Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Rahmat Sugianto LOKASI BINAAN : Desa Cidulang, Cisoka, Sindangpanji, Sukamukti, Jagasari, Cikijing THN.

BEKERJA : 2009

MAAF KITA PUTUS SAJA....... Ayah sarapan dulu,... ya, sayang jawabku lurus-lurus aja... kata-kata manis itu selalu keluar dari istriku setiap pagi, di saat aku akan berangkat kerja. Memang jarak dari rumah ku ke tempat kerja sekitar 30-40 km, perjalanan yang melelahkan dan penuh kehati-hatian dikarenakan jalan yang penuh tikungan dan tanjakan. Kecamatan Cikijing tepatnya, lokasi aku kerja sebagai pendamping PKH yang berbatasan dengan kabupaten Kuningan. Rutinitas ini sudah biasa aku lakukan dengan penuh harapan. Pagi yang cerah membuat aku tetap bersemangat untuk melakukan kewajibanku sebagai pekerja sosial. Selesai sarapan aku bergegas manasin motor kesayanganku yang alhamdulillah bukan kreditan. Tepat jam 07.00 aku pamitan sama istriku. say aku berangkat ya... iya ayah, awas ada yang ketingalan jawabnya.... ga, udah dimasukin ke tas semua jawabku ya dah hati-hati ya..jangan lupa bawa oleh-oleh.., dengan manjanya istriku memohon... Ku jawab hanya dengan senyuman aja... iya sayang mudah-mudahan ada rejekinya... Wusstttttt...aku berangkat mengendarai sepeda motor yang udah aku panasin. Perjalanan Majalengka Cikijing memakan waktu sekitar 1 jam. Hari ini tujuanku adalah pemuktahiran data di beberapa desa, desa pertama yang aku kunjungi adalah Desa Cidulang. Desa yang cukup luas dan terbagi 4 blok dan 4 kelompok PKH ini, cukup membuat tugas pendampingan semakin nyata.. Sepanjang perjalanan ditemani udara panas sekitar wilayah majalengka, adrenalin mulai menggenjot untuk terus menarik gas, karena aku sudah janjian dengan kelompok pukul 8

teng...namun adrenalin kembali menurun setelah aku memasuki wilayah perbukitan cikebo Kecamatan Maja, udara sejuk yang menemaniku membuat pikiran kembali fresh dan tenang. Tanpa terasa aku sudah memasuki wilayah Kecamatan Cikijing, kembali gas motor ku kendorkan untuk bisa rileks dan menunggu tepatnya waktu biar ga usah nunggu lama-lama ibu-ibu pada datang. Pukul 07.59 aku tiba di lokasi, tepatnya di mushola pesantren blok babakan yang dijadikan tempat pertemuan.. Mesin motor ku matikan lalu turun menghampiri ibu-ibu yang sebagian udah datang ke tempat pertemuan, Assalamualaikum Waalaikum salam, gimana pa sehat tanya ibu-ibu padaku Alhamdulillah sehat, jawabku Begitu bahagianya disambut penuh harapan layaknya raja yang ditunggu-tunggu. Harus diakui kerja sebagai pendamping di pedesaan sangat membahagiakan hatiku, disana aku selalu disambut dengan senyuman dan keramah-tamahan ibu-ibu yang menjadi binaanku. Aku dipersilahkan masuk oleh oleh ibu Mimin yang kebetulan dipercaya oleh peserta PKH untuk menjadi ketua kelompok. sebelum acara dimulai, seperti biasa ketua kelompok selalu memberikan laporan perkembangan mengenai anggotanya.. Pa, Alhamdulillah uang pencairan kemarin saya udah beli baju buat anak ma bayar LKS,ucap ibu Mimin padaku Bagus dong bu kalo kaya gitu, awas ntar saya cek ke sekolah bener nggaknya, jawabku coba menegaskan Iya pa, bener sumpah udah, kembali bu Mimin menguatkan kata-katanya... Akhirnya acara dimulai, ibu-ibu semua udah pada datang dan duduk melingkar menghadap k arah aku semua. Kubuka pertemuan dengan kata-kata penuh kelembutan dan kekeluargaan dan penuh pengharapan.. Nampak ibu-ibu sudah siap untuk mendengarkan pengarahan dan informasi mengenai PKH, disana aku mulai mengutarakan inti pertemuan hari ini, bu, pertemuan hari ini fokus pada pemuktahiran data, ibu-ibu ngerti kan, tanyaku

iya pak..., serentak ibu-ibu menjawab Setelah buku pemuktahiran aku siapkan beserta data-data tambahan informasi dari pihak-pihak yang berkaitan, ku mulai mengabsen satu persatu, kebetulan pemuktahiran ini aku lakukan untuk pencairan tahap 3 tahun 2010.. Tepat halaman pertama yang aku panggil adalah ibu Oom perserta PKH yang mempunyai tanggungan 1 orang siswa SMP. ibu Oom.., tanyaku iya pak... jawabnya bu..gimana sehat,aku kembali bertanya Alhamdulillah sehat pa..hehehehe..jawabnya malu-malu Setelah basa-basi kesana kemari...akhirnya ku cek anggota keluarga ibu Oom tersebut, satu hal yang membuat aku berpikir kembali, ternyata hanya 1 tanggunan ibu Oom dan sudah duduk di kelas 9, secara aturan otomatis ibu Oom akan tercoret dari kepesertaan PKH, karena untuk pencairan berikutnya anak ibu Oom sudah lulus SMP. Sebagai pendamping aku kembali berpikir strategi apa yang harus disampaikan untuk meng-exit bu Oom dari kepesertaan PKH, karena secara manusiawi saya masih punya rasa iba dan kasihan dengan keadaan kondisi ekonominya. Akhirnya obrolan pun dimulai dengan penuh kesabaran, bu,...kalo Yanti masih sekolah ga...?, tanyaku iya pa masih, di SMP, jawab bu Oom.. oh, terus kelas berapa sekarang? balasku.. Baru lulus pa, mau masuk SMA, spontan dia menjawab oo, mau ke SMA,...bu..kan PKH sampai SMP ya bu..tanyaku lagi iya pa....jawabnya jadi pencairan ke depan ibu ga dapet lagi, soalnya kan dah ga punya anak SMP lagi..perlahan aku jelaskan tapi pa, gimana dong biar saya bisa dapat terus..mintanya

Aku tersenyum penuh rasa kasihan dan iba melihat ibu Oom memohon dan seolah-olah hilang semua harapannya dari bantuan PKH. Ibu Oom terus merayuku untuk tetap bisa dapat bantuan PKH, tak henti-hentinya merayu sampai akhirnya tumpah juga air mata ibu Oom. Keadaan semakin menjepit perasaanku, anggota yang lainpun terdiam tak bisa berbuat apa-apa. Ku coba mendekati bu Oom.. bu, ibu harus terima karena ini sudah aturan ya, ..ku coba menengankan ibu Oom dari tangisnya. Rasa sedih dan kasihan sudah pasti aku rasakan, berat rasanya memutuskan bantuan pada orangorang yang benar-benar membutuhkan. Perang bathin terjadi dan aku harus tegas mengambil keputusan. Tanpa kusadari ibu Oom terus menangis dan memohon sampai akhirnya ia bergulingguling di hadapanku untuk memohon sambil menangis... Pa, saya mohon terakhir tahun ini aja saya masih dapet PKH pintanya Aku terdiam sejenak memperhatikan keadaan bu Oom yang terus menangis di lantai, dalam hati aku bergumam sendiri Ya Allah, begitu bergunanya bantuan PKH bagi mereka,sampai-sampai berharap menangis seperti ini. Aku coba kembali menegaskan pada bu Oom berulang kali tentang aturan PKH ini, sampai akhirnya aku berbicara bu, mungkin kita putus sampai disini aja...kata-kata itu spontan aku katakan di pertemuan, yang membuat suasana menjadi ceria dan penuh tawa. Aku heran ko ketawa semua??.akhirnya ibu-ibu yang lain mulai bicara hehee..wah kapan jadiannya pa???, waduh si bapak ada apa neh..kata-kata tersebut sontak membuatku heran...akhirnya kusadari apa yang menjadi bahan tertawaan tersebut. oh itu..iya bu Oom kita putus aja ya,,,hehhee..balasku Dengan rayuan kata-kata kiasan itu, bu Oom pun tersenyum malu-malu dan berusaha mengakhiri kesedihannya tapi tanpa menghilangkan kekecewaannya. Akhirnya kartu PKH yang setiap pertemuan dibawa aku ambil dari bu Oom..awalnya bu Oom gak kasih kartu tersebut, perlahan akhirnya dia memberikan kartu tersebut. Pemuktahiran anggota terus berjalan sampai akhirnya selesai, yang lebih menyedihkan bagiku di saat pertemuan telah selesai, tanpa basa basi, tanpa jabat tangan, tanpa pamit bu Oom pergi meninggalkan tempat pertemuan..seolah-olah aku telah bersalah. Aku mengerti kekecewaan yang melanda bu Oom..mudah-mudahan bu Oom mendapat rejeki yang lebih baik selain di PKH...

Sempat terpikir dalam hati Oo,jadi pendamping itu dihargai oleh peserta yang masih aktif aja, dan dijauhi peserta kalo mereka dah ga punya tanggunganhehehe...mungkin ini hikmah jadi seorang pendamping, harus bisa lebih dekat dan memahami karakteristik warga binaan kita. Usai sudah pertemuan hari ini, kembali ku berpamitan sama semua peserta PKH desa Cidulang. Kunyalakan sepeda motorku, berlanjut memacu menggapai harapan baik di depanku.... Doakan ya ibu-ibu........

Anda mungkin juga menyukai