Anda di halaman 1dari 24

BAB I Konsep Dasar

1. Definisi Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakitpenyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805) Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO) 2. Agen Penyebab a) Neoplasma seperti : 1) Neoplasma bronkhogenik 2) Neoplasma metastasik b) Kardiovaskuler seperti : 1) Gagal jantung kongestif 2) Embolus pulmonar 3) Perikarditis c) Penyakit pada abdomen 1) Pankreatitis

2) Asites 3) Abses 4) Sindrom melgs d). Infeksi yang disebabkn bakteri seperti: 1) Virus 2) Jamur 3) Mikrobakterial 4) Parasit e) Trauma f). Lain-lain seperti: 1) Lupus erimatrosus sistemik 2) Reumathoid athritis 3) Sindrom nefrotik 4) Urema. 3. Patofisiologi

Mikroorganisme

Alveoli Akumulasi di jaringan pleura Inflamasi Paru Akibat masuknya organisme di dalam alveoli maka terjadi inflamasi pada Terbentuk pus / nanah paru-paru dan terbentuknya pus/nanah yang Permeablitas Kapiler meningkat berakibat pada

permeabilitas kapiler meningkat, kemudian terjadi tekanan di

Terjadi tekanan interstisial pleura

interstisinal pleura, dan cairan masu ke intestinum. di jaringan Terjadi pleura

akumulasi Cairan masuk ke intestinum

akibat adanya efusi.

4. Manifestasi Klinis Terjadi Efusi Gejala yang paling sering ditemukan, tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya adalah sesak napas dan nyeri dada. Gejala lain yang mungkin ditemukan : a. Batuk b. Cegukan c. Pernapasan cepat d. Nyeri perut 5. Komplikasi

Komplikasi pada efusi pleura adalah : a. Infeksi b. Fibrosis paru 6. Pemeriksaan Penunjang Ada 2 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu : a) Pemeriksaan fisik Pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas berkurang. b) Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan diagnostik berikut ini: (1) Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukan adanya cairan. (2) CT Scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairandan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor. (3) USG dada4 USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan. (4) Torakosentesis Penyebab dan jenis efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh dari torakosentesis. (5) Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. (6) Analisa cairan pleura

(7) Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menentukan sumber cairan yang terkumpul. 7. Penatalaksanaan Jika jumlah cairan sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairan banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul). Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (selang) dimasukkan kedalam ronga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini uga bias dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada. Diberikan antibiotik pada empyema, dan apabila nanahnya sangatkental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka dilakukan pembedahan (operatif) untuk memotong lapisan terluar dari pleura.

BAB II Askep Efusi Pleura


1. Pengkajian a. Aktivitas / istirahat Gejala :

Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat. b. Sirkulasi Tanda: 1) Takikardia 2) Frekwensi tak teratur / disritmia 3) S3 dan S4 / irama jantung gallop 4) Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung. udara pada mediastinum. 5) Tekanan darah : hipertensi / hipotensi c. Integritas ego Tanda : ketakutan / gelisah d. Makanan / cairan Tanda : adanya pemasangan I.V vena sentral / infus tekanan. e. Nyeri / kenyamanan Gejala : 1) Nyeri dada unilateral, meingkat karena pernapasan, batuk. 2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pnemotorak spontan). 3) Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleura). Tanda:

1) Berhati-hati pada area yang sakit 2) Prilaku distraksi 3) Mengkerutkan wajah f. Pernapasan Gejala: 1) Kesulitan bernapas, lapar napas 2) Batuk 3) Riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru(empyema / efusi), keganasan (misal : obstruksi tumor) a) Pneumotorak spontan sebelumnya. Tanda : 1) Pernapasan : peningkatan frekwensi / takipnea 2) Peningkatan kerja napas, penurunan otot eksesori, pernapasan dada, refreksi interkostal, ekspansi abdominalis kuat. 3) Bunyi napas menurun atau tidak ada. 4) Fremitus menurun 5) Perkusi dada ditemukan : hipersonan, bunyi pekak di antara atau di atas area yang terisi cairan.

6) Observas dan palpasi dada: penurunan pengembangan torak (area yang sakit) 7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat. 8) Mental : ansietas, gelisah, bingung. b) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP. g. Keamanan Gejala : adanya trauma dada, radiasi, kemotrapi untuk keganasan. h. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas i. Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Riwayat faktor reiko keluarga, tuberkulosis kanker, adanya bedah intra torakal / biopsi paru, bukti kegagalan membaik 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual / potensial.Adapun diagnosa keperawatan pada efusi pleura adalah sebagai berikut: 1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura 2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi 3) Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam 5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan 6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum. 7) Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya. 3. Perencanaan Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura Batasan Karakteristik : Subjektif Batuk produktif menetap, napas cepat, dispnea Objektif Rales AGD menunjukkan hasil tidak normal Perubahan gerakan dada

Penurunan kapasitas vital Fase ekspirasi yang lama Pnenggunaan obat-obatan untuk bernapas Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi Kriteria Evaluasi : : Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif. Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi
Mandiri :

Rasionalisasi

Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh situsi nyeri pada saat bernapas, 1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal keletihan dan depresi dengan periode keletihsn atau depresi pernapasan yang optimal Meningkatkan kemampuan ekspanai paru, jiak klien dalam posisi duduk 2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan kemampuan ekspansi paru akan suatu aturan untuk turun dari meningkat. tempat tidur, duduk di kursi beberapa kali sehari Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu 3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi Membantu drainase postural, pernapasan akan menungkat mencegah depresi jaringan paru/dada denagn aktivitas untuk Pernapasan 4. Bantu respon setiap 8 jam jika Meningkatkan ekspansi paru dan mungkin asupan oksigen ke paru dan system peredaran darah 5. Dorong klien untuk melakukan napas

dalam dan latihan batuk efektif Mengevaluasi kondisi yang mungkin lima kali setiap jam dapat memperburuk ventilasi dan perfusi jaringan. 6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam Hal tersebut merupakan tanda awal 7. Konsul dokter jika gejala-gejala terjadinya komplikasi. pernapasan yg ada bertambah berat. Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat Kolaborasi : dikeluarkan pada saat batuk. 8. Berikan ekspektoran sesuai dengan Pemberian oksigen tambahan dapat anjuran dan evaluasi menurunkan kerja pernapasan dgn keefektifannya. menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun 9. Berikan oksigen tambahan sesuai konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt dengan anjuran, sesuaikan dialirkan melalui masker oksigen, hal kecepatan aliran dengan hasil AGD. tsb seringkali mencetuskan perasaan Jika sudah digunakan masker terancam bagi pasien, khususnya pada oksigen namun pasien bertambah pasien dengan distres pernapasan gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan Ahli terapi pernapasan adalah kanula nasal. spesialis dalam perawatan pernapasan

dan biasanya dilakukan sesuai dengan 10. Konsul ke bagian terapi pernapasan hasil pemeriksaan fungsi paru dan dan dokter, untuk pengobatan fasilitas pengobatan yg ada tambahan dengan aerosol jika gagal napas terjadi diantara jadwal pengobatan. Diagnosa Keperawatan 2 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi Batasan Karakteristik : Subjektif Sesak napas (Dispnea), napas pendek

Objektif Perubahan gerakan dada Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi Penuruan ventilasi semenit Ortopnea Napas cuping hidung Penurunan kapasitas vital Fase ekspirasi yang lama Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Menignkatkan / mempertahankan ekspansi paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat. Kriteria Evaluasi : : Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak terjadi nyeri. Intervensi dan Rasionalisasi Rasionalisasi Mandiri : pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada 1. Identifikasi etiologi / faktor yang tepat dan memilih tindakan pencetus, contoh kolaps spontan, terpeutik lain. trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik. distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai 2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat akibat stress fisiologis dan nyeri atau kecepatan / pernapasan Intervensi

lapar dapat menunjukkan terjadinya syok sianosis, kesulitan bernapas dengan ventilator dan / atau peningkatan tekanan jalan 3. Awasi kesesuaian pola pernapasan napas diduga memburuknya kondisi bila menggunakan ventilasi komplikasi (misalnya rupture spontan mekanik. Catat perubahan tekanan dari bleb, terjadinya pneumotorak) udara. botol penampung bertindak sebagai 4. Awasi pasang-surutnya air manometer intra pleural ( ukuran penampung. Catat apakah tekanan intrapleural);sehingga perubahan menetap atau fluktuasi ( pasang surut ) menunjukan sementara. perbedaan tekananantara inspirasi dan ekspirasi. 5. Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil posisi tak tepat ataupengumpulan selang ekstra di tempat tidur, bekuan / cairan pada selang mengubah yakinkan selang tidak terlipat atau tekanan negativyang diinginkan dan menggantung di bawah saluran membuat evakuasi udara / cairan. masuknya ke wadah drainase. Alirkan akumulasi drainase bila berguna dalammengevaluasi perbaikan kondisi / terjadinya komplikasi / perlu. perdarahanyang memerlukan upaya 6. Catat karakter / jumlah selang intervensi. dada. mengkaji status pertukaran gas dan 7. Awasi/gambarkan seri GDA dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau nadi oksimetri. Kaji kapasitas gangguan dalam terapi. vital/pengukuran volume tidal. Memungkinkan pernapasan terkontrol 8. Ajarkan napas dalam efektif 9. Latih individu bernapas berlahan Meningkatkan pernapasan efektif dan efektif mengawasi kemajuan perbaikan Kolaborasi : hemotorak / pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifiasi 1. Kaji seri foto torak. kesalahan posisi selang endotrakeal mempengaruhi inflasi paru. 2. Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi Ahli terapi pernapasan adalah gagal bernapas dalam proses spesialis dalam perawatan pernapasan pengobatan

serak,dispnea, keluhan udara terjadinya perubahan tanda vital.

dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada Diagnosa Keperawatan 3 Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura Batasan Karakteristik : Subjektif Mengeluh nyeri pada saat bernapas Objektif Gerakan menghindari nyeri Perubahan napsu makan Suhu tubuh meningkat kultur sputum positif. Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri. Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal. Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi Mandiri : 1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam 2. Amati kultur sputum

Rasionalisasi Untuk mengidentifikasi kemajuankemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi

Untuk mengidentifikasi kemajuankemajuan yang terjadi maupun 3. Berikan tindakan untuk memberikan penyimpangan yang terjadi rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti Tindakan tersebut akan meningkatkan alat tenun yg kering setelah relaksasi. Pelembab membantu diaforesis, memberi minim hangat, mencegah kekeringan dan pecahlingkungan yg tenang dgn cahaya yg pecah di mulut dan bibir. redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada Mandi dgn air dingin dan selimut yg kulit dan bibir. tdk terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara 4. Lakukan tindakan-tindakan untuk konduksi dan evaporasi (penguapan). mengurangi demam seperti : Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme. - Mandi air hangat - Kompres air hangat - Selimut yg tidak terlalu tebal - Tingkatkan masukan cairan Kolaborasi : 1. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk. 2. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya. Diagnosa Keperawatan 4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif Hal tersebut merupakan berkembagnya komplikasi. tanda

Batasan Karakteristik : Subjektif Mengeluh lemah dan lesu Objektif Mengatakan anoreksia makan kurang 40% dari yg seharusnya penurunan berat badan. . Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Kriteria Evaluasi : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan nyaman. Intervensi dan Rasionalisasi Intervensi Mandiri : 1. Pantau : persentase jumlah makanan yg Raionalisasi Untuk mengidentifikasi kemajuankemajuan atau penyimpangan sasaran yg diharapkan. Bau yg tidak menyenangkan dapat

dikonsumsi setiap kali makan. - timbang BB setiap hari - Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.

mempengaruhi nafsu makan Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme. Masukan nutrisi yg adekuat, vitamin, mineral dan kaloriuntuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.

2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam Makanan porsi sedikit tapi sering jika sputum tercium bau busuk. memerlukan lebih sedikit energi. Pertahankan kesegaran ruangan. Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal 3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi nutrisi yg dpt membantu pasien makanan TKTP. memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan 4. Berikan makanan dengan porsi nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, sedikit tapi sering yg mudah usia, TB & BB. Kebanyakan pasien dikunyah jika ada sesak napas lebih suka mengkonsumsi makanan yg berat. merupakan pilihan sendiri. Kolaborasi : 1. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit Diagnosa Keperawatan 5 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan Batasan Karakteristik : Subjektif Gelisah Cemas

Takut Marah Menyesal Dispnea Objektif Kontak mata yang buruk Gelisah Ketakutan Gembira berlebihan GemetarTujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan Kriteria Evaluasi : Peningkatan pengetahuan pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan, meningkatkan rasa nyaman serta mengurangi dispnea Intervensi dan Rasionalisasi Intervensi Rasionalisasi

Mandiri :

Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk 1. Jeladkan tujuan pengobatan pada memperoleh kontrol pasien Pengontrolan dispnea melalui 2. Ajarkan tindakan yang dapat pengontro;am seimbang, istirahat mengontrol dispnea cukup dan aktivitas dapat ditoleransi 3. Kaji patologi masalah individu. Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika 4. Kaji ulang tanda / gejala yang pengetahuan dasar untuk pemahaman memerlukan evaluasi medik kondisi dinamik dan pe R cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut. berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk 5. Kaji ulang praktik kesehatan yang mencegah / menurunkan potensial baik, istirahat. komplikasi.ntingya Intervensi te Kolaborasi :

mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat 1. Identifikasi kemungkinan kambuh / mencegah kekambuhan.rapeutik. komplikasi jangka panjang penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain itu klien sehat yang menderita pneumotorak spontan, insiden kambuh 10%-50%. Orang yang mempunyai episode spontan kedua beresiko tinggi untuk insiden ketiga

Diagnosa Keperawatan 6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.

Batasan Karakteristik : Subjektif Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga Melaporkan Keletihan atau kelemehan Objektif Denyut jantung dan tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukan aritma atau iskema Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya Kriteria Evaluasi : -Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan tubuh, penghematan energi,dan perawatan diri -Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara realistis -Menampilkan aktivita sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi -Mengurangidispnea Intervensi dan Rasionalisasi Intervensi Rasionalisasi

Mandiri :

Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi 1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang pembuluh garah dan peningkatan dapat meningkatkan kebutuhan beban jantung oksigen Mencegah penggunaan energi 2. Anjurkan program hemat energi berlebihsn 3. Buat jadwal aktifitas harian, Mempertahankan pernapasan lambat tingkatkan secara bertahap dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan 4. Ajarkan teknik napas efektif kemampuan otot bantu pernapasan 5. Pertahankan tambahan Kaji respon beraktivitas terapi oksigen Meningkatkan oksigenasi mengorbankan banyak energi tanpa

6.

setelah Mempertahankan, memperbaikidan meningkatkan konsentrasi oksigen darah 7. Beri waktu istirahat yang cukup Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat Meningkatkan daya mencegah keletihan tahan pasien,

abdomen

Diagnosa Keperawatan 7 Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya. Batasan Karakteristik : Subjektif

Cemas, takut (mengatakan dampak trauma akibat penyakit tersebut atau cidera) Nyeri pada daerah yang dipasang kateter Objektif Gelisah, tidak nyaman, ansietas, Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) : Tidak terjadi trauma Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi dampak atau akibat lebih lanjut akibat penyakit dan cidera yang dialami; adanya pengendalian resiko Intervensi dan Rasionalisasi Rasionalisasi Mandiri : Memberikan informasi tentang bagaimana sistem bekerja 1. Kaji dengan klien tujuan / fungsi memberikan keyakinan, menurunkan unit drainase dada, catat ansietas klien. gambaran keamanan. mencegah terlepasnya kateter dada 2. Pasangkan kateter torak ke dinding atau selang terlipat dan menurunkan dada dan berikan panjang selang nyeri / ketidaknyamanan sehubungan ekstra sebelum memindahkan atau dengan penarikan atau menggerakkan mengubah posisi klien.(kolaborasi) selang. 3. Amankan sisi sambungan selang. mencegah terlepasnya selang. Intervensi

4. Beri bantalan pada sisi dengan kasa Melindungi kulit dari iritasi / tekanan. / plester. Mempertahankan posisi duduk tinggi 5. Amankan unit drainase pada tempat dan menurunkan resiko kecelakaan tidur klien atau pada sangkutan / jatuh / unit pecah. tempat tertentu pada area

Meningkatkan kontinuitas evakuasi optimalcairan / udara selama 6. Berikan transportasi aman bila klien pemindahahan. dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik. memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit. 7. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya Menurunkan resiko obstruksi drainase / karakteristik drainase dari / terlepas selang. sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa penutup steril sesuai Menghindari terjadinya truma dan komplikasi kebutuhan. 8. Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang. Kolaborasi : 9. Rujuk dengan dokter apabila terlihat gejala-gejala penting BAB III

dengan lalu lintas rendah.

Kesimpulan - Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakitpenyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805) - Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO) - Dimana konsep dasar terdiri dari : Definisi, Agen Penyebab, Patofisiologis, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, dan Penatalaksanaan - Dan Asuhan Keperawatan secara teoritis terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


- Boughman, Diane C, (Alih Bahasa oleh Yasmin Asih) . 2000. Keperawatan Medikal-

Bedah ; Buku Saku untuk brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC Penerbit buku
Kedokteran. - Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. - Tlerney Lawrence M.dkk. 2002. Diagnosa Dan Terapi Kedokteran. Jakarta Salemba Medika - Nursalam . 2001 . Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pearce, Evelyn C (2002). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia. - Tamsuri, Anas.2004. Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran. - Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.

0 komentar: Posting Lebih Baru Posting Lama

Anda mungkin juga menyukai