Anda di halaman 1dari 13

BAB IPENDAHULUANA.

Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini telah berhasilmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna walaupunmasih dijumpai berbagai masalah dan hambatan informasi di bidang kesehatan(Depkes RI, 2006).AKB (Angka Kematian Bayi) sebagai salah satu indikator kesehatanbayi yang dewasa ini masih tinggi di Indonesia dibanding AKB di negaralainnya. Menurut data SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) 2009,AKB di Indonesia adalah 29,97 kematian per 1.000 kelahiran hidup(SDKI, 2009).Sekitar 10 juta balita di Indonesia berisiko kekurangan Vitamin A(KVA) dari jumlah target sebesar 20 juta balita. Prevalensia KVA berdasarkansurvey vitamin A tahun 1992, menunjukkan xeraphtalmia sebesar 0,33%,namun secara subklinis prevalensi KVA (kadar serun retinol dalam darah)pada balita sebesar 50%. Di kalangan anak balita, akibat kekurangan VitaminA (KVA) akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkenapenyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnyakematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dantanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia)dan kebutaan. Perbaikan status Vitamin A pada anak-anak yang KVA, disertai upaya pengobatan pada semua kasus campak dengan pemberian kapsulVitamin A dapat mengurangi tingkat kegawatan dari penyakit-penyakit infeksidan morbiditas di masa anak-anak, sehingga dapat meningkatkan kesempatanbagi kelangsungan hidup mereka (Depkes RI, 2009).Penanggulangan KVA di Indonesia, khususnya pada Balita 6-59 bulan,Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Helen Keller Indonesia (HKI).Strategi penanggulangan hingga saat ini dilaksanakan melalui pemberiankapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas. Pada Balitadiberikan dua kali setahun dengan dosis 100.000 IU untuk bayi 6-11 bulan dan200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan ibu nifas. Saat ini Depkes bekerjasama dengan HKI melaksanakan kegiatan capacity Buliding untuk ProgramVitamin A di 20 Kabupaten di 9 provinsi. Disamping itu Depkes jugamelakukan kerjasama dengan Unicef untuk uji coba pemberian 2 kapsulVitamin A dosis tinggi pada ibu nifas di 5 provinsi binaan Unicef. Alasanpemilihan daerah fokus ini dilihat dari rendahnya asupan vitamin A yangdilihat dari sampel darah (Depkes RI, 2009).Berdasarkan kajian berbagai studi ditemukan bahwa Vitamin Amerupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi manusia, karena zat gizi inisangat penting agar proses-proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secaranormal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan,meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan. Vitamin A juga membantumencegah perkembangan selsel kanker. Pemberian vitamin A dosis tinggipada bayi, balita dan ibu nifas dapat menurunkan angka kematian bayi dan balita bukan hanya di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya(Azwar, 2009)..Selain factor pengetahuan hal yang menyebabkan balita tidak diberikan Vitamin A menurut hasil wawancara penulis pada salah satu ibu yangmemiliki balita yaitu karna

factor kurangnya informasi megenai jadwalpemberian vitamin A sehingga hal ini sudah membudaya.Berdasarkan data cakupan distribusi Vitamin A di Propinsi SulawesiTengah tahun 2009, untuk bayi (6 11 ) pada bulan Februari berjumlah35.449 kapsul dan bulan Agustus berjumlah 35.614 kapsul. Sedangkan untuk balita (1-5 tahun) pada bulan Februari berjumlah 180.604 kapsul dan bulanAgustus berjumlah 203.853 kapsul. Berdasarkan laporan distribusi vitamin Apada bayi dan balita di Puskesmas Tinggede pada bulan Agustus 2010 jumlahcakupan untuk bayi sebanyak 208 dari jumlah sasaran, sedangkan untuk cakupan balita sebanyak 888 dari jumlah cakupan. Dari hasil sweeping kapsulVitamin A di Puskesmas Tinggede untuk bayi sebesar 49 atau 20% untuk sasaran pendataan dan 7% untuk sasaran proyeksi. Sedangkan untuk balitasebesar 156 dengan 12% untuk cakupan pendataan dan 11% untuk cakupanproyeksi. Dengan pentingnya manfaat pemberian vitamin A bayi dan balita,maka peneliti tertarik memilih judul Pengetahua n Ibu tentang PemberianVitamin A pada Balita di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskanmasalah: Bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Vitamin A padaBalita di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umumUntuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberianvitamin A pada balita di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola.2. Tujuan khususa. Diketahuinya tujuan pemberian vitamin Ab. Diketahuinya manfaat pemberian vitamin Ac. Diketahuinya carapemberian vitamin Ad. Diketahuinya dampak bila balita tidak diberikan vitamin A D. Manfaat Penelitian 1.

Untuk pengelola Puskesmas TinggedeSebagai bahan informasi dan masukan dalam upaya meningkatkanpelayanan kesehatan khususnya pelayanan pemberian Vitamin A padabalita.2. Bagi PenelitiPenelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalamandan wawasan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian serta dapatmenerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah. 53. Bagi peneliti lainDapat menjadi salah satu bahan bacaan dan perbandingan bagi penelitilain dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.4. Bagi InstitusiDapat digunakan oleh institusi pendidikan sebagai bahan pustaka BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Tentang Vitamin A 1. PengertianVitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalamlemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehinggaharus dipenuhi dari luar ( esensial ), berfungsi untuk penglihatan,pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit(Depkes RI, 2009).Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya disebut Retinol atauRetinal atau juga Asam Retinoat, dikenal dan dipromosikan sebagai faktorpencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel danpengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf retina mata, makanya disebutRetinol/Retinal. Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka KecukupanGizi yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol. Sumbernya ada yang hewani sebagairetinol dan ada juga dari nabati sebagai pro vitamin A sebagai karotin,nanti dalam usus dengan bantuan tirosin baru dikonversi menjadi retinol.Larut dalam lemak, ingat vitamin yang larut dalam lemak yaitu A D E Ktidak larut dalam air (Mansjoer, 2008) 7Gambar 1. Jenis Kapsul Vitamin A2. Manfaat Suplemen Vitamin APemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga akan meningkatkanstatus vitamin A pada bayi yang disusuinya. ASI merupakan sumbervitamin A bagi bayi pada enam bulan pertama kehidupannya danmerupakan sumber yang penting hingga bayi berusia dua tahun. Beberapastudi menunjukkan bahwa suplemen vitamin A pada ibu nifas dapatmeningkatkan status vitamin A pada ibu nifas meningkatkan cadanganvitamin A pada bayi baru lahir hingga enam bulan pertama kehidupan,yang merupakan masa rawan. 400.000 SI sebagai dua dosis @ 200.000 SI,pemberian sedikitnya dengan selang waktu satu hari dan/atau 10.000 SIsetiap hari atau 25.000 SI setiap minggunya ((Depkes RI, 2009).3. Penyebab Kekurangan Vitamin AKekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah yang palingpenting yang menimpa anak-anak Indonesia (Depkes RI, 2009).Kurang vitamin A atau disebut juga dengan Xeroftalmia adalahkelainan pada mata akibat Kurang Vitamin A. Kata Xeroftalmia in diartikan sebagai mata kering karena

serapan vitamin A pada matamengalami pengurangan, kalau diperhatikan dengan teliti bisa dilakukanoleh seorang ibu balita terlihat terjadi kekeringan pada selaput lendir(konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.Untuk mengenal mata yang kering (xeroftalmia), akan lebih jelasbila terlebih dahulu dikenal mata yang sehat, dapat dilihat dari bagian-bagian organ mata sebagai berikut:a. Kornea (selaput bening) benar-benar jernihb. Bagian putih mata benar-benar putihc. Pupil (orang-orangan mata) benar-benar hitamd. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik e. Bulu mata teratur dan mengarah keluarVitamin A tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan anak saja,vitamin A berperan penting untuk kesehatan ibu yang baru melahirkan.Dapat terjadi xeroflatmia (bahasa latin) berarti mata kering karena terjadikekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea)dan bila ditinjau dari komsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitaminA disebabkan oleh (Mansjoer, 2008):a. Konsumsi makanan yang tidak mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama.b. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/zenatau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A danpenggunaan vitamin A dalam tubuh 9c. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif.d. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau provitamin A sepertipada penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kroni, KEP(Kurang Energi Protein) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin Ameningkat.e. Adanya kerusakan hati, seperti kwashiorkor dan hepatitis kronik,menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein)dan pre albumen yang penting untuk penyerapan vitamin A.4. Kekurangan Vitamin AKurang vitamin A adalah kelainan sintenik yang mempengaruhi jaringan epitel dan organ-organ seluruh tubuh termasuk paru-paru, usus,mata dan organ lainnya. Akan tetapi gambaran yang karakteristik langsungterlihat pada mata.Gejala klinis KVA (Kekurangan Vitamin A) pada mata akantimbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejalatersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak,diare, ispa dan penyakit infeksi lainnya (DepKes RI, 2006).Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin A (KVA) akanmeningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah

terkena penyakitinfeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia)dan kebutaan Akibat kekurangan vitamin A dapat dimulai atau diklasifikasikanXN, X1A, X1B, X2, X3A, X3B dan XS dapat dijabarkan sebagai berikut :Pertama: Dimulai dari gangguan pada sel batang retina, yang sulitberadaptasi diruang yang remang setelah terang, ini sangat jelas terlihatketika sore hari, dimana penglihatan menurun pada sore hari, anak-anak biasa masuk rumah menabrak barang yang ada dihadapannya. Istilah inidikenal dengan istilah buta senja. Ironisnya cakupan pemberian vitamin Adiwilayah pedesaan terutama wilayah pegunungan terlapor cakupan tinggi,namun kejadian-kejadiaan buta senja masih sering terungkap padamasyarakat. Buta Senja secara internasional diistilakan dengan XN(singkatan dari Xeropthalmia Nigth ).Kedua, bila buta senja terus terjadi dan konsumsi vitamin A sangatrendah bahkan tidak ada dalam makanan sehari-hari atau pada bulanFebruari dan Agustus tidak mendapatkan vitamin A (200.000 IU), makatahap selanjutnya akan terjadi bagian putih mata akan kering, kusam, tak bersinar (ini diistilahkan dengan Xerosis Konjungtiva-X1A ). Ibu balita bisamemeriksa dan melihat dengan jelas ketika mencoba membuka sedikitmata anaknya dan melihat bagian putihnya, akan terlihat dengan jelasbagian putihnya kering, kusam dan tak bersinar serta sedikit kotor(DepKes RI, 2006). 11Gambar 2. Xerosis Conjungtiva (X-1A) Ketiga: Setelah bagian putih mata telah terjadi kering, kusam dantak bersinar, bila konsumsi vitamin A dari makanan rendah dan tidak mendapatkan kapsul vitamin A rutin lagi, selanjutnya akan terjadipenimbunan sel epitelnya dan adanya timbunan keratin (Bercak Bitot=X1B) maka petugas yang menemukannya harus merujuk ke klinik mata,kalau tidak ditangani segera dan dirujuk ke klinik mata atau dokter mataakan merambat pada bagian hitam mata terlihat kering, kusam dan tak bersinar (Xerosis Kornea-X2). Dan ini merupakan tahapan pertama terjadikebutaan bila tidak ditemukan atau tidak tercakup dalam pemberianvitamin A, kalau tidak ada penyakit lain yang menyertai mungkin masihbisa tertolong secara medik. Secara keseluruhan Anak dengan gejala Butasenja (XN), Xerosis Konjungtiva hingga Xerosis Kornea(X2) sepertiterlihat pada gambar disamping, masih dapat disembuhkan denganpemberian kapsul vitamin A yang tersedia secara gratis di Puskesmas 12Gambar 3. Bercak Biot (X-1B)Gambar 3. Xerosis Korne (X2) 5. Pentingnya/keuntungan Vitamin A Bagi Ibu dan BayiDalam menanggulangi KVA (kekurangan vitamin A) di Indonesia,khususnya pada Balita 12-59 bulan, Departemen Kesehatan RIbekerjasama dengan Helen Keller Indonesia (HKI). Strategipenanggulangan hingga saat ini dilaksanakan melalui pemberian kapsulVitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas.Pada Balita diberikan dua kali setahun dengan dosis 100.000 IUuntuk bayi 6-11 bulan dan 200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan ibunifas. Saat ini Depkes bekerja sama dengan HKI

melaksanakan kegiatancapacity Buliding untuk Program Vitamin A di 20 Kabupaten di 9provinsi. Disamping itu Depkes juga melakukan kerjasama dengan Unicef untuk uji coba pemberian 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifasdi 5 provinsi binaan Unicef. Alasan pemilihan daerah fokus ini dilihat darirendahnya asupan vitamin A yang dilihat dari sampel darah.a. Meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI (Air Susu Ibu).b. Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi.c. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan.6. Faktor-faktor Resikoa. Faktor sosial ekonomi, budaya dan pelayanan kesehatan yang tidak mendukung seperti :1) Kurang ketersediaan pangan sumber vitamin A.2) Kemampuan daya beli yang rendah.3) Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan sumber vitamin A.4) Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang sehat.b. Faktor Individu (biologis)1) Anak yang tidak mendapat ASI ekslusif dan tidak diberi ASIsampai usia 2 tahun.2) Anak dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah).3) Anak kurang gizi dan garis merah.c. Faktor Geografis1) Sulitnya ASKES ke sarana pelayanan kesehatan.2) Daerah tandus sering rawan pangan.3) Keadaan darurat karena bencana alam, perang dan kerusuhan.(DepKes RI, 2006) B. Konsep Tentang Pengetahuan 1. PengertianPengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadisetelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia

yakni inderapenglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besarpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007).2. Tingkat Pengetahuan Yang Mencakup Dalam Domain Kognitif Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat pentinguntuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) pengetahuan yangdicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :a. Know (tahu)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarisebelumnya. Termaksud kedalam pengetahuan tingkat ini adalahmengingat kembali (recall) suatu yang spesifik bahan yang dipelajariatau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu inimerupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerjauntuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antaralain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dansebagainya 15b. Comprehension (memahami)Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapatmenginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telahpaham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainyaterhadap objek yang dipelajari.c. Application (aplikasi)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materiatau telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaanhukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konsteksatau situasi yang lain.d. Analysis (analisa)Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek terdalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatustruktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan sama lain.Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja :dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,mengelompokkan dan sebagainya e. Synthesis (sintesis)Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhanyang baru dari formulasi-formulasi yang ada.f. Evaluation

(evaluasi)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasiatau penilaianpenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteriakriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atauangket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahuiatau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007) AB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONALA. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimanateori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagaimasalah yang penting (Business Research, (1992), dalam Sugiyono, 2004).Nutrisi merupakan pembangun tubuh yang mempunyai pengaruhterhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertamakehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan otak. Keberhasilanperkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan danperkembangan otak. Jadi dapat dikatakan nutrisi juga selain mempengaruhipertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak (Narendra, 2002).Salah satu nutrisi yang sangat dibutuh kan pada masa balita adalahVitamin A. Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin A (KVA)akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena penyakitinfeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dankebutaan.Pada umumnya gangguan gizi sering terjadi pada masa ini oleh karenakeluarga / ibu 1. Kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahanyang bergizi.2. Ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokalyang bergizi.3. Kemiskinan sehingga kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi.4. Ketidaktahuan mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dalamkeluarga dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.Dari uraian diatas maka dapat dibuatkan dalam sebuah kerangkapemikiran seperti dibawah ini: B. Definisi Operasional 1. PengetahuanSegala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang pemberian Vitamin A padabalitaAlat ukur : kuesionerCara ukur : pengisian kuesionerSkala ukur : ordinalHasil ukur : - Baik , bila jawaban median - Kurang baik, bila jawaban < median

192. Pemberian Vitamin APemberian vitamin A yaitu asupan atau pemberian Vitamin A padabalita yang dilakukan pada bulan Februari dan Agustus, di LayananKesehatan seperti Puskesmas atau Posyandu BAB IVMETODE PENELITIANA. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan tujuanuntuk memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif darivariabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010) yaitu untuk mendapatkan gambaranpengetahuan ibu tentang pemberian Vitamin A pada balita di PuskesmasTinggede Kecamatan Marawola. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Tinggede KecamatanMarawola Pada bulan Agustus 2011 C. Populasi dan Sampel 1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Machfoedz, 2008).Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balitayang datang berkunjung ke Puskesmas Tinnggede Kecamatan Marawolasebanyak 888 orang 2. SampelSampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil daripopulasi itu (Machfoedz, 2008). Jumlah / besar sampel dalam penelitian inidiambil berdasarkan rumus slovin yakni:. n =

n =

n =

n = =

= 42 orangKeterangan :N = Besar Populasin = Besar Sampeld = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,15)T eknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik accidentalsampling dimana didalam pengambilan sampel ini dilakukan denganmengambil kasus / responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo,2002) 22 D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data PrimerData primer yaitu data yang didapat langsung dari respondenmelalui pengisian kuesioner oleh peneliti. Responden pada penelitian iniadalah ibu-ibu yang memiliki balita yang ada di wilayah kerja PuskesmasTinggede.Kuesioner diisi langsung oleh responden untuk mengetahuipengetahuan ibu. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala guttman dengan alternatif responden Benar dan Salah . Kuesioner ini terdiri dari 10 pernyataan. Skor tertinggi adalah 10 dan terendah adalah 0dengan teknik penentuan skor dalam pernyataan positif.Jawaban benar : mendapat nilai 1Jawaban salah : mendapat nilai 02. Data SekunderAlat perolehan data sekunder adalah diperoleh melalui catatan ataulaporan data yang ada di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola. E. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan cara analisis univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekwensi dan proporsi masing masing variabel yangditeliti. Setelah data di kumpulkan, data tersebut dilakukan pengolahan dengancara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:a. Median Median merupakan nilai observasi yang terletak di tengah-tengah setelahseri pengamatan diurutkan terlebih dahulu menurut besar kecilnya (Arraydata) untuk menentukan nilai median harus terlebih dahulu ditentukanposisi dengan cara :Menentukan posisi median dengan rumus: 21n

b. Distribusi frekuensi 100%xnf P Keterangan :P : Presentasef : Frekuensi jawaban respondenn : Jumlah responden(Sabarguna, 2008) F. Penyajian Data Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan carapenyajian data dalam bentuk tabel dan narasi. 24 BAB VHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola,Pada Bulan September 2011. Jumlah responden dalam penelitian adalah 42orang yang dipilih dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu ibu-ibu yang kebetulan ada. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalahanalisis Univariat. 1. Gambaran Lokasi Penelitian a. PemerintahanPuskesmas Tinggede merupakan salah satu puskesmas yangada di kecamatan Marawola kabupaten Sigi yang memiliki wilayahkurang lebih 824 M2. Dengan batas wilayah sebagai berikut:1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan palu utara.2) Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan marawola.3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa.4) Sebelah Timur berbatasan dengan kecamata Dolo.b. KependudukanJumlah penduduk diwilaya kerja Puskesmas tinggedeberjumlah kurang lebih 13.457 jiwa.. 252. Pengetahuan RespondenHasil data diperoleh hasil tentang distribusi pengetahuan respondententang Pemberian Vitamin A Pada Balita pada remaja dapat dilihat padatabel berikut:Tabel 5.1Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pemberian Vitamin APada Balita Di Puskesmas Tinggede. No. Pengetahuan Frekuensi ( f ) Persentase (%)

1. Baik 28 672. Kurang Baik 14 33Jumlah 42 100 %Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2011Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 42 respondenmemiliki pengetahuan baik sebanyak 28 orang (67%) dan responden yangmemiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 14 orang (33%). B. Pembahasan Dari hasil analisa univariat pada tabel 5.1 menunjukkan bahwaresponden yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yaitu 28 (67 %)responden.Menurut asumsi peneliti Hal ini disebabkan karena respondensering menerima informasi mengenai Vitamin A, dan mendapatkanpenyuluhan dari petugas kesehatan, seperti Posyandu, dan Liflet sertaResponden melihat dari media elektronik. Hal ini juga disebabkan karenamereka lebih poraktif dalam mengikuti penyuluhan dan memperhatikan

26informasi yang diterima, baik dari petugas kesehatan maupun melaluimedia massa, baik pengertian, keuntungan maupun dampak bila anak tidak diberikan Vitamin A. Selain itu karena faktor pendidikan mereka lebihbanyak yang SMA dan ada yang perguruan Tinggi, sehingga mereka lebihmudah menerima informasi baik yang diberikan melalui penyuluhanmaupun dari media massaHal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2011), yangmenyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadisetelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu..Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni inderapendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besarpengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.Responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik sebanyak 14 orang (33%) dari 42 responden yang di teliti.Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena faktorkurangnya kesadaran dari respondent untuk melakukan imunisasi danFaktor ketidaktahuan tentang manfaat dari Vitamin A selain itu Kurangnyainformasi mengenai jadwal pemberian Vitamin A. Hal ini juga disebabkanoleh kurangnya pemahaman dan pengertian mereka tentang pemberianVitamin A dan kurang aktif dalam mengikuti penyuluhan oleh petugaskesehatan. Selain itu juga karena faktor pendidikan mereka yang rendahyaitu SD dan SMP, mereka tidak mengetahui keuntungan dan dampak bilaanak tidak diberikan Vitamin A 27Hal ini sejalan dengan pendapat Aswar 2009 bahwa Vitamin Amerupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi manusia, karena zat giziini sangat penting agar proses-proses fisiologis dalam tubuh berlangsungsecara normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsipenglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan. VitaminA juga membantu mencegah perkembangan sel-sel kanker. Pemberianvitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas dapat menurunkanangka kematian bayi. 28 BAB VIKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab V, dapatdisimpulkan sebagai berikut :Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang Pemberian Vitamin Apada balita lebih banyak, dibanding yang memiliki pengetahuan kurang baik B. Saran 1. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Tinggede, diharapkan selalu proaktif untuk memberikan penyuluhan dan informasi khususnya kepada ibu-ibuyang memiliki pengetahuan kurang baik mengenai tujuan dan manfaatpemberian Vitamin A pada balita sehingga ibu-ibu memiliki pengetahuanyang lebih baik dan termotivasi untuk membawa anaknya ke Puskesmas2. Bagi Akademi Kebidanan Graha Ananda Palu, diharapkan dapatmeningkatkan/ menambah jumlah referensi khususnya tentang pemberianvitamin A sehingga memudahkan mahasiswa untuk mencari informasimengenai Vitamin A3. Bagi Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini danmengembangkan dengan variabel yang lebih luas dan dapat menambah jumlah sampelnya.

Anda mungkin juga menyukai