Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS FRAKTUR

DISUSUN OLEH : DINA RUKHAYATI DWI RAHAYU ASTUTI RINI HATIFAH


TINGKAT II B

PENGERTIAN FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Bruner & sudarth, 2002). Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart)

ETIOLOGI FRAKTUR
Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. Kekerasan tidak langsung Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Ada tekanan eksternal terjadi trauma rusak/terputusnya kontinuitas tulang fraktur pembuluh darah, saraf, jaringan lunak yang membungkus tulang rusak Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.

Faktor yang mempengaruhi fraktur


1.

Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser pada posisi normal) Fraktur tidak komplit : patah hanya terjadi pada sebagian garis tengah tulang Fraktur tetutup (frakur simple) : tidak terjadi robekan kulit Fraktur terbuka(fraktur komplikatal kompleks) : merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai kepatahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi :
Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif Grade III : Yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.

Gambar fraktur

MANIFESTASI KLINIK FRAKTUR


Deformitas Bengkak/edema Echimosis (Memar) Spasme otot Nyeri Kurang/hilang sensasi Krepitasi Pergerakan abnormal Rontgen abnormal

Foto rongent abnormal

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Rontgen Hitung darah lengkap Kreatinin Profil koagulasi

PENATALAKSANAAN MEDIK
Fraktur Terbuka Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap maka dilakukan: Pembersihan luka Antibiotik

PENATALAKSAAAN MEDIK
Seluruh Fraktur

Rekognisis/Pengenalan Reduksi/Manipulasi/Reposisi Retensi/Immobilisasi Rehabilitasi

Contoh sling dan swathe

Contoh traksi

KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi Awal
Kerusakan Arteri Kompartement Syndrom Fat Embolism Syndrom Infeksi Avaskuler Nekrosis Shock

Komplikasi Dalam Waktu Lama


Delayed Union Nonunion Malunion

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS FRAKTUR

PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat Tanda : keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan,nyeri) Sirkulasi Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atau hipotensi (Kehilangan darah) takikardia (respon stres, hipovolemia) penurunan / tak ada nadi pada bagian dista yang cidera : pengisian kapiler lambat pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan / masa hematoma pada posisi cidera Neurosensori Gejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otak

LANJUTAN..
Kebas / kesemutan (parestesis) Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal , pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit) spasme otot . terlihat kelemahan / kehilangan fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas/ trauma lain) Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri hebat tiba tiba pada saat cidera, Spasme / kram otot (setelah mobilisasi)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup) Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1.

Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi. tirah baring, gips, dan traksi

Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.


Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi

2. 3. 4.

Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan vaskuler. (masase, perubahan posisi) Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan

5.

6.

Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri lokal dan kelelahan otot. (latihan napas dalam, imajinasi visual) Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama. jam pertama) sesuai keperluan. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri. Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan

7.

8.

Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)

rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer. Menilai perkembangan masalah klien.

LANJUTAN
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1.

Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga
koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien. diri, membantu menurunkan isolasi sosial. Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah

2.

Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.

3.

Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan

kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi. Mempertahankan posis fungsional ekstremitas. Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien. Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus,

sesuai indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien. 5. 6. 7. 8. 9. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari. Berikan diet TKTP. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan

program atelektasis, penumonia) Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.

imobilisasi.

Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses


penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh. Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual. Menilai perkembangan masalah klien.

LANJUTAN
3. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup) Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Pertahankan

tempat

tidur

yang Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit

nyaman dan aman (kering, bersih, alat yang lebih luas. tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit). 2. Masase kulit terutama daerah Meningkatkan sirkulasi perifer dan

meningkatkan kelemasan kulit dan otot


terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi. Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi fekal.

penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.

3. Lindungi kulit dan gips pada daerah


perianal

4. Observasi keadaan kulit, penekanan Menilai perkembangan masalah klien. gips/bebat pen/traksi. terhadap kulit, insersi

LANJUTAN
4. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Lakukan

perawatan

pen

steril

dan Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan luka. Meminimalkan kontaminasi. Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk

perawatan luka sesuai protokol 2. Ajarkan klien untuk mempertahankan

sterilitas insersi pen.


3. Kolaborasi pemberian antibiotika dan

toksoid tetanus sesuai indikasi. 4. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium

(Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan


sensitivitas luka/serum/tulang) 5. Observasi tanda-tanda vital dan tanda peradangan lokal pada luka.

mencegah infeksi tetanus. Leukositosis biasanya terjadi pada proses

tanda- infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk

mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.


Mengevaluasi perkembangan masalah klien.

EVALUASI KEPERAWATAN
Nyeri berkurang atau hilang Klien dapat melatih mobilisasinya Tidak terjadi kerusakan integritas kulit Infeksi tidak terjadi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai