Anda di halaman 1dari 19

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi kemampuan berpikir rasional seseorang.

Respon kognitif yang ditimbulkan berbeda, tergantung pada bagian yang mengalami gangguan. Perubahan dalam perilaku juga akan terjadi. Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses berpikir,sedangkan pada demensia akan mengalami respon kognitif yang mal-adaptif. Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih lanjut tentang Gangguan kognitif dan mental organic pada pasien. Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara umum tentang informasi penting pasien dengan gangguan kognitif, sehingga dapat membantu para praktisi medis dalam penatalaksanaan penyakit gangguan kognitif yang diaplikasikan dalam hal : - Pengkajian - Penegakan diagnosa - Intervensi - Implementasi - Evaluasi. Pemberian informasi yang maksimal dapat membantu pasien untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang akan terjadi. GANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK 1. I. Definisi : Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan1) Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak . II. Fungsi Otak : 1. Lobus Frontalis

Pada bagian lobus ini berfungsi untuk : - Proses belajar - Abstraksi - Alasan 1. Lobus Temporal Secara umum berfungsi untuk : - Diskriminasi bunyi - Prilaku verbal - Bicara 1. Lobus Parietal Berfungsi untuk : - Diskriminasi waktu - Fungsi somatik - Fungsi motorik 1. Lobus Oksipitalis Berfungsi untuk : - Diskriminasi visual - Diskriminasi beberapa aspek memori 1. Sisitim Limbik Hal ini akan berpengaruh pada fungsi : - Perhatian - Flight of idea - Memori

- Daya ingat Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu : 1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : - Kemampuan memecahkan masalah berkurang - Hilang rasa sosial dan moral - Impilsif - Regresi 2. gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sebagai berikut: - Amnesia - Demensia 3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi 4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang - Gangguan daya ingat - Memori - Disorientasi RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :2) Respon Adaptif Respon Maladaptif - Decisiveness indecisiveness - Memori baik - Orientasi penuh -Pelupa - Kerusakan memori Periodic keputusan - Tidak mampu membuat gejala yang hampir

bervariasi antara lain :

- Persepsi akurat - Perhatian terfokus - Koheren - Berfikir logis - Kadang-kadang pikiran tidak jernih BAB II.

- Kadang-kadang bingung - Ragu - Mispersepsi - Pikiran kacau

- Kerusakan penilaian - Disorientasi - Mispersepsi - Perhatian tidak fokus

- Sulit memberikan alasan yang logis

PENGKAJIAN KHUSUS. 1. II. 1 .Definisi Gangguan kognitif dapat menyebabkan gangguan perilaku,antara lain dapat berupa delirium maupun demensia. Pada kasus refrat ini saya akan membahas lebih dalam pada gangguan kognitif yaitu delirium. Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan kognitif akut (defisit memori,disorientasi,gangguan berbahasa) dan gangguaan pada sistem kesadaran manusia. Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral yang reversible,akut dan bermanifestasi klinis pada abnormalitas neuropsikiatri. Delirium sering salah diintrepretasikan dengan demensia,depresi,mania, schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal ini dapat terjadi karena gejala dan tanda dari delirium juga muncul pada demensia,depresi,mania,psikosis dll. Kata delirium berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai delirium tremens,kemudian Wernicke menyebutnya sebagai Encephalopathy Wernicke.3) 1. II. 2. Patofisiologi Berdasarkan pada bangkitan, terdapat 3 tipe delirium.3) 1. Delirium hiperaktif : didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain; alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD. 2. Delirium hipoaktif : didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan hipercapnia.

3. Delirium campuran : pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap. Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Neuropatologi dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel neurotransmiter.3) 1. a. Asetilkolin data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung,pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini. Pada pasien post operatif delirium serum antikolinergik juga meningkat. 1. b. Dopamine Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat dopamine. 1. c. Neurotransmitter lainnya Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati hepatikum. GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan hepatic encephalopati,peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine (kedua asam amino ini merupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol. 1. d. Mekanisme peradangan/inflamasi Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-6,dapat menyebabkan delirium. Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik,bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium,terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin 6. 1. e. Mekanisme reaksi stress Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium. 1. f. Mekanisme struktural

Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang mendukung hipotesis bahwa jalur anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya. Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium. Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan delirium,mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro toksik dan sel-sel peradangan (sitokin) untuk menembus otak. II. 3. DIAGNOSTIK Kriteria diagnostik untuk delirium :4) 1. Gangguan kesadaran Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar ,dengan penurunan kemampuan untuk fokus,mempertahankan atau mengganti perhatian. 1. Perubahan kognitif ( defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa ) 2. Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat 3. Bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung atau akibat kondisi medis yang umum. II. 4. Onset/ level fluktuasi dari kesadaran Delirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan fluktuatif pada kognitif termasuk memori,berbahasa dan organisasi.4) 1. Gangguan atensi Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka mudah melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan instruksi dan pertanyaan untuk diulang berkali-kali. Metode untuk mengidentifikasi gangguan atensi yaitu dengan menyuruh pasien menghitung angka terbalik dari 100 dengan kelipatan 7. 1. Gangguan memori dan disorientasi Defisit memori, hal yang sering jelas terlihat pada pasien delirium. Disorientasi waktu,tempat dan situasi juga sering didapatkan pada delirium. 1. Agitasi Pasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari disorientasi dan kebingungan yang mereka alami. Sebagai contoh; pasien yang disorientasi menggangap mereka dirumah

meskipun ada dirumah sakit,sehingga staff rumah sakit dianggap sebagai orang asing yang menerobos kerumahnya. D. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawal. Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan withdrawal. Mereka dapat terlihat depresi,penurunan nafsu makan,penurunan motivasi dan gangguan pola tidur. 1. Gangguan tidur. Pada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi bangun pada waktu malam hari. Pola ini digabungkan dengan disorientasi,kebingungan dapat menimbulkan situasi yang berbahaya pada pasien yang resikonya dapat jatuh dari tempat tidur,menarik kateter atau iv dan pipa nasogastric. 1. Emosi yang labil Delirium dapat menyebabkan emosi pasien yang labil seperti gelisah,sedih,menangis dan kadang kadang gembira yang berlebih. Emosi ini dapat muncul bersamaan ketika seseorang mengalami delirium. G. Gangguan persepsi Terjadi halusinasi visual dan auditori H. Tanda tanda neurologis Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain : tremor gait, asterixis mioklonus,paratonia dari otot terutama leher,sulit untuk menulis dan membaca dan gangguan visual. II. 5. Gejala delirium Gejala-gejala utama dari delirium :4)

Kesadaran yang terganggu Kesulitan untuk mempertahankan atau mengubah perhatian Disorientasi Ilusi Halusinasi Kesadaran yang berubah fluktuasi

Gejala gejala neurogikal:


Disfasia Disarthria

Tremor Asterixis pada encephalopati hepatikum dan uremia Abnormalitas pada motorik

II. 6. Perbedaan antara delirium dan demensia.2) Delirium Biasanya tiba-tiba Biasanya singkat/ < 1 bulan Demensia Biasanya perlahan biasanya lama danprogressif. Paling banyak dijumpai pada usia > 65 th. Hipertensi, hipotensi,anemia. Racun, defisit vitamin, tumor atropi jaringan otak Hilang daya ingat- Kerusakan penilaian - Perhatian menurun - Gelisah - Perilaku sosial tidak sesuai - Agitasi - Afek labil - Ilusi - Gelisah - Halusinasi - Agitasi - Pikiran tidak teratur -Gangguan penilaian dan pengambilan keputusan - Afek labil DELIRIUM MNEMONICS (suatu rangkaian kata yang dapat dipakai untuk membedakan diagnosis delirium): 4) I WATCH DEATH Infection Withdrawal : : HIV,sepsis,pneumonia alcohol, barbiturate, hipnotik-sedatif

Onset Lama

Stressor

Racun, infeksi, trauma,Hipertermia

Perilaku

Fluktuasi tingkat kesadaranDisorientasi

Acute metabolic

asidosis,alkalosis,gangguan elektrolit, ga-

Gal hepar, gagal ginjal Trauma : luka kepala tertutup,heat stroke,postoperative,

Subdural hematoma,abses et causa terbakar CNS patologis : infeksi,stroke,tumor, metastasis,vaskulitis,

Encephalitis, meningitis,sifilis Hipoksia : anemia,keracunan gas CO, hipotensi, gagal pulmoner atau gagal jantung. vitamin B12, folat, niacin, thiamine hiper/hipoadenokortism,hiper/hipoglikemi,mix-

Defisiensi Endorinopati

: :

Udem, hiperparatiroidism. Acute vaskuler Shock Toxin atau obat Bahaya Heavy metals : mangan,air raksa,timah hitam : obat yang diresepkan,pestisida,pelarut ber: hipertensif encephalopati,stroke,arrhythmia,

II. 7.faktor resiko delirium. Faktor resiko delirium dapat dibagi menjadi 2 yaitu:5)

Pasien dengan karakteristik Pasien dengan kondisi medis Pasien dengan kharakteristik antara lain :

Orang tua yang masuk rumah sakit Sakit stadium terminal Anak kecil

Gangguan tidur Pasien dengan pengobatan multi drugs Gangguan sensori (pendengaran atau visual)

Pasien dengan kondisi medis antara lain :

Demensia Status postoperasi (jantung,transplantasi,panggul) Luka bakar Gejala putus terhadap alcohol maupun obat Malnutrisi Penyakit hati kronis Pasien dengan hemodialisis Penyakit Parkinson Infeksi HIV Status post stroke II. 8. Penyebab /etiologi delirium hampir semua penyakit medis,intoksikasi atau medikasi dapat menyebabkan delirium. Seringkali delirium merupakan multifaktorial dalam etiologinya. Dibawah ini merupakan multifaktorial etiologi :6)

Penyebab reversible antara lain : Hipoksia Hipoglikemia Hipertermia Antikolinergik delirium Putus alcohol atau sedative Perubahan structural :

1. 2. 3. 4. 5.

1. Trauma tertutup kepala atau perdarahan cerebral

2. Kecelakaan cerebrovaskular antara lain : infark cerebri,perdarahan subarachnoid,hipertensif encephalopathy 3. Tumor kepala primer maupun metastase 4. Abses otak

Akibat metabolic Gangguan air dan elektrolit, gangguan asam basa,hipoksia Hipoglikemia Gagal ginjal atau gagal hati Defisiensi vitamin terutama Thiamine dan cyanocobalamin Endokrinopati terutama berhubungan dengan tiroid dan paratiroid Keadaan hipoperfusi : Shock CHF (Congestif heart failure) Cardiac aritmia Anemia Infeksi : Infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis Ensephalitis Infeksi otak yang berhubungan dengan HIV Septicemia Pneumonia URTI (urinaria tractus infection ) Toksik :8)

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. Intoksikasi substansi illegal : alkohol,heroin,ganja,LSD 2. Delirium yang dipicu oleh obat antara lain : Antikolinergik(Benadryl,tricyclic antidepressant) Narkotik (meperidine) Hipnotik sedative (benzodiazepine) Histamine-2 bloker (cimetidine) Kortikosteroid Antihipertensif ( methyldopa,reserpine)

Antiparkinson (levodopa)

Penyebab lainnya :

1. Lingkungan yang tidak nyaman bagi pasien demensia menjadi pencetus delirium 2. Retensio urin, gangguan tidur, perubahan lingkungan II. 9. Tata laksana.6) Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk mengkoreksi kondisi medis yang menyebabkan gangguan-gangguan utama. Langkah pertama pada tata laksana pasien dengan delirium adalah melakukan pemeriksaan yang hati hati terhadap riwayat penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi dari pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun status penderita sekarang sangat membantu para praktisi medis untuk melakukan tata laksana yang baik untuk mengobati delirium. Anamnesa terbaik dari pasien delirium dapat menyingkirkan differensial diagnose lain terutama hasil laboratorium juga dapat memperjelas etiologi dari delirium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain :6) 1. Darah rutin ; untuk mendiagnosa infeksi dan anemia 2. Elektrolit ; untuk mendiagnosa low atau high elektrolit level 3. Glukosa ; untuk mendiagnosa hipoglikemi,ketoasidosis diabetikum, atau keadaan hiperosmolar non ketotic 4. Test hati dan ginjal ; untuk mendiagnosa gagal ginjal atau hati 5. Analisis urine ; untuk mendiagnosa URTI 6. Test penggunaan pada urin dan darah 7. HIV test 8. Thiamine dan vit B12 level 9. Sedimentasi urine 1. test fungsi tiroid Test neuroimaging :9) 1. CT Scan kepala 2. MRI berfungsi untuk mendiagnosa dari stroke,perdarahan, dan lesi structural Pemeriksaan elektrofisiologi:9) 1. Pada delirium,umumnya perlambatan pada ritme dominan posterior dan peningkatan aktifitas gelombang lambat pada hasil pencatatan EEG. 2. Pada delirium akibat putus obat/alcohol, didapatkan peningkatan aktifitas gelombang cepat pada pencatatan. 3. Pada pasien dengan hepatic encephalopati, didapatkan peningkatan gelombang difuse.

4. Pada toksisitas atau gangguan metabolik didapatkan pola gelombang triphasic, pada epilepsy didapatkan gelombang continuous discharge, pada lesi fokal didapatkan gelombang delta. Foto radiologi dada :9) Digunakan untuk melihat apakah terdapat pneumonia atau CHF ( congestive heart failure). Test lainnya antara lain :10) 1. Pungksi lumbal, dilakukan apabila curiga terdapat infeksi susunan saraf pusat 2. Pulse oximetry, dilakukan untuk mendiagnosa hipoksia sebagai penyebab delirium 3. ECG ( elektrokardiogram) dilakukan untuk mendiagnosa iskemia dan arrhythmia sebagai penyebab delirium. II. 10. Terapi medis5) Prinsip terapi pada pasien dengan delirium yaitu mengobati gejala gejala klinis yang timbul (medikasi) dan melakukan intervensi personal dan lingkungan terhadap pasien agar timbul fungsi kognitif yang optimal. Medikasi yang dapat diberikan antara lain : 1. 1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine) Haloperidol (haldol) Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi. Salah satu antipsikosis efektif untuk delirium. DOSIS : Dewasa : gejala ringan ; 0,5-2 mg per oral

Gejala berat ; 3-5 mg per oral Geriatric ; 0,5- 2 mg per oral Anak : 3-12 tahun ; 0,05mg/kg bb/hari

6-12 tahun ; 0,15mg/kg bb/hari Risperidone (risperdal) Antipsikotik golongan terbaru dengan efek ekstrapiramidal lebih sedikit dibandingkan dengan haldol. Mengikat reseptor dopamineD2 dengan afinitas 20 kali lebih rendah daripada 5-ht2reseptor.

DOSIS : Dewasa : 0,5-2 mg per oral

Geriatric ; 0,5 mg per oral 1. 2. Short acting sedative ( lorazepam ) Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau alcohol. Tidak digunakan benzodiazepine karena dapat mendepresi nafas, terutama pada pasien dengan usia tua,pasien dengan masalah paru. DOSIS : Dewasa : 0,5-2 mg per oral/iv/im

1. 3. Vitamin ,thiamine(thiamilate) dan cyanocobalamine (nascobal,cyomin,crystamine).11) Seperti telah diungkapkan diatas bahwa defisiensi vitamin b6 dan vitamin b12 dapat menyebabkan delirium maka untuk mencegahnya maka diberikan preparat vitamin b per oral. DOSIS : Dewasa : 100 mg per iv (thiamilate)

100 mcg per oral/hari (nascobal,cyomin,crystamine) Anak : 50 mg per iv (thiamilate)

10-50 mcg per im/hari (nascobal,cyomin,crystamine) 1. 4. Terapi cairan dan nutrisi. Intervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium juga sangat berguna untuk membina hubungan yang erat terhadap pasien dengan lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi serta dapat mempermudah pasien untuk melakukan ADL (activity of daily living) sendirinya tanpa tergantung orang lain.12) Intervensi personal yang dapat dilakukan antara lain :13) a. Kebutuhan Fisiologis - Prioritas : menjaga keselamatan hidup - Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan

- Jika pasien sangat gelisah perlu : Pengikatan untuk menjaga therapi, tapi sedapat mungkin harus dipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri - Gangguan tidur : * Kolaborasi pemberian obat tidur * Gosok punggung apabila pasien mengalami sulit tidur * Beri susu hangat * Berbicara lembut * Libatkan keluarga * Temani menjelang tidur * Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur * Hindari tidur diluar jam tidur * Mandi sore dengan air hanngat * Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll * Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam - Disorientasi : * Ruangan yang terang * Buat jam, kalender dalam ruangan *Lakukan kunjungan sesering mungkin * Orientasikan pada situasi linkumngan * Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar * Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur, lemari, photo keluarga, pakaian, sandal ,dll)

*Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa *Ikutkan dalam terapi aktifitas kelompok dengan program orientasi (orang, tempat, waktu). b. Halusinasi - Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri - Ruangan : * Hindari dari benda-benda berbahaya * Barang-barang seminimal mungkin - Perawatan 1 1 dengan pengawasan yang ketat - Orientasikan pada realita - Dukungan dan peran serta keluarga - Maksimalkan rasa aman - Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten) c. Komunikasi - Pesan jelas - Sederhana - Singkat dan beri pilihan terbatas d. Pendidikan kesehatan - Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan sebelumnya - Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang : * Masalah pasien * Stressor

* Pengobatan * Rencana perawatan * Usaha pencegahan * Rencana perawatan dirumah - Penjelasan diulang beberapa kali - Beri petunjuk lisan dan tertulis - Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan. A Picture of ICU Delirium (foto deskripsi seorang pasien delirium di intensive care unit ) 14) Tulisan untuk gambar diatas : aku perlahan-lahan bangun pada ICU setelah operasi dan mencoba untuk membuka mataku dan menggerakkan tangan kananku. Tetapi hey? Perasaan aneh apa yang terdapat pada tanganku? Aku mengangkat kepalaku dan melihat beberapa mahluk kecil merayap pada kasurku dan tanganku. Aku mencoba untuk berteriak kepada perawat : SUSTER,SUSTER!! Tolong aku untuk bangun dari tempat tidur. Aku berjuang dan berjuang untuk memanggil namun tidak satupun yang dating. Tidak ada seorang pun yang sepertinya mendengar teriakanku, aku merasa sendiri. Akhirnya seseorang dating. Dia tertawa kepadaku dan saya mencoba untuk melihatnya lebih dekat. Dia mendekat dan saya melihat sesuatu melingkar di lehernya. Apa itu ? itu merayap dan makin besar dan membesar! Apa..apakah itu ular? Tidak, itu tidak mungkin,tetapi saya dapat melihatnya bergerak! Ini tidak baik! Bagaimanakah saya dapat keluar dari sini? Perawat berkata kepada seseorang yang tidak dapat saya lihat. Mereka mentertawakan dan membuatku malu, apakah mereka mentertawakan saya ? saya harap seseorang datang dan menolong saya untuk keluar dari tempat mengerikan ini. Sekarang saya dapat melihat dengan siapakah perawat itu bicara. Apakah orang ini datang untuk menolong saya? Saya mencoba melihatnya lebih dekat, dan kelihatanya dia berbulu dan aneh. Dia mirip seperti seseorang.ataukah seekor hewan? Oh ,tidak dia membuka mulutnya dan mengaum seperti singa! Saya sangat takut,apakah tidak ada seseorang pun yang dapat menolongku ?. Text disadur asli dari Peter Spronk MD, Netherlands BAB III. KESIMPULAN Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang

timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik. Pada delirium gangguan fungsi kognitif harus dapat diidentifikasi dengan gangguan psikiatri yang lainnya, antara lain dengan demensia ,psikosis, depresi dikarenakan karena pada delirium dan gangguan psikiatri lainnya terdapat gejala gejala yang hampir mirip. Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien. Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien. Teknik teknik penatalaksanaan juga diharapkan dapat membantu untuk mendiagnosis secara tepat dan akurat disamping itu penatalaksanaan yang baik dapat meliputi hasil antara lain, Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal,Menjaga keselamatan hidup,pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial disamping itu diperlukan juga untuk meliibatkan keluarga dalam menyampaikan Pendidikan kesehatan mental. DAFTAR PUSTAKA 1. ( Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612). 2. Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi dan Demensia.St.louis : Mosby year book 3. White S. The neuropathogenesis of delirium. Rev Clin Gerontol. 2002;12:62-67. 4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000. 5. American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of patients with delirium. Am J Psychiatry. May 1999;156(5 Suppl):1-20. [Medline] 6. Inouye SK, van Dyck CH, Alessi CA, Balkin S, Siegal AP, Horwitz RI. Clarifying confusion: the confusion assessment method. A new method for the detection of delirium. Ann Intern Med 1990;113:941-8. 7. www.aafp.org 8. Alagiakrishnan K, Wiens CA. An approach to drug induced delirium in the elderly. Postgrad Med J. Jul 2004;80(945):388-93. [Medline]. 9. Alsop DC, Fearing MA, Johnson K, Sperling R, Fong TG, Inouye SK. The role of neuroimaging in elucidating delirium pathophysiology. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. Dec 2006;61(12):1287-93. [Medline]. 10. Bergeron N, Dubois MJ, Dumont M, Dial S, Skrobik Y. Intensive Care Delirium Screening Checklist: evaluation of a new screening tool. Intensive Care Med. 2001;27:859-864.

11. Day JJ, Bayer AJ, McMahon M. Thiamine status, vitamin supplements and postoperative confusion. Age Ageing. Jan 1988;17(1):29-34. [Medline]. 12. Towsend, M.C (1993). Psychiatric Mental Health Nursing : Concept of Care ,Philadelphia, 2nd, Davis Company 13. Wilson, H.S, and Kneils, C.R . (1992). Psychiatric Nursing . California : Addison Wesley Nursing. 14. www.icudelirium.org

Anda mungkin juga menyukai