EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PELUNASAN OBLIGASI
SYARIAH MUDHARABAH JATUH TEMPO PADA PT BANK SYARIAH
MANDIRI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta
Oleh: Nama : Rini Rahmawati NIM : 2008320027
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI JAKARTA 2012
PERSETUJUAN TIM PENGUJi Diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian Sarjana Strata Satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi.
Jakarta, 10 Oktober 2012 Tim Penguji Ketua Penguji,
(M.Nur A. Birton, SE.,Ak.,M.Si)
Anggota Penguji I,
( Siti Asmanah SE., Ak. )
Anggota Penguji II,
( Edi Purwanto SE., MM.)
i
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah oleh PT Bank Syariah Mandiri. Selain itu penelitian ini juga mengevaluasi apakah obligasi syariah mudharabah yang dilunaskan telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Syariah Berterima Umum (PASBU). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif evaluatif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan obligasi syariah mudharabah, sedangkan metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian dengan Prinsip Syariah Berlaku Umum (PASBU) pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah dalam laporan keuangan oleh PT Bank Syariah Mandiri dengan PASBU. Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum pengakuan, pengukuran dan pengungkapan sudah sesuai dengan PASBU, kecuali terhadap penyajian obligasi syariah mudharabah dalam laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri, karena PT Bank Syariah Mandiri memasukkannya ke dalam pos kewajiban bukan di dalam pos Dana Syirkah Temporer. Penyajian ini tidak sesuai karena obligasi syariah mudharabah bukan bersifat hutang tetapi suatu bentuk penyertaan dana dalam suatu entitas.
Kata kunci: perlakuan akuntansi, dan pelunasan obligasi syariah mudharabah.
ii
ABSTRACT
The purpose of this study is to describe and evaluate the accounting treatment of Islamic bonds of mudaraba PT Bank Syariah Mandiri. Futhermore, this study also evaluates whether the islamic bonds accounting treatment to be paid away compliance with General Accepted Accounting Principles Sharia (PASBU). The method used is combaind descriptive evaluative. Descriptive method is used to describe accounting treatment Islamic bonds of mudaraba, while the evaluative methods used to evaluate compliance with General Accepted Accounting Principles Sharia (PASBU) the recognition, measurement, presentation and disclosure of repayment Islamic bonds of mudaraba in the financial statements mudharabah by PT Bank Syariah Mandiri with PASBU. The results of this study indicate that generally recognition, measurement and disclosure are in accordance with PASBU, in except presenting Islamic bonds of mudaraba in the financial statements of PT Bank Syariah Mandiri, because PT Bank Syariah Mandiri was incorporated into payable post not into post of Shirkah Temporary Funds. This presenting It is not suitable for Islamic bonds of mudaraba are not payablet but is a form of participation in a entity. Key words: accounting treatment, and Islamic bonds of mudaraba payment.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillahirrabilalamin, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ridha dan rahmatNya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada penutup segala nabi dan rasul Muhammad SAW., beserta segenap keluarga, sahabat dan umatnya. Insya Allah dan mudah-mudahan kita berada di dalamnya. Skripsi yang berjudul Evaluasi Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Jatuh Tempo Pada PT Bank Syariah Mandiri ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penulis menyadari penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis, serta kaka-kakaku yang tersayang, terima kasih atas segala doa, perhatian, pengertian, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Kesabaran dan harapan keluarga penulis merupakan motivasi terbesar bagi penulis. 2. Bapak Andry Priharta, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta.
iv
3. Ibu Siti Hafnidar Harun, SE., MM selaku Wakil Dekan I. 4. Ibu Siti Asmanah, SE., Ak selaku Wakil Dekan II. 5. Ibu Hairul Triwarti, SE., Ak., MM selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, terima kasih banyak atas bantuan yang ibu berikan kepada penulis. 6. Bapak M. Nur. A. Birton, SE., Ak., MSi selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak saran, nasihat serta bimbingannya baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 7. Seluruh Dosen-Dosen FE-UMJ yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dan membantu penulis dalam pelaksanaan kuliah sampai dengan saat ini. Serta Staf Tata Usaha dan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta. 8. Teman-teman konsentrasi Akuntansi Syariah Mira, Silvi, Kiky , Dini, Novi, Yuni, Ka mimi dan Nur yang telah memberikan pengalaman yang indah, dan telah mengajarkan banyak hal selama masa kuliah, semoga apa yang qta harapkan bisa tercapai semuanya Amin.. Ya Allah 9. Seluruh teman-teman jurusan Akuntansi & Manajemen 2008 Ka Nisa, Risda, Danar, Iqbal, Eti, Hati, Septi, Topik, Evan, Olive, Stecy, Indah, dan semuanya yang tidak disebutkan satu persatu. Maaf ya teman. Terima kasih buat kebersamaan dan pengalaman yang ga akan terlupakan ini. Semoga selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya serta sukses untuk semua. Amiinn...
v
10. Seluruh Mantan Pengurus Hima Aksi Ka Fairus, Ka Dian, Ka Karim, Ka Rara, Ka Weny yang telah memberikan semangat dan doanya selama ini walaupun sudah memiliki kesibukan kerja masing-masing. 11. Bapak Irham Indiantoro yang telah memberikan kemudahan jalan kepada penulis dari proses magang sampai melakukan riset di PT Bank Syariah Mandiri serta Ibu Lisa selaku Sekretaris staf Divisi Pembiayaan Korporasi & Investasi PT Bank Syariah Mandiri, yang telah menjawab pertanyaan penulis dan membantu atas ketersediaan data yang diperlukan penulis serta memberikan pengalaman yang begitu banyak saya dapatkan selama saya magang di PT Bank Syariah Mandiri. 12. Ka Adi yang telah membantu memberikan saran serta semangat dan doa yang begitu banyak berikan kepada penulis. 13. Dan semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis agar dapat lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya, agar penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jakarta, Agustus 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI .................................................................................................. i KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5 C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5 D. Perumusan Masalah ................................................................... 6 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8 A. Ruang Lingkup Obligasi Syariah .............................................. 8 1. Pengertian Obligasi Syariah ................................................ 8 2. Jenis-jenis Obligasi Syariah ................................................ 9 3. Tinjauan Syariah Obligasi Syariah Mudharabah ................ 11 B. Ruang Lingkup Prosedur Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah dan Pengelolaannya ................. 13 1. Pengertian Obligasi Syariah Mudharabah .......................... 13 2. Mekanisme Pengelolaan Obligasi Syariah Mudharabah .... 16
C. Akuntansi untuk Obligasi Syariah Mudharabah ....................... 21 1. PASBU Sebagai Pedoman Pelaporan Keuangan Obligasi Syariah Mudharabah ............................................ 25 2. Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah ........................................................... 25 D. Penelitian Terdahulu .................................................................. 30 E. Kerangka Berfikir ...................................................................... 31 F. Hipotesis .................................................................................... 32 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 34 A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 34 B. Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................... 34 1. Jenis Penelitian .................................................................... 34 2. Sifat Penelitian..................................................................... 35 C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 36 1. Jenis Data ............................................................................ 36 2. Sumber Data ....................................................................... 37 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38 1. Teknik Pengumpulan Data Primer ...................................... 39 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder .................................. 39 E. Metode Analisis Data ............................................................... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN .............................. 43 A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri ............................ 43
viii
1. Sejarah Singkat PT Bank Syariah Mandiri .......................... 43 2. Visi dan Misi PT Bank Syariah Mandiri ............................. 44 3. Bidang Usaha PT Bank Syariah Mandiri ............................ 44 4. Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri .................... 50
B. Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 ............................................................................... 55 1. Ketentuan Obligasi Syariah Mudharabah ... 55 2. Pelunasan Pokok Obligasi dan Bagi Hasil Obligasi Syariah Mudharabah . 58 C. Perlakuan Akuntansi Pelunasan ObligasiSyariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri ................................... 60 1. Pengakuan Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 60 2. Pengukuran Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 60 3. Penyajian Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 60 4. Pengungkapan Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .............................. 61 D. Evaluasi Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri ................................... 63 1. Pengakuan Pelunasan ObligasiSyariah Mudharabah
ix
PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 63 2. Pengukuran Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 63 3. Penyajian Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .................................................... 64
4. Pengungkapan Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri .............................. 65 BAB V KESIMPULAN dan SARAN ........................................................ 66 A. Kesimpulan ................................................................................ 66 B. Saran .......................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel. 1.1 Perbedaan Obligasi Syariah Mudharabah dan Obligasi Syariah Ijarah ............. 2 Tabel. 1.2 Daftar Obligasi Syariah Mudharabah dan Ijarah Yang Sudah Dilunasi ............. 3
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Struktur Pasar Modal di Indonesia ............................................................................. 16 2.2 Skema Obligasi Syariah Mudharabah ........................................................................ 17 2.3 Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum ........................................ 25 2.4 Kerangka Berfikir ..................................................................................................... 32 4.1 Strukur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri ........................................................... 54
Lampiran 1 Neraca PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008 Lampiran 2 Laporan Laba Rugi PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008 Lampiran 3 Laporan Arus Kas PT Bank Syariah Mandiri 2008 Lampiran 4 Catatan Atas Laporan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008 Lampiran 5 Surat Konfirmasi Pelunasan Pokok dan Daftar Pemegang Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 Atas Pembayaran Pendapatan Bagi Hasil Ke-20 (Dua Puluh). Lampiran 6 Surat Pendapatan Bagi Hasil Atas Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri. Lampiran 7 Surat Laporan Pelunasan Pokok dan Pembayaran Bagi Hasil Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003. Lampiran 8 Daftar Pedoman Wawancara Lampiran 9 Surat Keterangan telah melakukan Riset dari PT Bank Syariah Mandiri
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah yang semakin pesat di Indonesia menjadikan instrumen-instrumen syariah semakin banyak diminati masyarakat. Instrumen-instrumen itu dikembangkan oleh berbagai lembaga keuangan syariah seperti perbankan, asuransi, lembaga pembiayaan dan non lembaga keuangan syariah seperti, perkebunan, telekomunikasi. Meningkatnya jumlah dan variasi instrumen syariah memberikan alternatif investasi yang lebih luas kepada investor, sehingga mendorong pertumbuhan investasi syariah di Indonesia. Dengan adanya instumen-instrumen investasi tersebut perusahaan menjadi tertarik memperbesar kapasitas modalnya melalui instrumen-instrumen syariah baik jangka panjang dan jangka pendek. Salah satu instrumen investasi tersebut adalah obligasi syariah yang sering dikenal dengan sukuk. Obligasi syariah yang diterbitkan di Indonesia ada 2 jenis akad, yaitu akad mudharabah dan akad ijarah. Perbedaan kedua akad tersebut terdapat pada karakteristiknya, yaitu jenis transaksi, kupon, return, dan fatwa DSN. Lebih jelasnya akan terlihat pada tabel di bawah ini.
2
Tabel 1.1 Perbedaan Obligasi Syariah Mudharabah dan Obligasi Syariah Ijarah
Karakteristik Obligasi Syariah Mudharabah Obligasi Syariah Ijarah Jenis Transaksi Uncertainty contract Certainty contract Kupon Bagi hasil Imbalan/fee Return Indikatif berdasarkan income Ditentukan sebelumnya Fatwa DSN No: 33/DSN-MUI/IX/2002 No: 41/DSN-MUI/III/2004 Sumber: http://hendrakholid.net Dari tabel di atas terlihat bahwa pada obligasi syariah mudharabah investor akan memperoleh return naik turun sesuai dengan naik turunnya pendapatan dari proyek yang di danai dengan obligasi syariah ini. Sedangkan obligasi ijarah, investor akan memperoleh return tetap berupa pembayaran sewa dari perusahaan penerbit yang telah ditentukan sebelumnya (http://hendrakholid.net). Di Indonesia penerbitan obligasi syariah ini dipelopori oleh Indosat pada tahun 2002 dengan obligasi syariah mudharabah senilai Rp 175 Miliar. Sampai dengan tahun 2010 obligasi syariah yang beredar di Indonesia berjumlah Rp. 6.121 Miliar dengan obligasi Syariah mudharabah senilai Rp. 839 Miliar yang diterbitkan oleh lima emiten yang bergerak di berbagai bidang usaha, seperti perbankan, konstruksi, dan makanan, sedangkan obligasi syariah ijarah senilai Rp 5.282 Miliar yang diterbitkan dua puluh delapan perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang usaha seperti, perbankan tenaga listrik, transportasi, dan lain lain. Selain itu juga terdapat obligasi syariah mudharabah dan ijarah yang telah jatuh tempo dan telah dilunasi oleh emiten sampai dengan tahun 2010, obligasi syariah mudharabah dengan nilai emisi sebesar Rp 815 Miliar yang 3
di terbitkan oleh tujuh emiten dan obligasi syariah ijarah dengan nilai emisi Rp 879,4 Miliar yang di terbitkan oleh delapan emiten jadi total obligasi syariah yang sudah jatuh tempo dan telah dilunasi oleh emiten adalah sebesar Rp 1.694,4 Miliar. seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.2 Obligasi Syariah Mudharabah dan Ijarah Yang Sudah Dilunasi
Akad Mudharabah Tgl Jatuh Tempo Jumlah Obligasi Mudharabah Indosat Tahun 2002 06-Nop-07 Rp 175.000.000.000 Obligasi Mudharabah Laju Tanker Syariah Tahun 2003 28-Mei-08 Rp 60.000.000.000 Obligasi Mudharabah Bank Bukopin Tahun 2003 10-Jul-08 Rp 45.000.000.000 Obligasi Mudharabah I Subordinasi Bank Muamalat Tahun 2003 15-Jul-09 Rp 200.000.000.000 Obligasi Mudharabah Ciliandra Perkasa Tahun 2003 26-Sep-08 Rp 60.000.000.000 Obligasi Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 31-Okt-08 Rp 200.000.000.000 Obligasi Mudharabah PTPN VII Tahun 2004 26-Mar-09 Rp 75.000.000.000 Jumlah Rp 815.000.000.000 Akad Ijarah Jumlah Obligasi Ijarah I Matahari Putra Prima Tahun 2004 11-Mei-09 Rp 150.000.000.000 Obligasi Ijarah Sona Topas Tourism Industry Tahun 2004 25-Jun-09 Rp 52.000.000.000 Obligasi Ijarah Citra Sari Makmur I Syariah Tahun 2004 9-Jul-09 Rp 100.000.000.000 Obligasi Ijarah Indorent Tahun 2004 11-Nop-09 Rp 100.000.000.000 Obligasi Ijarah Berlian I Tahun 2004 15-Des-09 Rp 85.000.000.000 Obligasi Ijarah I HITS Tahun 2004 17-Des-09 Rp 92.000.000.000 Obligasi Ijarah Apexindo Pratama Duta I Tahun 2005 8-Apr-10 Rp 240.000.000.000 Obligasi Ijarah I Ricky Putra Globalindo Tahun 2005 12-Jul-10 Rp 60.400.000.000 Jumlah Rp 879.400.000.000 Sumber: www.Bapepam.go.id Total nilai emisi obligasi syariah yang telah terbit di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2010 baik yang masih beredar maupun yang sudah dilunasi sebesar Rp. 7,815 Triliun terdiri dari obligasi syariah mudharabah senilai Rp. 1,654 Triliun dan obligasi syariah ijarah senilai Rp. 6,161 Triliun 4
Perusahaan penerbit atau emiten obligasi memerlukan suatu proses pencatatan atas aksi korporasi tersebut. Ada lima kemungkinan pencatatan transaksi utama dalam akuntansi obligasi, yaitu: (1) pada saat penerbitan atau penjualan obligasi, (2) pada saat pembayaran kupon (bagi hasil/fee), (3) pada saat penilaian pada akhir periode akuntansi, (4) pada saat pelunasan obligasi, dan (5) pada saat pembentukkan dana cadangan pelunasan obligasi (sinking fund) (Rustanto, 2011:5). Menurut Huda dan Nasution (2008:84) obligasi syariah jatuh tempo adalah dimana pihak penerbit berkewajiban untuk melunasi pokok investasi di dalam obligasi tersebut. Ketika pelunasan obligasi syariah jatuh tempo, perusahaan mengeluarkan obligasi tersebut dengan nilai yang disepakati untuk jangka waktu 5 tahun pada saat memasuki jatuh tempo, perusahaan wajib membayar lunas sebesar pinjaman kepada investor. Perlakuan akuntansi atas pos yang mempengaruhi posisi keuangan suatu entitas yaitu, mencakup empat unsur terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Demikian juga perlakuan akuntansi pelunasan obligasi syariah mudharabah. Hanya saja PSAK khusus untuk obligasi syariah mudharabah baru ada pada tahun 2010 yang akan digunakan efektif tahun buku 2011, jadi seluruh entitas yang memiliki instrumen ini menggunakan prinsip akuntansi syariah atau akuntansi konvensional yang tidak bertentangan dengan syariah dalam penyajian laporan keuangan. Meskipun belum ada PSAK khusus perlakuan akuntasi untuk obligasi syariah dapat menggunakan prinsip akuntansi berlaku umum atau 5
konvensional yang tidak bertentangan dengan syariah atau dikenal dengan PASBU (Perlakuan Akuntansi Syariah Berterima Umum). Dari latar belakang tersebut, peneliti mencoba meneliti obligasi syariah mudharabah jatuh tempo ini ke dalam sisi perlakuan akuntansi yang diterapkan emiten, karena perusahaan-perusahaan penerbit obligasi syariah mudharabah tidak menggunakan PSAK khusus syariah. Jelasnya peneliti ingin mengevaluasi perlakuan akuntansi yang diterapkan emiten pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo. Untuk itu penulis menuliskan judul skripsi tentang Evaluasi Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Jatuh Tempo Pada PT. Bank Syariah Mandiri. B. Identifikasi Masalah Dari pemaparan di atas dapat diidentifikasi bahwa terdapat tiga masalah pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah yaitu pelunasan obligasi syariah secara langsung membayar tunai ketika jatuh tempo, pelunasan obligasi syariah jatuh tempo yang disertakan pembayaran kupon dan margin bagi hasil, dan pelunasan obligasi syariah jatuh tempo yang menggunakan dana cadangan obligasi atau yang di sebut dengan sinking fund. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis memfokuskan dan membatasi permasalahan pada perlakuan akuntansi saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri.
6
D. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo oleh PT Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Syariah Berterima Umum (PASBU)? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menjelaskan bagaimana pengakuan pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU. b. Untuk menjelaskan bagaimana penilaian kesesuaiannya pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU. c. Untuk mengetahui bagaimana penyajian pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU. d. Untuk mengetahui informasi apa saja yang diungkapkan pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo pada PT Bank Syariah Mandiri dan menilai kesesuaiannya dengan PASBU.
7
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan juga sebagai nilai tambah atas pemahaman pelunasan obligasi syariah mudharabah jatuh tempo yang diterapkan di lapangan dengan dasar teori yang diperoleh di perkuliahan. 2. Bagi Bank Syariah penelitian ini bisa menjadi bahan masukan dalam melunasi pembayaran produk syariah ke dalam laporan keuangan secara syariah. 3. Bagi Pihak Lain penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah jatuh tempo dalam melunaskan pembayaran oleh PT Bank Syariah Mandiri.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Obligasi Syariah 1. Pengertian Obligasi Syariah Menurut Fatwa DSN-MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah menyatakan bahwa : Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil / margin / fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Selanjutnya Menurut firdaus (2005:17) obligasi syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad. Sedangkan dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 Tahun 2006 tentang Penerbitan Efek Syariah dijelaskan bahwa: Obligasi syariah adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Saat ini istilah obligasi syariah yang lazim dipakai adalah sukuk yang merupakan sertifikat yang bernilai sama yang mempresentasikan hak pemilik 9
(investor) atas kepemilikan fisik asset, manfaat atas aset, proyek tertentu atau jasa tertentu (PSAK 110 Paragraf 09). Mengingat fatwa DSN-MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 menggunakan istilah obligasi syariah yang berlaku pada tanggal 14 September 2002 sementara PSAK No. 110 yang baru berlaku efektif per 01 Januari 2012 maka peneliti menggunakan Fatwa DSN-MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah dalam penelitian ini, karena mengacu pada fatwa DSN-MUI dan obligasi yang diteliti terbit sebelum adanya PSAK No. 110. 2. Jenis-Jenis Obligasi Syariah Menurut Manan (2009:127), obligasi syariah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan akad yang digunakan, yaitu: (1) obligasi syariah mudharabah, (2) obligasi syariah ijarah, (3) obligasi syariah musyarakah, (4) obligasi syariah istishna, (5) obligasi syariah salam. a. Obligasi Syariah Mudharabah Obligasi syariah mudharabah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah). b. Obligasi Syariah Ijarah Obligasi syariah ijarah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang 10
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah). Menurut Manan (2009:133), pada obligasi syariah ijarah pemilik harta memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada pemilik objek. Menurut Firdaus (2005:32) pada obligasi syariah ijarah pemilik harta memberikan hak umtuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan sementara atau peminjaman objek. c. Obligasi Syariah Musyarakah Obligasi syariah musyarakah adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah, di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan akan di bagi sesuai nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai porsi modal masing- masing pihak (Manan,2009:135). d. Obligasi Syariah Istishna Obligasi syariah istishna adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna, di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun 11
harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan (Manan,2009:135). e. Obligasi Syariah Salam Menurut Huda dan Nasution (2008:147), obligasi syariah salam adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad salam. Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga di muka, yang di buat untuk barang-barang yang dikirim kemudian. Di antara jenis-jenis obligasi syariah di atas, yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah obligasi syariah dengan prinsip mudharabah dan ijarah. 3. Tinjauan Syariah Obligasi Syariah Mudharabah a. Al-Quran 1) Dasar obligasi syariah mudharabah !,!., _ `.., :1`-l!, Hai orang orang beriman, penuhilah akad akad itu ( Q.S Al- Maidah:1) | < .:..s `l. s!.l .`, ,-l `l-, !. _ ,l> !. _.. _. :!. .. .s !. _.. _. _!, _ ,.. | < ',l. ,, > __ dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)apa yang akan diusahakannya besok (Q.S Al-Lukman : 34). 2) Dasar Transaksi Mudharabah Menurut Antonio (2001:95) di dalam Al-Quran tidak dijelaskan dasar mudharabah secara eksplisit, namun yang menjadi landasan syariah 12
mudharabah lebih mencerminkan anjuran kepada kaum muslimin untuk melakukan usaha. :| ,. :l.l `:..! _ _ -., _. _. < `: < ,. >l-l >l. apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung(Al-Jumuah:10). b. Al-Hadist Menurut ijma ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Mudharabah telah dipraktekkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW (Nurhayati dan Wasilah,2009:115). Ada Hadist Nabi Muhammad SAW yang berhubungan dengan obligasi syariah mudharabah seperti yang diriwayatkan dari Bukhari bahwa Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual, membeli dan membuat suatu pernyataan, (HR Bukhari). c. Ijma Boleh menjual atau menjaminkan saham dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku pada emiten, (www.badilag.net /data/Artikel/PsrMdlSya-Badilag.pdf). Antonio (2001:96) mengatakan bahwa Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta anak yatim secara 13
mudharabah. Jadi pada zaman jahiliyah hingga zaman nabi, Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama mudharabah hingga jaman sekarang ini di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun. d. Fatwa Untuk memperkuat legalitas syariah obligasi syariah mudharabah, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa No:33/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah mudharabah.
B. Ruang Lingkup Prosedur Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah dan Pengelolaannya 1. Pengertian Obligasi Syariah Mudharabah Obligasi syariah mudharabah (Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah) adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sedangkan menurut Manan (2009:142), obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah pada hakikatnya adalah penggabungan berupa hubungan kerja sama antara pemilik usaha dengan pemilik harta, di mana pemilik 14
harta hanya menyediakan dana sedangkan pemilik usaha mengelola secara penuh dalam kegiatan usaha. Sedangkan menurut Pontjowinoto (2005:29) obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal (shahibul maal/investor) dan pengelola (mudharib/emiten). Menurut Rahardjo (2004:144-145) ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut: a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi hasil atau revenue sharing serta pembayaran uang pokok pada saat jatuh tempo . b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang di terima harus bersih dari unsur non halal. c. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum penerbitan obligasi tersebut. d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hak itu diperhitungkan secara keseluruhan. e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang di tunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI. 15
f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus di buat surat pengakuan utang. g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik dananya. h. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat di pindah tangan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian. Sedangkan menurut Firdaus (2005:30) ketentuan atau mekanisme obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut: 1. Kontrak atau akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan. 2. Rasio atau persentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan (revenue sharing). Namun berdasarkan fatwa No 15/DSN-MUI/IX/2000 bahwa yang lebih maslahat adalah penggunaan revenue sharing. 3. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara konstan, meningkat, ataupun menurun dengan mempertimbangkan proyeksi pendapatan emiten, tetapi sudah ditetapkan di awal kontrak. 4. Pendapatan bagi hasil merupakan jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang menjadi hak dan oleh karenanya harus dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah. 5. Pembagian hasil pendapatan atau keuntungan dapat dilakukan secara periodik (tahunan, semeteran, kwartalan, maupun bulanan). 16
6. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja aktual emiten, maka obligasi syariah memberikan indicative return tertentu. 2. Mekanisme Pengelolaan Obligasi Syariah Mudharabah a. Struktur Pasar Modal di Indonesia
b.
c. d. e. f.
Gambar 2.1 Struktur Pasar Modal di Indonesia
Sumber : Manan (2009:69)
Dari Struktur di atas bahwa di dalam bursa efek untuk pasar modal di indonesia di bawah kendali bapepam yang terdiri dari tiga kegiatan utama ini yaitu bursa efek, Lembaga Kliring & Penjamin (LKP), Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian (LPP). (a) Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka (Undang-undang No. MENTERI KEUANGAN BAPEPAM-LK Lembaga Kliring & Penjamin (LKP) Bursa Efek Lembaga Penyimpanan & Penyelesaian (LPP) Perusahaan Efek Penjamin emisi Broker Manajer Investasi
Lembaga Penunjang Biro administrasi efek Bank Kustodian Wali amanat Penasihat keuangan Pemeringkat efek Profesi penunjang Akuntan Konsultan hukum Penilai Notaris Emiten Reksa Dana 17
8 Tahun 1995 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal) terdiri dari perusahaan efek, penjamin emisi, broker, manajer investasi. (b) Lembaga kliring & penjamin (LKP) berfungsi menyelesaikan semua hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi di bursa efek terdiri dari dua macam yaitu lembaga penunjang dan profesi penunjang. Lembaga penunjang terdiri dari beberapa macam lembaga, yakni biro administrasi efek, bank kustodian, wali amanat, penasihat keuangan, pemeringkat efek. Profesi penunjang terdiri dari akuntan, konsultan hukum, penilai, notaris. (c) lembaga penyimpanan & penyelesaian (LPP) adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, lembaga ini terdiri dari perusahaan emiten, dan reksa dana, Manan (2009:66). b. Proses Obligasi Syariah Mudharabah
Perjanjian Bagi Hasil 2. Kas (Modal Mudharabah) 5. Pengembalian Modal Mudharabah
4. Pendapatan Bagi Hasil Investor = Nisbah Investor x pendapatan yang dibagihasilkan
Gambar 2.2 Skema Obligasi Syariah Mudharabah
Sumber : Manan (2009:131) Investor Emiten Dasar perhitungan pendapatan yang dibagihasilkan Pendapatan x Pendapatan y Wali Amanat 18
Keterangan : 1) Emiten menerbitkan obligasi syariah mudharabah sebesar Rp XXX Miliar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk mengganti sebagian dana internal yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha melalui akuisisi anak perusahaan. Obligasi syariah yang diterbitkan menggunakan prinsip mudharabah di mana pada prospektus sudah dicantumkan besarnya nisbah antara investor dengan emiten serta ketentuan lainnya seperti maturity (5 tahun), jadwal dan tata cara pembayaran bagi hasil, dan sebagainya. 2) Investor membeli obligasi syariah yang diterbitkan emiten. Pembayaran atas pembelian obligasi syariah oleh investor adalah merupakan modal investor (shahibul maal) dalm akad mudharabah untuk pengembangan kegiatan usaha emiten. 3) Emiten berperan sebagai pengelola usaha (mudharib) menggunakan modal investor yang terkumpul untuk membiayai usahanya, yaitu mengganti sebagian dana internal emiten yang telah digunakan untuk pengembangan bidang usaha melalui akuisisi anak perusahaan yang sudah dilakukan. 4) Pola bagi hasil yang disepakati adalah perkalian nisbah pemegang obligasi syariah dengan pendapatan yang di bagi hasilkan. Dasar perhitungan pendapatan yang di bagi hasilkan di buat dengan merujuk kepada kedua belah pihak yang bersangkutan. Sesuai dengan pola bagi hasil yang disepakati, dilakukan distribusi bagi 19
hasil antara investor dengan emiten sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal. Distribusi bagi hasil ini dapat dilakukan secara periodik, yaitu 3 (tiga) bulan. 5) Pada saat jatuh tempo (maturity) emiten mengembalikan modal kepada investor sebesar Rp XXX Miliar. 3. Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah a. Pengertian dan Jenis - Jenis pelunasan obligasi syariah mudharabah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pelunasan adalah beres dan selesai dibayar, sehingga pelunasan obligasi syariah dapat diartikan pembayaran atau penyelesaian nilai pokok obligasi syariah yang diterbitkan oleh emiten. Menurut Tim Studi Bapepam LK (2007:76) terdapat dua jenis pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dapat dilakukan oleh emiten, yaitu : 1) Pelunasan Pada Saat Jatuh Tempo Perusahaan sebagai penerbit melakukan pelunasan obligasi syariah mudharabah sesuai dengan nominalnya ditambah dengan jumlah utang bagi hasil. 2) Pelunasan Sebelum Tanggal Jatuh Tempo Pelunasan Obligasi syariah mudharabah dapat dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo. Dalam transaksi ini dimungkinkan bahwa harga obligasi di pasar lebih besar, sama dengan atau lebih kecil dari pada nilai nominal. Apabila harga obligasi di pasar lebih besar 20
dari pada nilai nominalnya maka penerbit harus mengakui kerugian, demikian pula sebaliknya. b. Pihak pihak yang terkait dalam pelunasan obligasi syariah mudharabah Dalam pembayaran pokok obligasi dan bagi hasil obligasi kepada pemegang obligasi, terdapat dua pihak yang terkait yaitu emiten dan wali amanat selaku agen utama pembayaran, dan dibuat perjanjian agen pembayaran dalam bahasa Indonesia yang memuat setidak- tidaknya tentang (Widjaja dan Jono,82:2006) : a. Penunjukkan agen utama pembayaran b. Jumlah pinjaman pokok obligasi, cara, tempat, dan waktu tempat pembayarannya. c. Jumlah bagi hasil obligasi, cara, tempat, dan waktu tempat pembayarannya d. Kesediaan agen utama pembayaran untuk dan atas nama emiten melakukan pembayaran bagi hasil dan pinjaman pokok obligasi kepada pemegangnya. e. Pemberian wewenang penuh kepada agen utama pembayaran untuk menunjuk dan memberhentikan agen pembantu pembayaran. f. Penetapan waktu dan penunjukan bank tempat menyetor dana yang cukup untuk pembayaran pinjaman obligasi beserta bagi hasilnya. g. Imbalan jasa bagi agen utama pembayaran. 21
Selanjutnya pembayaran bagi hasil obligasi dan pelunasan jumlah pokok obligasi akan dibayarkan oleh KSEI selaku agen pembayaran atas nama emiten kepada pemegang obligasi melalui pemegang rekening sesuai dengan jadwal pembayaran bagi hasil maupun pelunasan pokok yang ditetapkan emiten dalam perjanjian perwaliamanatan dan perjanjian agen pembayaran. Emiten melakukan pembayaran bagi hasil dan pokok obligasi berdasarkan data kepemilikan obligasi yang disampaikan oleh KSEI kepada emiten (Widjaja dan Jono, 102:2006).
C. Akuntansi Untuk Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah 1. PASBU Sebagai Pedoman Pelaporan Keuangan Obligasi Syariah Mudharabah sebagai standar pelaporan keuangan a. Pengertian PABU Perlakuan akuntansi merupakan esensi dari kegiatan akuntansi. Sementara itu, perlakuan akuntansi yang menyangkut berbagai elemen perlu dilakukan dengan berlandaskan suatu pedoman. Untuk transaksi yang umum digunakan adalah Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). PABU atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) menurut Belkaoui (2000:61) adalah mencatat pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan praktis mencakup ketentuan aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk mendefinisikan praktik akuntansi yang berlaku umum pada satu waktu tertentu. PABU juga merupakan rerangka pedoman untuk 22
menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau wajar dalam suatu lingkungan akuntansi (http: //dimel2002.multiply.com/journal/item/9). Menurut Suwardjono, (2006:135) menjelaskan bahwa rerangka pedoman PABU versi Rubin dan SAS No. 69 menempatkan rerangka konseptual pada tingkat yang paling tidak autoritatif yaitu di tingkat 4 kanan dalam Rubin dan hierarki dalam SAS No. 69. Secara teoritis, rerangka konseptual mestinya menjadi landasan rerangka PABU tersebut. Komponen-komponen pedoman tingkat satu, dua dan tiga diuraikan oleh Suwardjono (2006:132-133) dalam konteks PABU terdiri tiga tingkatan yaitu sebagai berikut: 1) Pedoman tingkat 1 terdiri dari; Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan. 2) Pedoman tingkat II terdiri dari; buletin teknis, peraturan pemerintah, pedoman atau praktik akuntansi industri, dan simpulan riset akuntansi. 3) Pedoman tingkat III terdiri dari; praktik akuntansi yang sehat, dan sumber lain. Maka dalam konteks perlakuan akuntansi bagi transaksi syariah, dikenal istilah Prinsip Akuntansi Syariah Berterima Umum (PASBU) atau Generally Accepted Syariah Accounting Principles (GASAP). PASBU memiliki persamaan dengan PABU yaitu sama-sama mengatur perlakuan akuntansi yang digunakan di Indonesia sedangkan perbedaannya PABU digunakan perusahaan konvensional dan PASBU digunakan pada 23
perusahaan syariah. Harahap (2008:177) menambahkan bahwa PASBU merupakan gambaran dari sumber pencarian dasar akuntansi syariah serta tingkatan-tingkatannya, termasuk juga perlakuan akuntansinya. PASBU memiliki hirarki tingkatan yang masing-masing memperkuat proses perlakuan akuntansi yang tepat bagi tiap unsur laporan keuangan. b. Ruang Lingkup PASBU PASBU memiliki tiga landasan, yaitu: 1) landasan syariah, 2) landasan konseptual, dan 3) Landasan operasional atau praktik (IAI;2007). Landasan syariah adalah landasan utama yang memuat Al-Qur'an, Hadist dan fatwa syariah yang berlaku umum. Landasan ini merupakan dasar bagi penyusunan pengaturan yang ada di landasan konseptual dan praktik dan memiliki tingkat keautoritatifan yang paling tinggi. Harahap (2008:178) menyebut landasan ini sebagai landasan ideologis, karena landasan ini merupakan ideologi standar akuntansi syariah yang disusun. Landasan konseptual memuat kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah (KDPPLKS). Sebagaimana KDPPLK, maka KDPPLKS juga berfungsi sebagai konsep yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan umum. Selain itu juga menjadi acuan bagi a) penyusun standar akuntansi, b) penyusun laporan keuangan, c) auditor, dan d) pemakai laporan keuangan (KDPPLKS Paragraf 1). Landasan operasional atau praktik merupakan teknik dan prosedur untuk mencatat, mengklasifikasi, meringkas dan menyajikan transaksi atau kejadian finansial secara spesifik untuk suatu perusahaan Suwardjono 24
(2006:127). Landasan ini merupakan pengaturan yang lebih rinci mengenai praktik akuntansi dan terbagi dalam tiga tingkat. Berbagai tingkatan ini berfungsi saling menggantikan dalam praktik akuntansi, jika tidak ada pengaturan di tingkat satu, maka digunakan pengaturan yang ada di tingkat dua dan seterusnya sepanjang pengaturan tersebut tidak bertentangan dengan landasan syariah, konseptual, atau prinsip yang digunakan di landasan operasional. Sedangkan Harahap (2008:179-180) dengan mengacu pada PASBU menguraikan landasan teknik ini sebagai berikut: 1) Pada tingkat satu merupakan sumber yang jelas syariahnya, yaitu PSAK syariah dan interpretasinya, dan dilengkapi dengan PSAK konvensional dan interpretasinya yang sesuai syariah. 2) Pada tingkat dua, yaitu misalnya standar yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan interpretasinya, serta standar negara lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, pedoman atau praktik akuntansi industri, buletin tekhnis, dan peraturan dari otoritas pengawas. 3) Pada tingkat terakhir meupakan pedoman yang merujuk pada praktik bisnis yang baik dan sesuai syariah. Menurut IAI (2009) rerangka gambar di bawah ini dibaca dari bawah untuk landasan operasional. Lapisan yang ada di bawah merupakan landasan untuk lapisan yang di atasnya. Jika ketentuan yang ada pada suatu lapisan bertentangan dengan lapisan yang ada di bawahnya, maka ketentuan yang ada di lapisan lebih bawah tersebut yang digunakan. Hirarki PASBU dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini: 25
Gambar 2.3 Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum
Sumber: Rerangka Prinsip Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum (IAI,2009)
2. Perlakuan Akuntansi Atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Menurut Harahap dkk (2005:17), akuntansi dalam Islam antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara adil. Akuntansi keuangan di dalam Islam harus memfokuskan pada pelaporan yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil operasinya. Perlakuan akuntansi dalam pelunasan obligasi syariah mudharabah meliputi pengakuan, penyajian, serta pengungkapan atas catatan laporan keuangan tentang pelunasan obligasi syariah mudharabah.
26
a. Pengakuan pelunasan obligasi syariah mudharabah Menurut KDPPLK paragraf 83 (IAI:2007) dan KDPPLKS paragraf 110 (IAI:2007) pengakuan adalah merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi suatu unsur dan harus diakui apabila: 1) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah. 2) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
PSAK No 55 paragraf 39 (IAI:2009) menjelaskan bahwa entitas mengeluarkan kewajiban keuangan dari neraca, jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa. Terkait dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah pemahaman atas PSAK No. 55 di atas dapat disimpulkan bahwa pelunasan obligasi syariah mudharabah terjadi ketika obligasi tersebut jatuh tempo atau sebelum tanggal jatuh tempo. Sehingga terjadi pengakuan pelunasan obligasi tersebut. Untuk pengakuan biaya bagi hasil diakui pada pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer hal tersebut dijelaskan dalam KDPPLKS paragraf 108 yang menyatakan hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
27
b. Pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah Menurut Belkaoui (2006:56), yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan tertentu. Dalam KDPPLKS paragraf 127 (IAI:2007) dijelaskan bahwa pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses pengukuran ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu dari tiga alternatif, yaitu biaya historis, biaya kini, dan nilai realisasi. Menurut Tim Studi Bapepam-LK (2007:77), pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah pada saat jatuh tempo dihitung berdasarkan nilai nominal obligasi syariah ditambah sisa imbalan yang terutang. Namun apabila terdapat pengurangan capital atau net loss investment pada saat jatuh tempo, maka pengembalian nilai nominal sukuk mudharabah harus memperhitungkan adanya pengurangan capital tersebut. Dan apabila obligasi syariah mudharabah dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo terdapat kemungkinan bahwa harga pelunasan obligasi syariah mudharabah sebelum jatuh tempo lebih besar, sama dengan atau lebih kecil dari pada nilai nominal. Harga pelunasan mengacu pada harga obligasi syariah mudharabah di pasar sekunder. Sehingga jika harga pelunasan obligasi syariah mudharabah lebih besar dari pada nilai nominalnya maka penerbit harus mengakui kerugian pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dipercepat. Sedangkan jika harga pelunasan 28
obligasi syariah mudharabah lebih kecil dari pada nilai nominalnya maka penerbit harus mengakui keuntungan pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dipercepat. c. Penyajian pelunasan obligasi syariah mudharabah Penyajian obligasi syariah mudharabah pada pos Dana Syirkah Temporer di dalam neraca diatur dalam PSAK No 110 tentang Akuntansi Sukuk. Di dalam PSAK No 110 paragraf 28 dinyatakan bahwaSukuk Mudharabah disajikan sebagai Dana Syirkah Temporer. Karena obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga, tetapi merupakan investasi atau penyertaan dana yang didasarkan prinsip bagi hasil. Dalam pemahaman dari PSAK No. 110 dapat disimpulkan bahwa Obligasi Syariah Mudharabah ketika diterbitkan berada pada Dana Syirkah Temporer sehingga pada saat obligasi syariah mudharabah tersebut dilunasi penyajiannya dihapuskan dari Dana Syirkah Temporer. Adapun ilustrasi pada obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut: a) Pada saat obligasi syariah mudharabah jatuh tempo Db DST-obligasi syariah mudharabah Rp 100 milyar Kr Kas Rp 100 milyar b) Pada saat obligasi syariah mudharabah jatuh tempo disertai pembayaran bagi hasil Db DST-obligasi syariah mudharabah Rp 100 milyar Db Hak pihak ketiga atas bagi hasil DST Rp. 50 Milyar Kr Kas Rp 150 milyar 29
d. Pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah Pengungkapan merupakan informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang terdapat dalam laporan keuangan yang dapat disajikan oleh catatan laporan keuangan (Belkaoui,2006:338). Materialitas dan pengungkapan yang memadai adalah saling berkaitan dan berhubungan dengan konsep relevansi dan kehandalan, karena informasi yang tidak relevan atau yang tidak bisa dipercayai tidak boleh diungkapkan (Belkaoui,2000:188). Dalam PSAK 110, buku dan penelitian lain yang berkaitan dengan obligasi syariah mudharabah belum ada yang membahas secara spesifik tentang pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah. Dalam PSAK 110 sendiri hanya mengatur pengungkapan obligasi syariah secara umum. Menurut PSAK 110 paragraf 33 untuk sukuk mudharabah, entitas mengungkapkan hal-hal berikut: 1. Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk mudharabah, termasuk: (a) ringkasan akad syariah yang digunakan, (b) aktivitas mendasari, (c) nilai nominal, (d) prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil, dan besaran nisbah bagi hasil, (e) jangka waktu, (f) persyaratan penting lain. 2. Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan sukuk mudharabah, termasuk jenis usaha, kecenderungan usaha, pihak yang mengelola usaha 3. Lain-lain. 30
D. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perlakuan akuntansi atas obligasi syariah mudharabah telah banyak dilakukan terutama pada saat penerbitan antara lain; oleh Suyitno (2006), Amelia (2008), dan Rustanto (2011). 1. Penelitian yang dilakukan oleh Suyitno (2006) mengenai Perlakuan Akuntansi Atas Penerbitan Obligasi Syariah Ijarah Pada PT Matahari Putra Prima Tbk. Objek penelitiannya adalah obligasi ijarah pada PT Matahari Putra Prima Tbk. Hasil dari penelitian tersebut adalah perlakuan akuntansi pada saat menerbitkan obligasi syariah ijarah pada PT Matahari Putra Prima Tbk belum sesuai dengan ketentuan akuntansi syariah, karena PT Matahari Putra Prima Tbk menyatukan antara akun obligasi konvensional dengan akun obligasi syariah ijarah dalam penyajian dan pengungkapan pada laporan keuangan. 2. Penelitian Amelia (2008) yaitu mengenai perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah subordinasi pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk periode 2003-2005. Objek dari penelitian tersebut adalah penerbitan obligasi syariah mudharabah. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia dalam penerbitan obligasi syariah telah sesuai dengan ketentuan perbankan syariah dan PSAK lainnya secara umum. Selain itu, dengan objek penelitian yang sama, Rustanto (2011) telah melakukan penelitian tentang perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah pada saat penerbitan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah pada saat penerbitan oleh PT. Bank Syariah Mandiri dalam 31
menyajikan obligasi syariah mudhrabah dan biaya emisi belum sesuai dengan PASBU. Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyitno (2006) adalah pembahasan mengenai perlakuan akuntansi obligasi syariah, adapun perbedaannya adalah pada objek yang diteliti. Objek penelitian ini yaitu obligasi syariah mudharabah pada saat pelunasan sedangkan dalam penelitian Suyitno (2006) adalah pada objek yang akan diteliti, dalam penelitian ini objeknya adalah obligasi syariah mudharabah pada saat pelunasan sedangkan dalam penelitian Suyitno (2006) objek yang diteliti adalah obligasi syariah ijarah. Sedangkan persamaan ini dengan penelitian Amelia (2008) dan Rustanto (2011) adalah objek penelitiannya, yaitu evaluasi perlakuan akuntansi obligasi syariah mudharabah, sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini akan meneliti tentang masalah perlakuan akuntansinya dalam hal ini pada saat pelunasan jatuh tempo yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Namun pada penelitian tentang perlakuan akuntansi pada obligasi syariah mudharabah pada saat pelunasan jatuh tempo masih terbatas. E. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dapat mengungkapkan keterkaitan dari semua tujuan penelitian agar memudahkan dalam menyusun metode penelitian (Juanda,2009:31). Kerangka pemikiran ini dapat disajikan dalam bentuk bagan alur (flow chart) dan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagaimana terlihat pada gambar 2.4, berikut ini:
32
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Perlakuan Akuntansi Saat Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Sumber: diolah oleh penulis F. Hipotesis Hipotesis berasal dari bahasa latin yang terdiri hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dari dan thesis berarti pendapat. Sehingga apabila didefinisikan maka hipotesis adalah pendapat atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang diajukan, di mana kebenarannya masih perlu dibuktikan (Juanda,2009:33). Obligasi syariah mudharabah Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Perlakuan Akuntansi Pengakuan Pengukuran Penyajian Pengungkapan PASBU Sesuai Tidak Sesuai Kesimpulan Kesesuaian Angsuran Obligasi Syariah Mudharabah Perlakuan Akuntansi Pengakuan Pengukuran Penyajian Pengungkapan Evaluasi Kesimpulan 33
Adapun hipotesis penelitian ini adalah: Perlakuan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah meliputi; pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan PASBU.
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri ini dilakukan di Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri yang beralamat di Gedung Bank Syariah Mandiri Jalan M.H Thamrin No.5 Jakarta. Penelitian dilakukan pada periode bulan Mei sampai dengan Juli 2012.
B. Jenis dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kombinasi deskriptif-evaluatif. Yang dimaksud dengan penelitian bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang hanya untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkas berbagai kondisi, situasi, fenomena atau berbagai variabel penelitian menurut keterjadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta yang dapat diungkapkan melalui bahan-bahan documenter, (Bungin, 2010:49). Sedangkan menurut Ikhsan (2008:96) penelitian deskriptif biasanya mempelajari masalah-masalah dalam suatu masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Menurut Sugiyono (2006:10) penelitian evaluatif atau evaluasi adalah proses untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan. Penelitian evaluatif adalah suatu 35
penelitian yang bermaksud mengevaluasi pelaksanaan dan dibedakan menjadi dua macam (1) evaluasi sumatif dilakukan untuk meneliti pencapaian tujuan suatu program dan lazimnya dilakukan pada akhir kegiatan dari pelaksanaan suatu program; (2) evaluasi formatif dilakukan untuk meneliti pelaksanaan program yang sedang berjalan, guna mencari umpan balik bagi perbaikan program itu sendiri ,(http: // ariemcool .multiply.com/ Tugas_individu_ Metode_Penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian evaluatif formatif bermaksud untuk mendeskripsikan pelunasan obligasi syariah mudharabah dan mengevaluasi kesesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi pelunasan obligasi syariah mudharabah dengan Prinsip Akuntansi Syariah Berlaku Umum (PASBU). 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai subyek tersebut serta lebih menekankan pada keseluruhan analisa kontekstual tentang beberapa kejadian atau kondisi-kondisi dan hubungan mereka (Ikhsan,2008:91). Untuk studi kasus dalam penelitian ini adalah proses pelunasan obligasi syariah mudharabah oleh PT Bank Syariah Mandiri. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah dokumen pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008. Studi kasus membahas tentang (1) produk tersebut yang dilunasi obligasi syariah mudharabah nama penerbit 36
efek PT Bank Syariah Mandiri tanggal efektif 22 Oktober 2003 tanggal jatuh tempo 31 Oktober 2008 dengan nilai nominal Rp 200 Miliar. Tetapi yang menjadi fokus utama dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri dengan PASBU. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Juanda (2009:76) data kuantitatif merupakan data yang berupa angka hasil pengukuran atau penghitungan, misalnya berat, jumlah, dan lain sebagainya. Data kuantitatif dibagi menjadi dua macam, yaitu (a) data nominal, yaitu data yang hanya dapat digolong- golongkan secara terpisah, diskrit atau kategori; (b) data kontinum, yaitu data yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum dapat dibagi kembali menjadi tiga bagian, yaitu (1) data ordinal, yaitu data yang menunjukkan dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri; (2) data interval yaitu data yang punya ruas atau interval atau jarak yang berdekatan dan sama; (3) data rasio, yaitu data yang memiliki titik nol absolut, (Bungin, 2007:120). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio meliputi data laporan keuangan yang relevan yang telah disusun dan disajikan oleh PT Bank Syariah Mandiri per Desember 2008. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka (Juanda,2009:76). Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi (i) Profil Bank Syariah Mandiri 37
yang terdiri dari sejarah, struktur organisasi, dan produk perusahaan, (ii) prospektus obligasi. 2. Sumber Data Menurut Juanda (2009:75) dilihat dari cara memperolehnya, maka data dalam penelitian dapat dikumpulkan dengan menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama (Ikhsan,2008:138). Dalam penelitian ini pihak yang menjadi sumber asli adalah PT Bank Syariah Mandiri, dan data primer yang diperoleh berupa hasil dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai kebijakan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. b. Data sekunder Menurut Bungin (2007:122) data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Berdasarkan sumbernya, data sekunder dapat diklasifikasikan menjadi dua data, yaitu data internal dan data eksternal, data internal merupakan dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat, dan disimpan di dalam suatu organisasi Sedangkan data eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan, (Ikhsan,2008:151). Sedangkan menurut Bungin (2007:122), data eksternal adalah data dari luar perusahaan yang dapat 38
menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja perusahaan (data yang diperoleh dari sumber luar). Data sekunder internal yang diperoleh penulis berasal dari laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri tahun 2008 dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri. Adapun data sekunder eksternalnya dari Biro Penilaian Keuangan Sektor Jasa Bapepam- LK yaitu berupa prospektus obligasi syariah mudharabah dan surat pemberitahuan pelunasan obligasi syariah mudharabah yang didapat dari KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Selain dari BKJS Bapepam-LK dan KSEI penulis juga memperoleh data eksternal dari perpustakaan maupun media online seperti buku-buku yang berkaitan dengan akuntansi obligasi syariah mudharabah dan makalah studi standar akuntansi pasar modal di Indonesia.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam skripsi ini karena menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Ada banyak teknik pengumpulan data karenanya dibutuhkan teknik yang sesuai dalam menggali data agar data dapat diolah. Teknik pengumpulan data terdiri dari (i) wawancara; (ii) kuesioner; (iii) observasi; dan (iv) Alat ukur tertentu yang sudah baku, (Juanda, 2009:87). Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya:
39
1. Teknik pengumpulan data primer Menurut Ikhsan (2008:141) dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data primer menggunakan teknik wawancara, wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden. Sedangkan menurut Juanda (2009:91) wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara (petugas) dengan responden. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara berstruktur dan pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah bagian akuntansi PT Bank Syariah Mandiri. Isi dari wawancara tersebut untuk meminta penjelasan tentang kebijakan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi pada saat pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. 2. Teknik pengumpulan data sekunder Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi Menurut Ikhsan (2008:47), dokumentasi merupakan catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data dokumenter berupa laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri per Desember tahun 2003 dan prospektus obligasi syariah mudharabah.
40
b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan sebagai tempat penelitian dengan objek penelitiannya adalah bahan-bahan kepustakaan (Bungin,2007:46). Data yang diambil dari studi kepustakaan adalah buku, artikel dan makalah tentang obligasi syariah mudharabah. E. Metode Analisis Data Data mentah yang telah diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang terpenting dalam penelitian karena dengan analisislah data tersebut dapat berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Menurut Sugiyono (2010:147), analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah (http://pusatstatistik.blogspot.com). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif-evaluatif. Dalam hal ini, peneliti ingin memberikan gambaran data secara jelas mengenai proses pelunasan obligasi syariah mudharabah dan mengevaluasi perlakuan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah dengan PASBU. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: Pertama, mengumpulkan referensi-referensi mengenai PASBU terdiri dari Fatwa Dewan Syari'ah Nasional, PSAK 55 dan 50 tentang instrumen keuangan; pengakuan, pengukuran, dan instrument keuangan; penyajian, pengungkapan PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, referensi lain yang berkaitan dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah dan peraturan Bapepam-LK yang 41
kemudian digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi antara praktek dan standar. Kedua, mengklasifikasikan data primer berupa konfirmasi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah, sejarah, dan kegiatan usaha PT Bank Syariah Mandiri. Kemudian data sekunder berupa data kualitatif yaitu yang berkaitan dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri, yaitu prospektus obligasi syariah mudharabah, dan standar akuntansi yang berkaitan dengan obligasi. Data sekunder berupa data kuantitatif yaitu data mengenai laporan keuangan perseroan Desember tahun 2008. Ketiga, setelah data penelitian diperoleh maka data tersebut dikelompokan sesuai dengan perlakuan akuntansinya: 1) mengelompokan data yang berkaitan dengan pengakuan pelunasan obligasi syariah mudharabah, 2) mengelompokan data yang berkaitan dengan pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah beserta biaya penyelesaian bagi hasil yang tersisa, 3) mengelompokan data yang berkaitan dengan penyajian pelunasan obligasi syariah mudharabah dan 4) mengelompokan data yang berkaitan dengan pengungkapan pelunasan obligasi syariah mudharabah. Keempat, mengevaluasi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah di dalam laporan keuangan, dengan PASBU sebagai standar untuk melihat kesesuaian praktek yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Kelima, mengambil kesimpulan dari hasil deskripsi dan evaluasi atas pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan akuntansi untuk pelunasan 42
obligasi syariah mudharabah yang diterapkan oleh PT Bank Syariah Mandiri. Kemudian memberikan saran apabila terdapat ketidaksesuaian atau pertentangan antara standar dengan praktek.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya PT Bank Syariah Mandiri PT Bank Syariah Mandiri dibentuk dari konversi PT Bank Susila Bakti setelah kepemilikannya diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero). Proses konversi dilakukan dengan langkah awal merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah Mandiri berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri (http://www.syariahmandiri.co.id). Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP.BI/1999 telah memberikan izin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Berdasarkan keputusan-keputusan tersebut, PT Bank Syariah Mandiri sudah resmi terbentuk dan pada hari senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 menjadi hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri (http://www.syariahmandiri.co.id).
44
2. Visi dan Misi PT Bank Syariah Mandiri PT Bank Syariah Mandiri memiliki visi dan misi yang menjadi ciri serta landasan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Visi yang ingin dicapai PT Bank Syariah Mandiri yang menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. Adapun misi yang dijalankan PT Bank Syariah Mandiri, antara lain: a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM c. Merekrut dan mengembangkan pagawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat d. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat 3. Bidang Usaha PT Bank Syariah Mandiri Seperti halnya bank syariah pada umumnya, PT Bank Syariah Mandiri juga menawarkan produk bagi nasabahnya berdasarkan prinsip syariah. Adapun produk-produk tersebut dikelompokkan ke dalam bentuk produk pendanaan, produk pembiayaan, dan jasa perbankan lainnya. a. Produk Pendanaan Produk pendanaan di BSM bertujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana. Produk tersebut terdiri atas 4 jenis, yaitu tabungan, deposito, giro, dan obligasi. 1) Tabungan BSM, meliputi: a) Tabungan Berencana BSM yaitu simpanan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian 45
pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. b) Tabungan Simpatik BSM, yaitu simpanan dalam bentuk mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. c) Tabungan Mabrur BSM, yaitu simpanan dalam bentuk mata uang rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah haji dan umrah, tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. d) Tabungan Kurban BSM, yaitu simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan pelaksanaan ibadah kurban dan aqiqah. Dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Badan Amil Qurban. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. e) Tabungan BSM Investa Cendekia, yaitu tabungan berjangka dalam mata uang rupiah dengan jumlah setoran tiap bulan tetap yang dilengkapi dengan perhitungan asuransi. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. 2) Deposito BSM, yaitu produk investasi berjangka waktu tertentu yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam produk ini dapat menggunakan mata uang rupiah atau pun dollar. 3) Giro BSM, yaitu sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad- 46
dhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan. 4) Obligasi BSM Mudharabah, yaitu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan emiten (PT Bank Syariah Mandiri) untuk membayar pendapatan bagi hasil/kupon dan membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo. Untuk mengukur perkembangan usaha PT Bank Syariah Mandiri dari sisi produk pendanaan, dapat dilihat dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasi dihimpun bank tersebut. Jika dilihat dari jumlah DPK yang berhasil dihimpun bank dengan menggunakan data tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat tergambar bahwa pada tahun 2008 jumlah DPK yang berhasil dihimpun sebesar Rp 14,89 Triliun, kemudian jumlah ini meningkat pada tahun 2009 sebesar 29,89% menjadi Rp 19,34 Triliun, dan pada tahun 2010 jumlah ini terus meningkat hingga mencapai Rp 28,99 Triliun atau meningkat sebesar 49,89%. Dengan demikian, perkembangan usaha bank dilihat dari sisi produk pendanaan dapat dikatakan cukup baik karena dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. b. Produk Pembiayaan Produk pembiayaan di PT Bank Syariah Mandiri bertujuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat atau pihak yang membutuhkan dana tersebut. Produk ini meliputi: 1) BSM Customer Network Financing (BSM-CNF), yaitu fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada nasabah (agen, dealer) untuk pembelian persediaan atau inventory barang dari 47
rekanan (ATPM, produsen atau distributor) yang menjalin kerjasama dengan bank. Akad yang digunakan disesuaikan dengan skema usaha nasabah yaitu dapat berupa murabahah, mudharabah, atau musyarakah. 2) Pembiayaan Edukasi BSM, yaitu pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah atau perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran semester baru berikutnya. Pembiayaan ini menggunakan dengan akad ijarah. 3) Pembiayaan Griya BSM, yaitu pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas dengan sistem murabahah. 4) Gadai Emas Syariah Mandiri, yaitu produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat dengan akad rahn 5) Pembiayaan Talangan Haji BSM, yaitu pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. Akad yang digunakan adalah qardh wal ijarah. 6) Pembiayaan Mudharabah BSM, yaitu pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. 48
7) Pembiayaan Musyarakah BSM, yaitu pembiayaan khusus untuk modal kerja, di mana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. 8) Pembiayaan Murabahah BSM, yaitu pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. 9) Pembiayaan Istishna BSM, yaitu pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah dimana bank membiayai pembelian barang dengan cara pesanan menurut spesifikasi yang disepakati antara nasabah dengan bank kemudian bank menjualnya kepada nasabah. Untuk mengukur perkembangan usaha PT Bank Syariah Mandiri dari sisi produk pembiayaan, dapat dilihat dari jumlah pembiayaan yang sudah diberikan bank kepada nasabahnya. Jika dilihat dari jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan menggunakan data tahun 2008 sampai tahun 2010 dapat tergambar bahwa pada tahun 2008 jumlah pembiayaan yang diberikan bank sebesar Rp 13,28 Triliun, kemudian jumlah ini meningkat pada tahun 2009 sebesar 20,93% menjadi Rp 16,06 Triliun dan pada tahun 2010 jumlah ini terus meningkat hingga mencapai Rp 23,96 Triliun atau meningkat sebesar 49,21%. Peningkatan jumlah pembiayaan yang diberikan bank terjadi disebabkan adanya peningkatan jumlah dana yang berhasil dihimpun bank dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK). 49
c. Jasa Perbankan lainnya PT Bank Syariah Mandiri juga menyediakan jasa perbankan lainnya untuk mendukung kegiatan usaha utama bank tersebut dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Jasa perbankan lainnya meliputi jasa produk, jasa operasional, dan jasa investasi. 1) Jasa produk, antara lain yaitu BSM Card, Sentra bayar BSM, BSM SMS Banking, BSM Mobile Banking GPRS, BSM Net Banking, Jual beli Valas BSM, Bank Garansi BSM, BSM Electronic payroll, BSM Letter of Credit. 2) Jasa operasional, antara lain yaitu Transfer lintas negara BSM Western Union, Kliring BSM, Inkaso BSM, BSM RTGS (Real Time Gross Settlement), Pajak on-line BSM, Referensi bank BSM. 3) Jasa investasi berupa produk reksadana syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI). Untuk mengukur perkembangan usaha PT Bank Syariah Mandiri dari sisi produk jasa perbankan lainnya, dapat dilihat dari besarnya jumlah pendapatan operasional lainnya, dapat dilihat dari besarnya jumlah pendapatan operasional lainnya yang diperoleh bank setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan penjualan produk jasa perbankan lainnya yang terjadi pada bank akan menambah jumlah pendapatan operasional lainnya bank tersebut. Jika dilihat dari jumlah pendapatan operasional lainnya dengan menggunakan data tahun 2008 sampai tahun 2010 dapat tergambar bahwa pada tahun 2008 jumlah pendapatan operasional lainnya yang dapat diperoleh bank mencapai Rp 300,986 milyar, dan jumlah ini meningkat 50
pada tahun 2009 sebesar 15,28% menjadi Rp 346,972 milyar, dan pada tahun 2010 jumlah ini terus meningkat hingga mencapai Rp 566,542 milyar atau meningkat sebesar 63,28%. Untuk laba, PT Bank Syariah Mandiri pada tahun 2009 memperoleh laba sebesar Rp 291 milyar dan naik 43,99% pada tahun 2010 menjadi Rp 419 milyar. Sedangkan laba pada tahun 2011 naik 45,99% menjadi Rp 551 milyar. Aset PT Bank Syariah Mandiri tahun 2009 mencapai Rp 22.04 triliun, jumlah tersebut naik dibandingkan posisi Desember 2010 yakni sebesar Rp 32,48 triliun. Untuk tahun 2011 aset PT Bank Syariah Mandiri mengalami pertumbuhan menjadi Rp 48,671 triliun. 4. Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Struktur organisasi PT Bank Syariah Mandiri terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan Direktur Utama. Direktur utama membawahi 5 direktorat, yaitu (1) Direktorat Pembiayaan Mikro Kecil, (2) Direktorat Pembiayaan Menengah, (3) Direktorat Pembiayaan Korporasi dan Treasury, (4) Direktorat Kepatuhan, dan (5) Direktorat Manajemen Resiko. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memiliki kedudukan tertinggi dalam struktur organisasi PT Bank Syariah Mandiri. RUPS memiliki kewenangan untuk menetapkan berbagai kebijakan penting perusahaan, seperti memilih dewan komisaris, direktur utama, dan Dewan Pengawas Syariah. Selain itu, RUPS juga dapat membantu tugas Dewan Pengawas Syariah dalam memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional 51
bank terhadap nilai syariah yang berlaku dengan cara memberikan beberapa saran dan informasi yang dibutuhkan dewan tersebut. Dewan Komisaris memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan terselenggaranya good corporate governance dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi. Dewan Pengawas Syariah (DPS) berperan dalam penerapan prinsip syariah. yaitu (a) melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah (b) mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN. (c) melaporkan pengembangan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada dengan DSN. (d) merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN. Dewan komisaris dibantu oleh 3 komite, yaitu 1) Komite Audit adalah memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris. 2) Komite Remunerasi dan Nominasi, serta Komite Pemantau Resiko tugasnya yaitu melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi dan memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris. 3) Komite Pemantau dan Resiko, berfungsi membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam bentuk pemberian opini dan rekomendasi berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan menejemen resiko bank. 52
Adapun Direktur Utama bertugas menjalankan visi PT Bank Syariah Mandiri dengan menetapkan strategi dan kebijakan PT Bank Syariah Mandiri, terlaksananya evaluasi secara berkala terhadap realisasi pencapaian target dan menetapkan langkah-langkah peningkatan kinerja yang harus dilakukan, teerkoordinasinya kegiatan kerja seluruh anggota Direksi dan Executive Vice President (EVP) Direktur Pembiayaan Mikro Kecil bertugas menetapkan strategi dan kebijakan di bidang pembiayaan mikro dan kecil berdasarkan prinsip syariah, serta kebijakan pendukung lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, memimpin dan mengkoordinir seluruh unit kerja di Direktorat Pembiayaan Mikro Kecil meliputi bidang Pembiayaan Kecil, Mikro dan Program, Pembiayaan Konsumer, Pegadaian, Mass Banking dan Pengembangan Bisnis Produk dalam melaksanakan aktifitas bidang pembiayaan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tahunan dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Direktur Pembiayaan Menengah bertugas menetapkan strategi dan kebijakan di Direktorat Pembiayaan Menengah berdasarkan prinsip syariah, serta kebijakan pendukung lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, memimpin dan mengkoordinir seluruh unit kerja di Direktorat Pembiayaan Menengah meliputi bidang Pembiayaan Komersial, Restrukturisasi, Penyelesaian Pembiayaan, Hubungan Korporasi dan Hukum serta Sarana dan Logistik sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kerja tahunan dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. 53
Direktur Kepatuhan bertugas menetapkan strategi dan kebijakan yang sesuai dengan visi perusahaan dengan menjalankan strategi dan kebijakan PT Bank Syariah Mandiri di bidang Kepatuhan, Jaringan, Human Capital, Training dan Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Kinerja. Memimpin dan mengkoordinir penetapan langkah-langkah yang diperlukan di bidang Kepatuhan, Jaringan, Human Capital, Training dan Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Kinerja. Direktur Pembiayaan Korporasi dan Treasury bertugas menetapkan strategi dan kebijakan di bidang pembiayaan korporasi dan treasury berdasarkan prinsip syariah, serta kebijakan pendukung lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya, memimpin dan mengkoordinir seluruh unit kerja di Direktorat Pembiayaan Korporasi & Treasury meliputi bidang Pembiayaan Korporasi & Investasi, Pembiayaan Korporasi Cabang, Pembiayaan Khusus dan Sindikasi, Treasury dan Perbankan Internasional. Direktur Manajemen Resiko yang bertugas menetapkan strategi dan kebijakan yang sesuai dengan visi perusahaan dengan menjalankan strategi dan kebijakan PT Bank Syariah Mandiri di bidang Manajemen Risiko, Sistem Teknologi, Operasi dan Akuntansi, Sistem Prosedur Pengawasan. Mengevaluasi perkembangan bank di bidang Manajemen Risiko, Sistem Teknologi, Operasi, Akuntansi dan Sistem Prosedur Pengawasan serta merumuskan kebijakan yang diperlukan. Struktur organisasi dalam PT Bank Syariah Mandiri dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini: 54
55
B. Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 1. Ketentuan Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 a. Nama Obligasi Syariah dan Jenis Obligasi Syariah BSM Nama obligasi syariah yang ditawarkan melalui penawaran umum adalah Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri (BSM) Tahun 2003. Obligasi syariah mudharabah BSM bersifat senior. Perbedaannya dengan obligasi subordinasi adalah apabila pada saat jatuh tempo emiten gagal melunasi obligasinya, maka mandat untuk pelunasan dari harta yang ada akan mendahulukan obligasi senior dibandingkan dengan obligasi subordinasi. Obligasi Syariah Mudharabah BSM ini diterbitkan tanpa warkat, kecuali Sertifikat Jumbo Obligasi Syariah yang diterbitkan untuk didaftarkan atas nama PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai bukti hutang untuk kepentingan Pemegang Obligasi Syariah. Bukti kepemilikan Obligasi Syariah bagi Pemegang Obligasi Syariah Mudharabah BSM adalah Konfirmasi Tertulis yang diterbitkan oleh KSEI atau Pemegang Rekening. Konfirmasi tersebut menjadi dasar bagi Pemegang Obligasi Syariah untuk mendapatkan pembayaran Bagi Hasil Obligasi Syariah, pembayaran kembali seluruh dana Obligasi Syariah dan hak-hak lain yang berkaitan dengan Obligasi Syariah. 56
b. Jangka Waktu Obligasi Syariah BSM berjangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal emisi 28 Oktober 2003 sampai dengan 31 Oktober 2008. c. Jumlah Dana Obligasi Syariah dan Satuan Pemindahbukuan Jumlah Dana Obligasi Syariah Mudharabah BSM adalah sebesar Rp 200.000.000.000,- (dua ratus miliar) dengan satuan pemindahbukuan sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). d. Jaminan dan Pembatasan Obligasi Syariah Mudharabah BSM diterbitkan tanpa dijamin dengan suatu agunan khusus, namun dijamin dengan seluruh harta kekayaan BSM baik barang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada kemudian hari. BSM berkewajiban untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan yaitu kecukupan modal (CAR) sesuai ketentuan Bank Indonesia Pembatasan lain adalah BSM wajib menjaga aktiva yang tidak diagunkan minimal 150 % dari jumlah kewajiban. e. Peringkat obligasi Syariah Mudharabah BSM Peringkat yang diperoleh dari Pefindo untuk obligasi yang diterbitkan adalah id BBB (Stable Outlook) yang berarti kemampuan obligor yang memadai relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun kemampuan 57
tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan. f. Bagi Hasil Pendapatan yang dibagi hasilkan kepada pemegang obligasi syariah mudharabah BSM berasal dari pendapatan margin pembiayaan murabahah. Perolehan bagi hasil diharapkan relatif stabil karena pembiayaan murabahah mempunyai tingkat margin yang relatif akurat dan tetap. Besaarnya nisbah bagi hasil telah ditentukan ketika penerbitan obligasi yaitu sebesar 77.50% untuk pemegang obligasi. Pembayaran bagi hasil obligasi dilakukan setiap tiga bulanan dan bagi hasil yang dibayarkan kepada pemegang obligasi tidak mengurangi hak nasabah tabungan dan deposito. Penurunan bagi hasil dapat terjadi jika terdapat penurunan kualitas pembiayaan murabahah. Penghitungan Bagi Hasil Obligasi sebagai berikut : Nisbah bagi hasil obligasi X Nominal Obligasi X Pendapatan Murabahah Saldo rata-rata Pembiayaan Murabahah g. Penggunaan Dana Obligasi Dana dari hasil penjualan obligasi syariah mudharabah BSM direncanakan akan digunakan untuk :
58
a. Pengembangan bisnis. b. Investasi di bidang Jaringan, Teknologi dan Pengembangan Sumberdaya Insani. c. Memperkuat struktur pendanaan jangka panjang. 2. Pelunasan Pokok Obligasi dan Bagi Hasil Obligasi Syariah Mudharabah Bank Syariah Mandiri Tahun 2003 a. Sumber Dana Pelunasan Pokok dan Bagi Hasil Pelunasan pokok obligasi syariah mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2003 tidak menggunakan penyisihan dana cadangan pembayaran (Sinking Fund) dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan penggunaan dana hasil emisi obligasi. Untuk nilai pelunasan yang dibayarkan menggunakan kas perusahaan. Sumber dana bagi hasil berasal dari pendapatan margin murabahah dalam bentuk investasi di bidang pengembangan bisnis, investasi dibidang jaringan dan teknologi, pengembangan sumber daya insani dan memperkuat struktur pendanaan jangka panjang. b. Mekanisme Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Dalam pelunasan obligasi syariah terdapat beberapa mekanisme yang harus dijalankan emiten. Berikut mekanisme pelunasan pokok dan bagi hasil obligasi syariah mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2003 :
59
Gambar 4.2 Mekanisme Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah
Keterangan : 1) BSM menyampaikan pelunasan pokok obligasi dan jumlah bagi hasil ke-20 ke bank BRI selaku wali amanat. Hal-hal yang dilampirkan adalah Laporan Keuangan per 31 Juli 2008 hingga 31 Oktober 2008, jumlah pendapatan yang dibagi hasilkan dan jumlah pendapatan bagi hasil pemegang obligasi. 2) BSM menyampaikan pelunasan pokok obligasi dan jumlah bagi hasil ke-20 ke KSEI selaku agen pembayaran. Dengan Bank Syariah Mandiri ( Emiten ) KSEI (Bank Kustodian ) Pemegang Obligasi BRI ( Wali Amanat ) 1 2 3 4 5 60
melampirkan perhitungan bagi hasil yang telah diketahui oleh PT. BRI Tbk sebagai wali amanat. 3) KSEI mengkonfirmasi pelunasan pokok dan daftar pemegang obligasi syariah mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2003 atas pelunasan dan pembayaran pendapatan bagi hasil ke-20 kepada pihak PT Bank Syariah Mandiri. 4) BSM melakukan pembayaran pokok obligasi dan bagi hasil ke KSEI sebagai agen pembayaran. 5) KSEI melakukan pendistribusian pembayaran pokok obligasi dan bagi hasil kepada pemegang obligasi. C. Perlakuan Akuntansi Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2008 Perlakuan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah terdiri dari pelunasan pokok dan biaya bagi hasil. 1. Pengakuan Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri diakui pada saat jatuh tempo, yaitu tanggal 31 Oktober 2008. Sedangkan biaya bagi hasil terakhir diakui saat pembayaran bagi hasil pada saat pelunasan obligasi syariah tersebut dan dibayarkan secara tunai bersamaan dengan pembayaran pelunasan pokok obligasi. 2. Pengukuran Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Pelunasan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri dicatat sesuai nilai nominal, yaitu nilai yang tertera pada lembar obligasi sebesar Rp 200 miliar dan merupakan nilai yang dibayar PT Bank Syariah 61
Mandiri pada saat jatuh tempo. Dan untuk nilai biaya bagi hasil diakui sesuai dengan perhitungan bagi hasil dengan jumlah sebesar 5,327 miliar yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang obligasi syariah. 3. Penyajian Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Pada saat transaksi pelunasan, obligasi syariah mudharabah dihapuskan penyajiannya dalam neraca yaitu pada pos liabilitas dalam akun surat berharga yang diterbitkan yaitu sebesar nilai nominal Rp 200 miliar dan mengurangi pos asset pada akun kas sebesar Rp. 200 miliar. Untuk biaya bagi hasil obligasi syariah mudharabah disajikan pada laporan laba rugi yang menambah pada hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer sebagai pengurang pendapatan senilai Rp. 5,327 miliar dan pos asset dalam akun kas sebesar Rp. 5,327 miliar. Untuk menggambarkan perubahan posisi di laporan keuangan, maka ilustrasi jurnal untuk mencatat obligasi syariah mudharabah pada saat dana dibayarkan adalah sebagai berikut: Db Surat berharga yang diterbitkan Rp 200.000.000.000 Cr Kas Rp 200.000.000.000 Sedangkan jurnal apabila ditambah dengan pembayaran beban bagi hasil menjadi sebagai berikut : Db Surat berharga yang diterbitkan Rp 200.000.000.000 Db Beban bagi hasil obligasi syariah mudharabah Rp 5.327.755.454,56 Cr Kas Rp 205.327.755.454,56 62
4. Pengungkapan Pelunasan Obligasi Syariah Mudhrabah Hal-hal yang diungkapkan oleh di catatan atas laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri pada akhir periode berkaitan dengan pelunasan obligasi syariah mudharabah adalah sebagai berikut : a) Jenis akad obligasi syariah yaitu mudharabah dengan jumlah dana obligasi syariah sebesar Rp 200 miliar obligasi syariah mudharabah berjangka waktu 5 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 31 Oktober 2008. b) Dasar perhitungan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian antara pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang obligasi, sumber pendapatan yang diambil dari pendapatan margin emiten yang berasal dari portofolio pembiayaan murabahah yang diperoleh selama satu triwulan yang jumlahnya dicantumkan dalam laporan keuangan bank yang belum diaudit. c) Besarnya nisbah pemegang obligasi syariah sebesar 77,50% yang diambil dari pendapatan margin perseroan yang berasal dari portofolio pembiayaan murabahah yang diperoleh selama 1 triwulan, pembayaran pendapatan bagi hasil pertama kali pada tanggal 31 januari 2004 dan pembayaran pendapatan bagi hasil terakhir pada tanggal 31 Oktober 2008. d) Wali amanat obligasi syariah mudharabah ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Perseroan) Tbk. D. Evaluasi Perlakuan Akuntansi Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri 63
Dalam mengevaluasi perlakuan akuntansi pelunasan obligasi syariah mudharabah penulis membandingkan perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri dengan PASBU yang meliputi KDPPLKS, PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah, PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk, peraturan Bapepam LK nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
1. Pengakuan PT Bank Syariah Mandiri mengakui obligasi syariah mudharabah dan biaya bagi hasil pada saat tanggal jatuh tempo yaitu pada tanggal 31 Oktober 2008. Hal ini telah sesuai PASBU (PSAK No 55 paragraf 39) menjelaskan bahwa entitas mengeluarkan kewajiban keuangan dari neraca, jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa. Dan Untuk penyajian biaya bagi hasil pada pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer telah sesuai dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 108) yang menyatakan hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan. 2. Pengukuran Pengukuran obligasi syariah mudharabah pada obligasi syariah dicatat sebesar nilai nominal. Hal ini sesuai dengan PASBU (KDPPLKS 64
paragraf 129) yang menyebutkan bahwa dasar pengukuran yang lazim digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis. Sedangkan biaya bagi hasil dicatat sebesar jumlah dana yang dibayarkan dalam pelunasan obligasi syariah, hal ini sesuai dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 124) yang menjelaskan kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui dalam Laporan Laba Rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis . 3. Penyajian Pelunasan obligasi syariah mudharabah mempengaruhi sejumlah pos di dalam Neraca dan Laba Rugi. Obligasi syariah mudharabah dihapuskan penyajiannya dalam Neraca yaitu pada pos Liabilitas dalam akun surat berharga yang diterbitkan yaitu sebesar nilai nominal Rp 200 miliar dan mengurangi pos Asset pada akun kas sebesar Rp. 200 miliar. Untuk biaya bagi hasil obligasi syariah mudharabah disajikan pada Laporan Laba Rugi yang menambah pada hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer sebagai pengurang pendapatan senilai Rp. 5,327 miliar dan pos asset dalam akun kas sebesar Rp. 5,327 miliar. Penyajian obligasi syariah mudharabah pada pos Kewajiban di dalam neraca bertentangan dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 28) tentang Akuntansi Sukuk, dinyatakan bahwa Sukuk Mudharabah disajikan sebagai Dana Syirkah Temporer hal ini dikarenakan obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga, tetapi merupakan investasi 65
mudharabah pada neraca dimasukkan pada pos Dana Syirkah Temporer bukan pada Kewajiban. Untuk pengakuan bagi hasil yang disajikan dalam akun biaya bagi hasil pada pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer sebagai pengurang pendapatan telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 24) menjelaskan bahwa beban bagi hasil yang menjadi hak pemilik sukuk mudharabah diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan sebagai beban. 4. Pengungkapan PT Bank Syariah Mandiri mengungkapkan pelunasan obligasi syariah mudharabah pada laporan keuangan tahun 2008 telah sesuai dengan PASBU (kebijakan peraturan Bapepam-LK nomor IX.A13). Hal-hal yang diungkapkan oleh perseroan adalah jenis dan nilai nominal obligasi yang diterbitkan sebesar Rp 200 Miliar, jangka waktu jatuh tempo pada tanggal 31 Oktober 2008, jenis usaha PT Bank Syariah Mandiri, tanggal pembayaran bagi hasil dibayar setiap tiga (3) bulan, besarnya nisbah bagi hasil sebesar 77,50 %, sumber pendapatan berasal dari pendapatan margin piutang murabahah bank dengan portofolio pembiayaan sebesar dana obligasi syariah, dasar perhitungan bagi hasil berdasarkan perkalian antara pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang saham, dan nama wali amanat yaitu PT BRI Tbk.
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan PT Bank Syariah Mandiri telah melunaskan obligasi syariah mudharabah tahun 2008. Sumber dana pelunasan berasal dari kas perusahaan dan untuk bagi hasil terakhir berasal dari pendapatan margin piutang murabahah. Berdasarkan hasil evaluasi pembahasan pada bab IV, mengenai perlakuan akuntansi atas pelunasan obligasi syariah mudharabah tahun 2008 oleh PT Bank Syariah Mandiri, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengakuan atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri mengakui pelunasan obligasi syariah mudharabah telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 55 paragraf 39) yaitu pada saat tanggal jatuh tempo pada tanggal 31 Oktober 2008, pengakuan yang demikian telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 55 paragraf 39). Sedangkan pengakuan bagi hasil yang diakui sebagai pengurang pendapatan telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 24), hal tersebut telah sesuai dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 24). 2. Pengukuran atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Pengukuran pelunasan obligasi syariah mudharabah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri sebesar nilai nominal telah sesuai dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 129), hal tersebut sudah sesuai dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 129). Sedangkan biaya bagi hasil dicatat sebesar jumlah dana yang dibayarkan dalam pelunasan obligasi syariah telah sesuai dengan 67
PASBU (KDPPLKS paragraf 124), hal tersebut telah sesuai dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 124). 3. Penyajian atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah Penyajian pelunasan obligasi syariah mudharabah pada pos Kewajiban di dalam Neraca belum sesuai dengan PASBU (PSAK No. 110 paragraf 28). Penyajian obligasi syariah mudharabah masih bertentangan dengan PASBU (PSAK No. 110 paragraf 28) karena menyajikan pada pos Kewajiban bukan pada Dana Syirkah Temporer, hal tersebut belum sesuai dengan PASBU (PSAK No 110 paragraf 28). Sedangkan untuk penyajian biaya bagi hasil pada pos hak pihak ketiga atas bagi hasil Dana Syirkah Temporer telah sesuai dengan PASBU yaitu (KDPPLKS paragraf 108), hal tersebut telah sesuai dengan PASBU (KDPPLKS paragraf 108). 4. Pengungkapan atas Pelunasan Obligasi Syariah Mudharabah PT Bank Syariah Mandiri mengungkapkan pelunasan obligasi syariah mudharabah pada laporan keuangan tahun 2008 telah sesuai dengan PASBU (kebijakan peraturan Bapepam-LK nomor IX.A13). Hal-hal yang diungkapkan oleh perseroan adalah jenis dan nilai nominal obligasi yang diterbitkan sebesar Rp 200 Miliar, jangka waktu jatuh tempo pada tanggal 31 Oktober 2008 , jenis usaha PT Bank Syariah Mandiri, tanggal pembayaran bagi hasil dibayar setiap tiga (3) bulan, besarnya nisbah bagi hasil sebesar 77,50 %, sumber pendapatan berasal dari pendapatan margin piutang murabahah bank dengan portofolio pembiayaan sebesar dana obligasi syariah, dasar perhitungan bagi hasil berdasarkan perkalian antara pendapatan yang dibagihasilkan dengan nisbah pemegang saham, dan nama wali amanat 68
yaitu PT BRI Tbk, hal tersebut telah sesuai dengan PASBU (kebijakan peraturan Bapepam-LK nomor IX.A13).
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang penulis kemukakan di atas, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu: 1. Mengingat PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk sudah diterbitkan pada tanggal 26 Oktober 2011 dan mulai efektif setelah tanggal 1 Januari 2012 sedangkan obligasi syariah mudharabah PT Bank Syariah Mandiri dilunaskan pada tahun 2008, maka seharusnya dilakukan klasifikasi rekening obligasi syariah mudharabah ke dalam rekening Dana Syirkah Temporer. Untuk kedepannya PT Bank Syariah Mandiri dapat menggunakan PSAK 110 sebagai pedoman dalam perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah. 2. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena penulis meneliti obligasi syariah yang jatuh temponya sudah cukup lama, sehingga dalam evaluasinya masih belum seluruhnya menggunakan PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti penelitian obligasi syariah pada jenis transaksi yang berbeda, dan perusahaan yang sudah menerapkan PSAK No 110 sehingga dapat dievaluasi menggunakan Standar baku yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu PSAK 110 tentang Akuntansi Sukuk.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim.
Abdul Manan. 2009. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Edisi Pertama, Kencana, Jakarta.
Amelia, Fitri. 2008. Skripsi Perlakuan Akuntansi Obligasi Syariah Mudahrabah Subordinasi Pada Laporan Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Periode 2003-2005, UIN:Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Bambang Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press: Bogor.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kencana, Jakarta.
Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia Nomor: 32/DSN- MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia Nomor: 33/DSN- MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor: 41/DSN- MUI/III/2004 Tentang Obligasi Syariah Ijarah.
Gunawan Widjaja dan Jono. 2006. Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat Dalam Pasar Modal. Kencana: Jakarta.
IAI, Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), IAI, Jakarta.
Muhammad Firdaus. 2005. Konsep Dasar Obligasi Syariah, Renaisan Anggota IKAPI.
Muhammad SyafiI Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, Gema Insani: Jakarta.
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan Nomor IX.A13 Tahun 2006 Tentang Penerbitan Efek Syariah.
PT Bank Syariah Mandiri Laporan Keuangan Tahun 2008.
Rustanto, Didik. 2011. Skripsi Evaluasi Perlakuan Akuntansi Atas Penerbitan Obligasi Syariah Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri, FE UMJ. Tidak dipublikasikan.
Sapto Rahardjo. 2004. Panduan Investasi Obligasi, Salemba Empat: Jakarta.
Sofyan S.Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf. 2005. Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE Usakti: Jakarta.
Sofyan S.Harahap. 2008. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah. Pustaka Quantum, Jakarta.
Sri Nurhayati dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba Empat: Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Suyitno, Hari. 2006. Skripsi Perlakuan Akuntansi Atas Investasi Obligasi Syariah Ijarah Pada PT Matahari Putra Prima Tbk. FE UMJ. Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Http://www.syariahmandiri.co.id/en diakses pada tanggal 18 Januari 2012.
Http://www.ksei.co.id diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
Http://ariemcool.multiply.com/Tugas_individu diakses pada tanggal 9 April 2012.
Http://pusatstatistik.blogspot.com/2009/07/test diakses pada tanggal 9 April 2012.
Http://www.bapepam.go.id/syariah/Studi_Standar_Akuntansi_Syariah_di_Pas ar_Modal_Indonesia.pdf diakses pada tanggal 28 April 2012.
Http:// dimel2002.multiply.com/journal/item diakses pada tanggal 30 April 2012.
www.hendrakholid.net diakses pada tanggal 8 Januari.
www.bapepam.go.id Tentang Pelunasan Obligasi Syariah diakses pada tanggal 10 Januari 2012.