Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bukan hanya merupakan konsekwensi dari penyampaian informasi kepada siswa.

Namun, belajar membutuhkan keterlibatan moral dan tindakan pelajar itu sendiri. Selain itu, kegiatan belajar akan efektif apabila siswa melakukan sebagian besar kegiatan belajar yang harus dilakukan dikelas. Seorang guru dalam mengajarkan suatu bidang studi harus dapat mengusahakan supaya pada diri siswa tidak hanya terbatas pada perubahan kecerdasan atau inteligensi, tetapi juga meliputi seluruh aspek individu yaitu perubahan sikap, pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan dan sebagainya. Untuk meningkatkan potensi dari pada siswa tersebut, sebagaimana diungkapkan Ahmadi Rohani bahwasanya dalam meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar senantiasa dikaitkan dengan proses belajar mengajar itu sendiri.1 Sudah menjadi ketentuan umum, bahwa pendidikan pasti mempunyai muatan untuk berusaha membangun seseorang menjadi lebih dewasa, dimana pendidikan ini juga menjadi suatu proses transformasi pengetahuan bagi anak didik agar mencapai hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang diikutinya. Pendidikan berarti menghasilkan atau berusaha menciptakan
1

Ahmad Abu Ahmadi Rohani, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 162.

2 segala sesuatu yang berkait langsung dengan pengetahuan. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Menurut Miramba, pendidikan adalah sebuah proses bimbingan dan proses memimpin diri yang secara sadar oleh seorang pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2 Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Di samping itu, tuntutan terhadap kualitas pendidikan yang terus meningkat, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang menuntut dunia pendidikan nasional melakukan upaya pembaruan menuju pendidikan yang kompetitif dan inovatif, dengan melakukan pembaruan pendidikan. Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada tiga isu yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode pembelajaran.3 Strategi ataupun metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Dengan demikian
2 3

dalam

pembaharuan

pendidikan,

harus

dilakukan

inovasi

Ahmad Miramba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Maarif, 1989), 19. Nurhadi, dkk, Pembelajaran Konstekstual dan Penerapannya dalam KBK (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), 2.

3 pembelajaran terhadap strategi atapun metode pembelajaran yang selama ini masih diterapkan. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang teacher oriented dengan modus ekspository menjadikan siswa tidak aktif dan produktif, selayaknya mulai ditinggalkan. Penggunakan pendekatan pembelajaran yang student oriented bermodus discovery yaitu siswa berperan dengan kadar keaktifan yang tinggi, dewasa ini mulai dikembangkan dengan mengaplikasikan strategi Discovery learning dalam pembelajaran di kelas. Selain itu kualitas hasil belajar yang teacher oriented dan bermodus ekspository dewasa ini menjadikan siswa menguasai bahan pelajaran dengan dihafal dari pada menguasai keahlian tertentu. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Mereka sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja. Sedangkan dengan penerapan pembelajaran yang student oriented dan bermodus discovery menduduki peringkat yang tinggi dalam dunia

4 pendidikan modern.4 Dengan penggunaan strategi discovery learning diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Selain itu dasar pemikiran untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan strategi discovery learning karena strategi discovery learning memiliki kelebihan yang menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif. Kadar keaktifan yang tinggi dalam proses belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.5 Pada kenyataannya proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang tidak bermodus discovery, kerap kali bersifat seadanya, rutinitas, formalis, kering, dan kurang bermakna. Kualitas pembelajaran semacam itu akan menghasilkan mutu pendidikan agama yang rendah pula. Seharusnya hasil pembelajaran yang menjadi tujuan adalah pembelajaran itu dapat membawa siswa kepada perubahan tingkah laku (behavioral changes) baik aktual maupun potensial. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja. Sebagaimana pengertian belajar menurut Cronbach, yang mendefinisikan Learning is show by a change in behavior as result of experience. Sedangkan Harold Spears memberikan batasan tentang pengertian belajar, yaitu: learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 243. 5 Slameto, Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Reineka Cipta, 2003), 1.

5 follow direction. Sedangkan Geoch, mengatakan learning is a change in performance as a result of practice. 6 Untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan mengaplikasikan strategi discovery learning menempatkan siswa pada kondisi pemahaman arti dan penggalian makna dengan belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Disamping itu, dengan mengaplikasikan strategi discovery learning bertujuan mengubah orientasi mempelajari Fikih yang masih cenderung pada kemampuan dalam hal teori, belum maksimal dalam orientasi penerapan dalam kehidupan sehari hari. Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan bercirikan Islam mempunyai peran yang strategis untuk membumikan nilai-nilai ajaran Islam dengan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di kelas, khususnya pada bidang studi Fikih sebagai salah satu unsur utama dari pendidikan agama Islam. Pada bidang studi Fikih siswa dihadapkan pada pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik bergairah untuk mendalami Fikih dengan baik dan benar, baik memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran - ajaran tersebut dalam kehidupan nyata sehari hari. Maka dari itu, pentingnya melibatkan anak didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas adalah untuk menumbuhkan motivasi dalam

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar (Jakarta: Rajawali Pres, 2005), 20.

6 diri siswa untuk belajar. Jika siswa tampak tidak termotivasi untuk belajar dapat menjadi sebuah masalah yang penting dan perlu diperhatikan. Dengan discovery learning siswa ditempatkan pada lingkungan yang dikondisikan dalam bentuk desain pembelajaran yang eksploratif, dimana siswa berperan secara aktif dalam belajar di kelas dengan melakukan eksplorasi bahan pelajaran. Siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas menemukan sesuatu sebagai suatu aktifitas belajar yang lebih berarti dan bermakna. Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Fikih yang membutuhkan kemampuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai ajaran Islam dalam bahan pelajaran secara intens yang kemudian dapat diterapkan dan dilaksanakan secara relevan dalam kehidupan seharihari. Siswa akan lebih senang mengingat-ingat materi sehingga secara tidak langsung akan memfasilitasi retensi atau pengulangan bahan pelajaran dalam ingatan. Hal ini akan memberikan dampak positif yaitu dapat meningkatkan daya ingat dalam menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali materi pelajaran yang telah dipelajari siswa. Sebagaimana konsepsi ahli psikologi bahwa daya ingatan akan menjadi lebih tinggi kalau berulang-ulang mengingat seuatu dan sebagainya.7

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 245.

7 Dengan kondisi yang tercipta dalam strategi discovery learning siswa belajar dengan lebih menyenangkan dihantarkan untuk kreatif menemukan suatu konsep dengan memecahkan masalah - masalah yang dihadapi dalam pelajaran dan kehidupan keseharian, hal ini memungkinkan siswa lebih termotivasi dari dalam diri untuk belajar, dan apabila makin sering digunakan strategi discovery learning dalam belajar memungkinkan siswa menguasai keterampilan dalam pemecahan masalah. Lebih jauh berbicara tentang strategi / metode pembelajaran, hendaklah mampu memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkembang, dapat dinikmati, tidak menimbulkan kejenuhan dan terutama menempatkan mereka sebagai subyek belajar. Humanisasi dalam proses belajar mengajar sangat penting. Oleh karena itu, siswa harus diposisikan sebagai subyek, dengan penggunaan metode yang mendukung proses tersebut. Siswa adalah manusia yang identitas insaninya adalah subyek berkesadaran, hendaknya sistem pendidikan yang digunakan bersifat bebas dan egaliter. Hal ini dapat dicapai dengan proses pendidikan yang bebas dan metode pembelajaran yang aksidiagonal, antara guru dan siswa serta metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran.8 Di MAN Pasuruan yang mulai ajaran 2009 / 2010 menurut informasi yang penulis terima mulai menerapkan strategi pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan prestasi siswanya. Oleh sebab itu mendorong
8

R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), 42.

8 penulis untuk meneliti tentang implementasi discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Mata pelajaran fikih merupakan rumpun dari pendidikan agama Islam atau di sekolah umum disebut dengan mata pelajaran Agama Islam. Sebagai mata pelajaran, fikih memiliki peran penting kepada siswa. Muatan mata pelajaran mengandung nilai, moral, etika dan terlebih penting hukum. Hal itu sekaligus berimplikasi pada tugas - tugas guru yang kemudian dituntut lebih banyak perannya dalam penyadaran nilai-nilai keagamaan.9 Guru bertanggung jawab meluruskan tingkah laku dan perbuatan siswa yang kurang baik, yang dibawanya dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Karena di sekolah maupun madrasah telah terjadi interaksi edukatif yang bertujuan.10 Dalam penelitian ini penulis fokus untuk meneliti pada strategi pembelajaran yang di terapkan kepada siswa dan metode pengajaran yang digunakan guru dalam mengaplikasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada bidang studi fikih, khususnya discovery learning.

Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004) , 198. Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 5.
10

9 C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dan sering penulis temui, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan dikaji dalam rumusan-rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan ? 2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam penerapan discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan ? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui implementasi discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan. 2. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan agar memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis, dapat ikut serta memberikan kontribusi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, menambah wawasan dan khazanah

10 keilmuan khususnya dalam implementasi strategi pembelajaran fikih dan dapat dijadikan bahan informasi bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis, dapat memberikan kontribusi dan problem solving bagi guru bidang studi fikih dalam meningkatkan belajar siswa, khususnya di MAN Pasuruan. 3. Sebagai upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia guru dalam mengajar agar menghasilkan output yang berkualitas dan berkompeten serta dapat mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki output tersebut kepada masyarakat. F. Devinisi Operasional Penelitian ini berjudul IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN FIKIH DI MAN PASURUAN. Untuk

menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam memahami maksud dari judul tesis ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah : 1. Implementasi artinya pelaksanaan, penerapan.11 Dalam arti lain dijelaskan bahwa implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, rujukan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai maupun sikap.12

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993),377. M. Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 174.
12

11

11 2. Discovery learning adalah belajar dan menemukan sendiri.13 Juga dapat diartikan bahwa discovery learning sebagai sebuah teori belajar dapat didefinisikan sebagai belajar yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan untuk mengorganisasi sendiri. 3. Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam shariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia baik kehidupan individu, bermasyarakat maupun hubungan manusia dengan penciptanya.14 Adapun fikih yang dimaksud disini adalah mata pelajaran fikih dalam kurikulum Madrasah Aliyah yang merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam. G. Kerangka dan Landasan Teori 1. Kerangka teori a. Konsep tentang belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Belajar adalah modifikasi atau kekuatan melalui pengalaman belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kekuatan. Belajar
Syaiful Bahri, Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 22. 14 Abdul Aziz dahlan, et al, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT Ictiar Baru van Hoeve, 2006), 333.
13

12 adalah suatu proses penambahan tingkah laku individu secara keseluruhan melalui interaksi dengan lingkungannya.15 b. Konsep tentang pembelajaran Mengenai pembelajaran, Mohamad Surya mengartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. c. Konsep tentang model pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu, hal ini sesuai dengan pendapat Briggs yang menjelaskan model adalah "seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses" dengan demikian model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, seperangkat prosedur yang berurutan untuk

Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan (Bandung : Mandar Maju, 2001), 36-37.

15

13 melaksanakan proses pembelajaran. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, taktik, teknik, dan metode pembelajaran. 2. Landasan teori a. Pengertian discovery learning Discovery learning adalah belajar dan menemukan sendiri.16 Juga dapat diartikan bahwa discovery learning sebagai sebuah teori belajar dapat didefinisikan sebagai belajar yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan untuk mengorganisasi sendiri. Tokoh utama dalam strategi ini adalah Jerome Bruner. Sedangkan yang mendasarinya adalah ide dari pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai strategi yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.17 b. Landasan penerapan discovery learning Landasan yang dipakai dalam penerapan discovery learning adalah filsafat kontruktivisme dan teori pembelajaran kognitif.
16

17

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 22. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,(Semarang: Rineka Cipta, 1997), 41.

14 Sedangkan landasan yuridisnya adalah UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. H. Penelitian Terdahulu Setelah penulis melakukan penelusuran terhadap hasil karya atau penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah strategi pembelajaran, penulis menemukan beberapa hasil penelitian tentang implementasi strategi atau metode dalam pembelajaran fikih, antara lain : 1. Implementasi Strategi Pembelajaran Fiqih kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Amal Shaleh Medan Sumatera Utara) oleh Siti Khadijah Tahun 2009. Pada penelitian ini dijelaskan tentang strategi pembelajaran Fiqih di MTs Amal Shaleh Medan,. 2. Implementasi metode Pembelajaran Bidang studi Fiqih (Studi Kasus di MTs Roudlotul Banat, Bebekan Taman Sidoarjo) Oleh Rony tahun 2009. Adapun penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu tentang semua strategi yang diterapkan dalam pembelajaran fikih, sedangkan penelitian ini khusus tentang discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan.

15 I. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif, karena penulis melukiskan dan memaparkan kondisi nyata (apa adanya), sebagaimana yang dinyatakan bahwa penelitian deskriprif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Tujuannya adalah melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada dalam suatu situasi.18 Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan (observasi) dan pemanfaatan dokumen.19 2. Sumber data Sumber data adalah segala sesuatu dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan tindakan, sedangkan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.20 Berkaitan dengan hal tersebut maka data data dapat kami peroleh dari : a. Wawancara dari orang orang yang diamati yang merupakan sumber data utama. Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah, Waka Kurikulum, Guru dan Siswa MAN Pasuruan.

18 19

Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 415. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 5 20 Ibid, 157

16 b. Dokumen pelaksanaan pembelajaran discovery learning di MAN Pasuruan. 3. Teknik pengumpulan data Mengingat jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dan kualitatif maka teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan interview (wawancara), observation (pengamatan) dan juga studi dokumentasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.21 Wawancara juga merupakan suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah responden sedikit.22 Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.23

21 22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 186. Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis (Bandung: Alfabeta, 2007), 102. 23 Ibid, 104.

17 Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-pertauran, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian. 4. Teknik analisa data Bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data collection, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Sehingga pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut: Pertama, koleksi data (data collection) yaitu mengumpulkan data melalui obeservasi dan wawancara yang mendalam serta dokumentasi. Untuk hal ini, peneliti menggunakan pedoman dan petunjuk lapangan wawancara yang telah disusun. Kedua, mereduksi data (data reduction) yaitu mencatat dan mengetik kembali dalam bentuk uraian dan laporan yang terinci. Laporan lapangan yang direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok lalu diberi susunan yang sistematis supaya mudah dikendalikan.

18 Ketiga, mendisiplay data (data display) yaitu upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Untuk itu dibuat berbagai macam matrik, grafik, network dan chart. Keempat, verifikasi data (data verification), yaitu upaya mencari makna data yang dikumpulkan melalui penafsiran dan interpretasi. Untuk itu peneliti mencari pola, tema, kategori, hubungan, persamaan dan sebaginya. Dalam konteks ini penelitian dilakukan secara bertahap. Dimulai dari membuat kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data maka dilakukan verifikasi yaitu dengan cara mempelajari kembali data yang ada. Disamping itu dilakukan dengan meminta pertimbangan pihak terkait terhadap kesimpulan awal, baru kemudian diberi kesimpulan akhir. 5. Uji validitas data Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.24 Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas interbal), transferability (validitas eksternal), dependability (realibitas), dan confirmability (obyektivitas).25

24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 168. 25 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2007), 366.

19 Dalam penelitian ini penulis melakukan uji validitas data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Perpanjangan pengamatan b. Peningkatan ketekunan c. Triangulasi d. Diskusi dengan teman sejawat e. Analisa kasus negative f. Member check J. Sistematika Bahasan Pembahasan dalam tesis ini diklasifikasikan menjadi beberapa bab yang terbagi menjadi sub-sub bab yang saling berkaitan, sehingga antara yang satu dengan yang lainnya tidak saling melepaskan. Hal ini dimaksudkan agar permasalahan-permasalahan yang dirumuskan, dapat terjawab secara tuntas. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: Bab I yang merupakan pendahuluan, dalam bab ini penulis memulai dengan memaparkan latar belakang masalah mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Identifikasi dan batasan masalah, kemudian ditarik suatu pokok permasalahan yang diangkat dalam rumusan masalah yang berisi masalahmasalah yang hendak penulis bahas, kemudian tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul dan sistematika pembahasan.

20 Bab II menjelaskan pertama, tinjauan umum tentang discovery learning, yang terdiri dari pengertian discovery learning, macam macam discovery learning, konsep belajar dalam discovery learning, (teori belajar kognitif, teori kontruktivisme, lingkungan belajar dalam discovery learning, interaksi guru dan siswa dalam discovery learning, dan desain kurikulum discovery learning). Dilanjutkan dengan aplikasi discovery learning di kelas. Kelebihan dan kelemahan discovery learning. Yang kedua tentang tinjauan tentang materi fikih di MA. Bab III menjelaskan deskripsi singkat tentang MAN Pasuruan, yang berisikan identitas dan sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, keadaan geografis. keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, serta struktur dan beban mengajar di MAN Pasuruan. Bab IV menerangkan laporan hasil penelitian, yang terdiri dari implementasi discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan, penyajian analisa data dan hambatan yang dihadapi dari implementasi discovery learning pada pembelajaran fikih di MAN Pasuruan. Bab V merupakan penutup, pada bab ini dituliskan kesimpulankesimpulan yang merupakan intisari dari semua bahasan yang telah dilakukan. Dalam bab ini juga dilengkapi dengan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai