Anda di halaman 1dari 10

KONSEP SKN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah IKM

Di susun oleh: Kelompok 4 Hilda Islamiati Putri Puspitasari Eka Hendiani Yulianti Ita Fatimah Ai Nepi Maesaroh Angkatan 6B PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 130103100054 130103100077 130103100082 130103100084 130103100085 130103097097

SISTEM KESEHATAN NASIONAL Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat diutuhkan. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dancara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yangmemadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalamsatu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuanpembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkankesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud

dalamUndang-undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yangbertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada: 1)Perikemanusiaan, 2) Pemberdayaan dan kemandirian,3) Adil dan merata, serta 4) Pengutamaan dan manfaat.Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan secara keseluruhandengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan,keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, sertakemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasimasalah-masalah tersebut. Maksud dan kegunaan skn Penyusunan SKN 2009 ini dimaksudkan untukmenyesuaikan SKN 2004 dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar

dapatdipergunakan sebagai pedoman tentang bentuk dancara penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baikoleh masyarakat, swasta, maupun oleh PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah serta pihak terkaitlainnya.Tersusunnya SKN 2009 mempertegas maknapembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hakasasi

manusia, memperjelas penyelenggaraanpembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misiRencana Pembangunan Jangka Panjang BidangKesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025, memantapkankemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan investasikesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional. Rencana Pembangunan Jangka Panjang BidangKesehatan Tahun 2005-2025 merupakan arahpembangunan kesehatan yang berkesinambungan.Rencana

Pembangunan Jangka Panjang BidangKesehatan Tahun 2005-2025 dan SKN merupakandokumen kebijakan pembangunan kesehatan sebagaiacuan dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional disusun denganmemperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanankesehatan dasar (primary health care ) yang meliputi: 1)Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, 2)Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepadarakyat, 3) Kebijakan pembangunan kesehatan, dan 4)Kepemimpinan. Sistem Kesehatan Nasional jugadisusun dengan memperhatikan inovasi/terobosandalam penyelenggaraan pembangunan kesehatansecara luas,

termasuk penguatan sistem rujukan.Pendekatan pelayanan kesehatan dasar secara globaltelah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi semua denganmempertimbangkan kebijakan kesehatan yangresponsif gender . Landasan skn Landasan SKN meliputi: 1.Landasan Idiil,yaitu Pancasila. 2.Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945,khususnya: Pasal 28 A, setiap orang berhak untukhidup serta berhak mempertahankan hidup dankehidupannya; Pasal 28 H ayat (1), setiap orangberhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempattinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yangbaik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan.

kesehatan dan ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangandirinya secara utuh sebagai manusia yangbermartabat; serta Pasal 34 ayat (2), Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruhrakyat dan memberdayakan masyarakat yanglemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabatkemanusiaan dan ayat (3), Negara bertanggung- jawab atas penyediaan fasilitas pelayanankesehatan dan fasilitas pelayanan umum yanglayak; Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak ataskelangsungan hidup, tumbuh, diri dan

berkembang;Pasal 28 C ayat (1), setiap orang berhakmengembangkan

melalui

pemenuhankebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikandan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuandan teknologi, seni dan budaya, demi

meningkatkankualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umatmanusia. 3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuanperaturan perundangan yang berkaitan

denganpenyelenggaraan SKN dan pembangunankesehatan. Beberapa peraturan perundangantersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari RPJP-KTahun 2005-2025. Perkembangan dan masalah sistemkesehatan nasional Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secaraberkesinambungan telah berhasil meningkatkan statuskesehatan masyarakat. Kinerja sistem kesehatan telahmenunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan

peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan AngkaKematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hiduppada tahun 1997 menjadi 34 per 1000 kelahiran hiduppada tahun 2007 (SDKI 2007). Angka Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.000 kelahiranhidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiranhidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sejalan denganpenurunan angka kematian bayi, Umur Harapan Hidup(UHH) meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007. Demikian pula telahterjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balitadari 29,5% pada akhir tahun 1997

menjadi sebesar 18,4%pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007).

Peningkatan jumlahPuskesmas ditandai dengan peningkatan rasioPuskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk padatahun 2003 menjadi 3,65 per 100.000 pada tahun2007 (Profil Kesehatan, 2007). Namun pada daerahterpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau-pulaukecil terdepan dan terluar masih rendah. Jarak fasilitaspelayanan yang jauh disertai distribusi tenaga kese-hatan yang tidak merata dan pelayanan kesehatanyang terhadap mahal menyebabkan kesehatan.Pemanfaatan rendahnya fasilitas

aksesibilitasmasyarakat

pelayanan

pelayanan kesehatan olehpenduduk meningkat dari 15,1% pada tahun 1996menjadi 33,7% pada tahun 2006. Begitupulakunjungan baru (contact rate) ke fasilitas pelayanankesehatan meningkat dari 34,4% pada tahun 2005menjadi 41,8% pada tahun 2007. Disamping itu, jumlah masyarakat yang mencari pengobatan

sendirisebesar 45% dan yang tidak berobat sama sekalisebesar 13,3% (2007).Secara keseluruhan, kesehatan ibu membaik denganturunnya AKI, pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan meningkat 20% dalam kurun 10 tahun,peningkatan yang besar terutama di daerahperdesaan, sementara persalinan di fasilitaskesehatan meningkat dari 24,3% pada tahun 1997menjadi 46% pada tahun 2007. Namun masih ditemuidisparitas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan cakupanimunisasi antar wilayah masih tinggi. Cakupanpemeriksaan kehamilan tertinggi 97,1% dan terendah67%, sementara itu cakupan imunisasi lengkaptertinggi sebesar 73,9% dan cakupan terendah 17,3%(Riskesdas, 2007). Namun penurunanindikator kesehatan masyarakat tersebut masih

belumseperti yang diharapkan. Upaya percepatan pencapaianindikator kesehatan dalam lingkungan strategis baru,harus terus diupayakan dengan perbaikan SistemKesehatan Nasional. 1. Upaya Kesehatan Akses pada pelayanan kesehatan secara nasionalmengalami peningkatan, dalam kaitan ini akses rumahtangga yang dapat menjangkau sarana kesehatan 30 menit sebesar 90,7% dan akses rumah tangga

Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input, proses, output, feedback, impact dan lingkungan. Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Dasar 1945. Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah tersebut. Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar yang meliputi: 1. 2. 3. 4. Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat, Kebijakan pembangunan kesehatan, dan Kepemimpinan. SKN juga disusun dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan. Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan

prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi: 1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila. 2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, 28 H ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 28 B ayat (2), Pasal 28 C ayat (1), 3. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan. Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan tersebut diatas, maka subsistem yang mempengaruhi pencapaian dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia meliputi: 1. Upaya Kesehatan : Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), dan pemulihan (rehabilitasi) masih dirasakan kurang. Memang jika kita pikirkan bahwa masalah Indonesia tidak hanya masalah kesehatan bahkan lebih dari sekedar yang kita bayangkan, tapi jika tahu bahwa dalam hal ini kita masih dalam proses dimana bagai sebuah ayunan yang mana pasti akan menemukan titik temu dan kita dapat menunggu, tapi kapankah hal ini...kita tunggu yang lebih baik. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia. 2. Pembiayaan Kesehatan : Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya rata-rata 2,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau rata-rata antara USD 12-18 per kapita per tahun. Persentase ini masih jauh dari anjuran Organisasi

Kesehatan Sedunia yakni paling sedikit 5% dari PDB per tahun. Sementara itu anggaran pembangunan berbagai sektor lain belum sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang kuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. 3. SDM Kesehatan : Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam pemerataannya masih belum merata, bahkan ada beberapa puskesmas yang belum ada dokter, terutama di daerah terpencil. Bisa kita lihat, rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru, sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1:5000. Produksi perawat setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru, dengan rasio terhadap jumlah penduduk 1:2.600. Namun daya serap tenaga kesehatan oleh jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas. Hal ini bisa menjadi refleksi bagi Pemerintah dan tenaga medis, agar terciptanya pemerataan tenaga medis yang memadai. 4. Sumberdaya Obat, Perbekalan Kesehatan, dan Makanan : Meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Industri farmasi di Indonesia saat ini cukup berkembang seiring waktu. Hanya dalam hal ini pengawasan dalam produk dan obat yang ada. Perlunya ada tindakan yang tegas, ketat dalam hal ini. 5. Pemberdayaan Masyarakat : Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Ini penting, agar masyarakat

termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Dalam hal ini agar tercapainya Indonesia Sehat 2010 juga dibutuhkan. Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih dilaksanakan secara terbatas. Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih dalam bentuk mobilisasi masyarakat. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan. 6. Manajemen Kesehatan : Meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan.Manajemen kesehatan sangatlah berpengaruh juga, karena dalam hal ini yang memanage proses, tetapi keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Jika tidak tersedianya hal ini maka bisa jadi proses manajemen akan terhambat/ bahkan tidak berjalan. Sebenarnya, jika kita menengok sebentar bagaimana proses pemerintah bekerja, selalu berusaha dan berupaya yang terbaik, baik juga tenaga medis. Hanya saja dalam prosesnya terdapat sebuah kendala baik dalam SDM pribadi ataupun sebuah pemerintahan itu. Bisa jadikan renungan bagaimana kita bisa membuat sebuah sistem yang lebih baik dengan input-proses-dan output yang bisa menghasilkan sebuah kebanggaan dan sebuah tujuan bersama

DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.depkes.go.id/downloads/SKN+.PDF 2. Sanropie, Djasio (1989). Pengawasan Penyehatan Lingkungan 3. http://www.scribd.com/doc/35912994/SKN-final

Anda mungkin juga menyukai