Anda di halaman 1dari 3

Detik ini hati gua sedikit unyu ~ haha Tuntutan kuliah lagi banyak, praktikum,laporan, persiapan uts, tugas,belajar....

tapi juga hati gua lagi kosong...

mau curcol sedikit tentang belajar di ITB yah.. (I am going to change the writing tone) Belajar di universitas negeri itu buat banyak orang adalah salah satu misi hidup yang penting, tapi mengapa penting? apa yang menjadikan belajar di universitas negeri menjadi lebih di inginkan para lulusan SMA ketimbang universitas swasta?

bahkan, jika secara random mengamati fenomena pemilihan jurusan dan pilihan universitas, anak anak SMA kelas 3 tahu baik ada yang namanya, Top 5 University/ Top 10 University Pilih saja misalnya UI, ITB,UGM,Unpad, UB, dll. mengapa mereka begitu di minati?

Mungkin belum terlalu telat bagi kita semua untuk mencoba kembali ke masa masa itu dan evaluasi lagi maksud dan tujuan kita "memilih"untuk menentukan kuliah di tempat kita berada sekarang.

Pasti kita semua familiar dengan tekanan sebagai anak kelas 3, ketika secara tiba tiba kita di tuntut untuk cepet-cepetan mengamankan kursi kuliah di perguruan tinggi, (yang bagus, hopefully) tapi apa kita pernah secara bebas mendefinisikan makna bagus kita sendiri? kayaknya sih engga. Tapi di luar kemungkinan kuliah, apa kita pernah memikirkan bagaimana kalau kerja aja, atau usaha, atau travelling around Indonesia, back packing sambi nyari pengalaman? gua bilang 80% ga berani. kenapa? karena terlalu banyak tekanan dari banyak arah untuk kita cepet lulus, dan kuliah (it's just the way orientasi kebanyakan orang dan seringkali kita jatuh di lingkaran konformitas) Tekanan itu salah satunya datang dari teman. kelas 3 SMA itu penuh dengan peer pressure, illusive peer pressure gue sebutnya.

di satu sisi, kita secara kolektif berjuang bareng, jadi ada semacam rasa saling mengerti, persahabatan yang datang dari hasil adanya satu tujuan bersama, yang ngebuat anak anak kelas 3 relatif lebih solid, bahkan jauh lebih solid dibanding pas kelas 2 atau 1.

di sisi lain, kita secara individual bersaing, satu sama lain, untuk diakui. yah, untuk diakui. itu yang ngebuat ketika misalnya temen kita lebih rajin bimbel, lebih banyak ngerjain soal, ada semacam perasaan, oh shit gue kalah saing nih, dalam hati kita. ketika TO temen lo 990 untuk level bimbel NF, kayaknya bukan gue sendiri yang ngegedorin kepala ke tembok haha.

Banyak orang di SMA adalah kenalan kita, orang yang tahu, oh ini anak ips segini, jago futsalnya, tapi kita pernah ngobrol atau bener bener peduli sama mereka,orang kaya gini selama bukan musuh yang ga msalah, yang jadi masalah adalah mereka yang kenal kita dan pendapatnya kita peduli. peer pressure memang munculnya bukan dari teman teman yang kita kenal baik, karena ketika kenalan berubah jadi teman, mereka mendadak punya tempat tersendiri di pikiran kita, kita mendadak merasa bahwa gue pengen diterima sama dia dengan baik. Namun, pas teman berubah jadi teman baik, kita ga perlu lagi label label apapun untuk bisa di terima, kita sudah di terima sebagai diri kita apa adanya. Tapi masalahnya kan kebanyakan teman SMA itu transisi antara kenalan dan teman, teman dan sahabat, di tambah karena mayoritas teman SMA adalah teman jadinya peer pressure ini terasa kuat sekali.

kenapa sih kita bisa ada di posisi yang sangat insecure di saat di mana harusnya kita kuat, kuat dan jernih secara mental dan karakter, karena keputusan yang kita buat akan berdampak untuk masa depan kita. Tapi sering kali banyakpihak memandang sebelah mata diri kita.

gue engga ngerti lagi, kenapa kita yang mengaku satu sama lain "teman" masih bisa secara enteng "labelling" teman teman kita sendiri, lo ga cukup pinter buat masuk universitas X,(padahal it's proven lo ga perlu pinter untuk bisa lulus SNMPTN,lo bisa rajin, atau lu bisa pake the power of lo mau banget yang ngebuat otak lo muter dan pake semua resources yg lu bisa) atau kata kata seperti : lo ga pernah belajar masa depanlu suram, lo jelek, lo payah....dll (sounds familiar?)

sulit rasanya untuk lupa apa rasanya, ketika kita di pandang sebelah mata, oleh guru, oleh teman, oleh tetangga, atau apapun.

itu makannya banyak kita tiba tiba aja milih misalnya FKUI simply because FKUI passing gradenya tinggi, dan tiba tiba gue pengen jadi dokter karena dokter itu keren, dan alesan ini itu, dan gue ngerasa gue bisa, dan gue pengen diakui ketika gue masuk FKUI. THAT'S IT?!!!

apa alasan itu strong enough reason? ketika kelas satu, apa sebenernya tujuan kita masuk jurusan IPA? atau IPS?

Apa kita benar benar tahu apa yang kita mau? bahkan ketika kelas 3 pun mayoritas anak anak galau karena mereka sebenernya ga tau apa yang mereka mau. kenapa? apa kita sebagai remaja terlalu sering di suruh suruh, dari pada memilih, lebih sering mengikuti jalan orang lain, di banding eksperimen dengan cara sendiri, lebih sering di bungkam, dari pada di suruh bercerita?

Sekarang kita semua sudah di jenjang perguruan tinggi, di mana yah secara logis tuntutan belajarnya jauuh di atas ketika waktu SMA Harapannya, kita lebih bijak, di banding ketika dulu kita kelas 1 SMA, dan sekarang kita tanya lagi diri kita sendiri, apa yang kita mau?

Apa hal itu sudah jelas, buat kita? atau masih buram?

Anda mungkin juga menyukai