Anda di halaman 1dari 18

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PENGARUH PENAMBAHAN TAICI PADA BAGLOG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BIDANG KEGIATAN : PKM - P

Diusulkan oleh: Basthomi Izza A. Jeffi Adam P. Aditya Budiawan Ulwan Hawari 105050100111168 Angkatan 2010 105050100111165 Angkatan 2010 105050100111163 Angkatan 2010 125020307111021 Angkatan 2012

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

HALAMAN PENGESAHAN USULAM PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan : PENGARUH PENAMBAHAN TAICI

PADA BAGLOG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) 2. Bidang Kegiatan / Topik : ()PKM-P ( ) PKM-K ( )PKM-KC

( ) PKM-T ( ) PKM-M 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No Tel./HP f. Alamat email 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis 5. Dosen Pendamping a) Nama Lengkap dan Gelar b) NIDN c) Alamat Rumah dan No Tel/HP 6. Biaya Kegiatan Total a) Dikti b) Sumber lain 7. Jangka Waktu Pelaksanaan : Basthomi Izza A. : 105050100111168 : Peternakan : Universitas Brawijaya : 085736930890 : bizza.ashofi@gmail.com : 3 Orang : Ir. Endang Setyowati, MS : 0006115205 : Mondoroko Indah No. 4 Singosari Malang / 081334647606 : : Rp. 7.277.000 : Rp. : 5 Bulan Malang, 10 Oktober 2012 Menyetujui, PD III Fakultas Peternakan Ketua Pelaksana Program

(Ir.Eko Widodo.M.Agr.Sc.M.Sc.Phd) NIP. 19631021 988021 001 Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan

(Basthomi Izza A.) NIM. 105050100111168 Dosen Pendamping

(Ir. H. RB. Ainurrasjid, MS) NIP. 195506181981031002

(Ir. Endang Setyowati, MS) NIDN. 0006115205 ii

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan .................................................................................. ii Daftar Isi ........................................................................................... iii

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................ 2 C. Tujuan ............................................................................................ 2

D. Luaran yang Diharapkan ........................................................................ 2 E. Kegunaan ............................................................................................ 2

F. Tinjauan Pustaka..................................................................................... 3 Syarat Tumbuh Jamur Tiram .............................................................. 3 Persiapan Media Tanam Jamur Tiram ................................................ 4 Karakteristik Dedak ........................................................................... 4 Pengomposan Kotoran Kelinci ........................................................... 5 G. Metode Pelaksanaan ............................................................................... 6 Waktu dan Tempat ............................................................................. 6 Bahan dan Alat .................................................................................. 6 Metode Penelitian .............................................................................. 6 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 7 Analisis Data ................................................................................... 10 H. Jadwal Kegiatan ................................................................................... 10 I. Rancangan Biaya ................................................................................... 10 J. Daftar Pustaka ....................................................................................... 12 Lampiran .......................................................................................... 13

Biodata Ketua dan Anggota Kelompok ............................................ 14 Biodata Dosen Pendamping ............................................................. 15

iii

PENGARUH PENAMBAHAN TAICI PADA BAGLOG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JAMUR TIRAM PUTIH

A. LATAR BELAKANG MASALAH Kota Malang dan Batu merupakan kawasan yang sejuk dengan kondisi di dataran tinggi, wilayahnya cukup luas, dan merupakan kota pelajar sekaligus kota wisata yang dapat menarik berbagai kalangan. Peluang ini dimanfaatkan sebagian besar peternak kelinci untuk mengais rejeki melalui perdagangan kelinci hias yang begitu diminati para wisatawan. Selain itu juga untuk menyuplai permintaan daging kelinci di wilayah sekitar mengingat tekstur dan nutrisinya yang rendah kolesterol bagus mencukupi kebutuhan tubuh secara optimal. Hal ini mendorong berkembangnya kelinci yang dibuktikan dengan jumlah produksi kelinci yang terus meningkat. Peningkatan jumlah kelinci yang pesat berdampak pada bertambahnya limbah berupa kotoran padat dan cair. Sementara para peternak belum memanfaatkan limbah secara optimal agar memiliki nilai yang lebih efisien. Kalaupun ada sebatas sebagai pupuk tanpa pengolahan lebih lanjut, sehingga potensi yang begitu besar dengan kandungan hara kompleks belum maksimal dikelola. Disisi lain usaha jamur tiram juga mengalami peningkatan. Upaya peningkatan produksi jamur tiram perlu didukung dengan penyediaan media tumbuh yang selama ini banyak memanfaatkan dedak. Sementara dedak merupakan bahan baku pakan ternak yang cukup mahal harganya. Menurut Rachmatullah (2009) Nitrogen dibutuhkan jamur tiram dalam jumlah besar untuk untuk pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, Nitrogen juga berguna untuk mempercepat pertumbuhan, dari pemanfaatan TAICI diharapkan mampu mensubtitusi kebutuhan Nitrogen yang diperoleh dari dedak. Kompos TAICI (Tai kelinci) memiliki kandungan nitrogen 2,62% bersama karbon 29% sedangkan dedak memiliki Nitrogen sebanyak 0,50% dengan karbon 35%. Dari sini dapat diketahui TAICI memiliki kandungan yang lebih seimbang jika dibandingkan dengan kandungan dedak.

Untuk itu diajukan penelitian

terbaru berupa pengaruh pemanfaatan

kompos TAICI sebagai bahan pembuatan baglog jamur tiram dilihat dari perkembangan dan produksi jamur yang dihasilkan. B. PERUMUSAN MASALAH Peternak kelinci di daerah Malang raya terus berkembang, sehingga menghasilkan feses kelinci yang melimpah, feses tersebut memiliki kandungan karbon dan nitrogen yang tinggi yang diperlukan untuk perkembangan jamur. Berdasarkan hal tersebut maka masalah yang akan dikaji adalah bagaimana pengaruh konnsentrasi TAICI sebagai medium terhadap produktivitas dan perkembangan yang dihasilkan jamur tiram. C. TUJUAN 1. Mencari subtitusi dedak sebagai bahan pembuatan baglog jamur tiram 2. Membuat formulasi memanfaatan TAICI yang mencukupi nutrisi jamur tiram 3. Meningkatkan produksi jamur tiram D. LUARAN YANG DIHARAPKAN Penelitian diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang terkandung di dalam TAICI dengan inovasi terbaru pada budidaya jamur tiram, sehingga mampu menbuka cakrawala peternak kelinci dan petani jamur tiram untuk meningkatkan nilai TAICI dan menekan biaya pembuatan baglog jamur tiram. E. KEGUNAAN Keutungan yang mampu diperoleh dari penelitian ini adalah: a) Setelah diperoleh formulasi yang tepat, maka petani jamur dapat menghasilkan jamur dalam jumlah besar dengan biaya yang lebih murah. b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani jamur dan peternak kelinci. c) Membuka peluang pertumbuhan jamur. d) Penelitian ini akan membuka pola pikir kaum intelektual untuk ekspor jamur tiram sebagai daerah tropis pusat

mengembangkan pemanfaatan TAICI yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas jamur tiram.

F. TINJAUAN PUSTAKA 1. Syarat Tumbuh Jamur Tiram Pada umumnya, jamur ini bisa tumbuh pada suhu 24-28C, kelembaban yang diperlukan dalam budidaya jamur tiram 80 90% dengan keadaan air pada substrat tanaman antara 60-65% (Djarijah, 2001). Budidaya jamur tiram putih sebaiknya dilakukan dalam ruangan saja supaya tidak terkena sinar matahari secara langsung sehingga tidak kering karena jamur tiram putih membutuhkan kelembaban yang tinggi. Sedangkan intensitas cahaya yang dibutuhkan pada saat pertumbuhan jamur tiram sekitar 10 % saja (Cahyana et al., 1997). Untuk kehidupan dan perkembangannya jamur memerlukan nutrisi dalam bentuk unsur-unsur kimia misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang telah tersedia dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dari luar dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur (Suriawiria, 2006). Tabel 1. Komposisi Bahan Media Jamur Tiram Pemakaian pupuk hayati dalam budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) untuk menggantikan pupuk kimia

merupakan salah satu penerapan konsep Sumber: Agus dkk (2004)

pertanian organik yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari pupuk kimia (Sutanto, 2006). Menurut Rachmatullah (2009) bahwa pertumbuhan jamur tiram

membutuhkan nutrisi untuk metabolisme dalam tubuh. Nutrisi atau hara yang dibutuhkan yaitu: a) Karbon (C) bersumber dari karbohidrat sebagai unsur dasar pembentukan sel dan sebagai energi untuk metabolisme, sumber karbon diperoleh dalam bentuk monosakarida, polisakarida, selulosa dan lignin (kayu). b) Nitrogen

diperlukan untuk pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, nitrogen juga berguna untuk mempercepat pertumbuhan. c) Vitamin berfungsi sebagai bahan tambahan atau suplemen sehingga pertumbuhan jamur menjadi lebih baik, vitamin yang dibutuhkan oleh jamur yaitu vitamin B1 dan B12. d) Mineral sebagai unsur hara mikro yang berguna sebagai pelengkap pada jamur. Kebutuhan mineral sudah tercukupi dari media. Penambahan kapur sebagai pengatur tingkat kemasaman (pH) sekaligus memenuhi kebutuhan mineral yaitu kalsium (Ca). 2. Persiapan Media Tanam Jamur Tiram Cara adalah membuat media tanam untuk Tabel 2. Komposisi Substrat Baglog Kandungan Dedak Lignin C N C:N Persentase (%) 29.2 35 0.50 70

dengan

pengayakan

memisahkan atau menyaring serbuk kayu gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga gergaji didapatkan yang halus serbuk dan kayu

seragam.

Tujuannya untuk mendapatkan media

Sumber: Chang (1980) tanam yang memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik ( bag log) dan mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata, kemudian mencampur semua bahan, sambil ditambah air hingga kandungan airnya 60% dan dimasukkan ke dalam polibag. Saat memasukkan campuran media ke dalam polibag sambil dilakukan pemadatan media. Selanjutnya disterilkan pada suhu 1210C, menggunakan uap panas bertekanan 2 atm atau 15 psi selama 30 menit. Apabila tidak memungkinkan maka bisa dengan aliran uap panas suhu 100 0 C selama 2 jam, atau suhu 800C selama 4 jam. Setelah disterilkan dibiarkan selama semalam (Sumarsih, 2012). 3. Karakteristik Dedak Dedak merupakan produk samping penggilingan gabah menjadi beras. Penggilingan satu ton gabah menghasilkan dedak sebanyak 60-80 kg. Bergantung pada varietas beras dan derajat penggilingannya (Purbasari, 2008). Penggunaan

dedak pada media jamur tiram putih berfungsi sebagai substrat dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Tabel 3. Kandungan Nutrisi Dedak Dedak yang digunakan sebagai campuran media harus yang masih baru, tidak berbau apek, dan strukturnya belum rusak. Jika memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah

terjadi fermentasi yang dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor 4. Kompos Kotoran Kelinci Pengomposan adalah suatu proses dekomposisi yang mengkonversikan bahan organic padat menjadi produk yang stabil dibawah kondisi lingkungan yang terkendali (Merkel,1981). Komposting pada feses merupakan suatu teknik untuk memproduksi bahan organik menjadi stabil dengan cara membatasi hilangnya nutrisi, sehingga dengan komposting akan mengurangi 2 jumlah feses, mengurangi bau untuk memberikan persepsi yang baik pada masyarakat (Haque dan Vandepopuliere, 1994). Cara pembuatan kompos limbah peternakan kelinci dengan memanfaatkan feses, urine dan residu pakan kemudian ditimbun dengan probiotik, berdasarkan penelitian yang dilakukan Lugyo (2005) hasil terbaik untuk memperoleh memperoleh pupuk kompos kelinci dengan menggunakan perbadingan 10 kilogram limbah kelinci kemudian ditambahkan 25 gram Probion dan 25 gram Urea. Menurur Yurmiati (2010) untuk memaksimalkan kandungan P, N, pada limbah kelinci dapat dilakukan dengan pengomposan menggunakan limbah kelinci dan serbuk kayu sengon dengan perbandingan 50:50 kemudian ditambah probiotik.

Tabel 4. Hasil Analisa Kompos Kelinci dengan Penambahan Probiotik

Sumber: Lugyo (2005) G. METODE PELAKSANAAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan poncokusumo Kota Malang

bertopografi terjal dengan kemiringan diatas 45 % dan berada di ketinggian 1400 Mdpl kelembaban 85 % dengan suhu rata-rata 270C. Penelitian ini akan

dilaksanakan selama lima bulan. 2. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleurotus florida), Probion, TAICI, serbuk gergaji kayu sengon, dedak, alkohol, CaCO3, CaSO4, dan air. Alat yang digunakan meliputi: Drum, tongkat kayu, spatula besi, bunsen, plastik polibag dari plastik PP (Polipropilene), kapas, plastik penutup, cincin, karet gelang, termometer, higrometer, terpal, ayakan, kompor, pH meter, kertas grafik, penggaris dan timbangan. 3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima macam perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali. Masingmasing ulangan perlakuan terdapat 50 baglog, sehingga keseluruhan

terdapat 250 baglog pada tiap perlakuan menggunakan berat 50 kg. bentuk perlakuan, untuk bentuk perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 Bentuk Perlakuan Serbuk Gergaji 80%+Dedak 20% Serbuk Gergaji 80%+Dedak 15%+Kompos TAICI 5% Serbuk Gergaji 80%+Dedak 10%+Kompos TAICI 10% Serbuk Gergaji 80%+Dedak 5%+ Kompos TAICI 10% Serbuk Gergaji 80%+ Kompos TAICI 10%

4. Pelaksanaan Penelitian 4.1 Persiapan Kompos TAICI diperoleh dengan memanfaatkan feses, urine dan residu pakan kelinci kemudian dicampur dengan serbuk kayu sengon dengan perbandingan 50:50 dan ditambah probiotik Probion 0,24%, dan ditimbun selama 14 hari dan dilakukan pembalikan setiap 3 hari. Serbuk kayu yang digunakan berasal dari jenis kayu sengon (Albasia sp) karena mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi sehingga sangat membantu pertumbuhan miselium jamur. Sedangkan serbuk kayu biasa diperoleh dengan Serbuk kayu sengon yang digunakan harus dikomposkan dahulu agar terpecah menjadi senyawa sederhana. Pengomposan dilakukan dengan menambahkan kalsium sulfat (CaSO4) sebanyak 2% dan CaCO3 1% dari jumlah total serbuk gergaji. Pengomposan dilakukan selama 14 hari. Setelah dikompos, serbuk gergaji kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Semua substrat dimanfaatkan dalam media dengan digiling ketika sudah kering 0,02 cm, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran yang seragam. Dalam budidaya jamur, alat dan ruangan yang digunakan harus steril. Oleh karena itu sebelum digunakan, alat dan ruangan disterilkan dengan menggunakan alkohol 70%. 4.2 Pembuatan Media Bahan bahan yang dipergunakan komposisi sesuai perlakuan. Pada setiap perlakuan, ditambahkan secara langsung kompos serbuk kayu sengong yang telah dicampur CaSO4 dan CaCO3. Semua bahan dicampur hingga merata dan

ditambahkan air hingga 65%. Setelah semua bahan tercampur rata, dimasukkan dalam plastik polipropilene dengan ukuran 18cm x 36 cm x 0,03 mm. Bahan tersebut kemudian dipadatkan hingga memiliki berat tiap media tanam 1 kg dengan ketinggian 1920 cm dan pada ujungnya diberi cincin. Cincin kemudian diberi kapas lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang. 4.3 Sterilisasi Media tanam dalam plastik tersebut ditata dalam krat untuk disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan drum pada ruang sterilisasi dengan suhu 950C konstan selama 5 jam. Baglog ditata dengan jarak yang teratur, tidak terlalu rapat agar proses sterilisasi bisa merata pada seluruh media tanam yang ada. Setelah media tanam disterilkan, kemudian dilakukan pendinginan dengan membiarkan media tanam tetap dalam ruang sterilisasi selama 24 jam sampai suhu dalam ruangan tersebut 260C. Media tanam kemudian dikeluarkan dan dibiarkan hingga tidak panas lagi. 4.4 Inokulasi Inokulasi merupakan proses penanaman bibit jamur pada media tanam yang telah disterilkan dan didinginkan. Bibit dalam botol terlebih dahulu dihancurkan dengan menggunakan spatula panjang yang telah disemprot alkohol dan dibakar diatas api bunsen. Bibit tersebut kemudian dimasukkan pada media tanam melalui mulut cincin plastik dengan membuka kapas dan plastik penutup terlebih dahulu. Bibit yang dimasukkan sebanyak 15 gram. Setelah dimasukkan, cincin ditutup kembali dengan menggunakan kapas tanpa plastik. Pada proses inokulasi, alat dan ruangan yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dengan menyemprotkan alkohol. Pelaksana inokulasi harus memakai masker, pakaian yang bersih serta tangan terlebih dahulu disemprot dengan alkohol. Proses inokulasi harus dilakukan dengan cepat untuk mengurangi terjadinya kontak media bagian dalam dengan udara sehingga kontaminasi bisa dihindari 4.5 Inkubasi Dilakukan dengan menyimpan media yang telah diisi bibit pada ruangan dan kondisi tertentu agar miselium jamur tumbuh. Suhu yang diperlukan untuk proses inkubasi adalah 25-30C dengan kelembaban 65-70% dan intensitas cahaya 10%. Ruangan yang digunakan harus selalu dibersihkan. Inkubasi dilakukan

hingga seluruh media berwarna putih oleh miselium secara merata antara 21 hari setelah inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselium jamur dapat diketahui 1 minggu setelah inokulasi. Pada setiap media ditempel dengan kertas grafik untuk mempermudah pengamatan panjang miselium. 4.6 Penumbuhan Penumbuhan dilakukan pada ruangan khusus dengan kondisi yang diperlukan yaitu suhu antara 16-22C dan kelembaban 80-90%. Ruang yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan semprot dengan alkohol

70%.Penempatan media tanam secara horizontal untuk efektifitas ruang dan memudahkan proses pemanenan. Sedangkan pembukaan kapas dimaksudkan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. 4.7 Pemeliharaan Suhu dan kelembaban ruang penumbuhan tetap sesuai untuk perkembangan badan buah dengan cara menyiram lantai ruang penumbuhan dan pengkabutan atau penyemprotan air dengan hand sprayer pada ruang penumbuhan. Air yang disemprotkan diusahakan tidak mengenai bagian dalam baglog karena bisa menyebabkan kebusukan media. Untuk pengaturan suhu ruangan dilakukan dengan membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kubung dan untuk mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan. 4.8 Pemanenan Satu minggu setelah media tanam dipindah dalam ruang penumbuhan, kemudian dipanen. Menurut Parlindungan (2003) jamur tiram awal pertama kali dapat dipanen pada waktu 45 hari dari pembuatan media yang telah jadi. Pemanenan dilakukan dengan mencabut semua bagian dari jamur hingga pangkalnya. Bagian jamur yang tertinggal pada media biasa menyebabkan kebusukan pada media. Sehingga tidak bisa berproduksi lagi. Pemanenan dilakukan pagi atau sore hari untuk menjaga kesegaran jamur tersebut. 4.9 Parameter pengamatan 1. Saat panen pertama. Jamur yang telah siap dipanen memiliki ciri badan buah yang bagian tepi telah menipis dan memiliki ukuran yang optimal, pada umumnya panen dilakukan 2-3 hari setelah munculnya pin head. Pemanenan dilakukan dengan mencabut keseluruhan bagian dari jamur hingga tidak

10

meninggalkan sisa pada media tanam pada pagi atau sore hari untuk menjaga kesegaran jamur. 2. Berat segar total badan buah (gram). Jamur yang telah dipanen dibersihkan dari kotoran yang masih menempel kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segar total. Berat segar badan buah per baglog yang telah ditimbang setiap panen kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan produktifitas jamur tiram tiap perlakuan. 3. Frekuensi panen (kali). Setiap baglog dicatat 8 kali panen atau bisa berproduksi dalam jangka waktu 2 bulan. Adapun jarak selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu. 5. Analisis Data Untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik pertumbuhan dan produksi jamur tiram berdasarkan data perolehan digunakan statistik deskriptif yang akan menampilkan parameter statistik yaitu rataan. Untuk membandingkan karakteristik pertumbuhan dan produksi oleh masing masing perlakuan dipakai statistik inferensial yaitu ANCOVA dengan = 5% . Apabila F hit F tabel maka dilanjutkan dengan uji yang dikemukakan oleh Dowdy & Stanley (1982). H. JADWAL KEGIATAN

Jenis Kegiatan 1. Penyiapan bahan, bibit dan alat 2. Pencampuran bahan 3. Pengomposan 4. Pengisian bahan pada plastik 5. Sterilisasi dan Pengisian bibit 6. Inkubasi 7. Pemanenan 8. Pengamatan 9. Analisa data 10. Penyusunan Laopran Akhir 11. Revisi Laporan Akhir
Keterangan: All: semua BA: Basthomi Izza A.

Waktu Kegiatan (Minggu ke-) PJ Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5


All AD JE UL BA AD BA All All All All

AD: Aditya B. UL: Ulwan H.

JE: Jeffi Adam P.

11

I. RANCANGAN BIAYA

Bahan Serbuk Sengon Limbah kelinci Bibit jamur tiram Probion Dedak CaCO3 CaSO4 Total Biaya Penunjang Trasportasi Tenaga buat Baglog Tenaga untuk inokulasi Tenaga Sterilisasi Total Peralatan Plastik PP Cincin Paralon LPG Kapas steril & kapuk Drum Pengukus Sekop Terpal Pembuatan Kumbung Sewa Lahan spatula besi Timbangan Higrometer Termometer Ayakan Kompor Sprayer Bunsen Ember Total Biaya lain-lain Biaya pengetikan

Biaya satuan Rp. 1.000/kg Rp. 500/kg Rp. 800/botol Rp. 50.000/pack Rp. 4.000/kg Rp. 800/kg Rp. 3.000/kg Biaya satuan Rp. 40.000 Rp. 400.000 Rp. 50.000 Rp. 75.000 Biaya satuan Rp. 5.000/pack Rp. 200 Rp. 1.4000/tbng Rp. 170.000 Rp. 200.000 Rp. 50.000/buah Rp. 150.000/paket Rp. 1.500.000 Rp. 400.000 Rp. 25.000/buah Rp. 75.000 Rp. 120.000/buah Rp. 15.000/buah Rp. 20.000 Rp. 170.000 Rp. 20.000/buah Rp. 20.000 Rp. 5.000/buah Harga Satuan Rp. 1.000/jam

Kebutuhan 826 kg 50 kg 35 botol 1 pack 100 kg 9 kg 16 kg Kebutuhan 25 Kebutuhan 25 pack 1000 35 tbng 1 paket 1 buah 1 buah 1 paket 5X4m 2 buah 1 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1buah 1 buah 4 kebutuhan 120 jam

Total Rp. 826.000 Rp. 25.000 Rp. 280.000 Rp. 50.000 Rp. 400.000 Rp. 48.000 Rp. 48.000 1677000 Total Rp. 1.000.000 Rp. 400.000 Rp. 50.000 Rp. 75.000 Rp. 1.525.000 Total Rp. 125.000 Rp. 200.000 Rp. 490.000 Rp. 170.000 Rp. 200.000 Rp. 50.000 Rp. 150.000 Rp. 1500.000 Rp. 400.000 Rp. 50.000 Rp. 75.000 Rp. 120.000 Rp. 30.000 Rp. 20.000 Rp. 170.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 3.810.000 Total Rp. 120.000

12

Kertas A4 70g Pencetakan Laporan Dokumentasi Total Rekapitulasi biaya Jenis Biaya bahan Biaya penunjang Biaya peralatan Biaya lain-lain Total

Rp. 35.000/rim Rp. 15.000 Rp. 50.000/paket

1 rim 4 1 paket

Rp. 35.000 Rp. 60.000 Rp. 50.000 Rp. 2.65.000

Jumlah Rp. 1.677.000 Rp. 1.525.000 Rp. 3.810.000 Rp. 265.000 Rp. 7.277.000

J. DAFTAR PUSTAKA Agus, G.T.K., Agus, K.A., Dianawati, A., Dipi, U.T., Irawan, E.S., Miharja, K., Gusyadi, L., Luluk, A.M., Maman, N., Karno, P.S., Dachlan, P., Udin, S., Ujang, J.M., Yana, T., dan Sastro, Y. 2004. Budidaya Jamur Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta. Cahyana, Muchroji dan M. Bakrun. 1997. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta. Chang. 1980. The Biology and Cultivation of Edible Miishrooms. 341. Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Jakarta. pp.67 Haque, A.K.M.A and J.M. Vandepopuliere. 1994. Composting Cage Layer Manure with Poultry Litter. Journal Aplied Poultry Sciense, Inc.

Departement of Animal Sciences, University of Missouri, Columbia, MO 65211, pp.268-273. Lugyo. 2005. Pengaruh Berbagai Kompos Dengan Menggunakan Probiotik Terhadap Produksi Rumput Panicum Maximum Cv. Riversdale. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian, Bogor: 62-68.

13

Merkel,J.A. 1981.Managing Livestock Wastes. AVI Publishing Company. Inc.Westport.Connecticut. Parlindungan, A.K. 2003. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) dan Jamur Tiram Kelabu (Pleurotus sajor Caju) pada Baglog Alang-alang. Jurnal Natur Indonesia 5 (2): 152-156. Rachmatullah. 2009. Kebutuhan Nutrisi Jamur Tiram dalam Media Tumbuh. http://bisnisjamur.wordpress.com. 8 Oktober 2012. Sumarsih, Sri. 2012. Budidaya Jamur Tiram dengan Berbagai Media. Yogyakarta: Fakutas Pertanian UPN. Suriawiria, U., 2006,Budidaya Jamur Tiram, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sutanto, R., 2006,Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan

Pengembangannya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Yono, C. Rahardjo., Sajimin., dan D. Purwantari, Nurhayati. 2010. Potensi Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk Organik Dan Pemanfaatannya Pada Tanaman Pakan Dan Sayuran. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci. Balitnak Bogor. Yurmiati, Husmi. 2010. Kualitas Pupuk Organik Hasil Biokonversi Limbah Peternakan Kelinci.

14

K. LAMPIRAN 1. Daftar riwayat hidup ketua dan anggota : Daftar riwayat hidup ketua Nama Lengkap NIM Tempat Tanggal Lahir Alamat asal Kabupaten Kediri. Alamat Malang : Jl. MT-Haryono. Gg. 2 508A Malang. :Basthomi Izza A. :105050100111168 :Kediri, 18 Februari 1992. :Desa Kuwik Kecamatan Kunjang

Ttd. Daftar riwayat hidup angota 1. Nama Lengkap NIM Tempat Tanggal Lahir Alamat asal Poncokusumo, Malang. Alamat Malang Poncokusumo, Malang. : Desa Wringin Anom, Kecamatan : Jeffi Adam P. : 105050100111165 : Malang, 06 November 1991. : Desa Wringin Anom, Kecamatan

Ttd. 2. Nama Lengkap NIM Tempat Tanggal Lahir Alamat asal Alamat Malang : Aditya Budiawan : 105050100111163 : Lamongan, 26 Juni 1992 :Jl. Raya Babat Kecamatan Babat Lamongan : Jl. Sumbersari gg. 2 No.141 a Malang

Ttd.

15

3. Nama Lengkap NIM Tempat Tanggal Lahir Alamat asal Kediri Alamat Malang

: Ulwan Hawari : 125020307111021 : Jakarta, 30 Agustus 1994 : Perumahan Cahaya Permata V/6 Pakunden

: Jl. MT-Haryono. Gg. 2 508A Malang

Ttd.

2. Nama dan biodata dosen pendamping

Nama Lengkap dan Gelar NIDN Jabatan Fungsional Fakultas/Prodi Perguruan Tinggi Bidang Keahlian

: Ir. Endang Setyowati, MS : 0006115205 : Lektor Kepala : Peternakan/Ilmu Peternakan : Universitas Brawijaya : Produksi Ternak dan Penanganan Limbah

Waktu untuk kegiatan PKM

: 4 jam /minggu

Mengetahui, Dosen Pembimbing

(Ir. Endang Setyowati, MS) NIDN.0006115205

Anda mungkin juga menyukai