Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Fertilitas adalah kemampuan untuk membuahi dan kemampuan untuk hamil, melahirkan anak melalui aktivitas seksual yang normal . (Anonim, 2012)

fertilitas seseorang dapat diketahui dengan memahami beberapa parameter fertilitas, seperti morfologi dari sperma , motilitas sperma, jumlah sperma, dan siklus estrus pada mencit. infertilitas seseorang ditentukan oleh faktor imunologi dalam tubuhnya, baik itu sperma pada jantan, maupun lendir serviks pada betina dan reaksinya terhadap sperma jantan. Jadi, tingkat fertilitas jantan dapat diketahui dengan kualitas spermanya, dan tingkat fertilitas betina dapat diketahui dengan pengamatan terhadap ovariumnya. Fertilitas dalam kehidupan perlu dipelajari dan diamati sebagai salah satu usaha untuk melestarikan jenis suatu makhluk hidup. Chat conversation end. Jadi untuk memahami kualitas fertilitas dengan memahami parameter fertilitas .

1.2 Tujuan Menentukan parameter fertilitas seperti morfologi sperma, motilitas sperma , jumlah sperma , dan siklus estrus pada mencit Menentukan fase-fase pada siklus estrus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 anatomi sistem reproduksi jantan dan betina Organ reproduksi terdiri atas kelenjar kelamin, saluran reproduksi dan kelenjar asesoris 2.1.1Sistem Reproduksi Jantan Pengamatan organ-organ dari sistem reproduksi pada Mencit jantan terdapat organ : a) Organ reproduksi Penis ,glans, porus , urogenitalia, skrotum yang didalamnya terdapat kelenjar testis b) Saluran reproduksi Duktus epididimis, duktus deferens, uretra c) Kelenjar asesoris Kelenjar seminalis, kelenjar koagulum, kelenjar prostat, kelenjar prepusium, kelenjar bulbouretra 2.1.2 sistem reproduksi betina Pengamatan organ-organ dari sistem reproduksi pada mencit betina terdapat organ : a) Saluran reproduksi Tubafalopi (oviduk), uterus, vagina b) Kelenjar kelamin, ovarium c) Kelenjar asesoris , klitoris

2.2 Parameter Fertilitas Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk menilai fertilitas pada jumlah sperma hewan jantan . parameter tersebut diantaranya dapat diamati melalui pengamatan morfologi bentuk sperma normal dan abnormal, pengamatan jumlah sperma,pengamatan motilitas sperma, dan siklus yang terjadi pada mencit betina yaitu siklus estrus. Pengamatan morfologi spermadan jumlah sperma menjadi parameter fertilitas karena Kuantitas dan kualitas sperma berhubungan erat dengan kesuburan atau fertilitas pria. Jika sperma baik, maka peluangnya untuk bisa membuahi sel telur dan menghasilkan kehamilan (Ariyanti, 2010) Pengamatan motilitas sperma dilakukan karena untuk membuahi sel telur diperlukan motilitas yang lincah dan tenaga agar terjadi pembuahan . Terakhir pengamatan pada siklus estrus dilakukan karena siklus ini merupakan periode aktivitas seksual yang menyebabkan perubahan pada vagina dan suhu tubuh mencit lebih meningkat. (Campbell, 2004) siklus estrus merupakan salah satu siklus yang terjadi pada mamalia betina. Menurut Brandon (1983) pada siklus estrus terjadi beberapa tahapan fase yaitu : a) Proestrus Ditandai dengan adanya sel-sel epitel normal. Terjadi pembentukan folikel sampai tumbuh maksimum. Pertumbuahan folikel ini menghasilkan estrogen sehingga dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus serta lebih bergranula. Selain itu digetahkan cairan yang agak pekat yang dinamakan cairan milk uteria. Struktur histologis epitel vagina pada fase proestrus adalah sebagi berikut : Berlapis banyak (10-13), stratum korneum kornifikasi aktif, leukosit sedikit,dan mitosis aktif.

b) Estrus Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel enanduk. Produksi estrogen akan bertambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel darah. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel epitel vagina. Struktur histologis epitel vagina pada fase estrus sebagai berikut : Lapisan superficial berinti, Struktur korneum sedikit dan melepas leukosit di bawah epitel, Mitosis berkurang, Leukosit tidak ada.

c) Metestrus merupakan fase istirahat jika tidak terjadi fertilisasi atau kehamilan. Ditandai dengan sel epitel normal atau sel epitel biasa dan sel epitel menanduk. Dimana lapisan epiteliumnya 4-7 dan terdapat leukosit pada lapisan luar.

d) Diestrus Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan banyak leukosit.

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan Tabel 3.1 : Alat dan Bahan Alat Gunting Jarum Jara Pipet Kaca Arloji Hemacytometer Pipet Pasteur Kaca objek Bahan PBS Methylene Blue 0.1% Nigrosin eosin

3.2 Cara Kerja a) pengamatan morfologi sperma mencit sperma mencit diisolasi dengan cara mencacah vasdeferens,

epididimis, dan testis dalam larutan PBS masing-masing pada wadah yang berbeda menggunakan gunting atau jarum jara. Sperma dipindahkan menggunakan pipet ke kaca arloji kemudian larutkan dalam larutan PBS sebanyak 10 tetes.campuran sperma dan PBS diteteskan pada kaca objek. Pada ujung lain kaca objek teteskan pula pewarna nigrosin eosin. Kaca objek yang berbeda ditempelkan pada tetesan larutan sperma hingga larutan

menyebar ke seluruh ujung kaca kemudian geserkan kaca objek ke ujung lainnya. Lakukan sebanyak tiga kali . kaca objek didiamkan hingga kering.

Diamati dibawah mikroskop dan bandingkan sperma yang didapat dari vasdeferens, epididimis dan testis serta bandingkan dengan sperma manusia. b) Penghitungan jumlah sperma Sperma diisolasi dengan larutan PBS. Campuran suspense

dipindahkan ke kaca arloji dan tambahkan dengan PBS sebanyak 10 tetes. Teteskan larutan sperma dan Hemacytometer. Lakukan pengenceran dengan factor pengenceran berikut ini : Table 3.2 : Faktor Pengenceran Jumlah sperma pada 25 segi empat besar <20 1:10 1 tetes sperma + 9 tetes PBS 20-100 1:20 1 tetes sperma +19 tetes PBS >100 1:50 1 tetes sperma+49 tetes PBS Faktor pengenceran Keterangan

Setelah suspensi sperma diencerkan, teteskan dan hitung kembali jumlah sperma pada 1 kotak diantara 25 kotak tersebut yang dipilih secara acak. Kemudian lakukan perhitungan kedua dengan cara menhitung kembali sperma sejumlah kotak yang jumlahnya ditentukan oleh jumlah sperma pada 1 kotak tersebut.

Jumlah sperma pada satu kotak random <10 10-40 >40 25 10 5

Jumlah kotak yang perlu dihitung

Dari faktor pengenceran dan jumlah kotak yang dihitung kembali, dapat diperoleh faktor koreksi. Faktor koreksi tersebut akan membagi total sperma dari kotak yang nilainya ditentukan oleh jumlah sperma pada satu kotak sebelumnya. Faktor koreksi tersebut adalah :

Pengenceran

Jumlah kotak yang dihitung Faktor koreksi kembali

1:10 1:20 1:50

25,10,5 25,10,5 25,10,5

10,4,2 5,2,4 2, 0.8,0.4

3) Pengamatan Motilitas Sperma yang telah diisolasi , diteteskan pada kaca arloji dan tambahkan larutan PBS sebanyak 10 tetes . teteskan suspensi sperma pada Hemacytometer, diamati menggunakan mikroskop hitung sperma berdasarkan motilitasnya pada 25 kotak. Perhitungan motilitas sperma dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: A. Sperma bergerak lurus dan cepat B. Sperma bergerak lurus dan lambat C. Sperma bergerak di tempat D. Sperma tidak bergerak sama sekali

4) Pengamatan Apusan Vagina PBS diambil dengan menggunakan pipet Pasteur. Masukkan ujung pipet Pasteur ke dalam vagina mencit, kemudian larutan PBS disuspensi ke dalam vagina Mencit dengan cara menekan karet bulb pada pipet hingga larutan menjadi keruh. Ujung pipet dikeluarkan dari vagina mencit dan teteskan hasil resuspensi pada kaca arloji. Suspensi diteteskan ke kaca objek secukupnya. Methylene blue diteteskan sebanyak 2-3 tetes. Kaca objek lain ditempelkan kemudian digeser dengan cepat agar suspensi tersebar diamkan hingga kering. Setelah mengering , pusan dicuci dengan meneteskan air pada kaca objek agar pewarna lebih tipis. Amati apusan dibawah mikroskop

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Pengamatan Histologi Foto pengamatan

Folikel tersier

ovarium keseluruhan

Tubafalopi

Korpus luteum

Folikel primordial letak di tengah warna merah

Folikel sekunder terdapa titik merah di tengah

Tubulus suminiferus

Sperma mencit di vasdeferens

Apusan vagina di tengah ada epitel menanduk

folikel primer

Sperma mencit epididimis \ 4.1.2 Pengamatan morfologi sperma mencit dan manusia

Sperma mencit

Sperma manusia

Sperma mencit (literatur)

Sperma manusia (literatur)

Sperma abnormal (literatur)

(Rakhmad, 2012)

(Simatupang, 2012)

(Diana,200 9)

Menurut hasil pengamatan pada kepala sperma normal berbentuk oval , kepala sperma mencit terdapat kait, dan tidak menemukan sperma abnormal pada hasil pengamatan.

Menurut Schill (2006) Kriteria morfologi sperma disebut normal adalah sebagai berikut :

Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron, lebar s/d 2/3 panjangnya.

Midpiece : langsing (< lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.

Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.

Untuk sperma manusia abnormal Ners (2011) sperma abnormal salah satunya adalah sebagai berikut: Teratozoospermia (terato = monster) adalah bentuk sperma yang tidak normal. Analisa sperma Teratozoospermia, artinya morfologi (bentuk) sperma banyak yang abnormal. Pada penderitaTeratozoospermia bentuk sperma yang abnormal lebih dari 30 persen.

Gambar 4.1.2 : Teratozoospermia

Sementara sperma masih dianggap normal bila yang abnormal hanya 30 persen. Bentuk sperma yang normal memiliki kepala dan ekor, sedangkan yang abnormal memiliki dua kepala atau dua ekor.

Dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu yang ringan sekitar 15% sperma masih normal, 10-15 % sperma masih N : sedang, serta kurang dari 10% Normal dikategorikan : berat. Secara normal, sperma yang baik harus memiliki kepala yang berbentuk oval, dengan penghubung pada bagian tengahnya serta ekor yang panjang. Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :

Makro : 25 % > kepala normal Mikro : 25 % < kepala normal Taper : kurus, lebar kepala yng normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu Piri : memberi gambaran tetesan air mata Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom

Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor saja Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda

4.1.3 Pengamatan apusan vagina Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap proestrus diestrus, estrus, dan metestrus. Panjang waktu yang dimiliki untuk siklus estrus pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) yaitu 4 sampai 5 hari. Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina: Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.

Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubu yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial. Menurut Taw (2008), Pengurutan proses pertumbuhan sel dari epitel sel vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan sebagai berikut; Sel-sel parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir diestrus). Sel-sel intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal). Sel-sel superfisial (fase metestrus akhir dan fase estrus). Sel-sel squamous tanpa nukleus (fase estrus). Siklus estrus dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu fase folikuler dan fase luteal. Fase folikuler adalah pembentukan folikel sampai masak sedangkan fase luteal adalah setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai. Siklus estrus pada hewan berasal dari folokel graff ke korpus luteum. Siklus estrus dapat dibedakan menjadi 4 fase, yaitu : 1. Fase proestrus. Ditandai dengan adanya sel-sel epitel normal. Terjadi

pembentukan folikel sampai tumbuh maksimum. Pertumbuahan folikel ini menghasilkan estrogen sehingga dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus serta lebih bergranula. Selain itu digetahkan cairan yang agak pekat yang dinamakan cairan milk uteria. Struktur histologis epitel vagina pada fase proestrus adalah sebagi berikut : Berlapis banyak (10-13), stratum korneum kornifikasi aktif, leukosit sedikit,dan mitosis aktif.

2. Fase estrus. Fase ini ditandai dengan adanya sel-sel epitel

menanduk. Produksi estrogen akan bertambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel darah. Pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina siap menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada ovarium dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel epitel vagina. Struktur histologis epitel vagina pada fase estrus sebagai berikut : Lapisan superficial berinti, Struktur korneum sedikit dan melepas leukosit di bawah epitel, Mitosis berkurang, Leukosit tidak ada. 3. Fase Diestrus Pada fase diestrus ditandai dengan adanya sel epitel normal dan banyak leukosit. 4. Fase metestrus Fase anestrus merupakan fase istirahat jika tidak terjadi fertilisasi atau kehamilan. Ditandai dengan sel epitel normal atau sel epitel biasa dan sel epitel menanduk. Dimana lapisan epiteliumnya 4-7 dan terdapat leukosit pada lapisan luar.

Gambar 4.3 : Hasil pengamatan apusan vagina mencit pada tahap estrus

4.1.4 Pengolahan Data motilitas dan jumlah sperma Pada hasil perhitungan jumlah sperma dengan menggunakan hemacytometer didapat hasil sebagai berikut : 25 kotak bagian tengah 1 kotak 5 kotak : 2075 sperma : 80 sperma : 312 sperma

Maka jumlah sperma = Total sperma dari perhitungan ke 2 (juta/ml) Faktor koreksi

Dengan faktor koreksi sebesar 0.4 karena jumlah sperma pada 1 kotak sebelumnya adalah 80 . Jumlah sperma = 812 0.4 = 780 ( juta /ml)

Pada perhitungan motilitas sperma didapat data sebagai berikut : a) sperma bergerak lurus dan cepat b) sperma bergerak tidk lurus dan lambat c) sperma bergerak di tempat d) sperma tidak bergerak sama sekali maka didapat % motilitas = 883+723 883+ 723 + 432 + 212 4.2 Pembahasan Pada pengamatan sperma manusia normal didapat bentuk kepala oval ,ekor bergerak, sedangkan untuk sperma mencit didapat morfologi sperma dengan bentuk kepala seperti ada kaitnya. Sperma abnormal tidak ditemukan tetapi , menurut Ners (2006) terdapat kepala sperma yang kecil, ekor bengkok, dll. Selain bentuk atau morfologi dari sperma perlu diperhatikan yaitu motilitas dan jumlah sperma . hasil pengamatan dengan menggunakan sperma manusia dengan jumlah sperma 780 (juta/ ml) dan motilitas sperma didapat 71.49 %. Menurut Donie (2012) Sperma yang dikatakan mempunyai kualitas yang cukup baik bila dilihat secara morfologi lebih dari 50% bersifat normal. Pemerikasaan morfologi mencakup : 883 : 723 : 432 : 212 = 71,49 %

bagian kepala, leher,dan ekor dari spermatozoa. Bila >50% mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini disebutteratozoospermia. Pemeriksaan kualitas spermatozoid juga dapat dilihat melalui motilitas atau daya geraknya. Spermayang dikatakan baik apabila 50% atau lebih spermatozoa menunjukkanpergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik bahkan sangat baik (grade II/III) . Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Adapun faktor penyebab dari sperma yang abnormal sebagai parameter fertilitas Untuk mengetahui kesuburan pria yang dikaitkan dengan kuantitas dan kualitas spermanya, maka pria yang bersangkutan akan diminta untuk menjalani serangkaian tes di laboratorium klinik kesuburan. Hasil tes tersebut, biasanya dibandingkan dengan kriteria kesuburan pria menurut WHO berikut:

Volume. Ada 2 hingga 5 mililiter (ml) semen yang keluar dalam sekali ejakulasi. Warnanya putih keruh (putih mutiara) dengan kekentalan biasa atau normal, serta berbau khas, bukan busuk.

Jumlah. Dalam setiap mililiter semen, terdapat lebih dari 15 juta ekor sperma. Kalau ada minimal 2 ml per ejakulasi, maka ada 30 juta ekor sperma yang berenang menuju sel telur agar terjadi pembuahan.

Gerak (motilitas). Sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan adalah yang memiliki gerak lurus minimal 30% dari keseluruhan sperma yang keluar.

Bentuk. Untuk bisa masuk ke rahim dan mencapai sel telur, sperma juga harus memiliki bentuk normal minimal 15%. Sisanya, yang bentuknya tidak normal dan tidak punya gerak bagus, akan keluar lagi bersama semen.

Menurut permata sari (2012), berikut adalah sejumlah faktor yang memengaruhi kesuburan lelaki:

a) Alkohol Alkohol menurunkan jumlah sperma lelaki, bahkan ketika hanya diminum dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, minta pasangan untuk menghindarinya. b) Temperatur Lelaki memiliki jumlah sperma lebih tinggi bila alat kelamin berada pada suhu dingin. Jadi, jauhkan pasangan dari kolam air panas, mandi air panas, dan pakaian ketat. Ikuti pula nasihat kuno untuk menghindari sauna atau lingkungan panas lainnya, bantalan pemanas, dan selimut listrik. Suhu panas dapat menyebabkan testikel menjadi terlalu panas, sehingga menurunkan jumlah sperma. c) Merokok Hentikan kebiasaan pasangan menghisap rokok. Merokok telah terbukti mengurangi baik jumlah sperma mau pun motilitas sperma. d) Diet Jika lelaki kekurangan gizi atau tidak mendapatkan cukup makanan dan nutrisi yang tepat, jumlah spermanya dapat menurun. Sejumlah nutrisi penting, misalnya zinc, selenium dan asam folat yang memainkan peran sangat penting dalam kesehatan reproduksi laki-laki. Semua nutrisi tersebut dapat ditemukan dalam berbagai makanan dan suplemen. Faktor-faktor lingkungan Hindari berbagai racun lingkungan dan zat berbahaya, termasuk pestisida/insektisida, pelarut organik, timah, radiasi ionisasi, logam berat, dan bahan kimia beracun. a) Obat-obatan Sejumlah kecil ganja sudah dapat menurunkan jumlah sperma, memperburuk kecepatan sperma, serta meningkatkan risiko kelainan sperma.

b) Olahraga American Society of Reproductive Medicine melaporkan, olahraga teratur (lima kali seminggu selama paling sedikit 45 menit), serta pola makan yang sehat, meningkatkan kesuburan dengan cara menjaga berat badan pada tingkat normal dan menghilangkan stres serta kecemasan. Namun, lebih baik mengganti olahraga bersepeda dengan berlari di atas treadmill. Gedoran berulang dari pangkal paha ke kursi sepeda bisa merusak arteri dan saraf kritis. Gesekan dapat meningkatkan suhu testis dan mungkin memperburuk jumlah sperma. c) Ponsel Menurut penelitian oleh para ilmuwan di Hungaria, lelaki yang menyimpan ponsel yang diaktifkan di dalam saku celana atau di ikat pinggang, secara signifikan mengalami penurunan jumlah sperma dan risiko kesuburan mereka dipotong hingga sepertiga. Selain itu, motilitas sperma dapat terpengaruh oleh panggilan telepon yang panjang.

menurut penelitian Wibisono (1997) kelainan bentuk akrosom dan atau gabungannya berkaitan dengan adanya varikokel (salah satu penyebab infertilitas pada pria yang terbesar dan dapat dideteksi dan yg dapat diperbaiki). Pria dengan konsentrasi sperma > 20 juta/ml, tetapi abnormal pada motilitas dan atau morfologi disebabkan oleh penyebab yang diketahui seperti : varikokel, infeksi kelenjar aksesori atau kogenital akan mempunyai kemungkinan kehamilan alami pada pasangan 40 % lebih rendah daripada penyebab yang tidak diketahui (idiopatik asteno- dan atau teratozoospermia). Fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis baik, Gangguan pada epididimis, misalnya : radang, varikokel, dll akan terlihat banyak sel-sel immature, Abstinentia seksualisnya kurang

lama atau sering ejakulasi. Hal hal tersebut merupaka sebagian kecil yang terjadi pada kualitas sperma manusia . Pada pengamatan apusan vagina mencit dengan melihat pada mikroskop mendapatkan objek dalam fase estrus karena terdapat epitel menanduk yang banyak. Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan- hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol . Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron . Fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal yaitu : Bentuknya bundar atau oval, mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada

sitoplasma, sitoplasmanya biasanya tampak tebal, secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap(Widyawati, 2007). Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan seperti: Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan. Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus (Taw, 2008). Fase proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan sepat . Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi. Dan fase Metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas.

BAB V KESIMPULAN

a. Parameter fertilitas ditentukan dengan jumlah sperma dan motilitas sperma yang didapat data sebagai berikut : Jumlah sperma 780 (juta/ml) Motilitas 71.49 % b. Fase-fase pada siklus estrus Proestus : terdapat epitel menanduk dan epitel berinti . leukosit dan lender tidak ada Estrus : lender dan epitel berinti tidak ada. Epitel menanduk banyak dan terdapat leukosit

Diestrus leukosit Metestrus ada

: terdapat Lendir ,epitel berinti, epitel menanduk,

: Terdapat lendir, epitel berinti,leukosit . leukosit tidak

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.,2012., Definisi Fertilitas http://www.medterms.com. Diakses tanggal 01 Oktober 2012 pukul 12.30 WIB. Bowo., 2008., siklus estrus pada rattus norvegicu http://medicastore.com/penyakit/872/.htm. Diakses tanggal 2 Oktober 2012 pukul 02.00 WIB Ariyanti, eko., 2012., beda sperma normal dan abnormal http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/8792/Beda-Sperma-Normaldan-Abnormal. diakses tanggal 02 Oktober 2012 pukul 19.00 WIB Diana .,2012., Inggris mengklaim membuat sperma http://www.medicalera.com/arsip.php?thread=471ilmuwan diakses tanggal 03 Oktober 2012 pukul 08.43 WIB Donie,2012, Analisa spermatozoa mencit. www.scribd.com/doc/50327409/ diakses tanggal 03oktober 2012 pukul 09.00 WIB. Ners.,2011., sperma abnormal http://www.drdidispog.com/2010/03/teratozoospermia.html - ixzz1G39WJaBV diakses tanggal 03 Oktober 2012 Pukul 06.31 WIB Simatupang,beasty., 2012.,Peneliti Inggris Sukses Urutkan Sel Sperma Manusia http://rri.co.id/index.php/detailberita/detail/24655#.UGt_1qMqtkg diakses tanggal 03 Oktober 2012 Pukul 06.12 WIB Taw. 2008. Oviduct and Uterus Histology. http://www.siu.edu/~tw3a/utest.jpg. 6.34 Tanggal akses . 03 oktober 2012 pukul

Schill, wolf-bernhard et al., 2006. Andrology for the Clinician. Springer. Hlm 41. Valhalla., 2012., sperma

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/08/03/sperma-bergunasebagai-obat-jerawat-benarkah/ diakses tanggal 03 Oktober 2012 Pukul 07.49 WIB Wibisono, Herman., 2006. Evaluasi Infertilitas Pria Menuju Program FIV dalam Fertilisasi In Vitro dalam Praktek Klinik. Puspa Swara. Hlm 42. Widyawati. P. 2007. Struktur Reproduksi Wanita. http://209.85.175.104/search?q=cache:4QVV9MvOG vwJ:w ww.sch.id/pelajrn/b.........................................../tahuka h.htm+siklus+menstruasi+mamalia&hl=id&ct=clnk& cd=2&gl=id.Tanggal akses 03 Oktober 2012 pukul 07.34 WHO., 1999. WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm- Cervical Mucus Interaction. Fourth Edition. Cambridge University Press. Hlm 19-22. Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung\ Yulia Permata Sari,2012., faktor kesuburan Pria http://www.resep.web.id/seputar-sex/10-hal-berikut-sangat-mempengaruhikesuburan-pria.htm diakses tanggal 03 Oktober 2012 Pukul 06.43 WIB

Anda mungkin juga menyukai