Anda di halaman 1dari 29

KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA OBSTETRI

OLEH

KELOMPOK 6 A3-C
1.

I GEDE EKA PUTRA YASA (09.321.0359) I GUSTI AGUNG BAGUS KAPINDRA (09.321.0360) I KOMANG ANDRIAS WIRAKARTIKA (09.321.0361) I MADE SANJAYA (09.321.0364) I MADE YOGA DANANJAYA (09.321.0365) I NYOMAN ADI PUTRA (09.321.0368)

2. 3. 4. 5.

6.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KOMPREHENSIF yang berupa makalah ini tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih juga kepada semua anggota kelompok yang telah membantu baik dalam pencarian data maupun dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.

Denpasar, September 2012

Tim penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................ii BAB I........................................................................................................................... 1 BAB II.......................................................................................................................... 2

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Angka kematian ibu di Indonesia menempati urutan pertama di Negara kawasan Asia Tenggara yaitu 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi juga masih tinggi yaitu 35/1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menunjang upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) no 4 dan 5 didalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah pencapaian angka kematian ibu menjadi 112/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 20/1000 kelahiran hidup. Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyakit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan. B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kegawatdaruratan obstetri ? 2. Apa ciri - ciri dan Manifestasi klinik kegawatdaruratan (obstetri) ? 3. Bagaimana prinsip Dasar dan Langkah kegawatdaruratan (obstetri) ? 4. Apa penyebab Utama Kegawatdaruratan Obstetri ? 5. Bagaimana pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kegawatdaruratan obstetri 1

2. Untuk mengetahui ciri - ciri dan Manifestasi klinik kegawatdaruratan (obstetri) 3. Untuk mengetahui prinsip Dasar dan Langkah kegawatdaruratan (obstetri) 4. Untuk mengetahui penyebab Utama Kegawatdaruratan Obstetri 5. Untuk mengetahui pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri

BAB II PEMBAHASAN

1.

Definisi Gawat Darurat Obstetri Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan

seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)

2.

Ciri - ciri dan Manifestasi klinik kegawatdaruratan (obstetri): A. Ciri-ciri kegawatdaruratan (obstetri):

Dapat terjadi tiba - tiba Dapat disertai kejang - kejang dan koma Timbul sebagai akibat dari suatu komplikasi yang tidak ditangani atau dipantau dengan semestinya.

B.

Manifestasi klinik kegawatdaruratan Obstetri berbeda - beda dalam rentang yang

luas :
2

Pendarahan : bercak, merembes, profus sampai syok Infeksi dan sepsis : pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam sampai syok .

Hipertensi dan preeklampsia/eklampsia : keluhan sakit kepala, penglihatan kabur, kejang - kejang sampai koma/tidak sadar

Persalinan macet dikenal dengan kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal dan dapat bermanifestasi ruptura uteri

Hipertensi dan preeklampsia/eklampsia : keluhan sakit kepala, penglihatan kabur, kejang - kejang sampai koma/tidak sadar

Persalinan macet dikenal dengan kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal dan dapat bermanifestasi ruptura uteri

3. A.

Prinsip Dasar dan Langkah kegawatdaruratan (obstetri): Prinsip dasar :


B.

Mengkaji Analisa Intervensi - implementasi Evaluasi

Langkah : Dangerous
-

Universal precaution (Tindakan Pencegahan Universal) Kenali bahaya yang ada di emergency room
3

Respon -

Cek respon pasien Respon/Unrespon Jika Pasien bisa bicara dengan jelas berarti air way aman

Air way
-

Definisi : Adalah tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas

dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.


-

Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara

ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh. - Dalam melakukan pemeriksaan jalan nafas, perlu memperhatikan, sbb : Adakah obstruksi benda asing ? Adakah fraktur tulang wajah, mandibula ? - Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu).

Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah).

Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi).

Dalam tindakan kita juga memperhatikan 2 hal dibawah ini : Oropharyngeal Airway (OPA) Nasopharyngeal Airway (NPA). - Pemeriksaan Jalan Napas : Look

Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran. Pasien bicara dengan jelas berarti airway aman
5

Feel

rasakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran. Perhatikan Adakah hembusan nafas ? Jika Tidak ada hembusan nafas pikirkan sumbatan total, periksa adanya sumbatan total Listen

Dengar aliran udara pernafasan Suara serak/parau, batuk, riwayat menghirup asap panas = obstruksi parsial Suara berkumur, gurgling = ada cairan di airway
6

Stridor inspirasi = benda asing di airway, sumbatan parsial Breathing


-

Pengertian : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan

pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
-

Tujuan : Menjamin pertukaran udara di paru - paru secara normal. Diagnosis : Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan

metode Look Listen Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada pernafasan dan pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman). - Tindakan Tanpa Alat : Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi. Dengan Alat : Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu bag (self inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator) Circulation
-

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi

sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau terganggu


-

Tujuan : agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal Diagnosis :

Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama jika terjadi henti jantung dan syok Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam waktu 5 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan kelainan
7

jantung (primer) dan kelainan di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi
Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau

melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, ekstermitas teraba dingin,berkeringat dingin dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik) Dissability
-

Pemeriksaan Kesadaran atau Neurologis, Adanya gangguan SSP, (brain.

Spinal), Mengkaji kesadaran dengan AVPU, Mengkaji adanya tanda gangguan pada brain, spinal A = alert , sadar penuh, respon bagus. V = verbal, kesadaran menurun, berespon terhadap suara. P = pain, kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara, berespon terhadap rangsangan nyeri. U = unressponsif, kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara, tidak bersespon terhadap nyeri.

Expossure - Cari jejas, luka, trauma yang tersembunyi


-

Buka pakaian, untuk mencegah hipertermia

- Lihat bagian yang tersembunyi, lihat punggung, bagian belakang pasien


-

Jaga jangan sampai kedinginan

- Tetap jaga privacy, etika kesopanan

4.

Penyebab Utama Kegawatdaruratan Obstetri


8

A. Perdarahan Perdarahan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok. Tanda - tanda syok diantaranya: Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun sampai

tidak sadar Berkeringat Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada

kojungtiva Bernapas cepat, frekuensi pernapasan 30 x per menit atau lebih Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih Tekanan darah rendah, sistol 90 mmHg atau lebih rendah

(Saifudin, 2006)

Penanganan awal syok perdarahan a)

Tindakan umum Periksa tanda - tanda vital Bebaskan jalan napas Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut Miringkan kepala pasien dan badannya ke samping Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat Naikkanlah kaki pasien
9

b)

Pemberian oksigen Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 8 liter per menit.

c)

Pemberian cairan intravena Infus RL guyur

d)

Rujuk Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan,

keluarga, dan dampingi selama merujuk. (Saifudin, 2006) B. Infeksi Akut dan Sepsis a) Tanda dan gejala

Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor artinya panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan atau pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain infeksi akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah infeksi berwarna kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006) b) Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut : Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak

Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya, misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat menyebabkan sepsis atau syok sepsis Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function lesa.
10

Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi :

- Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina - Pus keluar dari servik - Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak - Subinvolusi rahim - Tanda - tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut bagian bawah, nyeri bagian adneksa. (Saifudin, 2006) c) Penanganan 1.

Tindakan umum Pantaulah tanda - tanda vital Pemberian Oksigen Pastikan bahwa jalan napas bebas. Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil

2.

resiko mengalami syok septic. Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam

kecepatan 6-8 L/menit. 3.

Pemberian Cairan Intravena Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati - hati,

tidak sebebas seperti syok pada perdarahan, oleh karena tidak terdapat kehilangan jumlah cairan yang banyak. 4.

Pemberian Antibiotik Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus

sepsis, syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat tanda - tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak
11

perlu diberikan. Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat penting untuk memberikan antibiotika dini. Macam - macam antibiotika antara lain ampisilin, sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain - lain. 5. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Darah

Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit,

sekaligus golongan darah dan cross - match Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia

juga menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia dan biasanya trombositopenia. Periksa kemungkinan DIC Serum laktat dehidrogenase meningkat pada asidosis metabolic Kultur darah harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan

parsial oksigen, peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis respiratorik pada tahap awal Pemeriksaan Urin ada

Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan tidak

Berat jenis urin meningkat lebih dari 1.020 (Saifudin, 2006)

C. Ruptur uteri a) Ruptur uteri mengancam 1. Kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak
12

2. 3. 4. 5.

Berhentinya DJJ atau pergerakannya Keadan syok peritoneum Perdarahan eksternal (hanya pada 25 % kasus) Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim

yang menunjukkan hematoma karena ruptur inkomplit ( Andrianto, 1986 ) b) Penatalaksanaan 1. Terapi suportif

Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.

2.

Laparatomi

Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk pembedahan. Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. (Melfiawati, 1994) 5. Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri

A. GAWATDARURAT HAMIL MUDA Hyperemisis Gravidarum

a)

Devinisi :

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari - hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.Wanita hamil memuntahkan segala apa yang
13

dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004) Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004) b) Etiologi:

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan - perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat - zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan : - Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormone memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. - Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik. - Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. - Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena
14

kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien. c) Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan - bulan. Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus - menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. d) Gejala Dan Tanda

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
-

Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.

Tingkatan II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang - kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

Tingkatan III: Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
15

Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati. e) Penatalaksanaan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang - kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah. Kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari - hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
f)

Obat - obatan

Yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin g) Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. h) Diet

16

Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah - buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat - zat gizi kecuali vitamin A dan D.

- Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. i) Prognosis

Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

B. GAWATDARURAT TRIMESTER II DAN III - Kegawatan Pada Pre-Eklamsia

a)

Definisi

Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005). Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). b) Etiologi

Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori
17

ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998). c) Klasifikasi Pre-eklamsi

Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan : Pre-eklamsia ringan :


- kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali

pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg. - kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140 mmHg. - protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg. Pre-eklampsia berat : - Tekanan diastolik >110 mmhg, Protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran. d) Patologi

Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir - akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi - patologik pada alat - alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan - kelainan tersebut. e) Diagnosis
18

Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil. Pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu. f) Pencegahan Pre-Eklamsia

Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium dan lain - lain). Atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia. C. GAWATDARURAT PADA IN PARTUS Emboli air Ketuban a) Devinisi

Shock yang berat sewaktu persalinan selain oleh plasenta previa dan solutio plasenta dapat disebabkan pula oleh emboli air ketuban. Setelah ketuban pecah ada kemungkinan bahwa air ketuban masuk kedalam vena - vena tempat plasenta, endocervikx atau luka lainnya (SC, luka ruptura) Air ketuban mengandung lanugo, vernix caseosa dan meconium yang dapat menimbulkan emboli. Benda - benda halus ini menyumbat kapiler paru - paru dan menimbulkan infarkt paru - paru dan dilatasi jantung kanan. Emboli air ketuban dapat menyebabkan mati yang tiba - tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. Kemungkinan emboli air ketuban terjadi kalau ketuban sudah pecah His kuat Pembuluh darah yang terbuka (SC,ruptuta uteri)
b)

Gejala - gejala

Sesak nafas, cyanosis, oedem paru - paru, shock dan relaksasi otot - otot rahim dengan pendarahan post-partum. Shock terutama disebabkan reaksi anaphilylactis terhadap adanya bahan - bahan air ketuban dalam darah, terutama emboli meconium bersifat lethal. Juga terjadi coagulopathi karena disseminated intravaskular clotting c) Pengobatan
19

Dengan pemberian tranfusi darah segar, fibrinigen, oxygen dan heparin atau trasylol
D. GAWATDARURAT PASCA PARTUS kegawatan pada hpp (hemorrhagic post partum) a)

Devinisi

Perdarahan setelah melahirkan atau hemorrhagic post partum (HPP) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Kadang - kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas - batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
b)

Klasifikasi

Klasifikasi perdarahan postpartum :


- Perdarahan post partum primer/dini (early postpartum hemarrhage)

- Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
- Perdarahan Post Partum Sekunder/lambat (late postpartum hemorrhage)

- Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.


c)

Etiologi

Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
d)

Diagnosis
20

Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada. Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah lahir harus ditampung dan dicatat. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa - sisa plasenta. e) Pencegahan dan Penanganan

Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi menganjurkan untuk memberikan suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi. robekan perineum : Ketiga jenis perlukaan tersebut harus dijahit. - Robekan perineum tingkat I Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan (figure of eight). - Robekan perineum tingkat II Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat I atau tingkat II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi
21

tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing - masing dijepit dengan klem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula - mula otot - otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus - putus atau delujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur. - Robekan perineum tingkat III Pada robekan tingkat III mula - mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung - ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem/pean lurus, kemudian dijahit dengan 2 3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu lagi. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II. - Robekan perineum tingkat IV Pada robekan perineum tingkat IV karena tingkat kesulitan untuk melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang kehidupannya, maka dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.

22

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan Proses suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan
23

dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, diimbangi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi. 2. Saran Semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa keperawatan khususnya mengenai konsep kegawatdaruratan obstetri untuk menambah ilmu dan referensinya, agar nantinya dapat menjadi perawat yang professional

DAFTAR PUSTAKA
24

Andrianto, Petrus. 1986. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC Andrianto, Petrus. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC Bennet, V Ruth, dkk. 1996. Myles Textbook for Midwifves Edisi 12. London: Churchill Livinstone Melfiawati, dkk. 1994. Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Saifudin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP Walsh, Linda V. 2001. Midwifery Community-Based Care During the Childbearing Year. USA: W. B Saunders. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1997. Ilmu kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI jakarta, 2009 Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran. Obstetri Patologi.Bandung:1984 Hidayat, Alimul Aziz. A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai