Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA PASIEN HIPERTENSI PUSKESMAS BEBANDEM Nama Mahasiswa : Iska Novi Udayani Nandya Putu Krisnaputri

Sharmila Palanisamy (0802005007) (0802005159) (0802005193)

Dokter Pembimbing Kampus Dokter Pembimbing Puskesmas 1. Identitas Pasien Nama TTL/umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama Pendidikan Status perkawinan Pekerjaan Alamat

: dr. Ida Bagus Wirakusuma, MOH : drg. I Gusti Ayu Sukaningsih

: Ni Wayan Sari : 31-12-1935 / 77 tahun : Perempuan : Bali : Indonesia : Hindu : SD : Janda : Petani : Dusun Mumbul Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangsem

Identitas Suami Pasien Nama TTL/Umur : I Mangku Sujati : 31-12-1930 Meninggal pada saat usia 81 tahun Jenis kelamin Suku Bangsa Agama : Laki-laki : Bali : Indonesia : Hindu

Pendidikan Pekerjaan Alamat

: SD : Petani : Dusun Mumbul Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangsem

Identitas Anak Pasien Nama TTL/umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama Pendidikan Status perkawinan Pekerjaan Alamat : Ni Nyoman Karti : 31-12-1963 / 49 tahun : Perempuan : Bali : Indonesia : Hindu : SD : Belum menikah : Petani : Dusun Mumbul Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangsem 2. Kegiatan dalam Gedung Pasien datang secara sukarela ke Puskesmas Bebandem untuk berobat karena mengeluh sakit kepala. Pasien berkunjung ke Puskesmas Bebandem pada tanggal 2 Agustus 2012. Kami kemudian berkenalan dengan pasien dan meminta izin kepada pasien untuk melakukan kunjungan rumah.

3. Kunjungan rumah pertama (3 Agustus 2012) Anamnesis Riwayat penyakit sekarang: Autoanamnesis Keluhan utama : sakit kepala Pasien datang ke Puskesmas Bebandem dengan keluhan sakit kepala. Selain itu pasien juga mengeluh kaku dan sakit pada leher, berdebar serta sulit tidur. Pasien mengatakan keluhan-keluhan tersebut muncul sudah sejak lama namun hilang timbul namun baru diperiksakan ke puskesmas karena sudah

mengganggu. Pasien juga mengeluh batuk sejak 3 hari yang lalu. Batuk dikatakan mengganggu tidur pasien. Pasien sudah minum loloh untuk mengobati batuknya namun tetap tidak mau hilang. Pada kunjungan pertama ini, pasien mengatakan keluhan pusing, sakit dan kaku pada lehernya sudah mulai berkurang namun pasien masih belum bisa tidur di malam hari karena batuknya. Pasien tidak bisa diwawancarai lebih lanjut karena terbatuk sehingga kami meminta pasien utuk beristirahat. Heteroanamesis: (dari anak pasien) Pasien dibawa ke puskesmas Bebandem karena mengatakan sakit kepala dan batuk-batuk. Karena sakitnya itu, tidur pasien menjadi terganggu. Biasanya pasien sudah mulai tertidur mulai pukul 19.00 atau 20.00 namun sejak 3 hari yang lalu pasien mengeluh baru bisa tertidur pukul 24.00 WITA dan sering terbangun di malam hari karena batuknya. Pasien dikatakan jarang sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Namun, sejak kematian suami pasien setahun yang lalu, pasien memang tidak lagi ngayah di pura Puseh seperti sebelumnya saat suaminya menjadi pemangku di sana. Riwayat Penyakit Terdahulu Sebenarnya pasien sudah lama diketahui memiliki tekanan darah tinggi namun tidak pernah diajak kontrol karena dikatakan tidak mengganggu. Pasien hanya sesekali mengeluh sakit kepala jika melakukan aktivitas yang berat. Pasien juga mengeluh sakit kepala dan pusing saat kematian suaminya satu tahun yang lalu. Namun, pasien membaik setelah beristirahat dan diberikan ubad Bali yang didapatkan dari pura. Pasien dikatakan pernah mengalami ganggan jiwa kirakira 10 tahun yang lalu dan sudah diajak berobat Bali namun tidak pernah diajak berobat medis. Keadaan pasien membaik dan sekarang sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, alergi dan sakit ginjal pada pasien disangkal oleh keluarga pasien.

Riwayat Keluarga Pasien mengatakan ibu kandung pasien juga mengalami penyakit hipertensi. Sekarang ibu pasien telah meninggal dunia. Riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, alergi dan sakit ginjal dalam keluarga disangkal. Riwayat Pengobatan Pasien diketahui sudah memiliki tekanan darah tinggi kira-kira satu tahun yang lalu saat diajak berobat ke bidan. Saat itu pasien ingin berobat karena batuk pilek namun saat diukur tekanan darah pasien 160 (untuk diastolnya keluarga pasien lupa). Bidan memberikan obat dalam bentuk pil satu pepel untuk tekanan darahnya. Namun sejak itu pasien tidak pernah diajak kontrol karena sakit kepala yang dirasakan tidak terlalu dikeluhkan. Namun, sejak 3 hari yang lalu pasien mengeluhkan lagi sakit kepalanya sehingga diajak berobat ke puskesmas. Di puskesmas pasien diberikan 3 macam obat, dua pil (captopril dan furosemid) dan satu sirup obat batuk. Riwayat Sosial Sebelum mengalami penyakit hipertensi pasien masih bekerja sebagai petani. Saat suami pasien masih hidup, pasien juga menjadi pengayah di pura Puseh karena suaminya adalah seorang pemangku. Namun, sekarang pasien sudah tidak lagi bekerja di kebun dan hanya membantu anaknya membuat minyak kelapa di rumah. Untuk aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan BAB atau BAK pasien dikatakan masih bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Pola Hidup Anak pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pola hidup pasien tidak teratur. Pasien sering mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula dan berlemak. Pasien juga tidak pernah sengaja berolahraga karena dikatakan sudah keluar keringat hanya dengan bekerja di kebun. Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol. Pasien juga tidak terlalu suka minum kopi.

Pemeriksaan fisik Status present Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu aksila Berat badan Tinggi badan : 170/110 mmHg : 92 x/mnt : 18 x/mnt : 36,8C : 51 kg : 155 cm

Status general Kepala : Normocephali, rambut tampak berwarna putih kehitaman. Mata : Mata cowong (-), anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor, injeksi konjungtiva -/THT : - Telinga - Hidung - Tenggorok Toraks : - Inspeksi - Palpasi - Perkusi - Auskultasi : sekret -/: rhinorea -/-, : hiperemi (-) : statis dan dinamis: semetris; retraksi (-) : simetris, normal : sonor pada seluruh lapang paru : - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-) : - pulmo : wheezing -/-, rhonki -/Abdomen: - Inspeksi : distensi (-)

- Auskultasi : bising usus (+) - Palpasi - Perkusi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba : timpani di seluruh bagian abdomen

Diagnosis Follow up Hipertensi grade II

Management Obat : Captopril 12,5 mg 2x2 Furosemid 40 mg 1x1 Ambroxol 3x1 sdm

Konservatif Menyarankan untuk mengurangi konsumsi garam dan makanan asin atau yang diasinkan. Menyarankan untuk mengurang konsumsi daging-dagingan Menyarankan untuk tidak mengkonsumsi kopi Menyarankan untuk berolah raga seperti berjalan-jalan setiap pagi Menyarankan untuk minum obat secara teratur dan kontrol ke dokter atau pelayanan kesehatan

Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi Pasien sudah tidak bekerja dan hanya membantu anaknya membuat minyak kelapa untuk dijual, sehingga penghasilan perbulan tidak menentu. Anak pasien masih bekerja di kebun salak yang dimiliki keluarganya dan juga memelihara bebek, ayam, dan babi. Menurut anak pasien, uang yang dihasilkan dari berjualan minyak kelapa, salak, dan hasil ternaknya tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan keluarga. Selama sakit ini pasien dikatakan masih bisa beraktiivitas dan membantunya memarut kelapa atau memberi makan hewan peliharaannya.

Faktor Resiko Secara garis besar, faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah teridiri dari: genetik, umur, dan jenis kelamin sedangkan untuk faktor yang dapat diubah terdiri dari: kebiasaan mengonsumsi makanan asin/garam, tipe kepribadian, dan kebiasaan olahraga (berhubungan dengan obesitas). 1. Genetik Ibu pasien menderita penyakit hipertensi. 2. Perilaku a. Berdasarkan wawancara kepada pasien dan anknya didapatkan bahwa pola makan pasien dahulu tidak teratur dan suka mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula dan lemak. b. Pasien juga dikatakan jarang berolahraga sebelum mengalami penyakit hipertensi

Kondisi Rumah Pasien hanya tinggal bersama anak perempuan satu-satunya yang tidak menikah sejak suaminya meninggal satu tahun yang lalu. Dalam satu pekarangan pasien terdapat rumah utama sebagai tempat tidur, dapur dan kamar mandi terpisah, padmasana dan kandang babi. Rumah penderita cukup luas 2,5 are, halamannya cukup bersih dan terawat. Rumah penderita sudah permanen berupa bangunan yang sudah diplester, dan lantainya juga sudah diplester semen. Rumah penderita sudah dilengkapi dengan kamar mandi dan sudah dimanfaatkan dengan baik oleh anggota keluarga. Sudah terdapat septic tank dan sumber air yang digunakan adalah dari sumur. Denah Rumah 3 4 5 6

Keterangan U

1. Rumah utama (tempat tidur pasien dan anaknya, kamar suci) 2. Dapur 3. Sanggah (padmasana dan sanggah lainnya) 4. Bale 5. Kamar mandi 6. Kandang babi dan bebek 7. Sumur

4. Kunjungan rumah kedua (11 Agustus 2012) Pada kunjungan rumah kedua tujuannya adalah untuk mengevaluasi keadaan pasien dan keluarga. Saat kunjungan kedua ini penderita sudah membaik. Keluhan seperti sakit kepala, kaku dan sakit pada leher sudah tidak lagi dirasakan, dan tekanan darahnya sudah 140/90 mmHg. Keadaan umum baik, nadi 94 kali permenit, respirasi 18 kali permenit, tidak demam dan keluhan batuknya juga sudah hilang. Pada kunjungan kedua ini, pasien mengaku sudah mulai mencoba untuk berjalan-jalan di sekitar rumah setiap pagi, namun hal tersebut belum sepenuhnya dia jalani dengan alasan cuaca yang cukup dingin. Selain itu, anak pasien juga mengaku sudah mengontrol makanan yang pasien makan dengan mengurangi makanan yang asin dan berlemak. Saat kunjungan kedua, kami juga melakukan pengecekan tekanan darah pada anak pasien. Hasil tekanan darah yang didapat pada anak pasien adalah 120/80 mmHg. Kami juga memberikan vitamin untuk pasien dan anaknya.

5. Pemecahan Masalah Solusi yang kami ambil berdasarkan dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut: 1. Personal Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual. Memberikan konseling kepada seluruh keluarga untuk terus memberikan motivasi kepada pasien. 2. Komprehensif Di dalam penanganan penderita seperti ini diperlukan penanganan secara komprehensif, yang artinya menyeluruh dan menyentuh empat aspek yaitu : promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Pencegahan primer Memberi penjelasan tentang faktor risiko dan komplikasi hipertensi.

Menyarankan untuk menghindari faktor risiko, seperti secara perlahan mengurangi konsumsi garam dan makanan asin, tidak mengkonsumsi minum minuman beralkohol atau kopi, berolah raga, minum obat secara teratur dan kontrol ke dokter.

b) Pencegahan sekunder Menyarankan untuk teratur minum obat dan kontrol ke dokter atau puskesmas. Menyarankan kepada pasien agar minum obat furosemide tetap teratur

pada pagi hari karena dapat memicu frekuensi BAK yang sering, sehingga apabila diminum pada malam hari dapat mengganggu tidur pasien dan meningkatkan resiko jatuh. Memeriksa tekanan darah anak-anak pasien sebagai langkah proteksi dini terhadap kemungkinan menderita hipertensi. c) Pencegahan tersier Jika ada komplikasi dari hipertensi, seperti penyakit jantung atau stroke agar segera konsultasi atau berobat. 3. Berkesinambungan Layanan berkesinambungan berarti pelayanan yang dilakukan secara terus menerus dari pasien sakit sampai pasien sembuh atau meninggal. Karena keterbatasan waktu, pelayanan hanya sampai pada melihat perbaikan kondisi pasien dimana tekanan darah awal yaitu 170/110 sudah menurun menjadi 140/90. 4. Koordinatif dan kolaboratif a. Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pengobatan penderita. Misalnya meminumkan obat sesuai dosis, dan selalu mengantarkan penderita setiap kali kontrol ke puskesmas. b. Menyarankan keluarga penderita untuk menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi ataupun menyediakan makanan rendah garam dan rendah lemak serta teratur berolahraga. Makanan pasien sehari-harinya disediakan oleh anak pasien. Oleh karena itu, kami menyarankan kepada anak pasien untuk ikut mengontrol makanan yang dimasak dan diberikan pada ibunya.

c. Berkoordinasi dengan balai pengobatan di puskesmas agar penyediaan obat untuk hipertensi serta pengontrolan faktor risiko hipertensi. 5. Mengutamakan pencegahan Seperti yang diuraikan di atas, pencegahan yang dilakukan kepada pasien adalah mulai dari pencegahan primer sampai tersier. 6. Family and community oriented Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit hipertensi. Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko hipertensi sehingga diberikan saran kepada keluarga pasien, khususnya anak pasien untuk menghindari faktor risiko hipertensi, memulai pola hidup yang sehat dan rajin mengontrol tekanan darah. Peran keluarga juga sangat penting dalam mendukung jalannya pengobatan penderita seperti dukungan psikis dalam menjalani hari-hari tuanya. Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang hipertensi.

KESIMPULAN Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana perjalanan penyakit yang kompleks sehingga diperlukan intervensi yang komprehensif berupa kerja sama antar berbagai pihak, baik pihak penderita, keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan. Intervensi bukan hanya terhadap penyakitnya saja, akan tetapi melihat manusia seutuhnya. Peningkatan tekanan darah pada orang tua sebenarnya merupakan gejala fisiologis karena proses degeneratif. Hal yang penting diperhatikan adalah bagaimana kemungkinan komplikasi itu timbul. Intervensi dan konseling kepada keturunan dari pasien menjadi penting untuk mencegah mereka terkena hipertensi pada usia dini. Kunjungan rumah dilakukan untuk mewujudkan hal ini dimana pendekatan terhadap penderita beserta keluarganya dengan menggunakan prinsip-prinsip kedokteran keluarga menjadi prioritas.

10

DOKUMENTASI

Kunjungan rumah pertama (3 Agustus 2012)

Gambar 1 & 2. Mahasiswa KKM bersama pasien dan anak pasien (paling kiri) ditemani oleh Kadus Jungutan (belakang).

Gambar 3 & 4. Situasi rumah dan pekarangan pasien

Gambar 5 & 6. Sumur dan kamar mandi pasien

11

Kunjungan rumah kedua (14 Agustus 2012)

Gambar 7. Saat pengecekan tekanan darah pasien.

Gambar 8. Saat memberikan obat dan edukasi kepada anak pasien.

12

Anda mungkin juga menyukai