Anda di halaman 1dari 21

Perselisihan Kepemilikan Hak Merek Blue Starexchange

Lia Nurfitriana

(1081002138) Meidina Rosalyna (1081002098) Mohammad Zaqi (1081002142) Muhammad Arifin (1081002143) Muhammad Syukri Duwila (1081002062)

LATAR BELAKANG
Adanya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual ( HKI ) merupakan salah satu langkah

suatu negara dalam mempersiapkan diri menuju era perdagangan bebas. Karena esensi dari perdagangan bebas adalah terbukanya suatu negara terhadap produk maupun karya seni orang / perusahaan asing. Karena itulah perlu adanya suatu perlindungan akan produk maupun karya seni tersebut agar terlindungi dari segala bentuk tindak pelanggaran yang tidak sesuai dengan persetujuan internasional seperti the TRIPs Agreement maupun konvensi konvensi lainnya.

LATAR BELAKANG (CONTd)


Salah satu contoh HKI yang dilindungi adalah

merek, khusunya merek merek dari produk terkenal. Kasus mengenai merek sudah mulai ada di Indonesia sejak awal tahun 1970-an, mayoritas dari kasus kasus yang terjadi adalah adanya gugatan penjiplakan merek terkenal oleh produsen produsen di Indonesia terhadap merek merek asing yang terkenal.

LATAR BELAKANG (CONTd)


Dalam makalah ini kami akan mengangkat kasus antara Hawthorne Entreprises Limited, sebuah

perusahaan asing yang berbasis di Cayman Island dengan seorang pengusaha Indonesia bernama Handy Butun mengenai penggunaan merek Blue Starexchange. Disini Hawthorne Entreprises Limited menilai adanya penjiplakan merek oleh Handy Butun melalui merek dagangnya yaitu Blue Star Exchange yang dinilai sama dengan merek dagang mereka yaitu Blue Starexchange.

IDENTIFIKASI MASALAH
Bagaimana analisa secara hukum mengenai kasus tersebut? Apa saja argumentasi yang dipertahankan oleh pihak Hawthorne Enterprises Limited dan Handy Butun terhadap merek Blue Star Exchange? Bagaimana penyelesaian sengketa yang benar secara hukum untuk kasus tersebut? Bagaimana keputusan Majelis Hakim di tingkat Kasasi atas kasus Blue Star Exchange dan

apakah keputusan tersebut tepat?

METODE PENULISAN
Metode deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan untuk

memberikan gambaran sejauh mana penjiplakan dan peniruan merek itu telah dilakukan. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

PENGERTIAN HKI
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah padanan kata dari Intellectual Property Rights (IPR), yang merupakan hak yang timbul dari hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Secara garis besar WIPO (World International Property Organization) mengelompokan HKI dalam 2 (dua) bagian,

yaitu yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri.

Hak Kekayaan Industri meliputi:


Paten Merek Desain Industri Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Rahasia Dagang Varietas Tanaman

MEREK
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

jasa.(Pasal 1 Ayat 1 UU No. 15 Tahun 2001)


Merek dalam dunia usaha yang berkaitan dengan tanda

pengenal barang yang dibuat oleh pabrik atau perusahaan dan tanda pengenal untuk perdagangan lazimmya disebut merek dagang.

Fungsi Merek
Fungsi merek dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu dari sisi
produsen, pedagang, dan konsumen.
Dari sisi produsen, merek digunakan untuk jaminan nilai hasil

produksinya

khususnya

mengenai

kualitas,

kemudahan

pemakaian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan teknologi.


Dari sisi pedagang, merek diguakan untuk promosi barang

dagangnya guna memperluas pasar.


Dari sisi konsumen, merek diperlukan untuk menentukan pilihan

barang yang akan dibeli.

Syarat-syarat Merek
Agar suatu merek dapat diterima sebagai merek atau cap

dagang, syarat mutlaknya adalah bahwa merek ini harus mempunyai daya pembedaan yang cukup. Dengan kata lain tanda ini haruslah mempunyai kekuatan untuk

membedakan barang hasil produksi suatu perusahaaan


atau barang perniagaan dengan perusahaan lainnya

Sistem Hak atas Merek


Ada dua sistem yang digunakan pada hak merek yaitu sistem konstitutif dan deklaratif.
Sistem Konstitutif: Pendaftaran merek dengan sistem konstitutif

merupakan cara untuk mendapatkan hak atas merek sehingga hal ini sebagai suatu keharusan bagi pemilik merek. Dengan tidak melakukan pendaftaran maka pemilik merek tidak mungkin akan memperoleh hak atas mereknya. Pendaftaran merek dengan sistem konstitutif lebih menjamin kepastian hukum daripada sistem deklaratif, hal ini ditegaskan dalam Undang-undang nomor 19 tahun 1992.

Sistem Deklaratif: Pada sistem ini, pendaftaran

merek bukan untuk mendapatkan hak pemakaian merek bagi orang yang telah mendaftarkan

mereknya. Akan tetapi, hak menggunakan merek ditentukan karena seseorang telah memakai pertama merek tersebut sehingga dalam sistem ini pendaftaran merek bukan merupakan suatu kewajiban hukum.

Prosedur Pendaftaran Merek


Syarat permohonan pendaftaran merek pada Kantor HAKI antara lain :
1. Contoh merek yang akan didaftarkan bersama detail warna yang dipakai

dalam merek serta penjelasan mengenai kelas barang dan jasa.


2. Setelah merek tersebut memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan

undang-undang, merek kemudian diumumkan dalam Berita Resmi Merek

selama tiga bulan.


3. Selama pengumuman periode

tersebut seseorang dapat mengajukan

keberatan atas pendaftaran merek tersebut dan mengajukan alasan tertulis. Penolakan boleh diajukan jka ada cukup bukti yang mendukung bahwa merek tersebut tidak dapat didaftarkan.

Pembahasan Kasus
Hawthorne Enterprises Limited merupakan perusahaan asing yang berpusat di Cayman

Island dan bekerjasama dengan Giordano Limited di Hong Kong yang sudah cukup terkenal dengan produk pakaian anak-anak, pria, maupun wanita. Tanggal 25 April 2001, pihak Hawthorne mendaftarkan Blue Starexchange dengan registrasi nomor 501166 ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Dep. Hukum dan HAM. Kelas barang yg didaftarkan 18, 25, dan 35.

Pembahasan Kasus (cont)


Ternyata merek Bluestar Exchange sudah

terdaftar atas nama Handy Butun. Merek yang dipegang Handy ini terdaftar sejak 10 Desember 2001. Hawthorne mengambil langkah hukum dalam mengatasi permasalahan tsb dengan menggugat Handy Butun ke Pengadilan Niaga Jakarta agar membatalkan merek Blue Star Exchange.

Analisis Kasus
Adapun poin-poin yang menjadi argumentasi dari pihak Hawthorne, sebagai berikut: Kata/kalimat yang dipakai Handy Butun (Blue Star Exchange) bukan pemikirannya sebab tdk mnggunakan bahasa Indonesia. Terdapat persamaan karakter dan susunan kata, serta terdapat pengucapan yang sangat mirip dengan merek Blue Starexchange milik Hawthorne. Hawthorne Enterprises dikategorikan sbg perusahaan yang memiliki merek terkenal sebab merek tersebut telah didaftarkan di negara seperti Brunei Darussalam, Thailand, Cina, Jerman, Hong Kong, Saudi Arabia, dan Taiwan.

Analisis Kasus
Sedangkan argumentasi yang dipertahankan oleh pihak Handy Butun antara lain: Alasan yang diajukan oleh Hawthorne bahwa mereknya terkenal masih kabur. Banyaknya negara yang telah didaftarkan atas merek bukan jaminan bahwa merek tersebut merupakan merek yang terkenal, sebab belum tentu masyarakat di negara tersebut kenal/tahu atas merek yang didaftarkan.

Analisis Kasus
Jika dilihat dari segi hukum, analisis hukum mengenai kasus pelanggaran hak merek tsb sbb: Sistem hukum merek Indonesia menganut first to file. Artinya, siapa yang lebih dahulu mendaftarkan merek dagang, dialah yang berhak mendapatkan perlindungan hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Pasal 6 Ayat (1) & Pasal 6 ayat (3) merek Blue Starexchange (Hawthrone) dengan Blue Star Exchange (Handy Butun) memiliki persamaan, seharusnya dari awal pihak Ditjen HAKI menolak usulan merek yang diajukan oleh Handy Butun. Berdasarkan UU No. 19 tahun 1992 sebagaimana telah diubah UU No. 14 Tahun 1997 dan UU No. 15 tahun 2001 , maka Blue Starexchange tergolong merek yang terkenal .

Hasil Keputusan Kasus


Dalam perkara ini, Majelis Hakim di tingkat Kasasi

memutuskan untuk menolak permohonan Kasasi dari Pemohon dan menguatkan Putusan Pengadilan Niaga.

Hakim Pengadilan Niaga menyatakan bahwa merek Blue

Starexchange milik Penggugat/Termohon Kasasi adalah merek terkenal, dengan pertimbangan bahwa merek Blue Starexchange milik Penggugat/Termohon Kasasi sudah terdaftar di 14 negara di dunia

Dengan demikian berdasarkan bukti-bukti kuat yang

dimilki oleh Hawthorne Enterprise Limited, maka pihak Handy Butun harus membatalkan merek tersebut karena merek tersebut telah dimiliki lebih dulu oleh Hawthorne Enterprise Limited.

Perlindungan terhadap merek sangat penting untuk menghindari penjiplakan merek. Perlindungan HKI terutama merek di Indonesia masih sangat lemah. Terbukti dengan

lemahnya pengawasan terhadap merek yang telah terdaftar di Ditjen HKI


Departemen Hukum dan HAM..
Hakim Pengadilan Niaga menyatakan bahwa merek Blue Starexchange milik

Penggugat/Termohon Kasasi adalah merek terkenal dan Hawthorne Enterprises


merupakan pihak yang mendaftarkan pertama kali di Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM
Pihak Handy Butun harus membatalkan merek tersebut karena merek tersebut telah

dimiliki lebih dulu oleh Hawthorne Enterprise Limited.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai