Anda di halaman 1dari 7

SIFAT DAN HAKIKAT MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan hakekat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif. Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian sifat dan hakikat manusia Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani, jiwa atau psikhe. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rokhani. Sifat hakikat manusia adalah ciriciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera. Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang. B. Sifat Hakikat Manusia Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakanmanusia itu Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier (hewan yang sakit) (Drijarkara, 1962: 138) yang selalu gelisah dan bermasalah. Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui

rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperature lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat dijadikan manusia. Padahal kita tahu bahwa manusia mempunyai akal dan pikiran yang dapat dijadikan sebagai perbedaan manusia dengan hewan. C. Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia. Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.

Manusia lahir telah dikarunia dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi. Belum terktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi, dari kondisi potensi, menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Setiap manusia lahir dikaruniai naluri , yaitu dorongan dorongan alami (dorongan makan, sexs, mempertahankan diri dan lain lain). Jika seandainya manusia dapat hidup dengan naluri maka tidak berdaya ia dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah menjadi kearah yang status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin bisa saja terjadi kesalahan kesalahan yang lazimnya di sebut salah pendidik itu adalah manusia biasa. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu : 1. Pengembangan yang utuh 2. Pengembangan yang tidak utuh

1.Pengembangan yang utuh Tingkat keutuhan perkembagan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembanganya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghangtar subjek didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.

Selanjutnya pengembangan yang telah dapat dilihat ari berbagai segi yaitu :

a. Dari wujud dimensinya Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Kualitas perkembangan aspek rohaniah seperti, pandai, berwawasan luas, berpendirian teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif terlalu memandang bagaimana kondisi fisiknya. Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman. Dikatakan utuh jika semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam hal ini pengembangan dimensi keragaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu. Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan utuh jika ketiga tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan domain kognitif dengan mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi pada system persekolahaan dewasa ini hanya akan menciptakan orang orang pintar yang tidak berwatak.

b. Dari arah pegembangan Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat dirahkan kepada pengembagan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keragaman secara terpadu. Jika dianalisa satu persatu gambaranya sebagai berikut : pengembangan yang sehat terhdap dimensi keindividuan memberi peluang pada seorang untuk menjadikan eskplorasi terhadap potensi potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihanya maupun kekuranganya.. segi positif yang ada ditingkatan dan negative dihambat. Pengembangan yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat atau yang sekaligus juga membuka jalan kearah bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi yang lain secara selaras dengan tanpa mengganggu otonomi masing masing. Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim disebut pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya hubungan fisik yang berarti memelihar kelestarian lingkungan disamping mengekplorasinya.

Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping keselarasan (perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari jenjang yang rendah kejenjang yang lebih tinggi. Pengembangan ini disebut pengembangan vertical. Sebagai contoh pengembangan domain kognitif dari kemampuan mengetahui, memahami dan seterusnya sampai pada pengetahuan mengevaluasi.

2. Pengembangan yang tidak utuh. Perkembangan yang tidak utuh terhdap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangai, misalnya kesosialan didominasi oleh pengembangan domain koghitif. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya keperibadian yang pincang dan tidak mantap.

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka pengembangan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, dan kesimbangan antara keduanya sekaligus batiniah. Juga diartikan bahwa pembangunan itu

BAB III PENUTUP Kesimpulan Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal untukmenghadapi kehidupannya di dunia ini. Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama. Setiap manusia mempunyai hakekat dan dimensi yang dimilikinya. Dan dalam diri manusia itu terdapat potensipotensi terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap. Saran Sebagai calon guru kita seharusnya memperhatikan anak didik dan memberikan bimbingan agar potensipotensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat

ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang mantap.

DAFTAR PUSTAKA Arif, A. 2010. Manusia dan Pendidikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya. http://marif-am.blogspot.com. Diakses pada tanggal 03 Maret 2011. Miranda, Dian. 2008. Hakekat Manusia dan pengembangannya.

http://dianmiranda.wordpress.com. Diakses pada tanggal 03 maret 2011. Oddi. 2009. Wujud Hakekat Manusia. http://oddy32.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2011. Rojib. 2009. Hakekat Manusia dan Pengembangan Dimensinya.

http://blog.beswandjarum.com. Diakses pada tanggal 03 maret 2011. Tirtaharja, Umar dan La Sula. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai