Anda di halaman 1dari 85

EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PELUNASAN OBLIGASI

SYARIAH MUDHARABAH JATUH TEMPO PADA PT BANK SYARIAH


MANDIRI






Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Jakarta






Oleh:
Nama : Rini Rahmawati
NIM : 2008320027









UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2012





PERSETUJUAN TIM PENGUJi
Diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian Sarjana Strata Satu (S-1) pada
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, untuk melengkapi tugas-tugas
dan memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi
Akuntansi.

Jakarta, 10 Oktober 2012
Tim Penguji
Ketua Penguji,


(M.Nur A. Birton, SE.,Ak.,M.Si)

Anggota Penguji I,




( Siti Asmanah SE., Ak. )

Anggota Penguji II,




( Edi Purwanto SE., MM.)


i

ABSTRAKSI



Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi
perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah oleh PT Bank Syariah Mandiri.
Selain itu penelitian ini juga mengevaluasi apakah obligasi syariah mudharabah
yang dilunaskan telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Syariah Berterima Umum
(PASBU).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif evaluatif. Metode
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan obligasi syariah mudharabah,
sedangkan metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian dengan
Prinsip Syariah Berlaku Umum (PASBU) pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah dalam laporan keuangan
oleh PT Bank Syariah Mandiri dengan PASBU.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan sudah sesuai dengan PASBU, kecuali terhadap penyajian obligasi
syariah mudharabah dalam laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri, karena
PT Bank Syariah Mandiri memasukkannya ke dalam pos kewajiban bukan di
dalam pos Dana Syirkah Temporer. Penyajian ini tidak sesuai karena obligasi
syariah mudharabah bukan bersifat hutang tetapi suatu bentuk penyertaan dana
dalam suatu entitas.

Kata kunci: perlakuan akuntansi, dan pelunasan obligasi syariah mudharabah.


























ii

ABSTRACT

The purpose of this study is to describe and evaluate the accounting treatment of
Islamic bonds of mudaraba PT Bank Syariah Mandiri. Futhermore, this study also
evaluates whether the islamic bonds accounting treatment to be paid away compliance
with General Accepted Accounting Principles Sharia (PASBU).
The method used is combaind descriptive evaluative. Descriptive method is used to
describe accounting treatment Islamic bonds of mudaraba, while the evaluative methods
used to evaluate compliance with General Accepted Accounting Principles Sharia
(PASBU) the recognition, measurement, presentation and disclosure of repayment
Islamic bonds of mudaraba in the financial statements mudharabah by PT Bank Syariah
Mandiri with PASBU.
The results of this study indicate that generally recognition, measurement and
disclosure are in accordance with PASBU, in except presenting Islamic bonds of
mudaraba in the financial statements of PT Bank Syariah Mandiri, because PT Bank
Syariah Mandiri was incorporated into payable post not into post of Shirkah Temporary
Funds. This presenting It is not suitable for Islamic bonds of mudaraba are not payablet
but is a form of participation in a entity.
Key words: accounting treatment, and Islamic bonds of mudaraba payment.


























iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirrabilalamin, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas ridha dan rahmatNya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada penutup segala nabi
dan rasul Muhammad SAW., beserta segenap keluarga, sahabat dan umatnya.
Insya Allah dan mudah-mudahan kita berada di dalamnya.
Skripsi yang berjudul Evaluasi Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi
Syariah Mudharabah Jatuh Tempo Pada PT Bank Syariah Mandiri ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, namun
penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan
banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, serta kaka-kakaku yang tersayang, terima kasih atas
segala doa, perhatian, pengertian, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis selama ini. Kesabaran dan harapan keluarga penulis merupakan
motivasi terbesar bagi penulis.
2. Bapak Andry Priharta, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jakarta.


iv

3. Ibu Siti Hafnidar Harun, SE., MM selaku Wakil Dekan I.
4. Ibu Siti Asmanah, SE., Ak selaku Wakil Dekan II.
5. Ibu Hairul Triwarti, SE., Ak., MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, terima kasih banyak
atas bantuan yang ibu berikan kepada penulis.
6. Bapak M. Nur. A. Birton, SE., Ak., MSi selaku Pembimbing yang telah
memberikan banyak saran, nasihat serta bimbingannya baik secara teknis
maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan
dengan baik.
7. Seluruh Dosen-Dosen FE-UMJ yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis dan membantu penulis dalam
pelaksanaan kuliah sampai dengan saat ini. Serta Staf Tata Usaha dan
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
8. Teman-teman konsentrasi Akuntansi Syariah Mira, Silvi, Kiky , Dini, Novi,
Yuni, Ka mimi dan Nur yang telah memberikan pengalaman yang indah, dan
telah mengajarkan banyak hal selama masa kuliah, semoga apa yang qta
harapkan bisa tercapai semuanya Amin.. Ya Allah
9. Seluruh teman-teman jurusan Akuntansi & Manajemen 2008 Ka Nisa, Risda,
Danar, Iqbal, Eti, Hati, Septi, Topik, Evan, Olive, Stecy, Indah, dan semuanya
yang tidak disebutkan satu persatu. Maaf ya teman. Terima kasih buat
kebersamaan dan pengalaman yang ga akan terlupakan ini. Semoga selalu
dalam lindungan dan rahmat-Nya serta sukses untuk semua. Amiinn...


v

10. Seluruh Mantan Pengurus Hima Aksi Ka Fairus, Ka Dian, Ka Karim, Ka Rara,
Ka Weny yang telah memberikan semangat dan doanya selama ini walaupun
sudah memiliki kesibukan kerja masing-masing.
11. Bapak Irham Indiantoro yang telah memberikan kemudahan jalan kepada
penulis dari proses magang sampai melakukan riset di PT Bank Syariah
Mandiri serta Ibu Lisa selaku Sekretaris staf Divisi Pembiayaan Korporasi &
Investasi PT Bank Syariah Mandiri, yang telah menjawab pertanyaan penulis
dan membantu atas ketersediaan data yang diperlukan penulis serta
memberikan pengalaman yang begitu banyak saya dapatkan selama saya
magang di PT Bank Syariah Mandiri.
12. Ka Adi yang telah membantu memberikan saran serta semangat dan doa yang
begitu banyak berikan kepada penulis.
13. Dan semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan. Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis agar dapat lebih
baik lagi dikemudian hari.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya, agar penulisan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Agustus 2012

Penulis


vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAKSI .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ................................................................... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
A. Ruang Lingkup Obligasi Syariah .............................................. 8
1. Pengertian Obligasi Syariah ................................................ 8
2. Jenis-jenis Obligasi Syariah ................................................ 9
3. Tinjauan Syariah Obligasi Syariah Mudharabah ................ 11
B. Ruang Lingkup Prosedur Pelunasan
Obligasi Syariah Mudharabah dan Pengelolaannya ................. 13
1. Pengertian Obligasi Syariah Mudharabah .......................... 13
2. Mekanisme Pengelolaan Obligasi Syariah Mudharabah .... 16


vii

3. Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah ........................... 19

C. Akuntansi untuk Obligasi Syariah Mudharabah ....................... 21
1. PASBU Sebagai Pedoman Pelaporan Keuangan
Obligasi Syariah Mudharabah ............................................ 25
2. Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi
Syariah Mudharabah ........................................................... 25
D. Penelitian Terdahulu .................................................................. 30
E. Kerangka Berfikir ...................................................................... 31
F. Hipotesis .................................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 34
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 34
B. Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................... 34
1. Jenis Penelitian .................................................................... 34
2. Sifat Penelitian..................................................................... 35
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 36
1. Jenis Data ............................................................................ 36
2. Sumber Data ....................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38
1. Teknik Pengumpulan Data Primer ...................................... 39
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder .................................. 39
E. Metode Analisis Data ............................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN .............................. 43
A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri ............................ 43


viii

1. Sejarah Singkat PT Bank Syariah Mandiri .......................... 43
2. Visi dan Misi PT Bank Syariah Mandiri ............................. 44
3. Bidang Usaha PT Bank Syariah Mandiri ............................ 44
4. Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri .................... 50

B. Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri
Tahun 2003 ............................................................................... 55
1. Ketentuan Obligasi Syariah
Mudharabah ... 55
2. Pelunasan Pokok Obligasi dan Bagi Hasil
Obligasi Syariah Mudharabah . 58
C. Perlakuan Akuntansi Pelunasan ObligasiSyariah
Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri ................................... 60
1. Pengakuan Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 60
2. Pengukuran Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 60
3. Penyajian Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 60
4. Pengungkapan Pelunasan Obligasi Syariah
Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .............................. 61
D. Evaluasi Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah
Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri ................................... 63
1. Pengakuan Pelunasan ObligasiSyariah Mudharabah


ix

PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 63
2. Pengukuran Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 63
3. Penyajian Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 64

4. Pengungkapan Pelunasan Obligasi Syariah
Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .............................. 65
BAB V KESIMPULAN dan SARAN ........................................................ 66
A. Kesimpulan ................................................................................ 66
B. Saran .......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN














x

DAFTAR TABEL

Tabel. 1.1 Perbedaan Obligasi Syariah Mudharabah dan Obligasi Syariah Ijarah ............. 2
Tabel. 1.2 Daftar Obligasi Syariah Mudharabah dan Ijarah Yang Sudah Dilunasi ............. 3
























xi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur Pasar Modal di Indonesia ............................................................................. 16
2.2 Skema Obligasi Syariah Mudharabah ........................................................................ 17
2.3 Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum ........................................ 25
2.4 Kerangka Berfikir ..................................................................................................... 32
4.1 Strukur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri ........................................................... 54

4.2 Mekanisme Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah ............................................... 59



















xii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Neraca PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008
Lampiran 2 Laporan Laba Rugi PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008
Lampiran 3 Laporan Arus Kas PT Bank Syariah Mandiri 2008
Lampiran 4 Catatan Atas Laporan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Tahun
2008
Lampiran 5 Surat Konfirmasi Pelunasan Pokok dan Daftar Pemegang Obligasi
Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 Atas
Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil Ke-20 (Dua Puluh).
Lampiran 6 Surat Pendapatan Bagi Hasil Atas Obligasi Syariah Mudharabah
Bank Syariah Mandiri.
Lampiran 7 Surat Laporan Pelunasan Pokok dan Pembayaran Bagi Hasil
Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003.
Lampiran 8 Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran 9 Surat Keterangan telah melakukan Riset dari PT Bank Syariah
Mandiri







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi syariah yang semakin pesat di Indonesia
menjadikan instrumen-instrumen syariah semakin banyak diminati
masyarakat. Instrumen-instrumen itu dikembangkan oleh berbagai lembaga
keuangan syariah seperti perbankan, asuransi, lembaga pembiayaan dan non
lembaga keuangan syariah seperti, perkebunan, telekomunikasi.
Meningkatnya jumlah dan variasi instrumen syariah memberikan alternatif
investasi yang lebih luas kepada investor, sehingga mendorong pertumbuhan
investasi syariah di Indonesia.
Dengan adanya instumen-instrumen investasi tersebut perusahaan menjadi
tertarik memperbesar kapasitas modalnya melalui instrumen-instrumen
syariah baik jangka panjang dan jangka pendek. Salah satu instrumen investasi
tersebut adalah obligasi syariah yang sering dikenal dengan sukuk.
Obligasi syariah yang diterbitkan di Indonesia ada 2 jenis akad, yaitu akad
mudharabah dan akad ijarah. Perbedaan kedua akad tersebut terdapat pada
karakteristiknya, yaitu jenis transaksi, kupon, return, dan fatwa DSN. Lebih
jelasnya akan terlihat pada tabel di bawah ini.




2



Tabel 1.1
Perbedaan Obligasi Syariah Mudharabah dan Obligasi Syariah Ijarah

Karakteristik Obligasi Syariah
Mudharabah
Obligasi Syariah Ijarah
Jenis Transaksi Uncertainty contract Certainty contract
Kupon Bagi hasil Imbalan/fee
Return Indikatif berdasarkan income Ditentukan sebelumnya
Fatwa DSN No: 33/DSN-MUI/IX/2002 No: 41/DSN-MUI/III/2004
Sumber: http://hendrakholid.net
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada obligasi syariah mudharabah
investor akan memperoleh return naik turun sesuai dengan naik turunnya
pendapatan dari proyek yang di danai dengan obligasi syariah ini. Sedangkan
obligasi ijarah, investor akan memperoleh return tetap berupa pembayaran
sewa dari perusahaan penerbit yang telah ditentukan sebelumnya
(http://hendrakholid.net).
Di Indonesia penerbitan obligasi syariah ini dipelopori oleh Indosat pada
tahun 2002 dengan obligasi syariah mudharabah senilai Rp 175 Miliar.
Sampai dengan tahun 2010 obligasi syariah yang beredar di Indonesia
berjumlah Rp. 6.121 Miliar dengan obligasi Syariah mudharabah senilai Rp.
839 Miliar yang diterbitkan oleh lima emiten yang bergerak di berbagai
bidang usaha, seperti perbankan, konstruksi, dan makanan, sedangkan obligasi
syariah ijarah senilai Rp 5.282 Miliar yang diterbitkan dua puluh delapan
perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang usaha seperti, perbankan
tenaga listrik, transportasi, dan lain lain.
Selain itu juga terdapat obligasi syariah mudharabah dan ijarah yang telah
jatuh tempo dan telah dilunasi oleh emiten sampai dengan tahun 2010,
obligasi syariah mudharabah dengan nilai emisi sebesar Rp 815 Miliar yang
3



di terbitkan oleh tujuh emiten dan obligasi syariah ijarah dengan nilai emisi
Rp 879,4 Miliar yang di terbitkan oleh delapan emiten jadi total obligasi
syariah yang sudah jatuh tempo dan telah dilunasi oleh emiten adalah sebesar
Rp 1.694,4 Miliar. seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.2
Obligasi Syariah Mudharabah dan Ijarah Yang Sudah Dilunasi

Akad Mudharabah
Tgl Jatuh
Tempo
Jumlah
Obligasi Mudharabah Indosat Tahun 2002 06-Nop-07 Rp 175.000.000.000
Obligasi Mudharabah Laju Tanker Syariah Tahun 2003 28-Mei-08 Rp 60.000.000.000
Obligasi Mudharabah Bank Bukopin Tahun 2003 10-Jul-08 Rp 45.000.000.000
Obligasi Mudharabah I Subordinasi Bank Muamalat
Tahun 2003
15-Jul-09 Rp 200.000.000.000
Obligasi Mudharabah Ciliandra Perkasa Tahun 2003 26-Sep-08 Rp 60.000.000.000
Obligasi Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun
2003
31-Okt-08 Rp 200.000.000.000
Obligasi Mudharabah PTPN VII Tahun 2004 26-Mar-09 Rp 75.000.000.000
Jumlah Rp 815.000.000.000
Akad Ijarah Jumlah
Obligasi Ijarah I Matahari Putra Prima Tahun 2004 11-Mei-09 Rp 150.000.000.000
Obligasi Ijarah Sona Topas Tourism Industry Tahun
2004
25-Jun-09 Rp 52.000.000.000
Obligasi Ijarah Citra Sari Makmur I Syariah Tahun 2004 9-Jul-09 Rp 100.000.000.000
Obligasi Ijarah Indorent Tahun 2004 11-Nop-09 Rp 100.000.000.000
Obligasi Ijarah Berlian I Tahun 2004 15-Des-09 Rp 85.000.000.000
Obligasi Ijarah I HITS Tahun 2004 17-Des-09 Rp 92.000.000.000
Obligasi Ijarah Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 8-Apr-10 Rp 240.000.000.000
Obligasi Ijarah I Ricky Putra Globalindo Tahun 2005 12-Jul-10 Rp 60.400.000.000
Jumlah Rp 879.400.000.000
Sumber: www.Bapepam.go.id
Total nilai emisi obligasi syariah yang telah terbit di Indonesia dari tahun
2002 sampai dengan tahun 2010 baik yang masih beredar maupun yang sudah
dilunasi sebesar Rp. 7,815 Triliun terdiri dari obligasi syariah mudharabah
senilai Rp. 1,654 Triliun dan obligasi syariah ijarah senilai Rp. 6,161 Triliun
4



Perusahaan penerbit atau emiten obligasi memerlukan suatu proses
pencatatan atas aksi korporasi tersebut. Ada lima kemungkinan pencatatan
transaksi utama dalam akuntansi obligasi, yaitu: (1) pada saat penerbitan atau
penjualan obligasi, (2) pada saat pembayaran kupon (bagi hasil/fee), (3) pada
saat penilaian pada akhir periode akuntansi, (4) pada saat pelunasan obligasi,
dan (5) pada saat pembentukkan dana cadangan pelunasan obligasi (sinking
fund) (Rustanto, 2011:5).
Menurut Huda dan Nasution (2008:84) obligasi syariah jatuh tempo
adalah dimana pihak penerbit berkewajiban untuk melunasi pokok investasi di
dalam obligasi tersebut. Ketika pelunasan obligasi syariah jatuh tempo,
perusahaan mengeluarkan obligasi tersebut dengan nilai yang disepakati untuk
jangka waktu 5 tahun pada saat memasuki jatuh tempo, perusahaan wajib
membayar lunas sebesar pinjaman kepada investor.
Perlakuan akuntansi atas pos yang mempengaruhi posisi keuangan suatu
entitas yaitu, mencakup empat unsur terdiri dari pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan. Demikian juga perlakuan akuntansi pelunasan
obligasi syariah mudharabah. Hanya saja PSAK khusus untuk obligasi syariah
mudharabah baru ada pada tahun 2010 yang akan digunakan efektif tahun
buku 2011, jadi seluruh entitas yang memiliki instrumen ini menggunakan
prinsip akuntansi syariah atau akuntansi konvensional yang tidak bertentangan
dengan syariah dalam penyajian laporan keuangan.
Meskipun belum ada PSAK khusus perlakuan akuntasi untuk obligasi
syariah dapat menggunakan prinsip akuntansi berlaku umum atau
5



konvensional yang tidak bertentangan dengan syariah atau dikenal dengan
PASBU (Perlakuan Akuntansi Syariah Berterima Umum).
Dari latar belakang tersebut, peneliti mencoba meneliti obligasi syariah
mudharabah jatuh tempo ini ke dalam sisi perlakuan akuntansi yang
diterapkan emiten, karena perusahaan-perusahaan penerbit obligasi syariah
mudharabah tidak menggunakan PSAK khusus syariah. Jelasnya peneliti
ingin mengevaluasi perlakuan akuntansi yang diterapkan emiten pada saat
pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo. Untuk itu penulis
menuliskan judul skripsi tentang Evaluasi Perlakuan Akuntansi Atas
Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Jatuh Tempo Pada PT. Bank
Syariah Mandiri.
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan di atas dapat diidentifikasi bahwa terdapat tiga masalah
pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah yaitu pelunasan obligasi
syariah secara langsung membayar tunai ketika jatuh tempo, pelunasan
obligasi syariah jatuh tempo yang disertakan pembayaran kupon dan margin
bagi hasil, dan pelunasan obligasi syariah jatuh tempo yang menggunakan
dana cadangan obligasi atau yang di sebut dengan sinking fund.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis
memfokuskan dan membatasi permasalahan pada perlakuan akuntansi saat
pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT
Bank Syariah Mandiri.

6



D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan pada saat
pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo oleh PT Bank Syariah
Mandiri telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Syariah Berterima Umum
(PASBU)?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan bagaimana pengakuan pada saat pelunasan obligasi
syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank
Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU.
b. Untuk menjelaskan bagaimana penilaian kesesuaiannya pada saat
pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan
oleh PT Bank Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan
PASBU.
c. Untuk mengetahui bagaimana penyajian pada saat pelunasan obligasi
syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank
Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU.
d. Untuk mengetahui informasi apa saja yang diungkapkan pada saat
pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo pada PT Bank
Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU.



7



2. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jakarta, dan juga sebagai nilai tambah atas
pemahaman pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang
diterapkan di lapangan dengan dasar teori yang diperoleh di
perkuliahan.
2. Bagi Bank Syariah
penelitian ini bisa menjadi bahan masukan dalam melunasi
pembayaran produk syariah ke dalam laporan keuangan secara syariah.
3. Bagi Pihak Lain
penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perlakuan
akuntansi obligasi syariah mudharabah jatuh tempo dalam melunaskan
pembayaran oleh PT Bank Syariah Mandiri.










8



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A. Ruang Lingkup Obligasi Syariah
1. Pengertian Obligasi Syariah
Menurut Fatwa DSN-MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi
syariah menyatakan bahwa :
Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil / margin / fee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Selanjutnya Menurut firdaus (2005:17) obligasi syariah adalah suatu
kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar
kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban pada waktu tertentu seluruh
kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut
syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara
periodik menurut akad.
Sedangkan dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 Tahun 2006
tentang Penerbitan Efek Syariah dijelaskan bahwa:
Obligasi syariah adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud
tertentu, nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu.

Saat ini istilah obligasi syariah yang lazim dipakai adalah sukuk yang
merupakan sertifikat yang bernilai sama yang mempresentasikan hak pemilik
9



(investor) atas kepemilikan fisik asset, manfaat atas aset, proyek tertentu atau
jasa tertentu (PSAK 110 Paragraf 09).
Mengingat fatwa DSN-MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 menggunakan
istilah obligasi syariah yang berlaku pada tanggal 14 September 2002
sementara PSAK No. 110 yang baru berlaku efektif per 01 Januari 2012 maka
peneliti menggunakan Fatwa DSN-MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang
obligasi syariah dalam penelitian ini, karena mengacu pada fatwa DSN-MUI
dan obligasi yang diteliti terbit sebelum adanya PSAK No. 110.
2. Jenis-Jenis Obligasi Syariah
Menurut Manan (2009:127), obligasi syariah dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, berdasarkan akad yang digunakan, yaitu: (1) obligasi syariah
mudharabah, (2) obligasi syariah ijarah, (3) obligasi syariah musyarakah, (4)
obligasi syariah istishna, (5) obligasi syariah salam.
a. Obligasi Syariah Mudharabah
Obligasi syariah mudharabah adalah surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syari'ah
Nasional No: 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah).
b. Obligasi Syariah Ijarah
Obligasi syariah ijarah adalah surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
10



obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No:
41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah).
Menurut Manan (2009:133), pada obligasi syariah ijarah pemilik harta
memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui
penguasaan sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu
dengan membayar imbalan kepada pemilik objek.
Menurut Firdaus (2005:32) pada obligasi syariah ijarah pemilik harta
memberikan hak umtuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui
penguasaan sementara atau peminjaman objek.
c. Obligasi Syariah Musyarakah
Obligasi syariah musyarakah adalah obligasi syariah yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah, di mana dua pihak atau
lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
usaha. Keuntungan akan di bagi sesuai nisbah yang disepakati, sedangkan
kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai porsi modal masing-
masing pihak (Manan,2009:135).
d. Obligasi Syariah Istishna
Obligasi syariah istishna adalah obligasi syariah yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad istishna, di mana para pihak menyepakati
jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun
11



harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau proyek ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan (Manan,2009:135).
e. Obligasi Syariah Salam
Menurut Huda dan Nasution (2008:147), obligasi syariah salam adalah
obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad salam.
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga di muka, yang di buat
untuk barang-barang yang dikirim kemudian.
Di antara jenis-jenis obligasi syariah di atas, yang paling banyak
digunakan di Indonesia adalah obligasi syariah dengan prinsip
mudharabah dan ijarah.
3. Tinjauan Syariah Obligasi Syariah Mudharabah
a. Al-Quran
1) Dasar obligasi syariah mudharabah
!,!., _ `.., :1`-l!,
Hai orang orang beriman, penuhilah akad akad itu ( Q.S Al-
Maidah:1)
| < .:..s `l. s!.l .`, ,-l `l-, !. _ ,l> !. _.. _. :!.
.. .s !. _.. _. _!, _ ,.. | < ',l. ,, > __
dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)apa
yang akan diusahakannya besok (Q.S Al-Lukman : 34).
2) Dasar Transaksi Mudharabah
Menurut Antonio (2001:95) di dalam Al-Quran tidak dijelaskan dasar
mudharabah secara eksplisit, namun yang menjadi landasan syariah
12



mudharabah lebih mencerminkan anjuran kepada kaum muslimin
untuk melakukan usaha.
:| ,. :l.l `:..! _ _ -., _. _. < `: < ,. >l-l
>l.
apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah SWT dan ingatlah Allah banyak-banyak
agar kamu beruntung(Al-Jumuah:10).
b. Al-Hadist
Menurut ijma ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh).
Mudharabah telah dipraktekkan secara luas oleh orang-orang sebelum
masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW (Nurhayati dan
Wasilah,2009:115). Ada Hadist Nabi Muhammad SAW yang
berhubungan dengan obligasi syariah mudharabah seperti yang
diriwayatkan dari Bukhari bahwa Allah memberikan rahmat-Nya pada
setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli dan membuat
suatu pernyataan, (HR Bukhari).
c. Ijma
Boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan
peraturan yang berlaku pada emiten, (www.badilag.net
/data/Artikel/PsrMdlSya-Badilag.pdf). Antonio (2001:96) mengatakan
bahwa Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah
berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta anak yatim secara
13



mudharabah. Jadi pada zaman jahiliyah hingga zaman nabi, Kaum
Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama mudharabah hingga jaman
sekarang ini di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang
menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena
cara ini sudah digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun.
d. Fatwa
Untuk memperkuat legalitas syariah obligasi syariah mudharabah,
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa
No:33/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah mudharabah.

B. Ruang Lingkup Prosedur Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah dan
Pengelolaannya
1. Pengertian Obligasi Syariah Mudharabah
Obligasi syariah mudharabah (Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No:
33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah) adalah
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan
emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo.
Sedangkan menurut Manan (2009:142), obligasi syariah mudharabah
adalah obligasi syariah yang menggunakan akad mudharabah. Akad
mudharabah pada hakikatnya adalah penggabungan berupa hubungan
kerja sama antara pemilik usaha dengan pemilik harta, di mana pemilik
14



harta hanya menyediakan dana sedangkan pemilik usaha mengelola secara
penuh dalam kegiatan usaha.
Sedangkan menurut Pontjowinoto (2005:29) obligasi syariah
mudharabah adalah obligasi syariah yang menggunakan akad
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik
modal (shahibul maal/investor) dan pengelola (mudharib/emiten).
Menurut Rahardjo (2004:144-145) ketentuan mekanisme mengenai
obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya
memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi
hasil atau revenue sharing serta pembayaran uang pokok pada saat
jatuh tempo .
b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada
bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya
serta pendapatan yang di terima harus bersih dari unsur non halal.
c. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum
penerbitan obligasi tersebut.
d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai
ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hak itu diperhitungkan
secara keseluruhan.
e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang di tunjuk oleh Dewan
Syariah Nasional MUI.
15



f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau
melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana
investor dan harus di buat surat pengakuan utang.
g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor
dapat menarik dananya.
h. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat di pindah tangan
kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
Sedangkan menurut Firdaus (2005:30) ketentuan atau mekanisme
obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Kontrak atau akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian
perwaliamanatan.
2. Rasio atau persentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan
komponen pendapatan (revenue sharing). Namun berdasarkan fatwa
No 15/DSN-MUI/IX/2000 bahwa yang lebih maslahat adalah
penggunaan revenue sharing.
3. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara konstan, meningkat, ataupun
menurun dengan mempertimbangkan proyeksi pendapatan emiten,
tetapi sudah ditetapkan di awal kontrak.
4. Pendapatan bagi hasil merupakan jumlah pendapatan yang
dibagihasilkan yang menjadi hak dan oleh karenanya harus dibayarkan
oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah.
5. Pembagian hasil pendapatan atau keuntungan dapat dilakukan secara
periodik (tahunan, semeteran, kwartalan, maupun bulanan).
16



6. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja
aktual emiten, maka obligasi syariah memberikan indicative return
tertentu.
2. Mekanisme Pengelolaan Obligasi Syariah Mudharabah
a. Struktur Pasar Modal di Indonesia





b.


c.
d.
e.
f.

Gambar 2.1
Struktur Pasar Modal di Indonesia

Sumber : Manan (2009:69)

Dari Struktur di atas bahwa di dalam bursa efek untuk pasar modal di indonesia di
bawah kendali bapepam yang terdiri dari tiga kegiatan utama ini yaitu bursa efek,
Lembaga Kliring & Penjamin (LKP), Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian
(LPP). (a) Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak
lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka (Undang-undang No.
MENTERI
KEUANGAN
BAPEPAM-LK
Lembaga Kliring &
Penjamin (LKP)
Bursa Efek
Lembaga Penyimpanan
& Penyelesaian (LPP)
Perusahaan Efek
Penjamin emisi
Broker
Manajer
Investasi





Lembaga Penunjang
Biro administrasi
efek
Bank Kustodian
Wali amanat
Penasihat
keuangan
Pemeringkat efek
Profesi penunjang
Akuntan
Konsultan hukum
Penilai
Notaris
Emiten
Reksa Dana
17



8 Tahun 1995 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal) terdiri dari perusahaan efek,
penjamin emisi, broker, manajer investasi. (b) Lembaga kliring & penjamin
(LKP) berfungsi menyelesaikan semua hak dan kewajiban yang timbul dari
transaksi di bursa efek terdiri dari dua macam yaitu lembaga penunjang dan
profesi penunjang. Lembaga penunjang terdiri dari beberapa macam lembaga,
yakni biro administrasi efek, bank kustodian, wali amanat, penasihat keuangan,
pemeringkat efek. Profesi penunjang terdiri dari akuntan, konsultan hukum,
penilai, notaris. (c) lembaga penyimpanan & penyelesaian (LPP) adalah pihak
yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, lembaga
ini terdiri dari perusahaan emiten, dan reksa dana, Manan (2009:66).
b. Proses Obligasi Syariah Mudharabah

Perjanjian Bagi Hasil
2. Kas (Modal Mudharabah)
5. Pengembalian Modal Mudharabah

4. Pendapatan Bagi Hasil Investor
= Nisbah Investor x pendapatan yang
dibagihasilkan




Gambar 2.2
Skema Obligasi Syariah Mudharabah

Sumber : Manan (2009:131)
Investor
Emiten
Dasar perhitungan
pendapatan yang
dibagihasilkan
Pendapatan x
Pendapatan y
Wali Amanat
18



Keterangan :
1) Emiten menerbitkan obligasi syariah mudharabah sebesar Rp XXX
Miliar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana yang akan
digunakan untuk mengganti sebagian dana internal yang telah
digunakan untuk pengembangan bidang usaha melalui akuisisi anak
perusahaan. Obligasi syariah yang diterbitkan menggunakan prinsip
mudharabah di mana pada prospektus sudah dicantumkan besarnya
nisbah antara investor dengan emiten serta ketentuan lainnya seperti
maturity (5 tahun), jadwal dan tata cara pembayaran bagi hasil, dan
sebagainya.
2) Investor membeli obligasi syariah yang diterbitkan emiten.
Pembayaran atas pembelian obligasi syariah oleh investor adalah
merupakan modal investor (shahibul maal) dalm akad mudharabah
untuk pengembangan kegiatan usaha emiten.
3) Emiten berperan sebagai pengelola usaha (mudharib) menggunakan
modal investor yang terkumpul untuk membiayai usahanya, yaitu
mengganti sebagian dana internal emiten yang telah digunakan untuk
pengembangan bidang usaha melalui akuisisi anak perusahaan yang
sudah dilakukan.
4) Pola bagi hasil yang disepakati adalah perkalian nisbah pemegang
obligasi syariah dengan pendapatan yang di bagi hasilkan. Dasar
perhitungan pendapatan yang di bagi hasilkan di buat dengan
merujuk kepada kedua belah pihak yang bersangkutan. Sesuai
dengan pola bagi hasil yang disepakati, dilakukan distribusi bagi
19



hasil antara investor dengan emiten sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati di awal. Distribusi bagi hasil ini dapat dilakukan secara
periodik, yaitu 3 (tiga) bulan.
5) Pada saat jatuh tempo (maturity) emiten mengembalikan modal
kepada investor sebesar Rp XXX Miliar.
3. Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
a. Pengertian dan Jenis - Jenis pelunasan obligasi syariah mudharabah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pelunasan adalah
beres dan selesai dibayar, sehingga pelunasan obligasi syariah dapat
diartikan pembayaran atau penyelesaian nilai pokok obligasi syariah
yang diterbitkan oleh emiten.
Menurut Tim Studi Bapepam LK (2007:76) terdapat dua jenis
pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dapat dilakukan oleh
emiten, yaitu :
1) Pelunasan Pada Saat Jatuh Tempo
Perusahaan sebagai penerbit melakukan pelunasan obligasi syariah
mudharabah sesuai dengan nominalnya ditambah dengan jumlah
utang bagi hasil.
2) Pelunasan Sebelum Tanggal Jatuh Tempo
Pelunasan Obligasi syariah mudharabah dapat dilakukan sebelum
tanggal jatuh tempo. Dalam transaksi ini dimungkinkan bahwa
harga obligasi di pasar lebih besar, sama dengan atau lebih kecil
dari pada nilai nominal. Apabila harga obligasi di pasar lebih besar
20



dari pada nilai nominalnya maka penerbit harus mengakui kerugian,
demikian pula sebaliknya.
b. Pihak pihak yang terkait dalam pelunasan obligasi syariah
mudharabah
Dalam pembayaran pokok obligasi dan bagi hasil obligasi kepada
pemegang obligasi, terdapat dua pihak yang terkait yaitu emiten dan
wali amanat selaku agen utama pembayaran, dan dibuat perjanjian
agen pembayaran dalam bahasa Indonesia yang memuat setidak-
tidaknya tentang (Widjaja dan Jono,82:2006) :
a. Penunjukkan agen utama pembayaran
b. Jumlah pinjaman pokok obligasi, cara, tempat, dan waktu tempat
pembayarannya.
c. Jumlah bagi hasil obligasi, cara, tempat, dan waktu tempat
pembayarannya
d. Kesediaan agen utama pembayaran untuk dan atas nama emiten
melakukan pembayaran bagi hasil dan pinjaman pokok obligasi
kepada pemegangnya.
e. Pemberian wewenang penuh kepada agen utama pembayaran
untuk menunjuk dan memberhentikan agen pembantu pembayaran.
f. Penetapan waktu dan penunjukan bank tempat menyetor dana
yang cukup untuk pembayaran pinjaman obligasi beserta bagi
hasilnya.
g. Imbalan jasa bagi agen utama pembayaran.
21



Selanjutnya pembayaran bagi hasil obligasi dan pelunasan
jumlah pokok obligasi akan dibayarkan oleh KSEI selaku agen
pembayaran atas nama emiten kepada pemegang obligasi melalui
pemegang rekening sesuai dengan jadwal pembayaran bagi hasil
maupun pelunasan pokok yang ditetapkan emiten dalam perjanjian
perwaliamanatan dan perjanjian agen pembayaran. Emiten
melakukan pembayaran bagi hasil dan pokok obligasi berdasarkan
data kepemilikan obligasi yang disampaikan oleh KSEI kepada
emiten (Widjaja dan Jono, 102:2006).

C. Akuntansi Untuk Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
1. PASBU Sebagai Pedoman Pelaporan Keuangan Obligasi Syariah
Mudharabah sebagai standar pelaporan keuangan
a. Pengertian PABU
Perlakuan akuntansi merupakan esensi dari kegiatan akuntansi.
Sementara itu, perlakuan akuntansi yang menyangkut berbagai elemen
perlu dilakukan dengan berlandaskan suatu pedoman. Untuk transaksi
yang umum digunakan adalah Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU).
PABU atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) menurut
Belkaoui (2000:61) adalah mencatat pengalaman, kebiasaan, dan
kebutuhan praktis mencakup ketentuan aturan, dan prosedur yang
diperlukan untuk mendefinisikan praktik akuntansi yang berlaku umum
pada satu waktu tertentu. PABU juga merupakan rerangka pedoman untuk
22



menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau wajar dalam suatu
lingkungan akuntansi (http: //dimel2002.multiply.com/journal/item/9).
Menurut Suwardjono, (2006:135) menjelaskan bahwa rerangka
pedoman PABU versi Rubin dan SAS No. 69 menempatkan rerangka
konseptual pada tingkat yang paling tidak autoritatif yaitu di tingkat 4
kanan dalam Rubin dan hierarki dalam SAS No. 69. Secara teoritis,
rerangka konseptual mestinya menjadi landasan rerangka PABU tersebut.
Komponen-komponen pedoman tingkat satu, dua dan tiga diuraikan
oleh Suwardjono (2006:132-133) dalam konteks PABU terdiri tiga
tingkatan yaitu sebagai berikut:
1) Pedoman tingkat 1 terdiri dari; Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK) yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan.
2) Pedoman tingkat II terdiri dari; buletin teknis, peraturan pemerintah,
pedoman atau praktik akuntansi industri, dan simpulan riset
akuntansi.
3) Pedoman tingkat III terdiri dari; praktik akuntansi yang sehat, dan
sumber lain.
Maka dalam konteks perlakuan akuntansi bagi transaksi syariah,
dikenal istilah Prinsip Akuntansi Syariah Berterima Umum (PASBU) atau
Generally Accepted Syariah Accounting Principles (GASAP). PASBU
memiliki persamaan dengan PABU yaitu sama-sama mengatur perlakuan
akuntansi yang digunakan di Indonesia sedangkan perbedaannya PABU
digunakan perusahaan konvensional dan PASBU digunakan pada
23



perusahaan syariah. Harahap (2008:177) menambahkan bahwa PASBU
merupakan gambaran dari sumber pencarian dasar akuntansi syariah serta
tingkatan-tingkatannya, termasuk juga perlakuan akuntansinya. PASBU
memiliki hirarki tingkatan yang masing-masing memperkuat proses
perlakuan akuntansi yang tepat bagi tiap unsur laporan keuangan.
b. Ruang Lingkup PASBU
PASBU memiliki tiga landasan, yaitu: 1) landasan syariah, 2) landasan
konseptual, dan 3) Landasan operasional atau praktik (IAI;2007).
Landasan syariah adalah landasan utama yang memuat Al-Qur'an, Hadist
dan fatwa syariah yang berlaku umum. Landasan ini merupakan dasar bagi
penyusunan pengaturan yang ada di landasan konseptual dan praktik dan
memiliki tingkat keautoritatifan yang paling tinggi. Harahap (2008:178)
menyebut landasan ini sebagai landasan ideologis, karena landasan ini
merupakan ideologi standar akuntansi syariah yang disusun.
Landasan konseptual memuat kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan syariah (KDPPLKS). Sebagaimana KDPPLK,
maka KDPPLKS juga berfungsi sebagai konsep yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum. Selain itu juga
menjadi acuan bagi a) penyusun standar akuntansi, b) penyusun laporan
keuangan, c) auditor, dan d) pemakai laporan keuangan (KDPPLKS
Paragraf 1).
Landasan operasional atau praktik merupakan teknik dan prosedur
untuk mencatat, mengklasifikasi, meringkas dan menyajikan transaksi atau
kejadian finansial secara spesifik untuk suatu perusahaan Suwardjono
24



(2006:127). Landasan ini merupakan pengaturan yang lebih rinci
mengenai praktik akuntansi dan terbagi dalam tiga tingkat. Berbagai
tingkatan ini berfungsi saling menggantikan dalam praktik akuntansi, jika
tidak ada pengaturan di tingkat satu, maka digunakan pengaturan yang ada
di tingkat dua dan seterusnya sepanjang pengaturan tersebut tidak
bertentangan dengan landasan syariah, konseptual, atau prinsip yang
digunakan di landasan operasional.
Sedangkan Harahap (2008:179-180) dengan mengacu pada PASBU
menguraikan landasan teknik ini sebagai berikut:
1) Pada tingkat satu merupakan sumber yang jelas syariahnya, yaitu
PSAK syariah dan interpretasinya, dan dilengkapi dengan PSAK
konvensional dan interpretasinya yang sesuai syariah.
2) Pada tingkat dua, yaitu misalnya standar yang dikeluarkan oleh
AAOIFI dan interpretasinya, serta standar negara lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, pedoman atau praktik akuntansi
industri, buletin tekhnis, dan peraturan dari otoritas pengawas.
3) Pada tingkat terakhir meupakan pedoman yang merujuk pada praktik
bisnis yang baik dan sesuai syariah.
Menurut IAI (2009) rerangka gambar di bawah ini dibaca dari bawah
untuk landasan operasional. Lapisan yang ada di bawah merupakan
landasan untuk lapisan yang di atasnya. Jika ketentuan yang ada pada
suatu lapisan bertentangan dengan lapisan yang ada di bawahnya, maka
ketentuan yang ada di lapisan lebih bawah tersebut yang digunakan.
Hirarki PASBU dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini:
25




Gambar 2.3
Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum

Sumber: Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum (IAI,2009)

2. Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Menurut Harahap dkk (2005:17), akuntansi dalam Islam antara lain
berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, dan pencatatan transaksi dan
pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara adil. Akuntansi
keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada pelaporan yang jujur
mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil operasinya.
Perlakuan akuntansi dalam pelunasan obligasi syariah mudharabah
meliputi pengakuan, penyajian, serta pengungkapan atas catatan laporan
keuangan tentang pelunasan obligasi syariah mudharabah.



26



a. Pengakuan pelunasan obligasi syariah mudharabah
Menurut KDPPLK paragraf 83 (IAI:2007) dan KDPPLKS paragraf
110 (IAI:2007) pengakuan adalah merupakan proses pembentukan suatu
pos yang memenuhi definisi suatu unsur dan harus diakui apabila:
1) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah.
2) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal.

PSAK No 55 paragraf 39 (IAI:2009) menjelaskan bahwa entitas
mengeluarkan kewajiban keuangan dari neraca, jika dan hanya jika
kewajiban keuangan tersebut berakhir yaitu ketika kewajiban yang
ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa.
Terkait dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah pemahaman
atas PSAK No. 55 di atas dapat disimpulkan bahwa pelunasan obligasi
syariah mudharabah terjadi ketika obligasi tersebut jatuh tempo atau
sebelum tanggal jatuh tempo. Sehingga terjadi pengakuan pelunasan
obligasi tersebut.
Untuk pengakuan biaya bagi hasil diakui pada pos hak pihak ketiga atas
bagi hasil Dana Syirkah Temporer hal tersebut dijelaskan dalam KDPPLKS
paragraf 108 yang menyatakan hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah
Temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian
hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.


27



b. Pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah
Menurut Belkaoui (2006:56), yang dimaksud dengan pengukuran
adalah pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian
menurut aturan tertentu.
Dalam KDPPLKS paragraf 127 (IAI:2007) dijelaskan bahwa
pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan
laba rugi. Proses pengukuran ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran
tertentu dari tiga alternatif, yaitu biaya historis, biaya kini, dan nilai
realisasi.
Menurut Tim Studi Bapepam-LK (2007:77), pengukuran pelunasan
obligasi syariah mudharabah pada saat jatuh tempo dihitung berdasarkan
nilai nominal obligasi syariah ditambah sisa imbalan yang terutang.
Namun apabila terdapat pengurangan capital atau net loss investment pada
saat jatuh tempo, maka pengembalian nilai nominal sukuk mudharabah
harus memperhitungkan adanya pengurangan capital tersebut. Dan apabila
obligasi syariah mudharabah dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo
terdapat kemungkinan bahwa harga pelunasan obligasi syariah
mudharabah sebelum jatuh tempo lebih besar, sama dengan atau lebih
kecil dari pada nilai nominal. Harga pelunasan mengacu pada harga
obligasi syariah mudharabah di pasar sekunder. Sehingga jika harga
pelunasan obligasi syariah mudharabah lebih besar dari pada nilai
nominalnya maka penerbit harus mengakui kerugian pelunasan obligasi
syariah mudharabah yang dipercepat. Sedangkan jika harga pelunasan
28



obligasi syariah mudharabah lebih kecil dari pada nilai nominalnya maka
penerbit harus mengakui keuntungan pelunasan obligasi syariah
mudharabah yang dipercepat.
c. Penyajian pelunasan obligasi syariah mudharabah
Penyajian obligasi syariah mudharabah pada pos Dana Syirkah
Temporer di dalam neraca diatur dalam PSAK No 110 tentang Akuntansi
Sukuk. Di dalam PSAK No 110 paragraf 28 dinyatakan bahwaSukuk
Mudharabah disajikan sebagai Dana Syirkah Temporer. Karena obligasi
syariah bukan merupakan utang berbunga, tetapi merupakan investasi atau
penyertaan dana yang didasarkan prinsip bagi hasil.
Dalam pemahaman dari PSAK No. 110 dapat disimpulkan bahwa
Obligasi Syariah Mudharabah ketika diterbitkan berada pada Dana
Syirkah Temporer sehingga pada saat obligasi syariah mudharabah
tersebut dilunasi penyajiannya dihapuskan dari Dana Syirkah Temporer.
Adapun ilustrasi pada obligasi syariah mudharabah adalah sebagai
berikut:
a) Pada saat obligasi syariah mudharabah jatuh tempo
Db DST-obligasi syariah mudharabah Rp 100 milyar
Kr Kas Rp 100 milyar
b) Pada saat obligasi syariah mudharabah jatuh tempo disertai
pembayaran bagi hasil
Db DST-obligasi syariah mudharabah Rp 100 milyar
Db Hak pihak ketiga atas bagi hasil DST Rp. 50 Milyar
Kr Kas Rp 150 milyar
29



d. Pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah
Pengungkapan merupakan informasi yang berkaitan dengan hal-hal
yang terdapat dalam laporan keuangan yang dapat disajikan oleh catatan
laporan keuangan (Belkaoui,2006:338).
Materialitas dan pengungkapan yang memadai adalah saling berkaitan
dan berhubungan dengan konsep relevansi dan kehandalan, karena
informasi yang tidak relevan atau yang tidak bisa dipercayai tidak boleh
diungkapkan (Belkaoui,2000:188).
Dalam PSAK 110, buku dan penelitian lain yang berkaitan dengan
obligasi syariah mudharabah belum ada yang membahas secara spesifik
tentang pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah. Dalam
PSAK 110 sendiri hanya mengatur pengungkapan obligasi syariah secara
umum.
Menurut PSAK 110 paragraf 33 untuk sukuk mudharabah, entitas
mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk
mudharabah, termasuk: (a) ringkasan akad syariah yang digunakan,
(b) aktivitas mendasari, (c) nilai nominal, (d) prinsip pembagian hasil
usaha, dasar bagi hasil, dan besaran nisbah bagi hasil, (e) jangka
waktu, (f) persyaratan penting lain.
2. Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan sukuk
mudharabah, termasuk jenis usaha, kecenderungan usaha, pihak yang
mengelola usaha
3. Lain-lain.
30



D. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang perlakuan akuntansi atas obligasi syariah mudharabah
telah banyak dilakukan terutama pada saat penerbitan antara lain; oleh Suyitno
(2006), Amelia (2008), dan Rustanto (2011).
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suyitno (2006) mengenai Perlakuan Akuntansi
Atas Penerbitan Obligasi Syariah Ijarah Pada PT Matahari Putra Prima Tbk.
Objek penelitiannya adalah obligasi ijarah pada PT Matahari Putra Prima
Tbk. Hasil dari penelitian tersebut adalah perlakuan akuntansi pada saat
menerbitkan obligasi syariah ijarah pada PT Matahari Putra Prima Tbk belum
sesuai dengan ketentuan akuntansi syariah, karena PT Matahari Putra Prima
Tbk menyatukan antara akun obligasi konvensional dengan akun obligasi
syariah ijarah dalam penyajian dan pengungkapan pada laporan keuangan.
2. Penelitian Amelia (2008) yaitu mengenai perlakuan akuntansi obligasi syariah
mudharabah subordinasi pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk periode 2003-2005. Objek dari penelitian tersebut adalah
penerbitan obligasi syariah mudharabah. Adapun hasil dari penelitian tersebut
adalah perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT. Bank Muamalat
Indonesia dalam penerbitan obligasi syariah telah sesuai dengan ketentuan
perbankan syariah dan PSAK lainnya secara umum. Selain itu, dengan objek
penelitian yang sama, Rustanto (2011) telah melakukan penelitian tentang
perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah pada saat penerbitan. Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perlakuan akuntansi obligasi syariah
mudharabah pada saat penerbitan oleh PT. Bank Syariah Mandiri dalam
31



menyajikan obligasi syariah mudhrabah dan biaya emisi belum sesuai dengan
PASBU.
Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suyitno (2006) adalah pembahasan mengenai perlakuan akuntansi obligasi
syariah, adapun perbedaannya adalah pada objek yang diteliti. Objek
penelitian ini yaitu obligasi syariah mudharabah pada saat pelunasan
sedangkan dalam penelitian Suyitno (2006) adalah pada objek yang akan
diteliti, dalam penelitian ini objeknya adalah obligasi syariah mudharabah
pada saat pelunasan sedangkan dalam penelitian Suyitno (2006) objek yang
diteliti adalah obligasi syariah ijarah. Sedangkan persamaan ini dengan
penelitian Amelia (2008) dan Rustanto (2011) adalah objek penelitiannya,
yaitu evaluasi perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah, sedangkan
perbedaannya dengan penelitian ini akan meneliti tentang masalah perlakuan
akuntansinya dalam hal ini pada saat pelunasan jatuh tempo yang dilakukan
oleh PT Bank Syariah Mandiri. Namun pada penelitian tentang perlakuan
akuntansi pada obligasi syariah mudharabah pada saat pelunasan jatuh tempo
masih terbatas.
E. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dapat mengungkapkan keterkaitan dari semua tujuan
penelitian agar memudahkan dalam menyusun metode penelitian
(Juanda,2009:31). Kerangka pemikiran ini dapat disajikan dalam bentuk bagan
alur (flow chart) dan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagaimana terlihat
pada gambar 2.4, berikut ini:

32



















Gambar 2.4
Kerangka Berpikir Perlakuan Akuntansi Saat Pelunasan Obligasi Syariah
Mudharabah
Sumber: diolah oleh penulis
F. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa latin yang terdiri hypo dan thesis. Hypo berarti
kurang dari dan thesis berarti pendapat. Sehingga apabila didefinisikan maka
hipotesis adalah pendapat atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
yang diajukan, di mana kebenarannya masih perlu dibuktikan (Juanda,2009:33).
Obligasi syariah
mudharabah
Penerbitan
Obligasi Syariah
Mudharabah
Pelunasan Obligasi
Syariah Mudharabah
Perlakuan Akuntansi
Pengakuan
Pengukuran
Penyajian
Pengungkapan
PASBU
Sesuai Tidak Sesuai
Kesimpulan
Kesesuaian
Angsuran Obligasi
Syariah Mudharabah
Perlakuan Akuntansi
Pengakuan
Pengukuran
Penyajian
Pengungkapan
Evaluasi
Kesimpulan
33



Adapun hipotesis penelitian ini adalah: Perlakuan akuntansi atas pelunasan
obligasi syariah mudharabah meliputi; pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan
PASBU.






















34



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri ini
dilakukan di Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri yang beralamat di Gedung
Bank Syariah Mandiri Jalan M.H Thamrin No.5 Jakarta. Penelitian dilakukan
pada periode bulan Mei sampai dengan Juli 2012.

B. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kombinasi
deskriptif-evaluatif. Yang dimaksud dengan penelitian bersifat deskriptif yaitu
suatu penelitian yang hanya untuk menggambarkan, menjelaskan, atau
meringkas berbagai kondisi, situasi, fenomena atau berbagai variabel
penelitian menurut keterjadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret,
diwawancara, diobservasi, serta yang dapat diungkapkan melalui bahan-bahan
documenter, (Bungin, 2010:49). Sedangkan menurut Ikhsan (2008:96)
penelitian deskriptif biasanya mempelajari masalah-masalah dalam suatu
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi
tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses
yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Menurut Sugiyono (2006:10) penelitian evaluatif atau evaluasi adalah
proses untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan
standar dan program yang telah ditetapkan. Penelitian evaluatif adalah suatu
35



penelitian yang bermaksud mengevaluasi pelaksanaan dan dibedakan menjadi
dua macam (1) evaluasi sumatif dilakukan untuk meneliti pencapaian tujuan
suatu program dan lazimnya dilakukan pada akhir kegiatan dari pelaksanaan
suatu program; (2) evaluasi formatif dilakukan untuk meneliti pelaksanaan
program yang sedang berjalan, guna mencari umpan balik bagi perbaikan
program itu sendiri ,(http: // ariemcool .multiply.com/ Tugas_individu_
Metode_Penelitian).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian evaluatif formatif
bermaksud untuk mendeskripsikan pelunasan obligasi syariah mudharabah
dan mengevaluasi kesesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan akuntansi pelunasan obligasi syariah mudharabah dengan
Prinsip Akuntansi Syariah Berlaku Umum (PASBU).
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang melakukan penyelidikan secara
mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan gambaran yang
lengkap mengenai subyek tersebut serta lebih menekankan pada keseluruhan
analisa kontekstual tentang beberapa kejadian atau kondisi-kondisi dan
hubungan mereka (Ikhsan,2008:91).
Untuk studi kasus dalam penelitian ini adalah proses pelunasan obligasi
syariah mudharabah oleh PT Bank Syariah Mandiri. Yang menjadi objek
dalam penelitian ini adalah dokumen pelunasan obligasi syariah mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008. Studi kasus membahas tentang (1)
produk tersebut yang dilunasi obligasi syariah mudharabah nama penerbit
36



efek PT Bank Syariah Mandiri tanggal efektif 22 Oktober 2003 tanggal jatuh
tempo 31 Oktober 2008 dengan nilai nominal Rp 200 Miliar. Tetapi yang
menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi pelunasan obligasi
syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri dengan PASBU.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Juanda (2009:76) data kuantitatif
merupakan data yang berupa angka hasil pengukuran atau penghitungan,
misalnya berat, jumlah, dan lain sebagainya. Data kuantitatif dibagi menjadi
dua macam, yaitu (a) data nominal, yaitu data yang hanya dapat digolong-
golongkan secara terpisah, diskrit atau kategori; (b) data kontinum, yaitu data
yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil pengukuran. Data
kontinum dapat dibagi kembali menjadi tiga bagian, yaitu (1) data ordinal,
yaitu data yang menunjukkan dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri;
(2) data interval yaitu data yang punya ruas atau interval atau jarak yang
berdekatan dan sama; (3) data rasio, yaitu data yang memiliki titik nol absolut,
(Bungin, 2007:120).
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio
meliputi data laporan keuangan yang relevan yang telah disusun dan disajikan
oleh PT Bank Syariah Mandiri per Desember 2008.
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka (Juanda,2009:76).
Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi (i) Profil Bank Syariah Mandiri
37



yang terdiri dari sejarah, struktur organisasi, dan produk perusahaan, (ii)
prospektus obligasi.
2. Sumber Data
Menurut Juanda (2009:75) dilihat dari cara memperolehnya, maka data
dalam penelitian dapat dikumpulkan dengan menggunakan dua sumber data,
yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli atau pihak pertama (Ikhsan,2008:138). Dalam penelitian
ini pihak yang menjadi sumber asli adalah PT Bank Syariah Mandiri, dan
data primer yang diperoleh berupa hasil dari wawancara yang dilakukan
oleh peneliti mengenai kebijakan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan akuntansi pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah
yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri.
b. Data sekunder
Menurut Bungin (2007:122) data sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.
Berdasarkan sumbernya, data sekunder dapat diklasifikasikan menjadi dua
data, yaitu data internal dan data eksternal, data internal merupakan
dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat, dan
disimpan di dalam suatu organisasi Sedangkan data eksternal umumnya
disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang
bersangkutan, (Ikhsan,2008:151). Sedangkan menurut Bungin (2007:122),
data eksternal adalah data dari luar perusahaan yang dapat
38



menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja
perusahaan (data yang diperoleh dari sumber luar).
Data sekunder internal yang diperoleh penulis berasal dari laporan
keuangan PT Bank Syariah Mandiri tahun 2008 dan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah pada PT
Bank Syariah Mandiri. Adapun data sekunder eksternalnya dari Biro
Penilaian Keuangan Sektor Jasa Bapepam- LK yaitu berupa prospektus
obligasi syariah mudharabah dan surat pemberitahuan pelunasan obligasi
syariah mudharabah yang didapat dari KSEI (Kustodian Sentral Efek
Indonesia). Selain dari BKJS Bapepam-LK dan KSEI penulis juga
memperoleh data eksternal dari perpustakaan maupun media online seperti
buku-buku yang berkaitan dengan akuntansi obligasi syariah mudharabah
dan makalah studi standar akuntansi pasar modal di Indonesia.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
skripsi ini karena menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Ada banyak
teknik pengumpulan data karenanya dibutuhkan teknik yang sesuai dalam
menggali data agar data dapat diolah. Teknik pengumpulan data terdiri dari (i)
wawancara; (ii) kuesioner; (iii) observasi; dan (iv) Alat ukur tertentu yang sudah
baku, (Juanda, 2009:87).
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam pengumpulan data
skripsi ini, penulis menggunakan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya:


39



1. Teknik pengumpulan data primer
Menurut Ikhsan (2008:141) dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
primer menggunakan teknik wawancara, wawancara adalah percakapan antara
dua orang atau lebih yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari responden. Sedangkan menurut Juanda (2009:91) wawancara
(interview) adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara
(petugas) dengan responden.
Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara berstruktur
dan pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah bagian akuntansi PT
Bank Syariah Mandiri. Isi dari wawancara tersebut untuk meminta penjelasan
tentang kebijakan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
akuntansi pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dilakukan
oleh PT Bank Syariah Mandiri.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Dokumentasi
Menurut Ikhsan (2008:47), dokumentasi merupakan catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan data dokumenter berupa laporan keuangan PT Bank Syariah
Mandiri per Desember tahun 2003 dan prospektus obligasi syariah
mudharabah.

40



b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan
sebagai tempat penelitian dengan objek penelitiannya adalah bahan-bahan
kepustakaan (Bungin,2007:46). Data yang diambil dari studi kepustakaan
adalah buku, artikel dan makalah tentang obligasi syariah mudharabah.
E. Metode Analisis Data
Data mentah yang telah diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti tidak akan
ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang terpenting
dalam penelitian karena dengan analisislah data tersebut dapat berguna dalam
memecahkan masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2010:147), analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain
terkumpul. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang
relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan menggunakan hasil analisis
tersebut untuk memecahkan suatu masalah (http://pusatstatistik.blogspot.com).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif-evaluatif. Dalam hal ini, peneliti ingin memberikan gambaran data
secara jelas mengenai proses pelunasan obligasi syariah mudharabah dan
mengevaluasi perlakuan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah
dengan PASBU. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
Pertama, mengumpulkan referensi-referensi mengenai PASBU terdiri dari
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional, PSAK 55 dan 50 tentang instrumen keuangan;
pengakuan, pengukuran, dan instrument keuangan; penyajian, pengungkapan
PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, referensi lain yang berkaitan dengan
pelunasan obligasi syariah mudharabah dan peraturan Bapepam-LK yang
41



kemudian digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi antara praktek dan
standar.
Kedua, mengklasifikasikan data primer berupa konfirmasi pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pelunasan obligasi syariah
mudharabah, sejarah, dan kegiatan usaha PT Bank Syariah Mandiri. Kemudian
data sekunder berupa data kualitatif yaitu yang berkaitan dengan pelunasan
obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri, yaitu prospektus obligasi
syariah mudharabah, dan standar akuntansi yang berkaitan dengan obligasi. Data
sekunder berupa data kuantitatif yaitu data mengenai laporan keuangan perseroan
Desember tahun 2008.
Ketiga, setelah data penelitian diperoleh maka data tersebut dikelompokan
sesuai dengan perlakuan akuntansinya: 1) mengelompokan data yang berkaitan
dengan pengakuan pelunasan obligasi syariah mudharabah, 2) mengelompokan
data yang berkaitan dengan pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah
beserta biaya penyelesaian bagi hasil yang tersisa, 3) mengelompokan data yang
berkaitan dengan penyajian pelunasan obligasi syariah mudharabah dan 4)
mengelompokan data yang berkaitan dengan pengungkapan pelunasan obligasi
syariah mudharabah.
Keempat, mengevaluasi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah di dalam
laporan keuangan, dengan PASBU sebagai standar untuk melihat kesesuaian
praktek yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri.
Kelima, mengambil kesimpulan dari hasil deskripsi dan evaluasi atas
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi untuk pelunasan
42



obligasi syariah mudharabah yang diterapkan oleh PT Bank Syariah Mandiri.
Kemudian memberikan saran apabila terdapat ketidaksesuaian atau pertentangan
antara standar dengan praktek.





















43



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri dibentuk dari konversi PT Bank Susila Bakti
setelah kepemilikannya diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero). Proses
konversi dilakukan dengan langkah awal merubah Anggaran Dasar tentang
nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah Mandiri
berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S SH, No. 29 pada tanggal 19
Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris:
Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT
Bank Syariah Mandiri (http://www.syariahmandiri.co.id).
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP.BI/1999 telah memberikan izin
perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1KEP.DGS/1999
tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama
PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Berdasarkan
keputusan-keputusan tersebut, PT Bank Syariah Mandiri sudah resmi
terbentuk dan pada hari senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999 menjadi hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah
Mandiri (http://www.syariahmandiri.co.id).

44



2. Visi dan Misi PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri memiliki visi dan misi yang menjadi ciri serta
landasan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Visi yang ingin dicapai PT
Bank Syariah Mandiri yang menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra
usaha.
Adapun misi yang dijalankan PT Bank Syariah Mandiri, antara lain:
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
c. Merekrut dan mengembangkan pagawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat
d. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat
3. Bidang Usaha PT Bank Syariah Mandiri
Seperti halnya bank syariah pada umumnya, PT Bank Syariah Mandiri
juga menawarkan produk bagi nasabahnya berdasarkan prinsip syariah.
Adapun produk-produk tersebut dikelompokkan ke dalam bentuk produk
pendanaan, produk pembiayaan, dan jasa perbankan lainnya.
a. Produk Pendanaan
Produk pendanaan di BSM bertujuan untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Produk tersebut terdiri atas 4
jenis, yaitu tabungan, deposito, giro, dan obligasi.
1) Tabungan BSM, meliputi:
a) Tabungan Berencana BSM yaitu simpanan berjangka yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian
45



pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Tabungan ini
dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah.
b) Tabungan Simpatik BSM, yaitu simpanan dalam bentuk mata uang
rupiah berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang
disepakati.
c) Tabungan Mabrur BSM, yaitu simpanan dalam bentuk mata uang
rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam
merencanakan ibadah haji dan umrah, tabungan ini dikelola
berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah.
d) Tabungan Kurban BSM, yaitu simpanan dalam mata uang rupiah
yang bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan
pelaksanaan ibadah kurban dan aqiqah. Dalam pelaksanaannya
bekerjasama dengan Badan Amil Qurban. Tabungan ini dikelola
berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah.
e) Tabungan BSM Investa Cendekia, yaitu tabungan berjangka dalam
mata uang rupiah dengan jumlah setoran tiap bulan tetap yang
dilengkapi dengan perhitungan asuransi. Tabungan ini dikelola
berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah.
2) Deposito BSM, yaitu produk investasi berjangka waktu tertentu yang
dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam produk
ini dapat menggunakan mata uang rupiah atau pun dollar.
3) Giro BSM, yaitu sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi
nasabah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad-
46



dhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan
sebagai titipan.
4) Obligasi BSM Mudharabah, yaitu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan emiten (PT Bank
Syariah Mandiri) untuk membayar pendapatan bagi hasil/kupon dan
membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo.
Untuk mengukur perkembangan usaha PT Bank Syariah Mandiri dari
sisi produk pendanaan, dapat dilihat dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang berhasi dihimpun bank tersebut. Jika dilihat dari jumlah DPK yang
berhasil dihimpun bank dengan menggunakan data tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 dapat tergambar bahwa pada tahun 2008 jumlah DPK
yang berhasil dihimpun sebesar Rp 14,89 Triliun, kemudian jumlah ini
meningkat pada tahun 2009 sebesar 29,89% menjadi Rp 19,34 Triliun, dan
pada tahun 2010 jumlah ini terus meningkat hingga mencapai Rp 28,99
Triliun atau meningkat sebesar 49,89%. Dengan demikian, perkembangan
usaha bank dilihat dari sisi produk pendanaan dapat dikatakan cukup baik
karena dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
b. Produk Pembiayaan
Produk pembiayaan di PT Bank Syariah Mandiri bertujuan untuk
menyalurkan dana kepada masyarakat atau pihak yang membutuhkan
dana tersebut. Produk ini meliputi:
1) BSM Customer Network Financing (BSM-CNF), yaitu fasilitas
pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada nasabah (agen,
dealer) untuk pembelian persediaan atau inventory barang dari
47



rekanan (ATPM, produsen atau distributor) yang menjalin kerjasama
dengan bank. Akad yang digunakan disesuaikan dengan skema usaha
nasabah yaitu dapat berupa murabahah, mudharabah, atau
musyarakah.
2) Pembiayaan Edukasi BSM, yaitu pembiayaan jangka pendek dan
menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah atau perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya atau
uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran semester baru
berikutnya. Pembiayaan ini menggunakan dengan akad ijarah.
3) Pembiayaan Griya BSM, yaitu pembiayaan jangka pendek,
menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal
(konsumtif), baik baru maupun bekas dengan sistem murabahah.
4) Gadai Emas Syariah Mandiri, yaitu produk pembiayaan atas dasar
jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang
tunai dengan cepat dengan akad rahn
5) Pembiayaan Talangan Haji BSM, yaitu pinjaman dana talangan dari
bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk
memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. Akad yang
digunakan adalah qardh wal ijarah.
6) Pembiayaan Mudharabah BSM, yaitu pembiayaan dimana seluruh
modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank.
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
48



7) Pembiayaan Musyarakah BSM, yaitu pembiayaan khusus untuk
modal kerja, di mana dana dari bank merupakan bagian dari modal
usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati.
8) Pembiayaan Murabahah BSM, yaitu pembiayaan berdasarkan akad
jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
9) Pembiayaan Istishna BSM, yaitu pembiayaan berdasarkan akad jual
beli antara bank dan nasabah dimana bank membiayai pembelian
barang dengan cara pesanan menurut spesifikasi yang disepakati
antara nasabah dengan bank kemudian bank menjualnya kepada
nasabah.
Untuk mengukur perkembangan usaha PT Bank Syariah Mandiri dari
sisi produk pembiayaan, dapat dilihat dari jumlah pembiayaan yang sudah
diberikan bank kepada nasabahnya. Jika dilihat dari jumlah pembiayaan
yang diberikan bank dengan menggunakan data tahun 2008 sampai tahun
2010 dapat tergambar bahwa pada tahun 2008 jumlah pembiayaan yang
diberikan bank sebesar Rp 13,28 Triliun, kemudian jumlah ini meningkat
pada tahun 2009 sebesar 20,93% menjadi Rp 16,06 Triliun dan pada
tahun 2010 jumlah ini terus meningkat hingga mencapai Rp 23,96 Triliun
atau meningkat sebesar 49,21%. Peningkatan jumlah pembiayaan yang
diberikan bank terjadi disebabkan adanya peningkatan jumlah dana yang
berhasil dihimpun bank dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK).
49



c. Jasa Perbankan lainnya
PT Bank Syariah Mandiri juga menyediakan jasa perbankan lainnya
untuk mendukung kegiatan usaha utama bank tersebut dan memenuhi
kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Jasa perbankan lainnya
meliputi jasa produk, jasa operasional, dan jasa investasi.
1) Jasa produk, antara lain yaitu BSM Card, Sentra bayar BSM, BSM
SMS Banking, BSM Mobile Banking GPRS, BSM Net Banking, Jual
beli Valas BSM, Bank Garansi BSM, BSM Electronic payroll, BSM
Letter of Credit.
2) Jasa operasional, antara lain yaitu Transfer lintas negara BSM
Western Union, Kliring BSM, Inkaso BSM, BSM RTGS (Real Time
Gross Settlement), Pajak on-line BSM, Referensi bank BSM.
3) Jasa investasi berupa produk reksadana syariah yang dikeluarkan oleh
PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI).
Untuk mengukur perkembangan usaha PT Bank Syariah Mandiri dari
sisi produk jasa perbankan lainnya, dapat dilihat dari besarnya jumlah
pendapatan operasional lainnya, dapat dilihat dari besarnya jumlah
pendapatan operasional lainnya yang diperoleh bank setiap tahunnya. Hal
ini dikarenakan penjualan produk jasa perbankan lainnya yang terjadi
pada bank akan menambah jumlah pendapatan operasional lainnya bank
tersebut. Jika dilihat dari jumlah pendapatan operasional lainnya dengan
menggunakan data tahun 2008 sampai tahun 2010 dapat tergambar bahwa
pada tahun 2008 jumlah pendapatan operasional lainnya yang dapat
diperoleh bank mencapai Rp 300,986 milyar, dan jumlah ini meningkat
50



pada tahun 2009 sebesar 15,28% menjadi Rp 346,972 milyar, dan pada
tahun 2010 jumlah ini terus meningkat hingga mencapai Rp 566,542
milyar atau meningkat sebesar 63,28%.
Untuk laba, PT Bank Syariah Mandiri pada tahun 2009 memperoleh
laba sebesar Rp 291 milyar dan naik 43,99% pada tahun 2010 menjadi Rp
419 milyar. Sedangkan laba pada tahun 2011 naik 45,99% menjadi Rp
551 milyar.
Aset PT Bank Syariah Mandiri tahun 2009 mencapai Rp 22.04 triliun,
jumlah tersebut naik dibandingkan posisi Desember 2010 yakni sebesar
Rp 32,48 triliun. Untuk tahun 2011 aset PT Bank Syariah Mandiri
mengalami pertumbuhan menjadi Rp 48,671 triliun.
4. Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri
Struktur organisasi PT Bank Syariah Mandiri terdiri dari Rapat Umum
Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan Direktur
Utama. Direktur utama membawahi 5 direktorat, yaitu (1) Direktorat
Pembiayaan Mikro Kecil, (2) Direktorat Pembiayaan Menengah, (3)
Direktorat Pembiayaan Korporasi dan Treasury, (4) Direktorat Kepatuhan,
dan (5) Direktorat Manajemen Resiko.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memiliki kedudukan tertinggi
dalam struktur organisasi PT Bank Syariah Mandiri. RUPS memiliki
kewenangan untuk menetapkan berbagai kebijakan penting perusahaan,
seperti memilih dewan komisaris, direktur utama, dan Dewan Pengawas
Syariah. Selain itu, RUPS juga dapat membantu tugas Dewan Pengawas
Syariah dalam memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional
51



bank terhadap nilai syariah yang berlaku dengan cara memberikan beberapa
saran dan informasi yang dibutuhkan dewan tersebut.
Dewan Komisaris memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan
terselenggaranya good corporate governance dalam setiap kegiatan usaha
bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi, melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, serta
memberikan nasihat kepada direksi.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) berperan dalam penerapan prinsip
syariah. yaitu (a) melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga
keuangan syariah (b) mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan
syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN. (c)
melaporkan pengembangan operasional lembaga keuangan syariah yang
diawasinya kepada dengan DSN. (d) merumuskan permasalahan yang
memerlukan pembahasan dengan DSN.
Dewan komisaris dibantu oleh 3 komite, yaitu 1) Komite Audit adalah
memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal
yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris. 2) Komite
Remunerasi dan Nominasi, serta Komite Pemantau Resiko tugasnya yaitu
melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi dan memberikan
rekomendasi kepada dewan komisaris. 3) Komite Pemantau dan Resiko,
berfungsi membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan
dalam bentuk pemberian opini dan rekomendasi berkaitan dengan kebijakan
dan pelaksanaan menejemen resiko bank.
52



Adapun Direktur Utama bertugas menjalankan visi PT Bank Syariah
Mandiri dengan menetapkan strategi dan kebijakan PT Bank Syariah Mandiri,
terlaksananya evaluasi secara berkala terhadap realisasi pencapaian target dan
menetapkan langkah-langkah peningkatan kinerja yang harus dilakukan,
teerkoordinasinya kegiatan kerja seluruh anggota Direksi dan Executive Vice
President (EVP)
Direktur Pembiayaan Mikro Kecil bertugas menetapkan strategi dan
kebijakan di bidang pembiayaan mikro dan kecil berdasarkan prinsip syariah,
serta kebijakan pendukung lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya,
memimpin dan mengkoordinir seluruh unit kerja di Direktorat Pembiayaan
Mikro Kecil meliputi bidang Pembiayaan Kecil, Mikro dan Program,
Pembiayaan Konsumer, Pegadaian, Mass Banking dan Pengembangan Bisnis
Produk dalam melaksanakan aktifitas bidang pembiayaan sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tahunan dengan tetap
menjaga prinsip kehati-hatian.
Direktur Pembiayaan Menengah bertugas menetapkan strategi dan
kebijakan di Direktorat Pembiayaan Menengah berdasarkan prinsip syariah,
serta kebijakan pendukung lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya,
memimpin dan mengkoordinir seluruh unit kerja di Direktorat Pembiayaan
Menengah meliputi bidang Pembiayaan Komersial, Restrukturisasi,
Penyelesaian Pembiayaan, Hubungan Korporasi dan Hukum serta Sarana dan
Logistik sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kerja
tahunan dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
53



Direktur Kepatuhan bertugas menetapkan strategi dan kebijakan yang
sesuai dengan visi perusahaan dengan menjalankan strategi dan kebijakan PT
Bank Syariah Mandiri di bidang Kepatuhan, Jaringan, Human Capital,
Training dan Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Kinerja.
Memimpin dan mengkoordinir penetapan langkah-langkah yang diperlukan di
bidang Kepatuhan, Jaringan, Human Capital, Training dan Perencanaan,
Pengembangan dan Manajemen Kinerja.
Direktur Pembiayaan Korporasi dan Treasury bertugas menetapkan
strategi dan kebijakan di bidang pembiayaan korporasi dan treasury
berdasarkan prinsip syariah, serta kebijakan pendukung lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugasnya, memimpin dan mengkoordinir seluruh unit
kerja di Direktorat Pembiayaan Korporasi & Treasury meliputi bidang
Pembiayaan Korporasi & Investasi, Pembiayaan Korporasi Cabang,
Pembiayaan Khusus dan Sindikasi, Treasury dan Perbankan Internasional.
Direktur Manajemen Resiko yang bertugas menetapkan strategi dan
kebijakan yang sesuai dengan visi perusahaan dengan menjalankan strategi
dan kebijakan PT Bank Syariah Mandiri di bidang Manajemen Risiko, Sistem
Teknologi, Operasi dan Akuntansi, Sistem Prosedur Pengawasan.
Mengevaluasi perkembangan bank di bidang Manajemen Risiko, Sistem
Teknologi, Operasi, Akuntansi dan Sistem Prosedur Pengawasan serta
merumuskan kebijakan yang diperlukan.
Struktur organisasi dalam PT Bank Syariah Mandiri dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut ini:
54




























55



B. Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2003
1. Ketentuan Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri
Tahun 2003
a. Nama Obligasi Syariah dan Jenis Obligasi Syariah BSM
Nama obligasi syariah yang ditawarkan melalui penawaran umum
adalah Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri (BSM)
Tahun 2003.
Obligasi syariah mudharabah BSM bersifat senior. Perbedaannya
dengan obligasi subordinasi adalah apabila pada saat jatuh tempo
emiten gagal melunasi obligasinya, maka mandat untuk pelunasan dari
harta yang ada akan mendahulukan obligasi senior dibandingkan
dengan obligasi subordinasi.
Obligasi Syariah Mudharabah BSM ini diterbitkan tanpa warkat,
kecuali Sertifikat Jumbo Obligasi Syariah yang diterbitkan untuk
didaftarkan atas nama PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
sebagai bukti hutang untuk kepentingan Pemegang Obligasi Syariah.
Bukti kepemilikan Obligasi Syariah bagi Pemegang Obligasi
Syariah Mudharabah BSM adalah Konfirmasi Tertulis yang
diterbitkan oleh KSEI atau Pemegang Rekening. Konfirmasi tersebut
menjadi dasar bagi Pemegang Obligasi Syariah untuk mendapatkan
pembayaran Bagi Hasil Obligasi Syariah, pembayaran kembali seluruh
dana Obligasi Syariah dan hak-hak lain yang berkaitan dengan
Obligasi Syariah.
56



b. Jangka Waktu
Obligasi Syariah BSM berjangka waktu 5 tahun terhitung sejak
tanggal emisi 28 Oktober 2003 sampai dengan 31 Oktober 2008.
c. Jumlah Dana Obligasi Syariah dan Satuan Pemindahbukuan
Jumlah Dana Obligasi Syariah Mudharabah BSM adalah
sebesar Rp 200.000.000.000,- (dua ratus miliar) dengan satuan
pemindahbukuan sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
d. Jaminan dan Pembatasan
Obligasi Syariah Mudharabah BSM diterbitkan tanpa dijamin
dengan suatu agunan khusus, namun dijamin dengan seluruh harta
kekayaan BSM baik barang bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang telah ada maupun yang akan ada kemudian hari.
BSM berkewajiban untuk menjaga kondisi keuangan
perusahaan yaitu kecukupan modal (CAR) sesuai ketentuan Bank
Indonesia Pembatasan lain adalah BSM wajib menjaga aktiva yang
tidak diagunkan minimal 150 % dari jumlah kewajiban.
e. Peringkat obligasi Syariah Mudharabah BSM
Peringkat yang diperoleh dari Pefindo untuk obligasi yang
diterbitkan adalah id BBB (Stable Outlook) yang berarti
kemampuan obligor yang memadai relatif dibanding entitas
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun kemampuan
57



tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan.
f. Bagi Hasil
Pendapatan yang dibagi hasilkan kepada pemegang obligasi
syariah mudharabah BSM berasal dari pendapatan margin
pembiayaan murabahah. Perolehan bagi hasil diharapkan relatif
stabil karena pembiayaan murabahah mempunyai tingkat margin
yang relatif akurat dan tetap. Besaarnya nisbah bagi hasil telah
ditentukan ketika penerbitan obligasi yaitu sebesar 77.50% untuk
pemegang obligasi.
Pembayaran bagi hasil obligasi dilakukan setiap tiga bulanan
dan bagi hasil yang dibayarkan kepada pemegang obligasi tidak
mengurangi hak nasabah tabungan dan deposito. Penurunan bagi
hasil dapat terjadi jika terdapat penurunan kualitas pembiayaan
murabahah.
Penghitungan Bagi Hasil Obligasi sebagai berikut :
Nisbah bagi hasil obligasi X Nominal Obligasi X Pendapatan Murabahah
Saldo rata-rata Pembiayaan Murabahah
g. Penggunaan Dana Obligasi
Dana dari hasil penjualan obligasi syariah mudharabah BSM
direncanakan akan digunakan untuk :


58



a. Pengembangan bisnis.
b. Investasi di bidang Jaringan, Teknologi dan Pengembangan
Sumberdaya Insani.
c. Memperkuat struktur pendanaan jangka panjang.
2. Pelunasan Pokok Obligasi dan Bagi Hasil Obligasi Syariah
Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003
a. Sumber Dana Pelunasan Pokok dan Bagi Hasil
Pelunasan pokok obligasi syariah mudharabah Bank Syariah
Mandiri tahun 2003 tidak menggunakan penyisihan dana cadangan
pembayaran (Sinking Fund) dengan pertimbangan untuk
mengoptimalkan penggunaan dana hasil emisi obligasi. Untuk nilai
pelunasan yang dibayarkan menggunakan kas perusahaan.
Sumber dana bagi hasil berasal dari pendapatan margin murabahah
dalam bentuk investasi di bidang pengembangan bisnis, investasi
dibidang jaringan dan teknologi, pengembangan sumber daya insani
dan memperkuat struktur pendanaan jangka panjang.
b. Mekanisme Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Dalam pelunasan obligasi syariah terdapat beberapa mekanisme
yang harus dijalankan emiten. Berikut mekanisme pelunasan pokok
dan bagi hasil obligasi syariah mudharabah Bank Syariah Mandiri
tahun 2003 :

59












Gambar 4.2
Mekanisme Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah

Keterangan :
1) BSM menyampaikan pelunasan pokok obligasi dan jumlah bagi
hasil ke-20 ke bank BRI selaku wali amanat. Hal-hal yang
dilampirkan adalah Laporan Keuangan per 31 Juli 2008 hingga 31
Oktober 2008, jumlah pendapatan yang dibagi hasilkan dan jumlah
pendapatan bagi hasil pemegang obligasi.
2) BSM menyampaikan pelunasan pokok obligasi dan jumlah bagi
hasil ke-20 ke KSEI selaku agen pembayaran. Dengan
Bank Syariah Mandiri
( Emiten )
KSEI
(Bank Kustodian )
Pemegang Obligasi
BRI
( Wali Amanat )
1
2
3
4
5
60



melampirkan perhitungan bagi hasil yang telah diketahui oleh PT.
BRI Tbk sebagai wali amanat.
3) KSEI mengkonfirmasi pelunasan pokok dan daftar pemegang
obligasi syariah mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2003
atas pelunasan dan pembayaran pendapatan bagi hasil ke-20
kepada pihak PT Bank Syariah Mandiri.
4) BSM melakukan pembayaran pokok obligasi dan bagi hasil ke
KSEI sebagai agen pembayaran.
5) KSEI melakukan pendistribusian pembayaran pokok obligasi dan
bagi hasil kepada pemegang obligasi.
C. Perlakuan Akuntansi Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank
Syariah Mandiri Tahun 2008
Perlakuan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah terdiri
dari pelunasan pokok dan biaya bagi hasil.
1. Pengakuan Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri
diakui pada saat jatuh tempo, yaitu tanggal 31 Oktober 2008. Sedangkan
biaya bagi hasil terakhir diakui saat pembayaran bagi hasil pada saat
pelunasan obligasi syariah tersebut dan dibayarkan secara tunai bersamaan
dengan pembayaran pelunasan pokok obligasi.
2. Pengukuran Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri
dicatat sesuai nilai nominal, yaitu nilai yang tertera pada lembar obligasi
sebesar Rp 200 miliar dan merupakan nilai yang dibayar PT Bank Syariah
61



Mandiri pada saat jatuh tempo. Dan untuk nilai biaya bagi hasil diakui
sesuai dengan perhitungan bagi hasil dengan jumlah sebesar 5,327 miliar
yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang obligasi syariah.
3. Penyajian Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Pada saat transaksi pelunasan, obligasi syariah mudharabah
dihapuskan penyajiannya dalam neraca yaitu pada pos liabilitas dalam
akun surat berharga yang diterbitkan yaitu sebesar nilai nominal Rp 200
miliar dan mengurangi pos asset pada akun kas sebesar Rp. 200 miliar.
Untuk biaya bagi hasil obligasi syariah mudharabah disajikan pada
laporan laba rugi yang menambah pada hak pihak ketiga atas bagi hasil
Dana Syirkah Temporer sebagai pengurang pendapatan senilai Rp. 5,327
miliar dan pos asset dalam akun kas sebesar Rp. 5,327 miliar.
Untuk menggambarkan perubahan posisi di laporan keuangan, maka
ilustrasi jurnal untuk mencatat obligasi syariah mudharabah pada saat
dana dibayarkan adalah sebagai berikut:
Db Surat berharga yang diterbitkan Rp 200.000.000.000
Cr Kas Rp 200.000.000.000
Sedangkan jurnal apabila ditambah dengan pembayaran beban bagi hasil
menjadi sebagai berikut :
Db Surat berharga yang diterbitkan Rp 200.000.000.000
Db Beban bagi hasil obligasi syariah
mudharabah Rp 5.327.755.454,56
Cr Kas Rp 205.327.755.454,56
62



4. Pengungkapan Pelunasan Obligasi Syariah Mudhrabah
Hal-hal yang diungkapkan oleh di catatan atas laporan keuangan PT
Bank Syariah Mandiri pada akhir periode berkaitan dengan pelunasan
obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut :
a) Jenis akad obligasi syariah yaitu mudharabah dengan jumlah dana
obligasi syariah sebesar Rp 200 miliar obligasi syariah mudharabah
berjangka waktu 5 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 31 Oktober
2008.
b) Dasar perhitungan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian
antara pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang
obligasi, sumber pendapatan yang diambil dari pendapatan margin
emiten yang berasal dari portofolio pembiayaan murabahah yang
diperoleh selama satu triwulan yang jumlahnya dicantumkan dalam
laporan keuangan bank yang belum diaudit.
c) Besarnya nisbah pemegang obligasi syariah sebesar 77,50% yang
diambil dari pendapatan margin perseroan yang berasal dari portofolio
pembiayaan murabahah yang diperoleh selama 1 triwulan, pembayaran
pendapatan bagi hasil pertama kali pada tanggal 31 januari 2004 dan
pembayaran pendapatan bagi hasil terakhir pada tanggal 31 Oktober
2008.
d) Wali amanat obligasi syariah mudharabah ini adalah PT Bank Rakyat
Indonesia (Perseroan) Tbk.
D. Evaluasi Perlakuan Akuntansi Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri
63



Dalam mengevaluasi perlakuan akuntansi pelunasan obligasi syariah
mudharabah penulis membandingkan perlakuan akuntansi yang diterapkan
oleh PT. Bank Syariah Mandiri dengan PASBU yang meliputi KDPPLKS,
PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah, PSAK 110 tentang
Akuntansi Sukuk, peraturan Bapepam LK nomor IX.A13 tentang Penerbitan
Efek Syariah.


1. Pengakuan
PT Bank Syariah Mandiri mengakui obligasi syariah mudharabah dan
biaya bagi hasil pada saat tanggal jatuh tempo yaitu pada tanggal 31
Oktober 2008. Hal ini telah sesuai PASBU (PSAK No 55 paragraf 39)
menjelaskan bahwa entitas mengeluarkan kewajiban keuangan dari
neraca, jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir yaitu
ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau
dibatalkan atau kadaluarsa. Dan Untuk penyajian biaya bagi hasil pada
pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer telah sesuai
dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 108) yang menyatakan hak pihak
ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas
syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
2. Pengukuran
Pengukuran obligasi syariah mudharabah pada obligasi syariah
dicatat sebesar nilai nominal. Hal ini sesuai dengan PASBU (KDPPLKS
64



paragraf 129) yang menyebutkan bahwa dasar pengukuran yang lazim
digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan adalah
biaya historis. Sedangkan biaya bagi hasil dicatat sebesar jumlah dana
yang dibayarkan dalam pelunasan obligasi syariah, hal ini sesuai dengan
PASBU (KDPPLKS paragraf 124) yang menjelaskan kalau manfaat
ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau
tak langsung, beban diakui dalam Laporan Laba Rugi atas dasar prosedur
alokasi yang rasional dan sistematis .
3. Penyajian
Pelunasan obligasi syariah mudharabah mempengaruhi sejumlah pos
di dalam Neraca dan Laba Rugi. Obligasi syariah mudharabah dihapuskan
penyajiannya dalam Neraca yaitu pada pos Liabilitas dalam akun surat
berharga yang diterbitkan yaitu sebesar nilai nominal Rp 200 miliar dan
mengurangi pos Asset pada akun kas sebesar Rp. 200 miliar. Untuk biaya
bagi hasil obligasi syariah mudharabah disajikan pada Laporan Laba Rugi
yang menambah pada hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah
Temporer sebagai pengurang pendapatan senilai Rp. 5,327 miliar dan pos
asset dalam akun kas sebesar Rp. 5,327 miliar.
Penyajian obligasi syariah mudharabah pada pos Kewajiban di dalam
neraca bertentangan dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 28) tentang
Akuntansi Sukuk, dinyatakan bahwa Sukuk Mudharabah disajikan
sebagai Dana Syirkah Temporer hal ini dikarenakan obligasi syariah
bukan merupakan utang berbunga, tetapi merupakan investasi
65



mudharabah pada neraca dimasukkan pada pos Dana Syirkah Temporer
bukan pada Kewajiban.
Untuk pengakuan bagi hasil yang disajikan dalam akun biaya bagi
hasil pada pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer
sebagai pengurang pendapatan telah sesuai dengan PASBU (PSAK No
110 paragraf 24) menjelaskan bahwa beban bagi hasil yang menjadi hak
pemilik sukuk mudharabah diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan
sebagai beban.
4. Pengungkapan
PT Bank Syariah Mandiri mengungkapkan pelunasan obligasi syariah
mudharabah pada laporan keuangan tahun 2008 telah sesuai dengan
PASBU (kebijakan peraturan Bapepam-LK nomor IX.A13). Hal-hal yang
diungkapkan oleh perseroan adalah jenis dan nilai nominal obligasi yang
diterbitkan sebesar Rp 200 Miliar, jangka waktu jatuh tempo pada tanggal
31 Oktober 2008, jenis usaha PT Bank Syariah Mandiri, tanggal
pembayaran bagi hasil dibayar setiap tiga (3) bulan, besarnya nisbah bagi
hasil sebesar 77,50 %, sumber pendapatan berasal dari pendapatan margin
piutang murabahah bank dengan portofolio pembiayaan sebesar dana
obligasi syariah, dasar perhitungan bagi hasil berdasarkan perkalian antara
pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang saham, dan
nama wali amanat yaitu PT BRI Tbk.




66



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
PT Bank Syariah Mandiri telah melunaskan obligasi syariah mudharabah
tahun 2008. Sumber dana pelunasan berasal dari kas perusahaan dan untuk bagi
hasil terakhir berasal dari pendapatan margin piutang murabahah. Berdasarkan
hasil evaluasi pembahasan pada bab IV, mengenai perlakuan akuntansi atas
pelunasan obligasi syariah mudharabah tahun 2008 oleh PT Bank Syariah
Mandiri, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengakuan atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri mengakui pelunasan obligasi syariah mudharabah
telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 55 paragraf 39) yaitu pada saat
tanggal jatuh tempo pada tanggal 31 Oktober 2008, pengakuan yang demikian
telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 55 paragraf 39). Sedangkan
pengakuan bagi hasil yang diakui sebagai pengurang pendapatan telah sesuai
dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 24), hal tersebut telah sesuai dengan
PASBU (PSAK No 110 paragraf 24).
2. Pengukuran atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dilakukan oleh
PT Bank Syariah Mandiri sebesar nilai nominal telah sesuai dengan PASBU
(KDPPLKS paragraf 129), hal tersebut sudah sesuai dengan PASBU
(KDPPLKS paragraf 129). Sedangkan biaya bagi hasil dicatat sebesar jumlah
dana yang dibayarkan dalam pelunasan obligasi syariah telah sesuai dengan
67



PASBU (KDPPLKS paragraf 124), hal tersebut telah sesuai dengan PASBU
(KDPPLKS paragraf 124).
3. Penyajian atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Penyajian pelunasan obligasi syariah mudharabah pada pos Kewajiban di
dalam Neraca belum sesuai dengan PASBU (PSAK No. 110 paragraf 28).
Penyajian obligasi syariah mudharabah masih bertentangan dengan PASBU
(PSAK No. 110 paragraf 28) karena menyajikan pada pos Kewajiban bukan
pada Dana Syirkah Temporer, hal tersebut belum sesuai dengan PASBU
(PSAK No 110 paragraf 28). Sedangkan untuk penyajian biaya bagi hasil pada
pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer telah sesuai
dengan PASBU yaitu (KDPPLKS paragraf 108), hal tersebut telah sesuai
dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 108).
4. Pengungkapan atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri mengungkapkan pelunasan obligasi syariah
mudharabah pada laporan keuangan tahun 2008 telah sesuai dengan PASBU
(kebijakan peraturan Bapepam-LK nomor IX.A13). Hal-hal yang
diungkapkan oleh perseroan adalah jenis dan nilai nominal obligasi yang
diterbitkan sebesar Rp 200 Miliar, jangka waktu jatuh tempo pada tanggal 31
Oktober 2008 , jenis usaha PT Bank Syariah Mandiri, tanggal pembayaran
bagi hasil dibayar setiap tiga (3) bulan, besarnya nisbah bagi hasil sebesar
77,50 %, sumber pendapatan berasal dari pendapatan margin piutang
murabahah bank dengan portofolio pembiayaan sebesar dana obligasi
syariah, dasar perhitungan bagi hasil berdasarkan perkalian antara pendapatan
yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang saham, dan nama wali amanat
68



yaitu PT BRI Tbk, hal tersebut telah sesuai dengan PASBU (kebijakan
peraturan Bapepam-LK nomor IX.A13).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis kemukakan di atas, ada beberapa saran
yang ingin penulis sampaikan, yaitu:
1. Mengingat PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk sudah diterbitkan pada
tanggal 26 Oktober 2011 dan mulai efektif setelah tanggal 1 Januari 2012
sedangkan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri dilunaskan
pada tahun 2008, maka seharusnya dilakukan klasifikasi rekening obligasi
syariah mudharabah ke dalam rekening Dana Syirkah Temporer. Untuk
kedepannya PT Bank Syariah Mandiri dapat menggunakan PSAK 110 sebagai
pedoman dalam perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah.
2. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena penulis
meneliti obligasi syariah yang jatuh temponya sudah cukup lama, sehingga
dalam evaluasinya masih belum seluruhnya menggunakan PSAK 110 tentang
Akuntansi Sukuk. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti
penelitian obligasi syariah pada jenis transaksi yang berbeda, dan perusahaan
yang sudah menerapkan PSAK No 110 sehingga dapat dievaluasi
menggunakan Standar baku yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia yaitu PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim.

Abdul Manan. 2009. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di
Pasar Modal Syariah Indonesia. Edisi Pertama, Kencana, Jakarta.

Amelia, Fitri. 2008. Skripsi Perlakuan Akuntansi Obligasi Syariah
Mudahrabah Subordinasi Pada Laporan Keuangan PT Bank
Muamalat Indonesia Tbk Periode 2003-2005, UIN:Jakarta. Tidak
dipublikasikan.

Bambang Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB
Press: Bogor.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Edisi Lima. Jakarta: Salemba
Empat.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kencana, Jakarta.

Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia Nomor: 32/DSN-
MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia Nomor: 33/DSN-
MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor: 41/DSN-
MUI/III/2004 Tentang Obligasi Syariah Ijarah.

Gunawan Widjaja dan Jono. 2006. Penerbitan Obligasi dan Peran Serta
Tanggung Jawab Wali Amanat Dalam Pasar Modal. Kencana: Jakarta.


IAI, Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2007. Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), IAI, Jakarta.

Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan,Graha
Ilmu: Jogyakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002

Muhammad Firdaus. 2005. Konsep Dasar Obligasi Syariah, Renaisan
Anggota IKAPI.

Muhammad SyafiI Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktik,
Gema Insani: Jakarta.





Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan Nomor
IX.A13 Tahun 2006 Tentang Penerbitan Efek Syariah.

PT Bank Syariah Mandiri Laporan Keuangan Tahun 2008.

Rustanto, Didik. 2011. Skripsi Evaluasi Perlakuan Akuntansi Atas
Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Pada PT Bank Syariah
Mandiri, FE UMJ. Tidak dipublikasikan.

Sapto Rahardjo. 2004. Panduan Investasi Obligasi, Salemba Empat: Jakarta.

Sofyan S.Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf. 2005. Akuntansi Perbankan
Syariah, LPFE Usakti: Jakarta.

Sofyan S.Harahap. 2008. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah.
Pustaka Quantum, Jakarta.

Sri Nurhayati dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba
Empat: Jakarta.

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
BPFE, Edisi Ketiga, UGM: Jogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.

Suyitno, Hari. 2006. Skripsi Perlakuan Akuntansi Atas Investasi Obligasi
Syariah Ijarah Pada PT Matahari Putra Prima Tbk. FE UMJ.
Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal.

Http://www.syariahmandiri.co.id/en diakses pada tanggal 18 Januari 2012.

Http://www.ksei.co.id diakses pada tanggal 20 Maret 2012.

Http://ariemcool.multiply.com/Tugas_individu diakses pada tanggal 9 April
2012.

Http://pusatstatistik.blogspot.com/2009/07/test diakses pada tanggal 9 April
2012.

Http://www.bapepam.go.id/syariah/Studi_Standar_Akuntansi_Syariah_di_Pas
ar_Modal_Indonesia.pdf diakses pada tanggal 28 April 2012.





Http:// dimel2002.multiply.com/journal/item diakses pada tanggal 30 April
2012.

www.hendrakholid.net diakses pada tanggal 8 Januari.

www.bapepam.go.id Tentang Pelunasan Obligasi Syariah diakses pada tanggal
10 Januari 2012.

Anda mungkin juga menyukai