Anda di halaman 1dari 6

Tugas Praktikum Pencelupan 2

Zat Warna Disperse Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sinteteik. Kelarutannya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan larutan dispersi atau partikel-partikel zat warna yang hanya melayang dalam air. Zat warna dirpersi merupakan senyawa aromatik yang mengandung gugus-gugus hidroksi atau amina yang berfungsi sebagai donor atom hidrogen untuk mengadakan ikatan dengan gugus karbonil dalam serat Zat warna ini dipakai untuk mewarnai serat-serat tekstil sintetik yang bersifat termoplastik atau hidrofob. Absorbsi dalam serat solid solution yaitu zat padat larut dalam zat padat. Dalam hal ini zat warna merupakan zat terlarut dan serat merupakan zat pelarut. Kejenuhannya dalam serat berkisar antara 30 - 200 mg per gram serat. Sifat Umum Zat Warna Dispersi Zat warna dispersi meripakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut : 1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0.5 2 ) 2. Bersifat non-ionik walaupun terdapat gugus-gugus fungsional seperti NH2, -NHR, dan OH. Gugus-gugus tersebut bersifat agak polar sehingga menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air. 3. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil, yaitu 0.1 mg/l pada suhu 80 oC. 4. Hampir tidak mengalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung. Penggolongan Zat Warna Dispersi Berdasarkan struktur kimianya, zat warna dispersi terbagi menjadi tiga golongan yaitu : 1) Golongan Azo

2) Golongan antrakinon

3) Golongan difenil amina

Berdasarkan ketahanan sublimasinya, zat warna dispersi terbagi menjadi empat golongan yaitu : 1. Golongan A Zat warna dispersi golongan A mempunyai berat molekul kecil, sifat pencelupannya baik kaena mudah terdispersi dan mudah masuk kedalam serat. Tersublim penuh pada suhu 120 oC. Pada umumnya dipergunakan pada pencelupan dengan metode carier dan HT/HP. 2. Golongan B Ukuran molekul sedang, tersublim penuh pada suhu 180 oC. Sangat baik untuk pencelupan polyester dengan metode carrier maupun metode HT/HP (130 oC). 3. Golongan C Ukuran molekulnya besar, tersublim penuh pada suhu 200 metode thermosol dengan hasil yang baik. 4. Golongan D
o

C. Dapat di

pergunakan untuk pencelupan dengan metode carrier, suhu tinggi, maupun

Zat warna golongan D mempunyai berat molekul yang paling besar, sehingga mempunyai sifat pencelupan yang paling jelek karena sukar terdispersi dalm larutan dan sukar masuk ke dalam serat.Tersublim penuh pada suhu 220 oC, Zat warna ini sangat baik untuk pencelupan dengan metode suhu tinggi dan termosol.

Metoda Pencelupan Polyester Dengan Zat Warna Disperse 1. Pencelupan Serat Poliester dengan Carrier/ Zat Pengemban Zat pengemban ialah zat yang dapat menggelembungkan dan memplastisasikan serat yang bersifat hidrofob, sehingga zat warna akan mudah masuk kedalamnya. Pada umumnya zat pengemban bergugus aromatik dan mengandung zat pengelmusi yang mempertahankan stabilitas dispersinya dan agar dapat teremulsi dengan baik didalam larutan. Zat pengemban memungkinkan untuk mewarnai serat poliester dengan sistem konvensional (tekanan dan suhu normal), dan pemakaian zat pengemban juga dapat diaplikasikan untuk pencelupan sistem suhu tinggi.

2. Pencelupan kain polyester cara termosol Proses pencelupan dibagi menjadi 4 tahap, sebagai berikut : padding larutan celup pda bahan pengeringan fiksasi zat warna pada serat (termosol) pengerjaan iring atau pencelupan serat lain dalam campuran

Factor factor yang perlu diperhatikan : persiapan kain harus baik dan rata pemakaian zat warna dan zat pembantu harus sesuai pengendalian dengan baik [pengoprasian rangkaian mesin termosol Padding bertujuan untuk menempelkan serata mungkin zat warna terdispersi yang praktis tidak larut pada serat yang hidrofob dan tidak menyerap air. Rol padder harus rata dengan kekerasan 60 70 oC 2. Sistem HT/HP

Caranya sangat sederhana tetapi peralatan yang digunakan harus dibawah tekanan, pencelupan dilakukan pada suhu 50-60oC kemudian suhu dinaikan sampai 130oC kemudian suhu dikonstantakan beberapa waktu, kemudian setelah pencelupan dilakukan R/C dengan natrium hidrosulfit dan NaOH pada suhu 60oC selama 15-20 menit.

Pembahasan 1. Heat Fastness dari Pretreatment Ketahanan luntur terhadap panas hasil celup dari bahan yang sudah diproses pretreatment hasilnya baik, karena polyester yang telah melewati pretreatment berupa heat setting akan mempunyai derajat kristalin yang tinggi sehingga susunan rantai polyester akan semakin rapat, kekuatan tarik tetapi daya serapnya menurun. Dengan semakin rapat struktur serat polyester mengakibatkan zat warna yang masuk akan sulit bermigrasi keluar sehingga ketahanan lunturnyapun baik.

2. Kerataan Warna pada Polyester Tekstur System pencelupan metode carier yang bekerja dengan

menggelembungkan serat yaitu dengan melonggarkan struktur serat kemudian memperbanyak rongga serat yang dapat dimasuki oleh zat warna dan air. Selain dapat menggelembungkan serat carier juga dapat melarutkan serat. Dengan penggelembungan diatas zat warna dan air akan mudah sekali masuk kedalam serat sehingga meningkatkan laju pencelupan dan dapat menurunkan suhu pencelupan (tidak tinggi) namun jika suhu tidak terjaga maka laju pencelupan yang terlalu cepat mengakibatkan zat warna yang masuk tidak rata yang mengakibatkan kain belang. Zat warna yang cocok digunakan adalah jenis B dan C. Pada proses pencelupan metoda termosol zat warna akan tersublimasi dari fasa padat menjadi gas kemudian zat warna akan terdispersi molekuler sehingga dengan adanya serat zat warna tersebut akan mengadakan ikatan disperse London yang mengakibatkan zat warna terserap oleh polyester dalam waktu singkat, dan zat warna akan menyublim kembali dari fasa gas menjadi padat. Jenis zat warna yang cocok digunakan adalah jenis D karena molekulnya yang besar maka ikatan yang terjadipun akan semakin besar, tetapi

bila digunakan zat warna disperse yang molekulnya kecil gaya yang terjadipun kecil yang mengakibatkan zat warna keluar masuk ( mudah bermigrasi).

3. Heat Fastness Pengaruh Termosol Karena pada metoda termosol digunakan zat warna disperse yang molekulnya besar maka ikatan yang terjadi antara zat warna dan serat polyesterpun besar sehingga tahan lunturnya baik.

4. Heat Fastness Pengaruh Post Heat Setting Pemantapan panas akhir yang dilakukan setelah proses pencelupan, perlu mendapat perhatian dalam penggunaan zat warna. Zat warna yang digunakan harus zat warna yang tahan terhadap suhu pemantapan tersebut dan tidak berubah warna setelah dimantapkan. Zat warna yang cocok digunakan adalah tipe D yaitu yang tahan terhadap pengerjaan suhu tinggi.

Tugas Teknologi Pencelupan 2 Pencelupan Bahan Polyester Dengan Zat Warna Dispersi

Nama NRP Grup Dosen

: Dyan Pramesti S : 10K40002 : K-1 : Ir. Elly Koesneliawati

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung 2012

Anda mungkin juga menyukai