Anda di halaman 1dari 11

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penyerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada seorang klien yang terjadi dalam keadaan sadar dan terbangun yang mana dasarnya organik, psikotik, fungsional ataupun histerik. (W.F. Maramis : 119) Perubahan Persepsi Sensori adalah suatu keadaan seseorang atau individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah pola stimulus yang dihubungkan dengan suatu kekurangan, kelebihan, distansi/kegagalan dalam berespon terhadap stimulus (W.F Maramis, 1980 :119) Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata/ rangsangan dari luar (kumpulan proses keperawatan FKUI tahun 1999). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebihlebihan, disertai atau kelainan berespon terhadap stimulus. (merry c. thousand, alih bahasa novy Helena c. daulina 1990, hal : 156). Jadi halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.

B. Tanda dan Gejala Menurut Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) tanda dan gejala klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah : 1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri; 2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain; 3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata; 4. Tidak dapat memusatkan perhatian;

5. Curiga,

bermusuhan,

merusak

(diri

sendiri,

orang

lain

dan

lingkungannya), dan takut; 6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut : 1. Bicara sendiri, senyum sendiri, dan ketawa sendiri; 2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat.; 3. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain; 4. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata; 5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah; 6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya; 7. Sulit berhubungan dengan orang lain; 8. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah; 9. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat; 10. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton; 11. Curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan; 12. Ketakutan dan tidak dapat mengurus diri; 13. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

C. Faktor Penyebab 1. Faktor Predisposisi Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah : a. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

b. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya. c. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmitter otak. d. Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal. e. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. 2. Faktor Presipitasi Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah : a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c.

Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. Rentang Respon Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 ) Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Persepsi akurat

- Distorsi pikiran (pikiran - Gangguan pikir/defusi kotor). - Halusinasi - Perilaku disorganisasi emosi - Isolasi sosial

- Emosi konsisten dengan - Ilusi pengalaman - perilaku sesuai - Reaksi

berlebihan atau kurang - Perilaku aneh dan tidak biasa

E. Fase Halusinasi a. Fase pertama / comfort (ansietas sedang) 1) Klien mengalami stress, cemas, perpisahan, kesepian yang memuncak yang tidak dapat diselesaikan. 2) Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan b. Fase kedua / condeming (ansietas berat) 1) Kecemasan meningkat yang berhubungan dengan pengalaman interpersonal dan eksternal, melamun, berpikir sendiri jadi pedoman 2) Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas 3) Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrol c. Fase ketiga / controlling (ansietas berat) 1) Bisikan suara : Isi halusinasi makin menonjol, menguasai dan mengontrol klien,

2) Klien

menjadi

terbiasa

dan

menjadi

tidak

percaya

dengan

halusinasinya d. Fase keempat / conquering (panic) 1) Halusinasi berubah menjadi menganjam, memerintah dan

mempengaruhi klien 2) Klien menjadi takut, tidak percaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungannya

F. Akibat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Gangguan orientasi realitas Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal Koping individu tidak efektif Gangguan persepsi: Halusinasi dengar Gangguan perawatan mandiri Koping keluarga tidak efektif Potensial melukai diri sendiri dan orang lain Potensial amuk

10. Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh 11. Potensial kambuh

G. Proses Terjadinya Halusinasi Dopamin neurotransmitter yang berlebihan. Dopamin merupakan suatu neurotransmitter yang terlibat dalam pengontrolan gerakan yang kompleks sehingga seseorang yang mengalami halusinasi cenderung banyak bergerak dan sering jalan mondar mandir. Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter. Hal tersebut disebabkan karena adanya stres berlebihan yang dialami seseorang yang dapat menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia di dalam tubuh sehingga menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

H. Pohon Masalah

Resiko tinggi kekerasan Mencederai diri sendiri dan orang lain

Effect

Perubahan sensori persepsi Halusinasi dengar

Core Problem

Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri

Causa

I.

Masalah Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan DS : Klien mengatakan ingin marah bila mendengar suara-suara : Klien mengatakan takut dengan apa yang dilihatnya DO: a. Klien bicara sendiri b. Klien gelisah dan merasa ketakutan c. Muka merah d. Klien merusak diri sendiri e. Sering memaksakan kehendak f. Menyalahkan diri sendiri g. Nada suara tinggi 2. Perubahan sensori persepsi, halusinasi dengar DS : Klien mendengar bisikan suara DO : a. Klien sering bicara, tersenyum dan tertawa sendiri b. Ekspresi wajah tegang c. Tidak dapat memusatkan perhatian

3. Isolasi diri : Menarik diri DS : Klien mengatakan tidak cocok dengan orang lain DO : a. Klien sering menyendiri b. Bicara klien lembut c. Klien berbicara sambil menunduk d. Kontak mata kurang, bila diajak komunikasi e. Klien tidak mampu memulai pembicaraan f. Suara lirih bila berbicara g. Ekspresi wajah sedih

J.

Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi 3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

K. Rencana Tindakan Dx I TUM TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengenal halusinasinya 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya 4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya 5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik : Resti menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi dengar : klien dapat menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi : 1. Ekspresi wajah bersahabat 2. Menunjukkan rasa senang 3. Adak ontak mata 4. Mau berjabat tangan

5. Mau menyebutkan nama 6. Mau menjawab salam 7. Klien mau duduk berdampingan dengan perawat 8. Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi : 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal 2. Perkenalkan diri dengan sopan 3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai 4. Jelaskan tujuan pertemuan 5. Jujur dan menepati janji 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya Kriteria evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi 2. Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya Intervensi 1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri / kanan / kedepan seolah ada teman bicara) 3. Bantu klien mengenal halusinasinya a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi,tanyakan apakah ada suara yang di dengar. Jika klien menjawab ada,lanjutkan apa yang dikatakan b. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh /menghakimi) c. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien

d. Katakan bahwa perawat akan membantu klien 4. Diskusi dengan klien a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi b. Waktu ada frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam / jika sedih, jengkel / sendiri) 5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi ( marah, takut, sedih, senang ) beri kesempatan mengungkapkan perasaannya

TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya Kriteria evaluasi : 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya 2. Klien dapat meneybutkan cara baru 3. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya 4. Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya 5. Klien dapat mengikuti TAK Intervensi : 1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri, dll ) 2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat berikan pujian 3. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi 1) Katakan Saya tidak mau dengar kamu (pada saat halusinasi terjadi) 2) Menemui orang lain ( perawat / teman / anggota keluarga ) untuk bnercakap-cakap / mengatakan halusinasi yang didengar 3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul 4) Meminta keluarga / teman / perawat menyapa jika tampak bicara sendiri

4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, simulasi persepsi

TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga jika terjadi halusinasinya Kriteria evaluasi : 1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat 2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi Intervensi : 1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika terjadi halusinasi 2. Diskusikan dengan keluarga ( pada saat keluarga berkunjung atau pada saat kunjungan rumah ) 1) Gejala halusinasi yang dialami klien 2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi 3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah : memberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama 4) Beri informasi waktu follow up, kapan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain

TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik Kriteria evaluasi : 1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat obat, dosis dan efek samping obat 2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar 3. Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat 4. Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi

10

5. Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat Intervensi : 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat 2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya 3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan 4. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi 5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 tepat

11

Anda mungkin juga menyukai