Anda di halaman 1dari 11

Pembangunan AMPL Model Community Self Financing

BPAB Makmur Desa Jayamandiri, Kec. Cibugel Kabupaten Sumedang

Latar Belakang
Sebelum tahun 2003, pernah mendapat proyek BANGUB Jawa Barat untuk pembangunan SAB, namun sarana tersebut rusak karena pembagian air tidak merata, sering terjadi perselisihan antar warga. Sulit air di musim kemarau, sungai menjadi sumber air utama sekaligus tempat melakukan BAB masyarakat. Mata pencaharian utama adalah petani ladang (jagung / singkong) Awal tahun 2003 menjalin kontak dengan LSM lokal Yayasan Setiabudi Utama ( YASBU ) di Bandung yang berpengalaman di bidang pembangunan SAB, dan sepakat untuk melakukan penjajagan

Pembangunan SAB
Disepakati MOU kerjasama pembangunan SAB dengan pihak YASBU, dengan besar pinjaman pihak ketiga sebesar Rp. 151 juta, pembayaran cicilan selama 4 tahun. Dilunasi tahun 2008. Kontribusi sebesar Rp. 603 ribu / SR dibayar secara mencicil dari hasil panen ladang. Kontribusi lainnya berupa tenaga dan bahan lokal diberikan/dilakukan langsung oleh masyarakat. Pihak YASBU memberikan pendampingan teknis dan non teknis.

Pengelolaan SAB
Dibentuk lembaga pengelola ( BPAB ) di tingkat masyarakat. Dengan debit air 4 lt/detik, mampu melayani 259 SR dan 3 KU, sumber dari mata air yang terletak di pinggir sungaisehingga menggunakan bak SPL ( Saringan Pasir Lambat ) dan disalurkan secara gravitasi. Jumlah jiwa terlayani sebanyak baru sebanyak 2258 jiwa. Disepakati pembayaran iuran Rp. 250 / m3, biaya Adm Rp. 500 / bulan, Denda keterlambatan Rp. 1000. Pembayaran antara tgl 5 15 setiap bulan. Tagihan pemakaian air dikelola dengan program komputer. Pembuatan software program ini dikembangkan oleh BPAB Makmur sendiri. Laba bersih BPAB setiap bulan Rp. 600 ribu s/d Rp. 1 juta, jumlah kumulatif saat ini berjumlah Rp. 10 juta.

Pembagian Hasil
Pengelola Kas Desa Kas Dusun ATK Transport Pajak ( PBB ) Cadangan Laba bersih 34 % 2% 4% 10 % 10 % 5% 10 % 25 %

Manfaat
Terjadinya perubahan perilaku BABS, sekarang status bebas dari buang air besar sembarangan Waktu tersedia lebih banyak untuk kegiatan ekonomi produktif, seperti pengolahan singkong menjadi keripik aneka rasa, pengolahan jagung pipil untuk pakan ternak. Anak-anak tidak lagi terlambat tiba di sekolah. Solidaritas dan kebersamaan masyarakat semakin meningkat.

Tantangan
Keterbatasan debit air pada musim kemarau, maka harus dilakukan giliran. Oleh karena itu akan dilakukan menambah debit air dari sumber lain. Peningkatan sanitasi lingkungan ( limbah cair RT ) bagi keluarga miskin. Pengembangan konsep Hutan Lestari Terkendali di daerah sumber air / hulu dan wilayah lainnya di desa.

Sekian

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai