Anda di halaman 1dari 34

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR DIABETES MELLITUS

DISUSUN OLEH: LUSY RAHMADANI MUTIARA FEBRINA FRIANDES MUTIARA SANDI RANI OKTAVIA SISKA RAHMADIYANI WINDA ALFIRA DOSEN PEMBIMBING: ELIA ZEN, SKM

S- I KESEHATAN MASYARAKAT

STIKes PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI 2011/2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Diabetes Mellitus. Tanpa rida dan kasih sayang serta petunjuk dari- Nya mustahil makalah ini dapat kami rampungkan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Juga harapan kami, dengan dirampungkannya makalah ini, akan mempermudah pembaca untuk mempelajari tentang Diabetes Mellitus. Sesuai kata pepatah tiada gading yang tak retak, kami mengharapkan saran dan kritik, dari para pembaca, guna kesempurnaan dimasa mendatang.

Bukittinggi,

Maret 2012

Penulis

xi

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................................................ 2 1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 4 2.1 Definisi Diabetes Mellitus ................................................................................................. 4 2.2 Gejala Diabetes Mellitus .................................................................................................... 5 2.3 Beban Diabetes .................................................................................................................. 7 2.4 Klasifikasi Diabetes Mellitus ........................................................................................... 11 2.5 Risiko Diabetes Mellitus .................................................................................................. 15 2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus .......................................................................................... 20 2.7 Pencegahan Diabetes Mellitus ......................................................................................... 24 BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 28 3.1 Simpulan .......................................................................................................................... 28 3.2 Saran ................................................................................................................................ 28 Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 30

xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Diabetes Melitues (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Sedangkan gangguan metabolisme secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Faktor pencetus penyakit diabetes melitus, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi trend seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena kesibukan kerja, kebiasaan di depan TV dan komputer dalam waktu yang lama sambil mengkonsumsi makanan ringan menyebabkan orang malas untuk bergerak sehingga orang cenderung mengalami kegemukan, sehingga hal ini dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus (Smeltzer, 2001). Berdasarkan data WHO tahun 2011 jumlah penderita diabetes mellitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan ke-empat terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Pada tahun 2011, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring perubahan zama yang menyebabkan rendahnya perhatian individu terhadap kesehatannya terutama untuk memicu diabetes. Dalam proses perjalanan penyakit DM dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik. Komplikasi akut antara lain ketoasidosis, hiperosmolar nonketotik koma dan toksis asidosis dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah

beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati, retinopati, makro angiopati kardiovaskuler, dan peripheral vaskuler (Smeltzer, 2001). Perkembangan diabetes yang meningkat dari tahun ke tahun tentunya menjadi perhatian kita semua, khususnya bagi seorang tenaga Kesehatan Masyarakat. Sebagai salah satu pihak yang berperan penting dalam usaha untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, hendaknya seorang tenaga kesehatan mampu membantu masyarakat agar ke depan, kita dapat menekan atau bahkan menghilangkan kasus DM, terutama di daerah kita. 1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Penulis dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentanng DM yang ada negara kita, sehingga pembaca mampu mengambil tindakan secara bijak untuk dapat mengatasinya. 1.2.2 Tujuan Khusus Penulis dapat : a. Memahami tentang DM b. Mampu memberikan tindakan pencegahan yang tepat bagi mereka yang berisiko DM. c. Mampu menggunakan faktor- faktor yang menghambat munculnya DM dalam hal promosi kesehatan. 1.3 RUANG LINGKUP Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang: 1.3.1 Definisi Diabetes Mellitus 1.3.2 Gejala Diabetes Mellitus

1.3.3 Beban Diabetes 1.3.4 Klasifikasi Diabetes Mellitus 1.3.5 Risiko Diabetes Mellitus 1.3.6 Komplikasi Diabetes Mellitus 1.3.7 Pencegahan Diabetes Mellitus

BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes Mellitus atau yang lebih dikenal sebagai kencing manis berarti gula madu. Istilah diabetes mellitus itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang artinya mengalir melalui pipa dengan tekanan atmosfer. Sedangkan, dalam bahasa Latin, diabetes mellitus berarti semanis madu. Kedua pengertian tersebut, menggambarkan diabetes secara tepat. Pada penderita diabetes, air melewati tubuhnya seolah- olah dialirkan dari mulut lewat saluran kemih dan langsung keluar dari tubuh. Air seninya pun terasa manis karena mengandung gula. Itu sebabnya diabetes sering disebut sebagai penyakit kencing manis. Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa diabetes itu bisa terjadi? Ketika seseorang menderita diabetes maka pankreas orang tersebut tidak dapat menghasilkan cukup insulin untuk menyerap gula yang diperoleh dari makanan. Itu yang menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi akibat timbunan gula dari makanan yang tidak dapat diserap dengan baik dan dibakar menjadi energi. Penyebab lain adalah insulin yang cacat atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang dihasilkan pankreas, sebuah organ di samping lambung. Hormon ini melekatkan dirinya pada reseptor-reseptor yang ada pada dinding sel. Insulin bertugas untuk membuka reseptor pada dinding sel agar glukosa memasuki sel. Lalu sel-sel tersebut mengubah glukosa menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Dengan kata lain, insulin membantu menyalurkan gula ke dalam sel agar diubah menjadi energi. Jika jumlah insulin tidak cukup, maka terjadi penimbunan gula dalam darah sehingga menyebabkan diabetes. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan

bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

2.2 GEJALA DIABETES Secara umum, gejala yang sering dialami oleh para penderita diabbetes adalah: 2.2.1 Gejala Klinis Secara klinis, gejala diabetes ditandai dengan: a. Gejala Khas 1. Poliuria ( sering kencing ) 2. Poliphagia ( cepat lapar ) 3. Polidipsia ( sering haus ) 4. Lemas 5. Berat badan menurun b. Gejala Lain 1. Gatal- gatal 2. Mata kabur 3. Gatal di kemaluan ( wanita ) 4. Impotensia 5. Kesemutan 2.2.2 Gambaran Laboratorium a. Gula darah sewaktu > = 200 mg/dl

b. Gula darah puasa > 126 ,g/dl ( Puasa = tidak ada masukan makanan / kalori 10 jam terakhir ) c. Glukosa plasma 2 jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram. Sebagai pedoman dalam diagnosis DM, WHO mengeluarkan panudan diagnosis, sesuai tabel 1.1. Jenis Pemeriksaan Diabetes : Glukosa puasa Glukosa 2 jam pp > = 7.0 mol/ l ( 126 mg/dl ) atau > = 11.1 mmol/ l ( 200 mg/dl ) Nilai Normal

Impaired Glucoose Tolerance ( IGT ) Glukosa puasa Glukosa 2 jam pp < 7.0 mmol/ l ( 126 mg/dl ), dan > = 7.8 mmol/ l dan 11.1 mmol/ l ( 140 mg/ dl dan 2000 mg/ dl ) Impaired Fasting Glocose ( IFG ) Gluosa puasa Glukosa 2 jam pp 6.1 6.9 mmol/ l ( 110 125 mg/ dl ), Dan < 7.8 mmol/ l ( 140 mg/ dl )

+ glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa * jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa dikeluarkan.

2.3 BEBAN DIABETES Setiap tahun, jumlah penderita diabetes kian meningkat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beban global diabetes melitus pada 2000 adalah 135 juta, di mana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun (tahun 2025). Pada 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi diabetes terbesar di dunia, yaitu 82 juta orang dan jumlah ini akan meningkat menjadi 366 juta orang setelah 25 tahun. Pada 2030 akan terdapat lebih dari 82 juta orang berumur di atas 64 tahun dengan diabetes di negara sedang berkembang, di negara maju hanya 48 juta orang, dan secara global diperkirakan 333 juta orang menderita diabetes. Di Indonesia sendiri, pada 2006, jumlah penyandang diabetes (diabetasi) mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3, kecuali di Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1 %. Di dunia Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (Diabetes Care, 2004). Sebagai salah satu negara maju, di Amerika keadaan DM dapat digambarkan sebagai berikut : a. Lebih dari 18,2 juta Amerika mempunyai DM, dan sekitar sepertiganya tidak mengetahui bahwa mereka menderita DM. b. Pada tahun 2050 diperkirakan 39 juta penduduk AS akan didiagnosis DM. c. Kelompok Amerika- Indian, Afrika- Amerika, Hispanic lebih beresiko 2 kali DM dibandingkan orang kulit putih AS.

d. Tipe 2 DM yang umumnya menyerang kelompok dewasa, akan meningkat diagnosisnya pada kelompok muda. e. Sepertiga anak- anak AS yang lahir ditahun 2000 dapat menderita DM selama masa hidupnya. f. DM berada pada peringkat ke- 6 penyebab kematian, di mana lebih dari 200.000 penduduk meninggal setiap tahnnya karena menderita DM. g. DM menjadi penyebab utama gagal ginjal, kebutaan dewasa, dan amputasi tangan / kaki yang bukan karena trauma. h. DM penyebab utama penyakit jantung dan stroke,yang bertanggung jawab terhadap 65 % penyebab kematian mereka yang DM. i. Sekitar 18.000 ibu yang punya DM melahirkan bayi tiap tahun, dan 135. 000 ibu diperkirakan mempunya diabetes gestational. DM akan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, dan risiko anak untuk menjadi gemuk dan dapat DM dalam hidupnya. j. DM menjadi penyakit yang paling populer ada usia 65- 74 tahun, dan kurang pada usia di bawah 45 tahun, tanpa memandang kelompok ras, etnik dan kelamin. k. Diperkirakan 41 juta penduduk AS adalah pre- diabetes, berisiko tinggi untuk terserang DM tipe 2. Mereka yang pre- diabetes mempunyai IFG, IGT atau keduanya. l. Biaya total DM ( langsung dan tidak langsung ) mencapai $ 132 miliar. Biaya medis langsung $ 92 miliar. Biaya tidak langsung ( cacat, hilang pekerjaan, mati ) $ 40 miliar. m. Rata- rata biaya pelayanan kesehatan DM $ 13.243 per tahun, dibandingkan $ 2.560 orang tanpa DM. Sementara keadaan DM di Indonesia digambarkan sebagai berikut:

a. Dari hasil Riskesdas 2007 prevalensi diabetes mellitus di daerah urban Indonesia untuk usia 15 tahun sebesar 5,7% (1,5% terdiri dari pasien diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan 4,2% baru diketahui diabetes saat penelitian). b. Propinsi diperoleh prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4 %) dan NAD (8,5%). Prevalensi diabetes mellitus terendah di Papua (1,7%), diikuti NTT (1,8%). Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8%), diikuti Sulbar (17,6%), dan Sulut (17,3%), sedangkan terendah di Jambi (4%), diikuti NTT (4,9%) Sementara itu angka kematian akibat DM terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8%. c. Data yang dikumpulkan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak Mei 2009 hingga Februari 2011 menunjukkan terdapat 590 anak dan remaja berusia di bawah 20 tahun yang merupakan penyandang diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia. Data ini diperkirakan merupakan puncak gunung es sehingga jumlah penderita yang sesungguhnya di populasi tentu lebih banyak lagi yang masih belum terdeteksi. Bila jumlah anak (0 - 18 tahun sesuai UU perlindungan anak) di Indonesia 83 juta jiwa, maka kasus DM tipe 1 pada anak yang telah ditemukan hanya mencapai 0,00711 permil. d. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 faktor risiko diabetes seperti obesitas umum 19,1% (terdiri dari berat badan berlebih dan obesitas 10,3%), obesitas sentral 18,8%, perokok 23,7 %, kurang makan buah dan sayur 93,6 %, sering makan/minum makanan/minuman manis 65,2%, kurang aktifitas fisik 48,2 %, sering makan makanan berlemak 12,8%,

gangguan mental emosional 11,6% dan konsumsi alkohol pada beberapa bulan terakhir sebesar 4,6 %. e. Berdasarkan hasil penelitian Konsultan Diabetik dan Metabolik Endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Sidartawan Soegondo, prevalensi diabetes mencapai 14,7 persen di perkotaan dan 7,2 persen di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes. f. Hasil penelitian Baran Palanimuthu juga menunjukkan sebanyak 43 orang (57,3 persen) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, dimana 26 orang (34,7 persen) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan hanya enam orang (8 persen) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet diabetes mellitus serta komplikasinya. g. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Secara umum DM merupakan beban kesehatan masyarakat yang cukup berat mengingat bahwa : a. Diabetes tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dicegat atau dikendalikan ( diperlambat ). DM merupakan bagian kesehatian seumur hidup seorang penderita. b. Rentan terhadap komplikasi. Keadaan lanjut ini karena pasien tidak merasa sakit, sehingga melalaikan pengobatan dan perawatan. Selain itu, tentu terlambat mengunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan. c. Komplikasi DM berat dan bersifat terminal ( diakhiri dengan kematian).

10

d. Bersifat autoimun yang menurun ( DM tipe I ) e. Manifestasinya pada kelompok- kelompok tertentu cukup lebih berat ( misalnya pada kelompok ibu hamil atau berat badan rendah / underweight). 2.4 KLASIFIKASI DIABETES Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut: 2.4.1 DM tipe 1 ( IDDM / INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS ) DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset atau Insulin dependent atau Ketosis prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah juvenile onset sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang 40. Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin. DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan histopatologi pankreas menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan antibodi sirkulasi yang menyerang glutamicacid decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas tersebut. Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4.

11

Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi. Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia. Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anakanak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit. 2.4.2 DM tipe 2 ( NIDDM / NON- INSULIN DEPENDENT DIABETES MELLITUS ) Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel

12

dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan. Jika dulu DM 2 sering dihubungkan dengan usia lanjut, sekarang anak- anak dan remaja juga bisa mengalaminya, karena pola makan yang kurang sehat dan kurang olehraga. Di Indonesia saja, sekitar 65. 000 anak menderita DM tipe 2 ini. Tahap perkembangan DM tipe 2 terjadi yaitu: Tahap 1. Genetic suspecbility, sebagai prerequisite Tahap 2. Insulin resistance Tahap 3. Impaired Glucuse Toleraance ( IGT ) Tahap 4. DM tipe 2 DM tipe 2 juga ditandai dengan 4 gangguan metabolik utama, yaitu: Hiperglikemia kronik Resistensi insulin Reduksi respon insulin Peningkatan penggeluaran glukosa hepar Berikut ini, akan kami uraikan beberapa perbedaan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2:

13

DM tipe 1 Sel pembuat insulin rusak Mendadak, berat dan fatal Umumnya usia muda Insulin absolut dibutuhkan seumur hidup Bukan turunan, tapi autoimun Lebih banyak di negara maju ( faktor genetika ) Terjadi sekitar 10 15 % kasus DM Lebih banyak diderita oleh pria daripada wanita Menyebabkan autoantibodi Terjadi gangguan autoimun -

DM tipe 2 Lebih sering dari tipe 1 Faktor turunan positif Muncul saat dewasa Biasanya diawala ( ttrigger ) dengan kegemukan Komplikasi kalau tidak terkendali Lebih tinggi di negara maju ( faktor gaya hidup dan status gizi ) Terjadi sekitar 85- 90 % kasus DM Lebih banyak diderita wanita

daripada laki- laki Tidak menyebabkan autoantibodi Terjadi gangguan metabolik

2.4.3 DIABETES MELLITUS TIPE LAIN Beberapa jenis DM lainnya yaitu: a. Defek genetik fungsi sel beta Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling sering adalah mutasi

14

kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik yang mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin. b. Defek genetik kerja insulin Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium. c. Penyakit eksokrin pankreas Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas. d. Endokrinopati Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada sindroma Cushing, glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang yang sebelumnya mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi. e. Karena obat/zat kimia Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja insulin.

15

f. Infeksi Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B, CMV, adenovirus, dan mumps. g. Imunologi Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta pankreas. h. Sindroma genetik lain Downs syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dan lain- lain. 2.4.4 DM Gestational Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga. Pada DM ini, risiko pada ibu bisa fatal, begitu juga janinnya. Risiko pada janin yaitu cacat bawaan sampai mati. Pada DM type ini, ibu hamil memerlukan insulin untuk sementara waktu.

2.5 RISIKO DIABETES Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan DM, di antaranya: 2.5.1 Modified Risk Factors ( Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi ) Faktor risiko DM yang bisa dimodifikasi atau diubah di antaranya : Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).

16

Dari semua yang didiagnosis diabetes tipe 2, lebih dari 85 persen dari mereka mengalami kelebihan berat badan. Obesitas pada lemak perut telah dikaitkan dengan risiko tinggi diabetes. Berat badan berlebih akan memicu resistensi insulin dan yang menyebabkan gula darah tinggi. Kurangnya aktivitas fisik. Seseorang yang cenderung kurang aktivitas fisik juga berada pada risiko mengidap diabetes dua kali lipat lebih tinggi. Hanya dengan menambahkan kegiatan aktivitas fisik dan mengubah gaya hidup tidak hanya akan menurunkan resistensi insulin, tetapi juga akan membantu Anda mengurangi berat badan. Penelitian menunjukkan, kehilangan hanya beberapa kilogram berat badan dapat mencegah atau menunda diabetes tipe 2. Hipertensi (> 140/90 mmHg). Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL) Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes dan DM tipe 2. Makan berlebihan Jika seseorang merupakan penggemar berat dari makanan tinggi lemak, bergula dan secara rutin mengonsumsinya, maka secara tidak langsung orang tersebut sudah membuat menu untuk mengarahkan perkembangan diabetes. Menurut Dr. Stewart Harris, seorang dokter keluarga dari University of Western Ontarios Schulich School of Medicine and Dentistry, orang tidak pernah berpikir tentang apa yang mereka makan karena merasa nyaman dan sudah terbiasa.

17

Perilaku inilah yang akan menempatkan mereka pada risiko diabetes. Kebiasaan mengonsumsi gorengan, minum pop, saus salad dan kue, berkontribusi meningkatkan peluang seseorang mengalami kenaikan berat badan, yang pada gilirannya meningkatkan resistensi insulin dan menempatkan Anda pada risiko yang lebih besar terkena diabetes. Bahkan orang tersebut juga bisa mengembangkan kolesterol tinggi dan hipertensi, masalah yang sering ditemukan pada orang dengan diabetes dan berhubungan dengan penyakit jantung. Ia menyarankan untuk memakan makanan favorit dengan porsi yang lebih kecil dan mengurangi asupan lemak. Punya problem khas perempuan Perempuan tertentu lebih rentan terserang diabetes dibandingkan yang lain. Mereka adalah kelompok wanita dengan sindrom ovarium polikistik,

ketidakseimbangan hormonal wanita yang dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur. Tapi tidak perlu cemas. Seperti pada orang-orang berisiko tinggi lainnya, mereka hanya perlu merubah pola diet dan tetap aktif bergerak. Jika mereka telah didiagnosis dengan pradiabetes, mengambil obat untuk menurunkan gula darah mungkin bisa menjadi pilihan bermanfaat. 2.5.2 Un- modified Risk Factors ( Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi ) Faktor risiko yang tidak dapat diubah di antaranya: Ras dan etnik Etnis juga turut berpengaruh dalam pengembangan risiko diabetes. Seseorang akan lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 jika berasal dari latar

18

belakang Aborigin, Asia Selatan, Asia, Afrika atau Hispanik. Orang tersebut tidak dapat mengubah gennya, tetapi dapat mengubah tingkat risiko. Jika setiap orang dalam rumah tangga dapat memilih makanan yang sehat dan rutin melakukan aktivitas fisik, bukan tidak mungkin akan keluar dari masalah ini. Riwayat keluarga dengan diabetes Jika keluarga dekat Anda ada yang didiagnosis mengidap diabetes tipe 2 (ibu atau ayah, saudara ), maka risiko Anda mendapatkan diabetes akan jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan diabetes. Umur Meskipun benar bahwa diabetes tipe 2 lebih banyak didiagnosis pada orang yang lebih muda, namun penyakit ini masih lebih banyak ditemukan setelah seseorang menginjak usia 40 tahun. "Itu sebabnya kami menyarankan skrining rutin diabetes harus dimulai pada usia 40 tahun," kata Harris. Namun, pada orang yang berisiko, skrining diabetes bisa dilakukan sebelum usia 40 tahun. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). Ibu yang pernah melahirkan bayi besar (lebih dari 4.000 gram) juga berisiko mengalami diabetes. Sedangkan pada wanita hamil yang menderita diabetes gestasional selama kehamilan, maka janinnya beresiko tujuh kali lebih mungkin untuk memiliki diabetes tipe 2 di kemudian hari dibanding yang tidak.

19

Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal. 2.5.3 Faktor Risiko Lain Lingkungan Risiko lingkungan DM berkaitan dengan faktor- faktor: Geografic Variation ( faktor variasi geografis), misalnya di Cina. Temporal Variation Migrant Risk in new environment Di Indonesia sejumlah 14,7% penduduk daerah urban dan 7,2% daerah rural diperkirakan mengidap DM. Faktor ekonomi Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin. Penderita sindrom metabolic Mereka yang menderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases), juga mampu menyebabkan diabetes. Faktor risiko ini bervariasi menurut kemungkinan jenis risiko yang diperkirakan akan terjadi. Risiko tersebut juga bisa dibedakan atas jenis risiko menderita Dm dan jenis risiko meninggal akibat DM. Risiko- risiko ini berbeda antar region, etnik, ekonomi dan sosial masyarakat.

20

Dalam kaitannya dengan faktor risiko, dikenal istilah ABC untuk DM yang terdiri dari: a) A = A1c Huruf A = A1c, yakni Hb A1c, glukosa yang terikat pada sel darah merah. Kadar A1c di dalam darah menggambarkan kadar gula darah rata- rata selama 3 bulan. Kadar normal Hb A1c < 7%. b) B = Blood Presure Selama ini, 2/3 penderita DM menderita hipertensi. DM yang diiringi dengan hipertensi mempertinggi risiko komplikasi ( jantung, stroke, ginjal dan mata ). c) C = Cholesterol Peningkatan kolesterol akan menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah segera mendampingi DM. Kolesterol berbahaya jika tinggi > 200mg % dan HDL < = 35mg %

2.6 KOMPLIKASI DM DM akan semakin sulit dikendalikan ketika ia telah memasuki tahap komplikasi. DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh seseorang, mulai dari kulit, sampai jantung. Bentuk komplikasi DM pada sistem tubuh dapat berupa: a) Sistem kardiovaskular : hipertensi, infark miokard, insufiensi koroner. b) Mata : retinopati, diabetika, katarak. c) Saraf : neropati diabetika. d) Paru- pari : TBC. e) Ginjal : pielonefritis, glumeruloskelrosis. Secara khusus, gangguan fungsi ginjal ini ditandai oleh :

21

1) Terdapat protein pada air seni 2) Tekanan darah tinggi 3) Pembengkakan di kaki 4) Buang air kecil menjadi lebih frekuen 5) Mual dan muntah 6) Lemah dan pucat ( anemia ) f) Hati : sirosis hepatis. g) Kulit : gangren, ulkus, furunkel. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh DM di antaranya : a. Komplikasi jangka panjang Diabetes dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti serangan jantung, stroke, kebutaan akibat glukoma, penyakit ginjal, dan luka yang tidak dapat sembuh hingga infeksi sehingga harus diamputasi. Bahkan taraf yang paling mengerikan adalah kematian. Komplikasi-komplikasi ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah, kerusakan saraf, dan ketidaksanggupan tubuh melawan infeksi. Namun, tidak semua penderita diabetes mengalami masalah-masalah jangka panjang ini. b. Hipoglikemia Walaupun tidak baik bila kadar gula tinggi, tetapi seorang penderita diabetes mellitus atau kencing manis ini dapat pula secara tiba-tiba mengalami gula darah yang sangat rendah di bawah ambang normal yang disebut hipoglikemia. Ini juga sangat berbahaya karena dapat membuat penderitanya gemetar, berkeringat, lelah, lapar, gampang tersinggung, atau bingung atau detak jantung cepat sekali, pandangan kabur, nyeri kepala, tubuh kebas, atau kesemutan di sekitar mulut dan bibir. Bahkan bisa kejang-kejang atau

22

pingsan. Sering kali, menu makanan yang tepat dan waktu makan yang teratur dapat mencegah timbulnya problem-problem itu. Mengkonsumsi glukosa, misalnya sari buah atau tablet glukosa, dapat menaikkan kembali kadar gula darah ke tingkat yang lebih aman hingga makanan lain dapat dikonsumsi. c. Ketoasidosis Jika glukosa tidak dapat diolah dengan baik oleh tubuh, maka lemak dan protein dalam tubuh dimanfaatkan oleh tubuh untuk dijadikan energi. Namun saat tubuh membakar lemak, terbentuklah sisa pembakaran yang disebut keton. Keton menumpuk dalam darah dan mengalir ke dalam air seni. Karena keton ini lebih asam daripada jaringan tubuh yang sehat, kadar keton yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan terjadinya kondisi serius yang disebut ketoasidosis. Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Komplikasi DM dapat bersifat akut dan kronik. Komplikasi akut ditandai dengan infeksi ( karbukel, angren, pielonefritis, dan lain- lain). Terjadi ketoasidosis, diikuti koma. Sedangkan komplikasi kronik berhubungan dengan kerusakan dinding pembuluh darah yang menimulkan atherosklerosis kahs pada pembuluh darah kecil di bagian ujung yang disebut mikroangipati. Manifestasinya berupa retinopati, gluerolusklerosis, dan neiuropati. Komplikasi DM dapat dicegah dengan cara :

23

a. Terhadap kemungkinan komplikasi pada mata, dilakukan pemeriksaan mata seara teratur, dan jika dapat dilakukan pengobatan dengan cepat dan tepat dapat mencegah 90 % kemungkinan komplikasi kebutaan. b. Perawatan yangtepat terhadap kaki, dengan pemeriksaan dan pendidikan pasien dapat mencegah 85 % kemungkinan diamputasi. c. Pengendalian dan pengobatan hipertensi dapat mengurangi komplikasi penyakit jantung dan stroke sebesar 33 50 % dan 33 % kegagalan ginjal. Pengalaman di AS menunjukkan bahwa: a) Pengendalian intensif tekanan darah dapat menurunkan biaya perawatan seorang penderita sampai $ 900. b) Perawatan kaki penderita DM juga mengurangi biaya untuk kemungkinan jatuh dalam biaya amputasi. c) Pemberian pelatihan sehingga pasien dapat mengurus dirinya sendiri sehingga tidak perlu masuk rumah sakit, memberika nilai efisiensi juga. Setiap 1 dolar biaya penyuluhan dapat memotong biaya untuk hospitalisasi sebesar $8,76. d) Perawatan ibu hamil dengan DM dapat mengurangi biaya untuk kemungkinan komplikasi kehamilan dan risiko buat bayi. e) Untuk mencegah atau menunda serangan DM, perubahan gaya hidup berisiko sagat efektif. Dengan mengurangi BB 5- 7 % dan melakukan 2,5 jam aktivitas fisik seminggu, mereka yang prediabetik akan menurunkan risiko lebih setengah kali untuk menderita DM tipe 2.

24

2.7 Pencegahan DM Kunci utama pencegahan diabetes terletak pada tiga titik yang saling berkaitan : pengendalian berat badan, olahraga, dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini dilakukan dengan menurunkan berat badan sedikit ( 5-7 % dari erat total ) disertai dengan 30 menit kegiatan fisik / olahraga 5 hari per minggu, sambil makan secukupnya yang sehat. Selain itu, untuk identifikasi diri terhadap risiko diabetes, maka setiap orang mulai berusia 45 tahun, terutama yang berat badan lebih, seharusnya uji diabetes. Pencegahan diabetesmeliputi: a. Pencegahan premordial kepada masyarakat yang sehat, untuk berperilaku positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM. Misalnya berperilaku sehat, tidak merokok, makanan bergizi dan seimbang, ataupun bisa diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu atau kegiatan jasmani yang memadai. b. Promosi kesehatan, ditujukan pada kelompok berisiko, untnuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan dengan penyluhan dan penambahan ilmu kepada masyarakat. c. Pencegahan khusus, ditujukan kepada mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukan pemerikasaan atau upaya sehinggga tidak jatuh ke DM. Uapaya ini dapat berbentuk konsultasi gizi / diaetetik. d. Diagnosis awal Diagnosis awal dapat dilakukan dengan cara: 1) Tes darah Biasa dilakukan di laboratorium, yang dites adalah darah saat puasa dan postprandial. Sebelum melakukan tes, Anda harus berpuasa selama 12 jam. Kadar

25

gula yang normal selama berpuasa adalah di bawah 100 mg/dl. Setelah itu, pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah makan, bila hasilnya diatas 140 mg/dl dapat berarti Anda menderita diabetes. 2) Tes Urine Urine atau air kencing diperiksa kadar albumin, gula dan mikroalbuminurea untuk mengetahu apakah seseorang menderita penyakit ini atau tidak. Tes ini juga dilakukan di laboratorium atau klinik. 3) Glukometer Tes ini dapat dilakukan sendiri di rumah bila memiliki alatnya. Caranya adalah dengan menusukkan jarum pada jari untuk mengambil sampel darah. Kemudian sampel darah diletakkan ke dalam celah yang tersedia pada mesin glukometer. Hasilnya tidak terlalu akurat, tetapi dapat digunakan untuk memantau gula bagi penderita agar apabila ada indikasi gula tinggi dapat segera melakukan pengecekan di laboratorium dan menghubungi dokter. Alat glukometer terkini sudah dirancang begitu mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit saat mengambil sampel darah. 4) Pemantauan gula darah menggunakan air mata Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, kini tak hanya daah yang bisa digunakan untuk memantau kondisi gula darah. Air matapun bisa digunakan untuk memantau gula darah seseorang. Hal tersebut telah diuji melalui penelitian terhadap sebuah sensor ole seorang peneliti dari University of Michigan yang diterbitkan pada sebuah jurnal Analitycal Chemistry. Dalam penelitian yang dilakukakannya terhadap 12 kelinci, ia menemukan ada korelasi antara kadar glukosa

26

dalam darah dan kadar glukosa pada air mata. Hal ini terjadi karena orang dengan diabetes memiliki kadar glukosa yang tinggi dalam drahnya yang disebabkan pankres berhenti memproduksi hormon insulin atau sel- sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin, sehingga tubuh tidak mampu menyerap glukosa dalam aliran darah. Dalam studi ini, Jeffery Labelle insinyur dari Arizona State University bekerjasama dengan para pneliti di Mayo Clinic untuk mengembangkan pemantauan glukosa melalui air mata, dengan membuat sensor yang bisa disentuh di bagian mata yang berwarna putih selama 5 detik kemudian ditekan ke dalam perangkat yang sudah di desain untuk membaca kadar gula darah. e. Pengobatan yang tepat Dikenal berbagai macam upaya dan pengobatan untuk penderita DM agar tidak terjadi komplikasi, di antaranya: 1. Insulin Senitizer Insulin senitizer dapat meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk mengenali berbagai insulin, dan kemudian untuk meningkatkan tindakan insulin dengan mendorong glukosa ke dalamnya, sehingga menurunkan tingkat glukosa darah. Senitizer insulin utama, yaitu glitazones dan Biguanides seperti metformin. 2. Secretagogues Obat ini termasuk obat yang memaksa pankreas untuk meningkatkan jumlah insulin, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Obat- obat ini termasuk sulfonilurea, meglitinides, mimesis incretin ( Exenatides ) dan dipetidyl peptidase inhibitor IV ( DPP IV inhibitor O, seperti sitagliptin. 3. Exenatide seminggu sekali

27

Beberapa exenatides telah diperkenalkan sebagai suntikan sehari- hari, dan telah disetujui sebagai pengobatan pembantu untuk DM tipe 2. Dan masih banyak lagi pengobatan yang telah dikembangkan untuk mengobati DM tersebut. f. Disability imitation : pembatasan kecacatan yang ditujukan kepada upaya maksimal mengatasi dampak komplikasi DM sehingga tidak menjadi lebih berat. g. Rehabilitasi, sosial maupun medik. Memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi atau keacatan yang terjadi karena DM. Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjut DM yang telah menybabkkan adanya amputasi.

28

BAB III PENUTUP


3.1 SIMPULAN Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah akibat pankreas tidak menghasilkan insulin atau tubuh resisten tterhadapa insulin. Faktor pencetus penyakit diabetes melitus, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi trend seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes melitus yaitu tipe I Insulin Dependent Diabetus Mellitus (IDDM) diabetes tergantung dengan insulin Non Insulin Dependent Diabetus Mellitus dan tipe II (NIDDM) diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Tipe II mencakup 80 90% dari seluruh kasus diabetes melitus dan umumnya penderita mengalami kelebihan berat badan. Diabetes Melitus tipe II biasanya ditandai dengan adanya poliphagia, poliuri, polidipsia, kesemutan, kelelahan / kelemahan fisik dan berat badan menurun. Pada diabetes melitus lanjut dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut (ketoasidosis), komplikasi vaskuler jangka panjang (retinopatidibetik), mikroangiopaty, makroangiopaty dan gangrene. Diabetes tiadak dapat disembuhkan, tetapai hanya bisa dikendalikan dan dicegah, salah satunya dengan menjaga pola hidup sehat dan pemberian obat yang tepat guna menghindari komplikasi. 3.2 SARAN Penyakit gula atau diabetes melitus (DM) dapat menyerang siapa saja, tua-muda, kayamiskin, atau kurus-gemuk. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah.
29

Setiap tahunnya trend penderita DM di tiap negara meningkat. Untuk itulah, agar kita semua terhindar dari DM, mulai dari sekarang, dari diri sendiri, mari kita hindari segala sesuatu yang mungkin dapat memacu DM dalam diri kita, salah satunya dengan tetap menjaga pola hidup yang sehat.

30

DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html http://health.kompas.com/read/2011/11/14/16571695/5.Hal.Bikin.Anda.Berisiko.Diabetes http://kesehatan.liputan6.com/read/368590/diabetes-melitus-indonesia-duduki-peringkat-ke4dunia http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/271-diabetes-penyakitgula.html http://rumahdiabetes.com/berbagai-pengobatan-baru-diabetes-melitus/#more-1025 http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=374 http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/1924281-diabetesmellitus/#ixzz1pSTm7d91 kesehatan.kompas.com

31

Anda mungkin juga menyukai