keadministrasian saja, melainkan juga sangat dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pemilihan media pembelajaran. Secara umum siswa sering mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran matematika, diantaranya adalah kesulitan dalam menghitung cepat, kemampuan logika, ketrampilan menulis atau menggambar dan rasa malas belajar matematika. Ini disebabkan siswa memandang pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menduduki peran penting dalam pendidikan karena dilihat dari waktu yang digunakan dalam pelajaran matematika disekolah, lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Serta pelaksanaan pendidikan diberikan pada semua jenjang pendidikan yang dimulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Maka dari itu pelajaran harus diusahakan menarik dan menyenangkan. Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman konsep siswa. Untuk itu diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan dukungan media pembelajaran pada proses belajar mengajar. Menurut Djamerah dan Zain (1996: 136) dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat. Saat ini pemanfaatan komputer sangat diminati untuk media pembelajaran. Setelah menyelesaikan suatu proses belajar untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan dukungan media pembelajaran tersebut, perlu adanya kerjasama antara guru dan peneliti yaitu melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Proses PTK ini

memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru untuk mengidentifikasi masalahmasalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji ditingkatkan dan dituntaskan. Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada peningkatan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat siswa SMP. Pemahaman dalam penelitian ini adalah kesanggupan dan kecakapan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan skill. Keliling sebuah bangun datar adalah total jarak yang mengelilingi bangun tersebut. Ukuran keliling adalah mm, cm, km, atau satuan panjang lainnya. Sedangkan yang dimaksud luas sebuah bangun datar adalah besar daerah tertutup suatu permukaan bangun datar. Ukuran untuk luas adalah cm2, m2 km2 atau satuan luas lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan suatu dukungan media pembelajaran berbasis TIK untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa khususnya pada pokok bahasan keliling dan luas segi empat siswa SMP. B. Perumusan Masalah Berdasarkan fokus PTK diatas maka dapat dirumuskan permasalahan: 1) 2) 3) Apakah proses pembelajaran matematika melalui dukungan media pembelajaran berbasis TIK oleh guru dapat meningkatkan pemahaman siswa? Apakah proses pembelajaran matematika melalui dukungan pembelajaran berbasis TIK oleh guru dapat meningkatkan keaktifan atau response siswa? Apakah proses pembelajaran matematika melalui dukungan madia pembelajaran berbasis TIK oleh guru dapat meningkatkan kreatifitas siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu penelitian dapat lebih tearah dan ada batasan- batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) 2) 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep keliling dan luas segi empat Meningkatkan keaktifan/response siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada keliling dan luas segi empat. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada keliling dan luas segi empat.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika.Terutama pada peningkatan pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran matematika melalui dukungan media pembelajaran matematika dianggap penting dan perannya yang cukup besar dalam hal meningkatkan pemahaman, keaktifan/response dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu guru dapat menerapkan pada pembelajaran matematika. 1. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran matematika melalui dukungan media pembelajaran berbasis TIK bagi siswa yang menjadi obyek penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengalaman mengenai pembelajaran matematika dengan media pembelajaran berbasis TIK.

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dikemukakan tinjauan pustaka, tinjauan teori, kerangka pemikiran dan hipotesis. Tinjauan pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitiuan yang akan dilakukan. Tinjauan teori yang akan dipaparkan adalah dukungan media pembelajaran berbasis TIK untuk peningkatan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat. Kerangka berpikir berisi konsep yang akan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang telah dilakukan.

A.

TINJAUAN PUSTAKA Seiring dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi saat ini semakin banyak ahli yang meyakini bahwa dengan pemanfaatan teknologi yang optimal, teknologi ini dalam media pembelajaran akan lebih membuat siswa lebih tertarik, lebih mudah untuk memahami dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan teguh saryanto (2005) Media pembelajaran berbantu komputer ( studi kasus pemanfaatan sofware delphi dan matlab) menyimpulkan bahwa : 1. 2. Pembelajaran dengan menggunakan media komputer dapat memudahkan guru dalam penyampaian pelajaran. Media pembelajaran matematika berbantukan komputer sebagai alat untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika serta dapat meningkatkan efektivitas pendidikan dengan penyelesaian persoalan yang cepat dan akurat. Tri Maryana Hari Setyawati (2002 : 85), Hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa pemahaman konsep dan penguatan materi dasar memberi sumbangan terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian yang dilakukan oleh Susiloningsih (2002 : 90) menunjukkan bahwa dengan memperbaiki kompetensi material guru dan membenahi metode serta strategi pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran matematika pokok bahasan dimensi tiga. Ratna sari (2007) dalam penelitiannya Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi disekolah menengah pertama. Suatu media pembelajaran sangat berpengaruh pada kemampuan dan keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran khususnya bagi siswa yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan guru. Dari penelitian diatas menunjukkan bahwa media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan dapat membantu siswa untuk keberhasilan belajarnya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas peneliti merasa perlu

untuk mengembangkannya supaya prestasi belajar siswa meningkat dan menjadikan pelajaran lebih bermakna bagi siswa. Adapun perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang telah ada dalam penelitian yang diteliti adalah peningkatan pemahaman konsep matematika, bukanlah peningkatan prestasi belajar matematika. Tabel perbedaan variabel-variabel yang diteliti X1 x X2 x x x x x x x x x X3 X4 X5 x x x x

Peneliti Teguh Saryanto Tri Maryana Susiloningsih Ratna Sari Christina Wardani Keterangan :

Variabel

X1 : Media Pembelajaran berbasis TIK X2 : Motivasi Belajar X3 : Pemahaman Konsep X4 : Prestasi X5 : Pembelajaran Matematika Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada peningkatan pemahaman konsep matematika melalui dukungan media pembelajaran berbasis TIK dengan Microsof Power Point pada siswa kelas VII SMP N I Kasembon Malang. B. TINJAUAN TEORI Tinjauan teori yang akan dibahas adalah teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sebagai berikut: 1. 1. 1. Menurut Winkel (1996:10) belajar dapat didefinisikan sebagiai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan Belajar

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative, konstan dan terbatas. 2. Menurut Tabrani Rusyan (1996:17), belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengnai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai aspek-aspek kehidupan atau pengalaman-pengalaman yang terorganisasi. 3. Menurut Syaiful Sagala (2006:37) belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Dari uraian diatas dapat disimpulakn bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalan yang dialaminya. 2. Belajar Matematika Menurut Herman Hudoyo (1988:3) bahwa matematika adalah sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang hubungan, pola maupun bentuk, dapat dikatakan matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), stuktur dan hubungan dengan konsep_konsep abstrak. Matematika timbul karena pikiran_pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, prose dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: aritmatika, aljabar, geometri, dan analisa (analysis). Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu ntidak tergantung bidang lain, bahasa dan agar dipahami orang dengan tepat harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat disepakati secara bermakna. Ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. Ilmu tentang keteraturan, ilmu tentang stuktur yang terorganisai mulai dari unsur yang tidak didefinisikan keaksioma/postulat dan akhirnya ke dalil. Matematika tersusun secara hierarkis yang satu dengan yang lain berkaitan erat. Konsep-konsep matematika pada tingkat lebih tinggi tidak mungkin lebih dipahami, sebelum memahami konsep sebelumnya dengan baik.

Ini berarti bahwa belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan kepada pengalamn belajar yang terdahulu. Seseorang akanlebih mudah mempelajari suatu materi yang baru bila didasarkan kepada pengetahuan yang telah diketahui dan dipahami. Tujuan belajar matematika itu sendiri adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar matematika berlangsung dengan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan belajar matematika jangka pendek yaitu dikuasainya sejumlah materi yang trlah dipelajarinya, sedangkan tujuan belajar matematika jangka panjang adalah berkenaan dengan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan penghargaan terhadap matematika itu sendiri sebagai ilmu struktur yang abstrak. 3. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, dkk, 2002:6) Pembelajaran adalah usaha-usaha belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sadiman dkk, 2007:7). Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menanggung pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Penggunan media pada waktu berlangsung pengajaran setidaknya digunakan guru pada situasi berikut : a. b. Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Terbatasnya sumber pengajaran yang tidak semua sekolah mempunyai buku sumber atau tidak semua bahan pengajaran dalam buku sumber tersebut dalam bentuk media. c. Perhatian siswa terhadap pengajaran berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Gerlach dan Ely (1971) dalam Arsyad (2003:11) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa

saja yang dapat dilakukan media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya, yaitu (Arsyad, 2003:11): a. Ciri Fiksatif (Fixative Property) Media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Media memanipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman yang dapat mengenal waktu. c. Ciri Distributif (Distributive Property) Media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melaui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut dijadikan tersebut disajikan kepada sejumlah siswa dengan stimulus pengalamn yang relatif sama mengenai kejadian itu. 4. a. Teknologi komunikasi dan Informasi Pengertian Teknologi Menurut Kast dan Rosenweig, teknologi adalah penggunaan atau penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan terhadap bidang-bidang lain. Teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware dan software sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia (Sukmadinata, 2001:67). b. Pengertian Informasi Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto, 1999:8). Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yuang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dengan kesatuan nyata. Menurut Jogiyanto (1999:5) kualitas informasi tergantung dari tiga hal yaitu: 1. Relevan (Relevancy)

Informasi harus membelikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

2.

Akurat (Accurancy) Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bisa atau menysatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dariu sumber informasi sampai penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan atau noise yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut.

3.

Tepat waktu (Timeliness) Informasi yang tepat waktu, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan bagi pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi. Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkab harus cepatnya informasi tersebut didapat sehingga diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan ,mengolah dan mengirimkannya. Nilai dari informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai apabila dapat bermanfaat lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi hal ketidakpastian didalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan untukbeberapa kegunaan. Dengan demikian informasi tidak hanya digunakan oleh satu pihak. Informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan suatu nilai uang, tetapi dapat ditaksir efektifitasnya (Jogiyanto ,1999:11)

c.

Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) melalui media yang menimbulkan efek. Pikiran bias merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain (Effendy ,2001:11) Menurut Wijaya (2002:11) komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Jadi komunikasi adalah penyampaian pikiran dari komunikator ke komunikan melalui media baik secara individu maupun kelompok d. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi Jadi teknologi informasi dan komunikasi dalam hal ini yang penulis maksudkan adalah penyampaian data yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dan telah diolah berdasarkan ilmu eksak dan berlandaskan proses teknik sehingga bermanfaat bagio manusia atau pengguna. Informasi adalah inti dari suatu komunikasi. Komunikasi yang berhasilkan dapat ditunjang oleh teknologi informasi dan komunikasi. Biasanya suatu komunikasi dikatakan berhasil bila informasi yang diterima oleh target sama dengan apa yang dikirim oleh pengirim. Namun tingkat keberhasilan komunikasi masih dapat dibedakan berdasarkan kemudahan dan kecepatan proses. Peran teknologi informasi dan komunikasi secara umum adalh meningkatkan keberhasilan komunikasi 5. Microsoft PowerPoint Microsoft powerpoint merupakan salah satu produk unggulan Microsoft corporation dalm program aplikasi presentasi yang paling banyak digunakan saat ini. Menurut Stephen W.Sagman (1997:4) powerpoint adalah program pengolah presentasi yang menggabungkan teks dan angka yang sudah dikumpulkan dan memasang gambar dan slide dengan sentuhan professional yang memenuhi tuntutan audiensberselera tinggi. Fasilitas yang dimiliki powerpoint diharapkan mampu menghilangkan kebodsanan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. 6. Pemahaman

Pemahaman dalam penelitian ini adalah kesanggupan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan skill. Meletakkan hal-hal tersebut dalm hubungannya satu sama lain secara benar dan menggunakannya secara tepat pad situasi. Pemahaman meliputi penerimaan dan komunikasi secara akurat sebagai hasi komunikasi dalam pembagian yang berbeda dan mengorganisasi secara singkat tanpa mengubah pengertian. 7. Konsep Dalam Matematika Menurut Syaiful Sagala (2006:71) menyatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori . Konsep merupakan bagian dasar untuk membangun pengetahuan yang mantap karena konsep merupakan bagian dasar ilmu pengetahuan. Konsep dalam matematika adalah abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan (mengklasifikasi) objek/kejadian. Konsep yang tingkat tinggi dapat berupa hubungan antara konsep-konsep dasar. Konsep dapat dipelajari melalui definisi/pengamatan langsung. Disamping itu juga konsep dapat dipelajari dengan cara melihat, mendengar, mendiskusikan dan memikirkan tentang bermacam-macam contoh. Anak-anak yang masih berada dalam tahap operasi konkrit dalam belajar konsep biasanya belum melihat dan memegang benda yang dinyatakan oleh konsep itu. Sedangkan anak dari proses operasional formal mempelajari konsep melalui diskusi dan memperhatikan sungguh-sungguh. Seseorang telah memahami jika orang tersebut telah mampu memisahkan contoh konsep dan bukan konsep. C. Kerangka Berpikir Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan berbagai konsep untuk memecahkan masalah.

Siswa dikatakan paham apabila indikator-indikator pemahaman tercapai. Adapun indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur siswa dikatakan paham menurut Abin Syamsudin yaitu siswa dapat menjelaskan, mendefinisikan dengan kata-kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soalan dan tes tugas. Mengacu pada indikator-indikator di atas berarti apabila siswa dapat mengerjakan soalsoal yang diberikan dengan baik dan benar maka siswa dikatakan paham. Dengan demikian pembelajaran matematika disekolah terutama di SMP merupakan masalah jika konsep dasar diterima siswa secara salah maka sangat sukar untuk memperbaikinya. Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat mendorong kita untuk melakukan perubahan khususnya dibidang pendidikan. Pendidikan bisa dirubah dengan memanfaatkan teknologi yang ada selama ini. Komputer dengan aplikasi microsof power point bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang menarik untuk siswa karena program tersebut dilengkapi dengan berbagai bentuk gambar, animasi dan tampilan yang menarik sehingga mampu menarik perhatian dan minat belajar siswa. Media tersebut diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas karena program itu mudah untuk dioperasikan dan siswa juga lebih berminat untuk mempelajari matematika. Dengan minat yang tinggi dari siswa, proses belajar juga akan efektif dan mampu menciptakan sussana yang kondusif. Hal ini apabila didukung dengan guru yang berkualitas, media belajar yang lengkap akan meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep pada pembelajaran matematika dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya. Prosedur tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Dalam penelitian ini diperlukan evaluasi awal sebagai upaya untuk menentukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat agar pemahaman konsep dapat ditingkatkan.

Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran secara sistematik dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi pendekatan, metode, teknik pengajaran yang tepat dengan penerapannya konditional yang mengacu pada faktafakta dan perencanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dilakukan secara siklus maksudnya setelah tindakan pertama selesai dapat dilakukan tindakan peneliti akan mengamati bagaimana reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan peneliti didepan kelas. Dalam sekali tindakan biasanya permasalahan atau pemikiran baru yang perlunya mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi. D. Hipotesis Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Dukungan media pembelajaran berbasis TIK mampu meningkatkan pemahaman, keaktifan/response, dan kreatifitas siswa pada pembahasan keliling dan luas segi empat.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya peningkatan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat melalui media pembelajaran berbasis TIK. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) plaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) penganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah SMPN 1 Kasembon Malang. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena letaknya strategis sehingga mempermudah dalam melaksanakan penelitian serta sudah ada fasilitas laboratorium komputer sehingga menjadikan nilai lebih bagi sekolah tersebut. 1. Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2008, dengan perincian sebagai berikut : 1. I. II. III. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan minggu pertama Juli 2008 sampai minggu keempat bulan Juli 2008. Tahap pelaksanaan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Agustus 2008 sampai minggu keempat bulan Agustus 2008. Tahap laporan dilaksanakan pada minggu pertama bulan September 2008 sampai minggu keempat bulan September 2008.

C.

Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Kasembon Malang Tahun Ajaran 2008/2009, dengan pertimbangan bahwa siswa pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam penelitian ini dipilih satu kelas yaitu kelas VII C SMPN 1 Kasembon Malang. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini berdasarkan pada purposive sampling ( sampel bertujuan), yaitu untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa secara keseluruhan, karena menurut guru metematika, siswa memiliki kemampuan akademik yang heterogen dan secara keseluruhan berkemampuan sedang.

D.

Rancangan Penelitian Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan berdasarkan observasi, dibuat pada catatan pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat serta memperoleh manfaat yang lebih

baik. Langkah-langkah yang ditempuh penelitian ini yaitu : 1) Dialog awal, 2) Perencanaan tindakan, 3) Pelaksanaan tindakan, 4) Observasi dan monitoring, 5) Refleksi, 6) Evaluasi, 7) penyimpulan. Langkah-langkah penelitian di ilustrasikan dalam sisklus sebagai berikut : Dialog awal

Dialog awal Perencanaan refleksi evaluasi penyimpulan Perencanaan revisi refleksi evaluasi penyimpulan Seterusnya sampai batas waktu yang ditentukan Observasi dan monitoring Tindakan II Observasi dan monitoring Tindakan I

Dialog awal Perencanaan refleksi evaluasi penyimpulan Perencanaan revisi refleksi evaluasi penyimpulan Seterusnya sampai batas waktu yang ditentukan Observasi dan monitoring Tindakan II Observasi dan monitoring Tindakan I Perencanaan refleksi evaluasi penyimpulan

Perencanaan revisi refleksi evaluasi penyimpulan Seterusnya sampai batas waktu yang ditentukan Observasi dan monitoring Tindakan II Observasi dan monitoring Tindakan I

Gambar langkah-langkah dalam PTK

Penjelasan terhadap gambar adalah: 1. Dialog Awal Dialog awal ini dilakukan dengan harapan peneliti dapat mengetahui dan memahami permasalahan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung yang meliputi keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar. 1. Perencanaan Tindakan Hasil dialog awal diharapkan membawa kesadaran pentingnya meningkatkan kemampuan pemahaman konsepkeliling dan luas segi empat pada siswa. Langkahlangkah persiapan untuk mengadakan tindakan terdiri dari: 1. a. Identifikasi masalah Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya meningkatkan kemamnpuan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat pada siswa dalam belajar matematika yang diberikan melalui Dukungan Media Pembelajaran Berbasis TIK. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi masalah antara lain dengan tes yang diberikan pada saat tindakan kelas, sehingga dapat mengidentifikasi materi yang dirasa sulit bagi siswa. 1. a. Identifikasi siswa Proses identifikasi siswa dilakukan untuk menemukan siswa yang aktf atau yang pasif dalam belajar melalui rangkaian kegiatan pengumpulan data yang mengacu pada dokumen hasil tes yang diberikan pada saat dilaksanakan tindakan. 1. a. Perencanaan solusi masalah Solusi yang di tawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat pada siswa dalam pembelajaran

matematika adalah strategi pembelajaran melalui dukungan media pembelajaran berbasis TIK. 1. Pelaksanan Tindakan Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, Namur tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana statu tindakan yang diputuskan mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karenanya rencana tindakan harus bersifat sementara dan fleksibel serta Sian dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan dilapangan sesuai usa menuju perbaikan. Pelaksanaan tindakan dilakukan selama dua minggu terbagi dalam tiga putaran. 1. Observasi dan Monitoring Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan tindakan tekait. Observasi yang cermat dibutuhkan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realistis, dan semua kendala tersebut Belem pernah dilihat dengan jelas pada waktu lalu. Observasi ini bersifat responsive, fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga. Peneliti tindakan selalu menyediakan jornal untuk mencatat hal-hal yang lupus dari observasi dalam kategori observasi yang ada. Saat melakukan observasi, peneliti mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan. 1. Refleksi Refleksi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) adalah upaya untuk mengkaji yang telah dan Belem terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara. 1. Evaluasi

Evaluasi relajar dan pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai relajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran relajar dan pembelajaran. Evaluasi hasil pengamatan dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi dan refleksi penelitian pada setiap penelitian pada setiap pelaksanaan. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti untuk menyusun jalaban terhadap tujuan penelitian. 1. Penyimpulan Penyimpulan merupakan pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan pemahaman konsep keliling dan luas segi empat pada siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang utama adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, serta sumber data berupa data dokumentasi. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, catatan lapangan, metode tes dan dokumentasi. 1. Metode Observasi Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara telita dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998 : 28). Observasi dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas. Sehingga data observasi diperoleh secara langsung dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan siswa, dengan demikian data tersebut dapat bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian siswa menurut keadaan yang sebenarnya serta didalam menyimpulkan hasil penelitian tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kemampuan atau prestasi matematika siswa. 1. Metode Tes

Suharsimi Arikunto (1998:139) mengatakan metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atua kelompok. Dalam penelitian ini diujikan diakhir pembelajaran yang berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa didalam memahami materi. 1. Catatan lapangan Catatan lapangan adalah beberapa catatan yang diperoleh peneliti mengenai hasil pengamatan pada saat penelitian untuk mendapatkan data yang sedetail mungkin, sehingga proses penelitian dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam setiap tindakan-tindakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Jadi, catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk merangkum perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran yang tidak terdapat dalam pedoman observasi, sehingga catatan lapangan hanya sebagai pelengkap data. 1. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa serta foto rekaman proses tindakan penelitian. F. Instrumen Penelitian 1. a. Definisi opreasional Peningkatan Peningkatan merupakan usaha menjadikan sesuatu keadaan menjadi lebih baik yang dapat diciptakan atau diusahakan kriterianya. b. Pemahaman Pemahaman dalam penelitian ini dalah kesanggupan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip dan skill. Meletakkan hal-hal tersebut dalam hubungannya satu sama lain secara benar dan menggunakannya secara tepat pada situasi. Pemahaman meliputi penerimaan dan komunikasi secara akurat sebagai

hasil komunikasi dalam pembagian yang berbeda dan mengoprganisasi secara singkat tanpa mengubah pengertian. c. Konsep dalam matematika Konsep dalam matematika adalah abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan (mengklasifikasi) objek/kejadian. Konsep yang tngkat tinggi dapat berupa hubungan antara konsep-konsep dasar. Konsep dapat dipelajari melalui definisi/pengamatan langsung. Disamping itu juga konsep dapat dipelajari dengan cara melihat, mendengar, mendiskusikan dan memikirkan tentang bermacam-macam contoh. Anak-anak yang masih berada dalam tahap operasi kongkrit dalam belajar konsep biasanya perlu melihat dan memegang benda yang dinyatakan oleh konsep itu. Sedangkan anak dari proses operasional formal mempelajari konsep melalui diskusi dan memperhatikan sungguh-sungguh. Seseoarang telah memahami jika orang tersebut telah mampu memisahkan contoh konsep dan bukan konsep. d. Keliling Keliling sebuah bangun datar adalah total jarak yang mengelilingi bangun tersebut. Ukuran keliling adalah mm, cm, m, km atau satuan panjang lainnya. e. Luas Luas sebuah bangun datar adalah besar daerah tertutup suatu permukaan bangun datar. Ukuran untuk luas adalah cm2, m2, km2 atau satuan luas lainnya. 2. Pengembangan Instrumen Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi menggunakan pedoman observasi yang terbagi menjadi tiga bagian : a. b. Observasi tindak mengajar Observasi tindak belajar yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

c.

Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum tercapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati. Dalam pengumpulan data digunakan beberapa instrumen sebagai berikut : a. b. c. d. G. Catatan lapangan Test Observasi Dokumentasi

Analisis Data Pada penelitian tindalakan kelas (PTK) ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model alur. Teknik ini terdiri dari 3 alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan dalam suatu kegiatan tertentu. Kegiatan ini mulai dilaksanakan dalam setiap tindakan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang disusun, diatur, diringkas dalam bentuk kategori-kategori sehingga mudah dipahami makna yang terkandung. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian langkah data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan (Sutama, 2004:14). Analisis data kualitatif dilakukan dengan mencari daya serap siswa pada pelaksanaan test tentang keliling dan luas segi empat, yaitu dari test sebelum tindakan sampai test pada putaran III. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan daya serap tersebut. Jika daya serap siswa pada test putaran III lebih besar dari daya serap pada test sebelum dilakukan tindakan maka kemampuan siswa dalam memahami konsep keliling dan luas segi empat meningkat.

MENINGKATKAN PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI KHUSUS LIMIT PADA SISWA KELAS XI SMA aadesanjaya.blogspot.com

PENGARUH

PEMBERIAN

TES

DIAKHIRI

PEMBELAJARAN

PADA

MATERI

POKOK

PERBANDINGAN TRIGONOMETRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 aadesanjaya.blogspot.com

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJARMATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN MATERI POKOK HIMUPUNAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 32 aadesanjaya.blogspot.com

STUDI ANTARA TINGKAT PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN ZAKAT PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 45 aadesanjaya.blogspot.com

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOW BALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MTS NEGERI 1

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SYSTEM PERSAMAAN LINIER MELALUI PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP

PENERAPAN METODE GNT (GUIDE NOTE TAKING) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SEGITIGA KELAS VIII SMP aadesanjaya.blogspot.com

EFEKTIVITAS KOMPARASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT PADA SISWA KELAS VII MTSaadesanjaya.blogspot.com

KONSTRUKSI

MODEL

MATEMATIKA NEURAL

DISTRIBUSI NETWORK

CURAH (ANN)

HUJAN

DI

DAERAH METODE

MENGGUNAKAN

ARTIFICIAL

DENGAN

BACKPROPAGATION

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MA

KARAKTERISTIK

BUTIR

SOAL

TRY

OUT

UJIAN

NASIONAL

(UN)

KOTA

aadesanjaya.blogspot.com TAHUN 2011 DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS ITEMAN

STUDI

TENTANG

PEMANFAATAN TERHADAP

WAKTU

LUANG

MAHASISWA

DI

KAMPUS

DAN

PENGARUHNYA

PRESTASI BELAJAR PADA

MAHASISWA

JURUSAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA TAHUN 2010/2011

PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

MAKE

MACH

DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN KELAS VII MTS NEGERI 3 aadesanjaya.blogspot.com

Update 29 April 2001

PENGARUH PENILAIAN BERBASIS KELAS TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN TRIGONOMETRI KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)

KOMPETENSI GURU PASCA SERTIFIKASI DI SMA TAHUN 2011 PENGGUNAAN METODE DRILL (LATIHAN) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASIBELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK STATISTIK PADA SISWA KELAS IX MADRASAH ALIYAH

OPTIMALISASI PENGELOLAAN KELAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASIBELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

http://home.unpar.ac.id/~fisip/download/formatpenulisan.pdf

Anda mungkin juga menyukai