Anda di halaman 1dari 1

BAB III PEMBAHASAN

Demam tifoid termasuk salah satu jenis penyakit infeksi bakteri yang banyak ditemukan di Negara kita, baik pada dewasa maupun anak-anak. Diagnosis demam paratifoid pada kasus ini ditentukan berdasarkan hasil anamnesa, femeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien. Pada kasus ini dilakukan pemeriksan uji tes widal yang menunjukan hasil positif (Salmonella paratyphi CO : 1/320). Di Indonesia pengambilan angka titer O agglutinin >1/40 dengan memakai uji widal menunjukan nilai ramal positif 96 %. Saat ini walaupun telah dipergunakan secara luas, manpaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi. Untuk mencari standar titer uji widal seharusnya ditentukan titer dasar pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibosi O dan H pada anak-anak sehat. Selain itu Hasil uji ini di pengaruhi oleh banyak factor sehingga dapat memberikan hasil positif palsu atau negative palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh factor-faktor antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (enterobacteriaceae sp) dan reaksi anamnestik (pernah sakit). Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena penderita sudah mendapat terafi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit.

Pemberian antibiotic pada kasus ini diberikan ceftriaxone diman merupakan antibiotic golongan cephalosporin kelas 3. Pada dasarnya drugof choice pada penatalaksanaan demam tifoid adalah kloramfenikol akan tetapi karena di asia telah dilaporkan banyaknya kejadian MDR (multi drug resistance) maka dapat diberikan ceftriaxone sebagai antibiotic alternative dengan dosis yang di anjurkan.

Anda mungkin juga menyukai