Anda di halaman 1dari 28

PAPER EKONOMI TEKNIK

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI PADI PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

RISMA SIHOMBING 05091002007

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2011

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Pada dekade terakhir ini masyarakat/konsumen semakin memperhatikan mutu

dari produk pangan/pertanian. Faktor kesehatan dan keamanan pangan menjadi prioritas utama. Pertanian organik didefinisikan sebagai usaha budidaya pertanian yang hanya menggunakan bahan-bahan alami, baik yang diberikan melalui tanah maupun yang langsung kepada tanaman budidaya. Pertumbuhan permintaan pertanian organik dunia mencapai 15-20% pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5-2% dari keseluruhan produk pertanian. Meski di Eropa penambahan luas areal pertanian organik terus meningkat dari rata-rata dibawah 1% (dari total lahan pertanian) tahun 1987, menjadi 2-7% di tahun 1997 (tertinggi di Austria mencapai 10,12%), namun tetap saja belum mampu memenuhi pesatnya permintaan (Jolly, 2000). Inilah kemudian yang memacu permintaan produk pertanian organic dari negara-negara berkembang. Selain faktor di atas, perkembangan pertanian organik di Indonesia juga didorong oleh munculnya keadaran konsumen akan pentingnya produk-produk sehat dan ramah lingkungan, khususnya di kalangan kelas menengah perkotaan. Sebagian lagi, didorong oleh kampanye dan advokasi aktivis LSM baik dalam isu lingkungan maupun pendampingan petani. Argumentasi lain pertanian organic dianggap tidak menguntungkan. Memang dalam jangka pendek, pertanian organik dengan kondisi teknologi yang sama sementara perlakuan pemupukan lebih rendah, akan memberikan hasil kurang optimal dibanding budidaya konvensional. Tetapi jika dikombinasikan pemakaian pupuk organik, pengendalian organisme pengganggu tanaman secara baik, dengan inovasi teknologi yang tepat akan mampu memberikan hasil yang relative sama. Yang pasti, dalam jangka panjang pertanian organik memberikan jaminan akan kualitas tanah dan ekosistem lokal yang lebih baik. PengalamanYayasan Bina Sarana Bakti, di Cisarua telah membuktikan hal ini setelah 15 tahun bergelut di bidang pertanian organik

Terlepas bahwa mayoritas orang Indonesia, utamanya para birokrat, peneliti dan pengambil keputusan pertanian masih menyangsikan pertanian organik, secara nyata pertanian organik mulai bermunculan. Dan pemicu utamanya adalah keuntungan ekonomis. Bisnis pertanian organik semakin banyak karena menyimpan keuntungan besar. Sebenarnya kalangan birokrat sekarang pun mulai melirik pertanian organik, tetapi yang menggerakkan mereka bukan soal kesadaran ekologis tetapi lebih karena negara maju banyak yang mencari yang berarti peluang meraup devisa. Pertanian organik kini masih disangsikan kemampuannya dalam memberikan produktivitas yang tinggi oleh banyak orang dan kalangan. Karenanya tidak dipercaya memecahkan soal pertanian dan kecukupan pangan masa depan. Juga, masih diragukan sebagai peluang bisnis yang menjanjikan di masa kini dan masa depan. Ini wajar, karena belum cukup banyak bukti pertanian organic berhasil membuka mata mereka. Upaya menciptakan kemandirian pangan dengan mengembangkan produksi sumber pangan alternatif substitusi pangan impor dilakukan seiring dengan pemacuan tiga komoditi pangan utama. Sumber pangan karbohidrat yang dapat dimanfaatkan untuk substitusi pangan pertanian organik seperti kentang, jagung putih dan umbi-umbian. Mengembangkan sumber pangan alternatif ini justru memiliki nilai ekonomis tinggi karena disamping produktivitas per hektarnya tinggi, pangan tersebut sebagai bahan baku industri. Dengan keragaman sumber bahan pangan yang dikonsumsi dan dapat diproduksi di dalam negeri diharapkan dapat menekan impor pangan secara nyata dan mengurangi ketergantungan pangan dari luar negeri sehingga ketahanan dan kemandirian pangan nasional semakin mantap.

2.

Tujuan Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keuntungan usahatani padi yang

dibudidayakan melalui sistem pertanian organik dengan sistem konvensional

(anorganik), untuk mengetahui produktifitas tenaga kerja usahatani padi organic, untuk mengetahui kelayakan usahatani padi organic.

TINJAUAN PUSTAKA
Usaha yang akan dijalankan diharapkan dapat memberikan penghasilan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan usaha harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan usaha. Artinya, jika diihat dari segi bisnis, suatu usaha sebelum dijalankan harus dinilai pantas atau tidak untuk dijalankan. Pantas artinya layak atau akan memberikan keuntungan dan manfaat yang maksimal. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai keinginan, apapun tujuan perusahaan (baik profit, sosial, maupun gabungan dari keduanya), apabila ingin melakukan investasi, terlebih dahulu hendaknya dilakukan sebuah studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain, jika usaha tersebut dijalankan, akan memberikan manfaat atau tidak. Untuk itu suatu usaha perlu melakukan suatu studi kelayakan usaha, yaitu suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan, usaha atau bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak suatu usaha tersebut dijalankan. Dari pengertian tersebut, maka studi kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk mempelajari secara mendalam, artinya meneliti secara sungguhsungguh data dan informasi yang ada, yang kemudian mengukur, menghitung dan menganalisis hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dan penelitian yang dilakukan terhadap usaha yang akan dijalankan menggunakan ukuran tertentu, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Istilah kelayakan mengandung arti, bahwa penelitian yang dilakukan secara mendalam dengan tujuan untuk menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Denga kata lain, kelayakan dapat berarti bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Lebih lanjut, istilah layak juga berarti bahwa suatu usaha juga dapat memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankan, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas. Dengan demikian dalam suatu studi kelayakan usaha akan menyangkut tiga aspek, yaitu:

1.

Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi usaha itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah usaha tersebut dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko usaha tersebut.

2.

Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi Negara tempat usaha itu dilaksanakan (sering disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan manfaat usaha tersebut agi ekonomi makro suatu negara.

3.

Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha.

Ada lima tujuan, pentingnya melakukan studi kelayakan usaha: 1. Menghindari risiko kerugian Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari risiko kerugian keuangan di masa dating yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. 2. Memudahkan perencanaan Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dapat mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut, meliputi: Berapa jumlah dana yang diperlukan Kapan usaha akan dijalankan Di mana lokasi usaha akan dibangun Siapa yang akan melaksanakan Bagaimana cara melaksanakannya Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan Dengan adanya perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan mempunyai jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai pada waktu tertentu. 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan dalam pelaksanaan usaha. Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap

tahap usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan dapat tepat sasaran serta sesuai rencana. 4. Memudahkan pengawasan Pelaksanaan usaha yang sesuai rencana akan memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya uasaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Di samping itu, pelaksanaan usaha dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, karena ada yang mengawasi. 5. Memudahkan pengendalian Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat terdeteksi terjadinya suatu penyimpangan, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.

Pihak-pihak yang berkepentingan Peusahaan yang melakukan studi kelayakan usaha akan

mempertanggungjawabkan hasilnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Investor Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak untuk direalisasikan, pendanaan dapat mulai dicari dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau menanamkan modalnya. Bagi investor, hasil studi kelayakan memiliki arti tersendiri, karena investor akan mempelajari laporan tersebut untuk memastikan keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang akan ditanamkannya. 2. Lembaga keuangan Jika modal perusahaan berasal dari dana pinjaman bank atau lembaga keuangan lainnya, maka lembaga-lembaga tersebut akan berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan. Bank dan lembaga keuangan lainnya tidak mau memberi kredit atau pinjaman, bila suatu usaha tersebut di kemudian hari mempunyai masalah (kredit macet). Oleh karena itu, untuk usaha-usaha tertentu pihak perbankan akan

melakukan studi kelayakan terlebih dahulu secara mendalam sebelum pinjaman dikucurkan kepada pihak peminjam. 3. Pemerintah Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat, baik bagi perekonomian secara umum maupun gaji masyarakat luas, seperti penyediaan lapangan pekerjaan. Pemerintah juga berharap usaha yang akan dijalankan tidak merusak lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia dan lingkungan hidup lainnya 4. Masyarakat luas Bagi masyarakat luas, adanya bisnis akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja, baik bagi pekerja di sekitar likasi proyek maupun bagi masyarakat lainnya. Manfaat lain adalah terbukanya wailayah tersebut dari ketertutupan. Dengan adanya usaha akan memancing munculnya sarana dan prasarana bagi masyarakat. 5. Manajemen Hasil studi kelayakan usaha merupakan ukran kinerja bagi pihak manajemen perusahaan untuk menjalankan tugasnya. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan usaha.

Proses dan Tahap Studi Kelayakan Langkah-langkahnya: 1. Tahap Penemuan Ide atau Perumusan Gagasan Dalam tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi dalam bentuk pemikiran dan kemungkinankemungkinan bisnis apa saja yang paling memberikan pluang untuk dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang. 2. Tahap Memformulasikan Tujuan Dalam tahap ini dalah tahap perumusan visi dan misi.

3.

Tahap Analisis Tahap ini merupakan tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan

untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Adapun aspek-aspek yang diamati dan dicermati adalah: Aspek hukum Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Keuangan Aspek Teknik/Operasi Aspek Manajemen/Organisasi Aspek Ekonomi Sosial Aspek Lingkungan 4. Tahap Keputusan Merupakan tahap akhir yang merupakan pembuatan keputusan untuk melaksanakan atau tidak suatu bisnis.

Aspek-aspek dalam Penilaian Tahap-tahap dalam pembuatan dan penilaian studi kelayakan hendaknya dilakukan secara benar dan lengkap. Setiap tahapan memiliki berbagai aspek yang harus diteliti, diukur dan dinilai sesuai dengan ketentuan. Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan adalah: 1. Aspek hukum Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai ijin-ijin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen sangat penting karena hal ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang, apabila di kemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut. Dokumen yang diperlukan meliputi: Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris Bentuk badan usaha, serta keabsahannya dan bentuk badan usaha tertentu, seperti PT dan Yayasan harus disahkan oleh Departemen Kehakiman Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Di samping dokumen di atas, perusahaan juga perlu memiliki ijin-ijin tertentu, yaitu : Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), diperoleh melalui Departemen Perdagangan Surat Ijin Usaha Industri (SIUI), diperoleh melalui Departemen Perindustrian Ijin domisili, diperoleh melalui kelurahan setempat Ijin mendirikan bangunan (IMB), diperoleh melalui pemerintah daerah setempat Ijin gangguan, diperoleh melalui kelurahan setempat Selain itu juga dibutuhkan beberapa dokumen penting lainnya, antara lain: Bukti diri (KTP/SIM) Sertifikat tanah Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) 2. Aspek Pasar dan Pemasaran Setiap usaha yang akan dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Dalam aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu dijabarkan adalah; Ada-tidaknya pasar (konsumen) Seberapa besar pasar yang ada Peta kondisi pesaing, terutama untuk produk yang sejenis Perilaku konsumen Strategi yang dijalankan untuk memenangkan persaingan dan merebut pasar yang ada. Untuk mengetahui ada-tidaknya pasar dan seberapa besarnya pasar, serta perilaku konsumen, maka perlu dilakukan riset pasar, dengan cara: Melakukan survey dengan terjun langsung ke pasar untuk melihat kondisi pasar yang ada. Dalam hal ini untuk mengetahui jumlah pembeli dan pesaing. Melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang dianggap memegang peranan. Dalam hal ini melakukan wawancara kepada pesaing secara diamdiam. Menyebarkan kuesioner ke berbagai calon konsumen untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen saat ini. Dalam hal ini untuk mengetahui jumlah konsumen, daya beli dan selera.

Menawarkan produk dengan pemasangan iklan, seolah-olah produknya sudah ada. Dalam hal ini untuk melihat respon konsumen, waluapun produknya harus pesan terlebih dahulu. Perlu diketahui bahwa, di dalam pasar, sebesanrnya dapat dibagi menjadi 2 kelompok pasar, yaitu: Pasar nyata: sekumpulan konsumen yang mempunyai minat, pendapatan dan akses pada suatu produk tertentu Pasar potensial: sekumpulan konsumen yang memiliki minat terhadap suatu produk, tetapi belum didukung oleh akses dan pendapatan. Namun suatu saat, apabila telah memiliki pendapatan dan akses, mereka akan membeli. Setelah diketahui pasar dan potensinya, maka langkah selanjutnya adalah menyusun strategi pemasaran, yang meliputi: Strategi produk Strategi harga Strategi lokasi dan distribusi Strategi promosi 3. Aspek Keuangan Dalam aspek keuangan, hal-hal yang perlu digambarkan adalah jumlah investasi, biaya-biaya dan pendapatan yang akan diperoleh. Besarnya investasi berarti jumlah dana yang dibutuhkan, baik untuk modal investasi pembelian aktiva tetap maupun modal kerja, selain itu juga biaya-biaya yang diperlukan selama umur investasi dan pendapatan. Untuk dapat melakukan penilaian investasi, maka sebuah perusahaan harus memubuat laporan keuangan. Adapun fungsi laporan keuangan, secara umum adalah: Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva Memberikan informasi tentang jumlah kewajiban, jenis-jenis kewajiban dan jumlah modal Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapat yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan Memberikan informasi tentang jumlah biaya yang dikeluarkan berikt jenis-jenis biaya dalam periode tertentu

Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam aktiva , kewajiban dan modal di dalam suatu perusahaan Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasilhasil laporan keuangan yang disajikan. 4. Aspek Teknik/Operasi Dalam aspek teknis atau operasi, hal-hal yang perlu digambarkan adalah: Lokasi usaha Lokasi merupakan tempat melayani konsumen. Dengan demikian, maka perlu dicari lokasi yang tepat sebagai tempat usaha, karena akan memberikan keuntungan sebagai berikut: _ Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan _ Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan, baik jumlah dan kualitasnya _ Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam jumlah yang diinginkan secara terus-menerus _ Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha karena biasanya sudah diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu _ Memiliki nilai atau harga ekonomi yang lebih tinggi di masa yang akan datang _ Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan pemerintah setempat Penentuan layout/tata letak Penentuan layout perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan, keindahan, efisiensi, biaya, fleksibilitas. Dengan pertimbangan di atas, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut: _ Ruang gerak untuk beraktivitas dan pemeliharaan memadai. Artinya suatu ruangan didesain sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan sumpek. Kemudian layout juga harus memudahkan untuk melakukan pemeliharaan ruangan atau gedung. _ Pemakaian ruangan menjadi efisien. Artinya pemakaian ruangan harus dilakukan secara optimal, jangan sampai ada ruangan yang menganggur atau tidak terpakai karena hal ini akan menimbulkan biaya bagi perusahaan.

_ Aliran material menjadi lancar. Artinya jika layout dibuat secara benar, maka produksi menjadi tepat waktu dan tepat sasaran. _ Layout yang tepat memberikan keindahan, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik, sehingga memberikan motivasi yang tinggi kepada karyawan. Di samping itu, pelanggan pun betah untuk bertransaksi atau berurusan dengan perusahaan. Teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini dan yang akan datang, serta harus disesuaikan dengan luas produksi, supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas. Volume produksi. Volume produksi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume operasi yang berlebihan akan menimbulkan masalah dalam penyimpanan, sedangkan volume produksi yang kurang akan menyebabkan hilangnya pelanggan. Bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan volume produksi. Tenaga kerja. Meliputi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan kualifikasi yang sesuai dengan pekerjaan yang ada agar penyelesaian pekerjaan bisa lebih cepat, tepat dan hemat. 5. Aspek Manajemen/Organisasi Dalam aspek manajemen dan organisasi, yang perlu diteliti dan dinilai adalah: Pemilik usaha (jumlah dan komposisi modal) Pengelola usaha dengan jumlah serta kualifikasi (pendidikan dan pengalaman) Sturuktur organisasi dan gambaran mengenai jabatan Rencana kerja seperti pencapaian target, sasaran dan tujuan 6. Aspek Ekonomi Sosial Gambaran dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Dampak ekonomi meliputi: Jumlah tenaga kerja yang tertampung, baik yang bekerja di pabrik maupun masyarakat yang di luar pabrik Peningkatan pendapatan masyarakat Demikian pula, perusahaan perlu mencamtumkan dampak sosial yang ada dalam hasil penelitian. Dampak sosial yang muncul akibat adanya usaha berupa tersedianya sarana dan prasarana, antara lain: Pembangunan jalan Penerangan Sarana telepon Sarana air minum 7. Aspek Dampak Lingkungan Aspek dampak lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan memiliki dampak yang sangat besar terhadap lingkungan di sekitarnya, antara lain: Dampak terhadap air Dampak terhadap tanah Dampak terhadap udara Dampak terhadap kesehatan manusia Pada akhirnya pendirian usaha akan berdampak terhadap kehidupan fisik, flora dan fauna yangada di sekitar usaha secara keseluruhan.

Metode Penilaian Investasi Konsep Nilai Waktu Uang Konsep ini penting, karena merupakan dasar untuk: 1. Menghitung harga saham 2. Menghitung harga obligasi 3. Memahami metode Net Present Value 4. Melakukan analisis komparatif antara beberapa alternative 5. Perhitungan bunga dan tingkat keuntungan 6. Perhitungan amortisasi hutang

Future Value (FV) Untuk mengetahui nilai uang yang akan diterima di masa yang akan datang. Rumus:

dimana: FVn = Future Value pada periode n PV = Present Value k = suku bunga n = periode waktu Present Value (PV) Untuk menentukan nilai sekarang atas uang pada masa yang akan datang. Rumus:

dimana: FVn = Future Value pada periode n PV = Present Value k = suku bunga n = periode waktu Untuk mengetahui layak tidaknya suatu investasi yang dilakukan dan menguntungkan secara ekonomis, maka dapat digunakan 4 kriteria penilaian, yaitu: 1. Payback Period (PP) Periode waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi pada suatu proyek. Karakteristik: a. Tidak ada batas waktu yang jelas, semuanya tergantung pada pemilik modal. Namun pada umumnya, payback period yang pendek lebih disukai. b. Keuntungan dari metode payback period adalah: Mudah dihitung dan dimengerti

Dapat memberikan informasi mengenai risiko dan likuiditas proyek. (Proyek yang payback period-nya pendek mempunyai risiko yang rendah dan likuiditas yang lebih baik) c. Kelemahan dari metode payback period adalah mengabaikan arus kas setelah terjadinya payback period dan nilai waktu uang. 2. Net Present Value (NPV) Merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. NPV didefinisikan sebagai:

dimana: CFt = Cash Flow atau arus kas pada waktu t k = Biaya modal proyek (project cost of capital) t = periode waktu n = usia proyek Karakteristik: a. NPV bernilai nol atau positif, berarti PV dari arus kas masuk sama dengan atau lebih besar dari PV dari arus kas keluar. Dengan demikian, apabila NPV suatu proyek bernilai negatif, maka proyek tersebut harus ditolak. Namun bila suatu proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek yang dipilih adalah yang memiliki NPV yang bernilai positif paling besar. b. NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk: Membayar kembali modal yang diinvestasikan Menyediakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pada modal. c. NPV bernilai positif, maka arus kas proyek akan menghasilkan suatu sisa keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik usaha. d. Metode NPV dipandang sebagai pengukur profitabilitas suatu proyek yang terbaik, karena memfokuskan pada kontribusi pada kemakmuran pemilik usaha.

3. Internal Rate of Return (IRR) Merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. Atau suatu tingkat diskonto yang menyamakan present value cash inflow dengan present value cash outflow. Atau suatu tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. Juga dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh suatu proyek. IRR dirumuskan sebagai berikut: NPV = 0

dimana: r = IRR = (tingkat diskonto yang menyebabkan NPV = 0) Karakteristik: a. Jika IRR lebih besar atau sama dengan project cost of capital, maka proyek sebaiknya diterima. Hal ini disebabkan IRR merupakan suatu tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu proyek. Sedangkan project cost of capital adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sehingga, bila IRR lebih besar dari biaya modal proyek, maka proyek dapat membayar biaya modal proyek dan tetap menghasilkan suatu surplus keuntungan yang dinikmati oleh pemilik usaha. b. Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, maka proyek diperkirakan akan menghasilkan keuntungan sebesar yang disyaratkan oleh pemilik usaha. c. Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclusive, maka proyek yang memiliki nilai IRR yang lebih tinggi sebaiknya yang dipilih, dengan asumsi IRR kedua proyek lebih besar atau sama dengan biaya modal proyek. 4. Profitability Index (PI) Merupakan rasio yang mngukur dengan membandingkan antara penerimaan bersih yang akan datang dengan nilai sekarang, dengan pngeluaran investasi selama umur investasi. Dirumuskan sebagai berikut:

dimana: CIFt = Cash Inflows pada periode t COFt = Cash Outflows pada periode t k = biaya modal proyek t = periode waktu Karakteristik: Suatu proyek akan diterima, apabila nilai PI adalah sama atau lebih besar dari 1. Artinya jika PI sama atau lebih besar dari 1, maka PV penerimaan sama atau lebih besar dari PV pengeluaran.

Perbandingan Antara NPV, IRR dan PI Secara matematis, NPV, IRR dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau manolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek disebut independent, jika keputusan terima/tolak proyek yang satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya. Untuk 2 proyek yang bersifat mutually exclusive: a. Jika terjadi konflik antara NPV dan IRR, maka yang dipilih adalah NPV, karena Opportunity cost (biaya kesempatan) dari arus kas suatu proyek adalah biaya modal proyek tersebut. Jika menanamkan uang pada suatu proyek, maka akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari proyek yang lain. Opportunity cost adalah sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada proyek (required rate of return) atau sebesar biaya modal proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tentang tingkat penggandaan atau investasi kembali arus kas proyek yang benar adalah sebesar biaya modal seperti yang digunakan dalam perhitungan NPV.

b. Jika terjadi konflik antara NPV dan PI, mala yang dipilih adalah NPV, karena perhitungan PI bersifat proposi, bukan angka absolut.

Evaluasi dan Persiapan Bisnis Baru Seperti yang telah dikemukakan, bahwa sebelum suatu usaha baru dimulai, maka terlebih dahulu harus disiapkan suatu rencana usaha yang baik dan diadakan suatu evaluasi. Suatu rencana usaha yang baik, biasanya berisikan komponenkomponen sebagai berikut: 1. Ringkasan pelaksanaan usaha 2. 3. 4. Kegiatan pokok perusahaan dan sistem pengelolaan Ciri-ciri dari produk Ukuran pasar dan potensi pasar Ringkasan proyeksi keuangan Jumlah dana yang diperlukan dan penggunaannya

Deskripsi usaha Visi dan misi perusahaan Tujuan jangka pendek dan jangka panjang Struktur usaha Bentuk perusahaan

Produk dan pelayanan-pelayanan yang akan disajikan Produk yang akan disajikan Keunggulan produk Peluang pengembangan produk Keunggulan dalam pengembangan produk

Analisis industri Kecenderungan industri yang disenangi Lingkungan industri yang berpengaruh Ijin dan peraturan untuk membangun industri Ukuran industri yang akan didirikan Keunggulan dan kelemahan industri baru

5.

Analisis pasar Target pasar Kebutuhan pelanggan Potensi dan perkiraan penjualan untuk setiap target penjualan Perkiraan perolehan pangsa pasar dari suatu usaha yang akan dicapai

6.

Strategi pemasaran Lokasi pemasaran Saluran distribusi dan jaringan usaha yang dipilih Personal yang akan melakukan penjualan Kebijakan harga yang sesuai Tujuan promosi, sasaran promosi, dan rencana untuk mencapai tujuan

7.

Pengelolaan Penentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing Keahlian khusus masing-masingn yang diperlukan Bentuk struktur organisasi pengelolaan

8.

Operasi usaha Kebutuhan karyawan Sistem dan prosedur operasi Tata ruang dan denah rencana Keperluan perlatan dan biaya Keperluan inventory Biaya operasi yang diperlukan

9.

Proyeksi keuangan Jumlah modal yang dimiliki Jumlah dan jenis sumber keuangan Rencana penggunaan dana Proyeksi aliran kas dan proyeksi pendapatan

PEMBAHASAN
Perkembangan pertanian organik di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan pertanian organik dunia, bahkan dapat dikatakan pemicu utama pertanian organic domestik adalah karena tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju. Tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju dipicu oleh (1) menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari masyarakat, (2) dukungan kebijakan pemerintah nasional, (3) dukungan industri pengolahan pangan, (4) dukungan pasar konvensional (supermarket menyerap 50% produk pertanian organik), (5) adanya harga premium di tingkat konsumen, (6) adanya label generik, (7) adanya kampanye nasional pertanian organik secara gencar (Hamm, 2000). Ilustrasi dalam bagian tulisan ini telah mengindikasikan bahwa ketika permintaan meningkat maka nilai keuntungan akan membayanginya. Kelangkaan barang dalam ilmu ekonomi akan diikuti dengan kenaikan harga. Produk pertanian organic sekarang menjadi produk eksotis yang dicari. Dengan banyaknya permintaan otomatis nilai jual ekonomis produk pertanian organik ikut naik. Inilah daya tarik pertanian organik dunia sekarang ini. Jadi, keraguan bahwa pertanian organik tidak menguntungkan secara ekonomis, dapat direntas dengan adanya di tingkat konsumen. Maka tidak mengherankan jika sekarang mulai bermunculan pengusaha pertanian organik skala besar di Indonesia. Bahkan tidak sedikit yang merupakan pemain premium price asing seperti (Amerika) di Sumatra dan (Belanda) di Sulawesi. Menurut Soekartwai (2002) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Pendapatan petani terdiri atas sebagian pendapatan kotor, yang karena tenaga keluarganya dan kecakapan memimpin usahanya dan sebagai bunga kekayaan sendiri yang dipergunakan didalam usahatani, menjadi hak keluarganya. Produksi yang tinggi belum tentu diikuti dengan tingginya keuntungan, hal ini disebabkan karena keuntungan yang dicapai tergantung dari total penerimaan dan biaya menghasilkan. Secara garis besar dapat ditulis sebagai brikut :

Biaya total usahatani adalah jumlah biaya-biaya tetap (fixed cost ) dan biaya tidak tetap ( variable cost). Studi kelayakan sebagai bagian dari ilmu evaluasi proyek adalah tahap awal pengkajian dari suatu usaha yang sedang berlangsung atau dalam suatu perencanaan. Keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya menghasilkan yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi termasuk biaya tetap dan tidak tetap.Yang termasuk biaya tetap antara lain adalah : 1. Penyusutan alat 2. Biaya bunga modal. Menurut Kadariah (1978) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit ). Kelayakan usahani padi dapat dilihat dari manfaat atau benefit yang ditunjukan. Selama usaha tersebut dapat memberikan manfaat maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Kelayakan usahatani dapat dilihat diantaranya menggunakan analisis break even, produktivitas tenaga kerja,RC ratio dan rentabilitas (Rate of Profit). Produktifitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan termasuk modal dan tenaga kerja (Ravianti, 1986). Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil kerja persatuan waktu, yaitu :

Produktivitas dapat diukur dan diperbandingkan antara satu organisasi, kumpulan organisasi dan seluruh organisasi disuatu negara. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pendidikan dan latihan, gizi dan kesehatan, penghasilan dan jaminan sosial, kesempatan kerja, kemampuan manajerial petani dan kebijakan pemerintah.

Salah satu cara mengetahui kelayakan dan kemajuan usaha adalah dengan menggunakan angka RC ratio , yaitu perbandingan antara penerimaan dalam nilai uang dengan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut (Soekartawi, 2002). Menurut Suratiyah (1994) masalah rate of profit atau rentabilitas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan selama periode tertentu, yang dihasilkan dengan perbandingan antara laba dengan aktiva atau antara laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Definisi Operasional Variabel a. Usahatani padi organik adalah suatu kegiatan usahatani yang mengusahakan padi melalui sistem budidaya pertanian organic. b. Pertanian organik didefinisikan sebagai usaha budidaya pertanian yang hanya menggunakan bahan-bahan alami, baik yang diberikan melalui tanah maupun yang langsung kepada tanaman budidaya. c. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi padi (pupuk, benih, tenaga kerja lahan). d. Luas lahan garapan adalah luas lahan garapan untuk usahatani padi yang dibudidayakan melalui sitem pertanian organik, dinyatakan dalam hektar. e. Pendapatan usahatani adalah pendapatan kotor dari usahatani padi organik dikurangi dengan total biaya usahatani, yang dinyatakan dalam satuan rupiah. f. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara pendapatan kotor dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, dinyatakan dalam satuan Rp. /JKO. g. Produktivitas modal adalah perbandingan pendapatan kotor dengan modal yang digunakan dalam proses produksi dikali seratus persen, dinyatakan dalam persen.

Analisis Perbedaan Keberuntungan Untuk menguji hipotesis pertama yaitu tidak ada perbedaan tingkat keuntungan antara budidaya padi melalui sistem pertanian organic dan anorganik dilakukan uji t, dengan hasil sbb:

Rata-rata keuntungan padi organik per hektar = Rp.5.251.603, sedangkan padi anorganik = Rp.5.155.000. Dengan uji t diketahui nilai t-hit < t-tabel sehingga hipotesis nol diterima, berarti tidak ada perbedaan nyata keuntungan budidaya pertanian organik dan anorganik. Belum adanya perbedaan keuntungan secara nyata dikarenakan meskipun harga jual beras organik telah mempunyai premium price, namun pada kenyataannya tingkat produktivitas padi organik masih lebih rendah dibanding padi anorganik, yaitu 3.059 kg/ha untuk beras organik dan 4.500 kg/ha untuk beras anorganik. Harga yang diterima untuk beras organik adalah Rp.3.873,/kg tidak berbeda jauh dengan harga beras anorganik yaitu Rp.3.100,-, selisih harga tersebut ternyata belum dapat menutupi perbedaan produktivitas. Untuk waktu yang akan datang diharapkan bila sistem pertanian padi organik telah mantap/mapan berkembang di lokasi penelitian, produktivitas akan meningkat, sehingga premium price yang timbul karena keorganikan suatu produk dapat memberikan keuntungan yang nyata. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa sistem usahatani padi organik baru berkembang dan diminati oleh petani antara tahun 2003 sampai 2004, sehingga secara ekologis lahan pertanian yang diusahakan saat ini belum mapan untuk dapat memberikan produksi optimal.

Analisis Kelayakan Usaha Untuk menguji hipotesis kedua, diduga usahatani padi organik layak untuk diusahakan digunakan beberapa macam analisis, dengan hasil sebagai berikut :

Analisis

keuntungan

menunjukkan

bahwa

usahatani

padi

organik

menguntungkan, sehingga layak untuk diusahakan. Nilai keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 5.251.602/hektar untuk jangka waktu usaha selama 2 bulan. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Rata-rata harga beras organik adalah Rp.3.873,-/kg. Sebenarnya keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi jika petani langsung menjual kepada konsumen. Dari hasil pengumpulan data diperoleh harga beras organik tertinggi adalah Rp.4.200,-/kg dan terendah Rp.3.700,-/kg. Mayoritas petani sampel menjual beras organik kepada kelompok tani, dan kelompok tani lah yang kemudian akan memasarkannya kepada konsumen. Analisis R/C ratio menunjukan nilai 1,81. Nilai tersebut lebih besar dari 1, sehingga dapat dinyatakan bahwa usahatani padi organic layak dilakukan. Nilai R/C ratio = 1,81 memberikan arti bahwa dengan mengeluarkan modal Rp.1,- akan mampu menghasilkan pendapatan Rp.1,81,- Dari sini dapat dilihat bahwa usahatani padi organik layak karena pendapatan yang diperoleh masih lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (1,81 > 1). Nilai produktivitas tenaga kerja = 56.928,56, masih lebih besar dari rata-rata upah per hari = Rp.16.500. Ini berarti bahwa setiap hasil usaha yang diperoleh pada setiap curahan kerja yang dilakukan lebih besar dan nilai upah yang diperoleh. Rentabilitas usahatani padi organic menunjukan nilai 81%. Analisis rentabilitas digunakan untuk melihat kemampuan suatuperusahaan untuk

menghasilkan laba atau keuntungan selama periode tertentu, yang dihasilkan dengan

perbandingan antara laba dengan aktiva atau antara laba dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Nilai 81% mengandung arti bahwa dari Rp.1,- modal yang digunakan untuk usaha, mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.0,81,- Selain itu nilai rentabilitas dapat dibandingkan dengan bunga pinjaman dari lembaga keuangan. Saat ini bunga pinjaman bank berkisar 18% - 24% per tahun atau1,5% - 2% per bulan, jauh lebih rendah dari rentabilitas usahatani padi organik yang bernilai 40,5% per bulan. Ini menunjukkan bahwa usahatani padi organik layak diusahakan.

KESIMPULAN
Dari keseluruhan aspek yang diteliti, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis produksi dan teknologis, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan legalitas, serta aspek keuangan dan ekonomi menunjukkan bahwa kondisi system pertanian padi organic di Kabupaten Bantul pada saat ini layak untuk

mengembangkan usahanya. Kemampuan investasi Psistem pertanian padi organic di Kabupaten Bantul dapat memberikan keuntungan terhadap jumlah modal yang ditanam dimana pada perhitungan ARR ditunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dengan menjalankan rencana pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Rini Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Padi di Lahan Sawah, Kering dan Pasang Surut. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim, 2002. Hidup Sehat Dengan Pangan Organik Ramah Lingkungan. Dinas Pertanian & Kehutanan Pemerintahan DKI Jakarta. http://www.distan.jakarta.go.id. Anonim, 2004. Pertanian organic : Manfaat Bagi Lingkungan dan Ketahanan Pangan .KPOOrganic- Indonesia. Ellis, Frank. 2003.Peasant Economic : Petani Gurem, Rumahtangga Usahatani dan Pengembangan Pertanian.Diterjemahkan oleh Ir.Adi Sutanto, MM. Bayu Media danUMMPress. Malang. Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar. Alih bahasa Sumarno Zain. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani . PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Kadariah. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Kardasan, Halimah W.1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Umum.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai