POKOK BAHASAN: Faktor Manusia dalam Human Relations DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang Faktor Manusia dalam Human Relations, Titik sentral human relations adalah manusia, dalam organisasi kekaryaan manusianya adalah karyawan. Bagaiman karyawan belajar dan bagaimana kinerja mereka dalam organisasi. TUJUAN INSTRUKSIONAL: Setelah mengikuti pokok bahasan matakuliah ini mahasiswa diharapkan mengerti dan mampu menjelaskan perlaku manusai (karyawan) dalam lingkungan organisasi. Bagaimana kita memperlakukan karyawan lebih manusiawi. Referensi : 1. Sopiah, Perilaku Organisasional, penerbit Andi, Yogyakarta, 2008 2. Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1993
HUMAN RELATIONS
4.
menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya
Ekstroversi
mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepasan dari stumulus lingkungan 5. Persepsi
Robbins (1986) menyebutkan : Aprocess by wich individuals organize and interpretation their sensory impressions in order to give meaning to their environment. Nimran (1996) mengartikan sebagai suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya. Persepsi Terhadap Diri Pribadi (self-perception)
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal dengan persepsi. Menurut Fisher, persepsi didefenisikan sebagi interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi mensyaratkan: 1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita. 2. adanya informasi untuk diinterpretasikan. 3. menyangkut sifat representatif dari penginderaan. Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan, karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya.
HUMAN RELATIONS
Sifat-sifat persepsi Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan didalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang mudah menurut kita belum tentu mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas menurut orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami sifat-sifat persepsi: 1. persepsi adalah pengalaman. Untuk memaknai seseorang, objek atau peristiwa kita menginterpretasikannya dengan pengalaman masa lalu yang menyerupainya. Pengalaman menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna. 2. persepsi adalah selektif. Kita melakukan seleksi pada hal-hal yang kita inginkan saja, sehingga mengabaikan yang lain. 3. persepsi adalah penyimpulan. Mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Artinya mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tapi hanya berdasar penangkapan indra yang terbatas. 4. persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. 5. persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pad objek yang dipersepsi.
HUMAN RELATIONS
Beberapa Elemen Persepsi 1. sensasi/penginderaan dan interpretasi. Ketika individu menangkap sesuatu melalui inderanya (melihat, mendengar, mencicipi, membau dan meraba) maka secara simultan ia akan menginterpretasikan makna dari hasil penginderaan. 2. Harapan. Kita cenderung untuk mendengar apa yang kita harapkan untuk didengar dan melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat. 3. bentuk dan latar belakang (figure & ground). Persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi figure (informasi yang dianggap penting/relevan) dan background (informasi yang kurang penting/relevan). 4. perbandingan. Orang biasanya ingin dialaminya. 5. konteks. Seperangkat fenomena yang mendasari suatu objek untuk dimaknai. Gitosudarmo, I (1997) menyebutkan bahwa persepsi sebagi suatu proses meyakini kebenaran persepsinya. Caranya adalah dengan melakukan perbandingan berdasarkan pengalaman yang pernah informasi yang menjadi
memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada sejumlah factor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya; Ukuran Semakin besar atau semakin kecil ukuran suatu objek fisik maka akan semakin dipersepsikan Intensitas
HUMAN RELATIONS
Semakin
tinggi
tingkat
intensitas
suatu
stimulus
maka
semakin
besar
kemungkinannya untuk dipersepsikan Frekuensi Semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin dipersepsikan orang. Misalnya perusahaan yang dengan gencar mengiklankan produknya di berbagai media. Kontras Stimulus yang kontras/mencolok dengan lingkungannya akan semakin dipersepsi orang. Seseorang yang tampil beda secara fisik akan semakin dipersepsi banyak orang Gerakan Stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin dipersepsikan orang dibandingkan stimulus yang gerakannya kurang. Misalnya, di suatu ruangan yang hening, semua diam, tiba-tiba ada seseorang yang bergeraqk, maka semua orang di ruangan tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu. Perubahan Di mana stimulus yang berubah-ubah akan menarik untuk diperhatikan disbanding stimulus yang tetap. Misalnya, lampu yang nyalanya berkelap-kelip atau memiliki warna yang bermacam-macam akan lebih menarik perhatian Baru Suatu stimulus baru akan lebig menarik perhatian orang disbanding stimulus lama. Misalnya, buku terbitan baru tentunya lebih menraik perhatian public dibandingkan buku terbitan lama Unik Dimana semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang lain untuk memperhatikannya
HUMAN RELATIONS
Memahami persepsi individu ataupun kelompok merupakan sesuatu hal yang penting sebab dalam kehidupan sehari-hari, baik di organisasi maupun di masyarakat umum, perilaku individu/kelompok dituntun atau didasari oleh bagaimana dia mempersepsikan semua stimulus yang datang dari lingkungan, yang kadangkadang bahkan persepsi seseorang/kelompok tersebut sering sama sekali tidak menunjukkan situsai dan kondisi yang sebenarnya. Perbedaan persepsi tiap individu/kelompok dalam memaknai suatu tugas, misalnya di organisasi, adalah hal biasa. Dampaknya adalah timbulnya permasalahan atau bahkan konflik antarindividu maupun antar kelompok. Oleh karena itu memahami persepsi baik individu/kelompok amatlah penting. Ada sejumlah factor yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi atau adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. Factor-faktor tersebut adalah:
HUMAN RELATIONS
Caf, Menurut anda orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut datang ke mesjid , maka anda punya pendapat orang tersebut menarik. Namun mungkin saja orang lain tidak menilainya demkian. Gitosudarmo, I (1997) menambahkan bahwa ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam mempersepsikan suatu objek kejadian tertentu, yaitu Stereotyping Mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotipe sering didasarkan atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan, kedudukan, jabatan. Misalnya seorang pimpinan menilai perempuan yang sudah menikah, apalagi punya anak, cenderung memiliki tingkat absensi yang tinggi. Contoh yang lain: ada anggapan di masyarakat bahwa tenaga kerja dari luar (ekspatriat) pasti professional.
Halo effect
Adanya kecenderungan untuk menilai seseorang hanya atas dasar salah satu sifatnya saja. Misalnya orang yang mudah tersenyum, berpenampilan menarik, maka orang tersebut dinilai baik dan jujur. Sebaliknya orang yang berpenampilan fisik acak-acakan, menyeramkan, lalu dinilai sebagai orang jahat. Pada saat wawancara seleksi karyawan, efek hallo ini sering terjadi. Pewawancara seringkali tertipu dengan penampilan sesatt calon karyawan. Hal ini tentu sangat berbahaya. Projections Merupakan kecendrungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan atau sifatnya. Misalnya seseorang yang membenci orang lain, apapun yang dilakukan orang itu, hal itu akan membuatnya tidak suka, sebaliknya, jika ia suka terhadap orang tertentu, apapun yang dilakukannya, walaupun menyakitkan, tetap saja orang tersebut tidak bisa membencinya. Jika
HUMAN RELATIONS
hal ini terjadi pada seseorang pimpinan terhadap salah seorang karyawannya, hal ini tentu sangat merugikan. Inti dari uraian di atas adalah bahwa memhami persepsi inmdividu/kelompok merupakan sesuatu yang sangat penting agar kita dapat memahami perilaku individu/kelompok lain.
Stimulus Lingkungan
Gambar : Proses persepsi ( sumber Gitosudarmo, 1997) d. Attitude Sikap (attitude) dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, konsep atau apa saja. Ada beberapa asumsi yang mendasari pernyataan tersebut, yaitu: 1. Sikap berhubungan dengan perilaku, misalnya jika sikap seseorang
individu dinilai menyenangkan maka apapun yang dilakukan orang itu juga akan menyenangkan. 2. sikap berkaitan erat dengan perasaan sesorang terhadap objek, jika
seseorang tertarik dengan orang tertentu maka apapun perilaku orang tersebut akan dianggap menarik 3. sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya, konsekuensinya
dapat diamati tetapi sikap itu sendiri tidak dapat dipahami. Sikap merupakan salah satu factor penting yang harus dipahami agar kita dapat memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami sikap individu maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik.
HUMAN RELATIONS
1. Personal, secara fisik, unsur emosional suatu individu termasuk kondisi, usia dan
status social Misalnya; o o o Fisik secara jelas terlihat perbedaan sikap pada individu berdasarkan Berdasarkan usia; kecendrungan makin tinggi usua sesorang akan Status social; berdasarkan tingkatan status social individu akan fisik, anak kecil dan orang dewasa akan bersikap berbeda dilihat dari fisiknya. menunjukkan sikapnya pada suatu persoalan tertentu. bebrbeda pandapatnya mengenai suatu persoalan, individu dengan status social rendah akan berbeda dengan yang menegah, dan kaya.
HUMAN RELATIONS
tinggal.
Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka telah lalui dalam kehidupan ( life cycle), penghasilan, pendidikan, dan di mana mereka
6. Tingkatan social, posisi dalam masyarakat. Perubahan status social yang dimiliki
orang-orang Perubahan status dalam masyarakat, misalnya individu yang awalnya tidak memiliki kedudukan dalam masyarakat akan berubah sikapnya jika individu tersebut memiliki status baru, jadi pejabat penting di pemerintahan ataupun swasta, ataupun status baru dalam perkawinan.
7. Ras, etnis/suku
Aleksis S. Tan (1992): Sikap mencakup ciri-ciri:
HUMAN RELATIONS
10
1. 2. 3.
Komponen kognitif yang merupakan informasi atau pengetahuan seseorang tentang obyek sikap Komponen afektif yang merupakan perasaan seseorang mengenai sikap yang biasanya disimpulkan sebagai persaan suka atau tidak suka Komponen konatif atau behavioral yang merupakan tindakan seseorang terhadap obyek sikap.
Dengan demikian sikap merupakan paduan dari pikiran (kognisi) dan perasaan (afeksi), yang kemudian diekpresikan dalam bentuk tindakan atau perilaku secara fisik dalam bentuk opini secara verbal. Berdasarkan definisi sikap dapat disimpulkan bahwa ada tiga komponen sikap: Afektif Berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan seseorang Kognitif
Berkaitan dengan komponen persepsi, keyakinan dan pendapat. Komponen ini berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada rasionalitas dan logika Psikomotorik
Merupakan kecendrungan sesorang dalam bertindak terhadap lingkungannya. e. Bejarar Robbins (1993) menyebutkan belajar adalah proses yang relative konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan. Ada tiga komponen belajar : 1. bisa. 2. Perubahan yang terjadi relative permanent. Perubahan Belajar melibatkan adanya perubahan, yaitu perubahan dari buruk menjadfi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
HUMAN RELATIONS
11
3.
mengubah pikiran dan sikap, tetapi juga yang lebih penting lagi adalah bahawa belajar harus mengubah perilaku subjek ajar.
Jenis-jenis Teori Belajar 1. Pengondisian klasik Teori pengondisian klasik dikemukakan oleh Paplov yang melakukan percobaba terhadap anjing. Studi ini mencoba mengungkapkan keterkaitan antara stimulus dan respon. Hasil percobaannya menunjukkan bahwa stimulus yang dikondisikan akan menghasilkan respon yang tidak dikondisikan pula dan melalui proses belajar maka stimulus yang dikondisikan itu akan menghasilkan respon yang dikondisikan. 2. Pengodisian operan Menurut teori ini perilaku merupakan fungsi dari akibat perilaku itu sendiri. Kecendrungan mengulangi suatu perilaku tertentu diopengaruhi oleh penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat dari perilaku itu. Misalkan bila seorang karyawan yang berprestasi kerja di atas standar kemudian diberi insntif oleh pimpinan. Perilaku yang menghasilkan kinerja yang baik ternyata berdampak positif/kesenangan sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama untuk memperoleh imbalan yang sama.
3. Teori social
Teori social tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Proses belajar seseorang pada umumnya dialami melalui pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungan, misalnya guru, orang tua, teman ,atasan, tayangan TV, mendengarkan radio dan seterusnya. Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan proses belajar-mengajar , yaitu:
HUMAN RELATIONS
12
b) Proses ingatan, di mana hasil belajar juga tergantung pada seberapa besar
daya ingat si subjek ajar,
d) Proses penguatan, dimana bila subjek ajar telah belajar dengan baik maka
harus diberikan penguatan, di mana bila subjek ajar telah belajar dengan baik harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imbalan yang sesuai. Kinerja Individu Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kemampuan), dan situasi lingkungan. 1. Effort Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang dimliki seseorang dan kekeuatan tersebut akan melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Semua usaha individu tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Intensitas adalah jumlah dari usaha pengalokasian tujuan atau beberapa usaha untuk mencapai tujuan motivasi ada dua macam:
1. Motivasi dari dalam keinginan yang besar yang muncul dari dalam diri individu
tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnyan
2. Motivasi dari luar yang bersumber dari luar diri yang menjadi kekuatan bagi
individu tersebut untuk meraih tujuan-tujuan hidupnya, seperti pengaruh atasan, teman kerja, keluarga dan lain-lain 2. Ability
HUMAN RELATIONS
13
Ability individu diwujudkan dalam bentuk kompetensi. Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu dianugrahi Tuhan denga bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami bersifat bawaan. Kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoelh melalui belajar. 3. Situasi lingkungan Lingkungan dapat memiliki dampak yang positif atau sebaliknya, negative. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan darai atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai, dan lain-lain. Situasi lingkungan yang negative, misalnya suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, teman kerja dan lain-lain. Langkah Modifikasi Perilaku Perilaku individu dapat dmodifikasi kea rah yang lebih baik sehingga mengarah pada pencapaian tujuan yang efektif dan efesien. Adapun langkah modifikasi yang dapat dikembangkan adalah sebagai beikut:
1. 2. 3.
Antecendents. Apa yang melatar belakangi perilaku individu? Behavior : apa yang individu lakukan/katakan? consequences apa yang terjadi setelah tindakan tersebut? Tahap tersebut bias menjadi siklus tindakan/ perilaku individu. Jika tahap ketiga (konsekuensi) telah dilakukan maka tindakan tersebut dapat menjadi pemicu tahapan perilaku untuk siklus yang kedua. Dengan demikian langkah modifikasi perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Antecendents What happen Before the behavior Behavior What the person says or does Concequences What happens after the behavior
HUMAN RELATIONS
14
Kesimpulan Di dalam mengelola organisasi seorang pemimpin atau maneger harus memahami perilaku kelompok sebagai landasan untuk mengrelola orang-orang yang ada di dalamnya. Masalah perilaku individu maupun kelompok merpakan salah satu masalah yang amat pelik yang selalu dihadapi oleh semua manajer berbagai organisasi, yang oleh karena itu perlu sekali dipelajari dan dipahami agar tujuan dapat dicapai efektif dan efesien.
HUMAN RELATIONS
15