Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Angka kebutaan dan gangguan penglihatan di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan prevalensi 1,5 persen dan tertinggi dibandingkan negaranegara Asia seperti India sebesar 0,7 persen dan Thailand 0,3 persen. Hasil Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan meningkat dari 1,2 persen pada tahun 1982 menjadi 1,5 persen. Diperkirakan sebanyak empat juta orang dewasa dan anak mengalami kebutaan di Indonesia dan hal tersebut memprihatinkan karena seharusnya 90 persen kebutaan dapat ditanggulangi dengan pencegahan atau pengobatan. Mata merupakan salah satu organ sensori dan persepsipada manusia. Mata adalah organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori ini terdiri dari kelopak mata dan appartus lakrimal, yang mana melindungi mata dan seperangkat otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata. Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang yang akan dilalui berkas sinar yang akan masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat lapisan koroid yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata.

1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana pengkajian pada system sensori persepsi : pengelihatan?

1.3 TUJUAN a. Untuk mengetahui anatomi mata b. Untuk mengetahui proses melihat c. Untuk mengetahui pengkajian pada mata d. Untuk mengetahui kelainan dan gangguan pada mata e. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada mata

1.4 MANFAAT Sebagai acuan dalam melakukan pengkajian pada mata Sebagai referensi dalam melakukan pemeriksaan fisik mata Menambah wawasan bagi pembaca

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI MATA Organ luar : Bulu mata Alis mata Kelopak mata

Organ dalam : Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah: Kornea Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya. Pupil dan Iris : dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata. Lensa mata Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan

meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.

Saraf optik : saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.

2.2 PROSES MELIHAT Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan. Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun bola matanya sehat.

2.3 PENGKAJIAN PADA MATA Pengkajian pada mata meliputi : 1) Pengkajian riwayat 2) Pemeriksaan fisik

Pengkajian riwayat a. Riwayat oftalmik PQRST (provokatif, qualitative, region, scale, time) Informasi yang harus didapat meliputi : Upaya keamanan dan alas an melakukan pemeriksaan mata Penggunaan obat mata Penggunaan alat bantu pengelihatan Keluhan : fotophobia, nyeri kepala, pusing, mata gatal, pengelihatan kabur, penurunan visus, pengelihatan dobel, penurunan lapang pandang dll. b. Riwayat medis Penyakit lain yang sering bermanifestasi pada mata : Hipertensi Diabetes mellitus Penggunaan obat-obatan mata tanpa resep Riwayat pembedahan mata

c. Riwayat psikososial Mencakup kondisi psikis saat terjadi perubahan visus atau gangguan pada mata System adaptasi yang digunakan Kaji kecemasan, harga diri, perubahan persepsi dan perasaan ketergantungan klien d. Riwayat social ekonomi Kebiasaan membaca Penggunaan computer Lingkungan pabrik dengan banyak asap

Papran sinar ultraviolet yang berlebih Pekerjaan

Pemeriksaan fisik mata Pemeriksaan fisik mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata apakah dalam keadaan normal atau tidak. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan a. Inspeksi kelopak mata, bentuk bola mata, konjungtiva, bandingkan mata kanan dan kiri bengkak : penyakit jantung, anemia, hipertiroid benjol (bengkak dengan batas tegas) : tumor ekstropion (kelopak mata melipat kearah luar),entropion (kelopak mata melipat kearah dalam) : tumorkelopak mata pseudoptosis (kelopak sulit terangkat) : edema ptosis ( kelopak mata jatuh) : sinilis benjolan merah di kelopak mata : hordeolumb. sklera, pupil

b. Inspeksi iris warna agak putih : atrofi (biasanya pada penderita DM,lansia ) warna kemerahan : iridisc.

c. Inspeksi kornea cincin abu-abu dipinggir luar : arkus sinilis edema kornea/keruh/menebal : infeksi kornea tampak lembek dan menonjol : keratomalasiad.

d. Inspeksi pupil dan lensa amati pupil : ukuran normal 3-5 mm amati lensa : - jernih: normal- keruh/warna putih : katarak

e. Inspeksi konjungtiva warna pucat : anemia warna kemerahan/pus : konjungtivitis/alergie.

f. Inspeksi gerakan mata

Ketika gerakan ekstraokuler sedang dikaji, mata di observasi bila ada nistagmus. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada gerakan mata yang tidak seirama. g. Pemeriksaan lapang pandang Pemeriksaan medan pengelihatan dapat menghasilkan informasi yang mengungkapkan lesi diseluruh susunan optikus, mulai dari nervus optikus, khiasma, traktus optikus, traktus genikulo-kalkarina pada tingkat lobus temporal, parietal dan oksipital. Tujuan dilakukan pemeriksaan lapang pandang yaitu untuk mengetahui batas

pengelihatan yang masih dapat dilihat oleh pasien. h. Pemeriksaan visus Ketajaman pengelihatan diekspresikan dalam rasio yang

membandingkan bagaimana seseorang dengan pengelihatan normal melihat dari jarak 20 kaki dengan yang dilihat klien dari jarak 20 kaki. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui ketajaman pengelihatan. i. Uji hitung jari Teknik uji hitung jari dilakukan apabila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar. Perawat dapat menentukan ketajaman dari

pengelihatan pasien dengan meletakkan jari didepan pasien dan meminta pasien menghitung jari. j. Uji pengelihatan warna Colour vision yang normal sangat penting untuk pekerjaan tertentu. Alat yang paling sering digunakan untuk menguji pengelihatan warna adalah isihara chart, yang berisi angka yang tersusun dari titik-titik warna, berada dalam lingkaran yang juga tersusun dari titik-titik warna. Tujuannya untuk mengetahui apakah pasien mengalami buta warna. k. Uji persepsi cahaya Teknik uji persepsi cahaya dilakukan pada pasien yang tidak dapat mendeteksi gerakan tangan.

2.4 KELAINAN DAN GANGGUAN PADA MATA 1) Factor keturunan Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan selsel kerucut mata untuk menangkap suatu spectrum tertentu akibat faktor genetis. Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa warna

oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita buta warna.

2) Kelainan pada akomodasi lensa mata Miopia Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.

Hipermetropi Hipermetropi atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Perbaikan penglihatan dapat dilakukan dengan memakai kacamata dengan lensa positif (cembung).

Presbiopi Presbiopi merupakan kelainan pada mata yang kita kenal dengan sebutan mata tua, di mana si penderita tidak dapat meliha benda dari jarak dekat dan dari jarak jauh maupun membaca tulisan dengan ukuran yang agak kecil seperti tulisan yang terdapat dalam koran atau majalah dengan jelas. Presbiopi

dapat diatasi dengan lensa ganda yang berisi lensa plus dan minus.

Astigmatisme Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.

3) Penyakit pada mata Katarak Katarak merupakan keadaan pengeruhan pada lensa mata. Sebab- sebabnya adalah diabetes melitus, sinar X, obat-obat kortison dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disembuhkan melalui operasi, dengan menanam lensa buatan di dalam bola mata. Trakhoma Trakhoma merupakan penyakit yang disebabkan terjadinya peradangan konjungktiva, yang diakibatkan karena infeksi virus. Apabila dibiarkan penyakit ini dapat menimbulkan kebutaan.

10

BAB III LANGKAH KERJA


Cara inspeksi mata 1) Amati bola mata terhadap adanya gerakan mata, lapang pandang, dan visus 2) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan cara sebagai berikut : a. Anjurkan pasien melihat ke depan b. Bandingkan mata kanan dan mata kiri c. Anjurkan pasien menutup kedua mata d. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian pinggir kelopak mata, catat setiap ada kelainan, misalnya adanya kemerah-merahan. e. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan ada/tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata. f. Perhatikan keluasaan mata atas, atau dalam membuka atau sewaktu mata membuka (ptosis) 3) Amati konjuntiva dan sclera sebagai berikut : a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan b. Amati konjungtiva untuk mengetahui ada/tidaknya kemerahmerahan , keadaan vaskularisasi, serta lokasinya. c. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan mengunakan ibu jari d. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal, misalnya anemis. e. Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara membuk/membalik kelopak mata atas dengan perawat berdiri di belakang pasien f. Amati warna sklera saat memriksa konjungtiva yang pada keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikterik.

11

4) Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil . kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut miosis, amat kecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yang melebar/dilatasi disebut midriasis.

Cara inspeksi gerakan mata a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan b. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secar spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambat bergerak ke satu arah, kemudian dengna cepat kembali keposisi semula. c. Bila ditemukan adany nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat atau lambat), amplitude (luas/sempit), dan durasi nya (hari.minggu). d. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan ata salah satu mengalami deviasi e. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30 cm.

f. Beri tahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan pertahankan posisi kepala pasien. Gerakkan jari anda kedelapan arah untuk mengetahui fungsi 6 otot mata

Cara inspeksi lapang pandang a. Berdiri di depan pasien b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata yang tidak diperiksa

12

c. Beri tahu pasien untuk melihat lurus kedepan dan menfokuskan pada satu titik pandang,, misalnya hidung anda d. Gerakan jari anda pada suatu garis vertical/dari samping, dekatkan ke mata pasien secara perlahan lahan e. Anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu mulai melihat jari anda f. Kaji mata sebelahnya.

Pemeriksan visus a. Siapkan kartu Snellen atau kartu yang lain untuk pasien dewsa atau kartu gambar untuk anak-anak. b. Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6 m dari kartu Snellen . c. Atur penerangan yang memadai sehingga kartu dapat di baca dengan jelas. d. Beri tahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu tangann. e. Pemeriksaan mata kanan dilakukan

dengan cara pasien disuruh membaca mulai dari huruf yang paling besar menuju huruf yang kecil dan catat tulisan terkhir yang masih dapat dibaca oleh pasien f. Selanjutnya lakukan pemeriksaan mata kiri.

13

Cara uji hitung jari a. Perawat berdiri sekitar 1 meter didepan pasien b. Perawat menyuruh pasien menutup mata kiri dan menunjukkan jari didepan mata pasien secara acak, misal 5, kemudian 2,4 dan 3 c. Pasien ditanya berapa jumlah jari yang terlihat d. Prosedur ini diulang minimal 5 kali e. Jika pasien dapat menjawab benar 3 dari 5 perintah ketajaman dicatat sebagai hitung jari jarak 1 meter atau jarak terjauh tempat pasien dapat menghitung jari f. Jika pasien dapat menghitung atau melihat jari pemeriksa dari jarak 6 meter, maka visus adalah 6/60, atau jarak 5 meter dengan visus 5/60 g. Prosedur tersebut kemudian diulang untuk mata yang lain

Cara menguji pengelihatan warna a. Perawat menyiapkan lingkungan yang terang b. Siapkan kartu isihara c. Instruksikan pasien untuk menyebutkan angka yang dibentuk dari titiktitik warna

Cara menguji persepsi cahaya a. Perawat memodifikasi lingkungan dan menempatkan pasien dalam kamar gelap b. Perawat berdiri sekitar sampai 1 meter didepan pasien c. Satu mata pasien ditutup d. Perawat mengarahakan sinar dari oftalmoskop indirect atau senter pada mata yang tidak ditutup selama 1 sampai 2 detik e. Pasien diinstruksikan untuk mengatakan hidup pada saat sinar diterima dan mati pada saat sinar padam f. Prosedur diulang minimal 5 kali. Jika pasien dapat menjawab benar 3 dari 5 perintah ketajaman pengelihatannya adalah LP (+) dan visus 1/-. Pasien yang tidak dapat mendeteksi stimulus tersebut dengan benar disebut dengan no light perception (NLP)

14

Cara palpasi mata Palpasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui takanan bola mata dan mengetahui adnya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang memerlukan keahlian khusus.

Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata a. Beri tahu pasien untuk duduk b. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata c. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata meninggi, mata teraba keras.

15

BAB IV PENUTUP
Pengkajian pada mata meliputi : 1) Pengkajian riwayat 2) Pemeriksaan fisik

Pengkajian Riwayat a. Riwayat oftalmik b. Riwayat medis c. Riwayat psikososial d. Riwayat social ekonomi

Pemeriksaan fisik a. Inspeksi kelopak mata, bentuk bola mata, konjungtiva, sklera, pupil bandingkan mata kanan dan kiri b. Inspeksi iris c. Inspeksi kornea d. Inspeksi pupil dan lensa e. Inspeksi konjungtiva f. Inspeksi gerakan mata g. Pemeriksaan lapang pandang h. Pemeriksaan visus i. Uji hitung jari j. Uji pengelihatan warna k. Uji persepsi cahaya

16

DAFTAR RUJUKAN
http://www.nyatanya.com/2012/03/angka-kebutaan-di-indonesia-tertinggi.html (online) diakses pada 2 Mei 2012 http://www.scribd.com/doc/77003113/Pengkajian-Pada-Sistem-Sensori-PersepsiMata-Dan-Telinga (online) diakses pada 2 Mei 2012 http://www.scribd.com/doc/53711697/27/Proses-penglihatan-pada-mata (online) diakses pada 2 Mei http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/35/kelainan-refraksi (online) diakses pada 2 Mei 2012 Muttaqien, Arif. 2010.pengkajian keperawatan.jakarta selatan: Salemba Medika

17

Anda mungkin juga menyukai