Anda di halaman 1dari 26

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN KATA PENGANTAR

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Keanekaragaman Fauna di Area Persawahan Piyungan, Hutan Bunder, Pantai Sundak dan Pantai Ngandong serta Hasil Tangkapan Nelayan di TPI Pantai Baron . Tepat pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas untuk melengkapi prasyarat menyelesaikan Praktikum Sistematik Hewan semester IV T.A. 2011/2012

Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Laporan ini diharapkan dapat memberi informasi serta gambaran tentang keanekaragaman fauna di area persawahan Piyungan, Alas Bunder, pantai Ngandong dan pantai Sundak, serta keanekaragaman hasil tangkapan nelayan di TPI Pantai Baron. Selesainya laporan ini adalah berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. Trijoko, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Taksonomi Hewan sekaligus sebagai dosen mata kuliah Sistematika Hewan. 2. Tri Yulia Restifa, selaku asisten pembimbing yang telah memberikan arahan dalam praktikum di lab dan di lapangan. 3. Teman-teman yang telah bekerja sama sehingga praktikum lapangan dapat terselesaikan dengan baik. 4. Pihak-pihak lain yag tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terlaksananya praktikum lapangan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan ini, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis hanya mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 23 Mei 2012

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN LEMBAR PENGESAHAN

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Telah mengikuti praktikum Sistematika Hewan yang telah dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2012 bertempat di Piyungan, Alas Bunder, Pantai Baron, Pantai Sundak dan Pantai ngandong. Sebagai prasyarat menyelesaikan praktikum Sistematika Hewan Tahun Ajaran 2011-2012 di Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Telah disetujui dan disahkan asisten pembimbing pada: Hari Tanggal : :

Mengetahui, Asisten Pembimbing

Yogyakarta, 23 Mei 2012 Praktikan,

Tri Yulia Restifa ( )

Gian Aditya Pertiwi (10/301793/BI/8509)

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN DAFTAR ISI

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

KATA PENGANTAR.. LEMBAR PENGESAHAN................ DAFTAR ISI........... BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang.. I.2. Permasalahan .................................................................... I.3. Tujuan..................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................... III.1. Alat.............................................................................................. III.2. Bahan....................................................................................... III.3. Cara Kerja................................................................................................. III.4. Deskripsi Lokasi....................................................................................... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ IV.1. Hasil..................................................................................................... IV.2. Pembahasan...................................................................................... BAB V. KESIMPULAN..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................... LAMPIRAN......................................................................................................

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, sehingga Indonesia disebut sebagai negara megabiodiversitas. Keanekaragaman hayati Indonesia meliputi keanekaraaman flora, fauna dan Mikroorganisme. Setiap daerah memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda-beda. Adanya keanekaragaman hayati ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik di pengaruhi oleh gen. Jika gennya berubah maka terdapat kemungkinan morfologinya juga berubah. Faktor lingkungan meliputi iklim, suhu, dan kelembapan udara yang akan mengakibatkan terjadinya adaptasi. Keanekaragaman fauna tersebar dan

hidup baik di dalam tanah atau darat, di air maupun di udara. Masingmasing mempunyai habitat dan saling berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan membentuk ekosistem. Dunia hewan terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Vertebrata dan Avertebrata. Hewan avertebrata dan vertebrata terdiri dari banyak species dalam berbagai ukuran dan bentuk. Beberapa area di daerah Piyungan ( persawahan ), di hutan Wanagama, dan beberapa pantai di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta terdiri dari habitat yang berbeda-beda, meliputi sawah, ladang, aliran sungai, jalan raya, semak-semak, rerumputan, pantai, hingga hutan. Oleh karena itu area tersebut merupakan tempat yang reprensetatif untuk mengetahui dan mempelajari keanekaragaman hayati kususnya fauna pada tiap-tiap habitat. Kemelimpahan organism yang terdapat pada masing-masing habitat dapat dijadikan ciri khas dari keberadaan organisme.

B. Permasalahan Keanekaragaman fauna di suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi keanekaragaman di suatu daerah.

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana keanekaraaman di

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

daerah Piyungan, Hutan Bunder, Pantai Sundak, Pantai Ngandong dan Keanekaraaman hasil tangkapan ikan di Pantai Baron? Faktor apa sajakah yang mempengaruhi keanekaragaman di suatu daerah? C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman fauna yang ada di wilayah persawahan Piyungan, Hutan Bunder (Wanagama), Pantai Sundak dan Pantai Ngandong serta keanekaragaman hasil tangkapan nelayan di TPI Baron. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman fauna di daerah tertentu.

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN TINJAUAN PUSTAKA

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Keanekaragaman yaitu totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem yang menunjukan berbagai variasi bentuk, frekuensi dan ukuran serta sifat lainnya. Sedangkan keanekaagaman hayati adalah keseluruhan keanekaragaman makhluk yang terdapat pada suatu daerah (Noerdjito, 2004). Beberapa komponen dalam suatu ekosistem antara lain : a. Komponen Biologi, yaitu organism autotrop dan heterotrop b. Komponen fisik, yaitu iklim, substansi anorganik, dan substansi organic c. Faktor lingkungan yaitu kondisi lingkungan, makanan, musuh dan kompetisi (Ross,1982). Arthropoda adalah semua hewan yang mempunyai kerangka luar berlapis kitin keras, yang disatukan oleh dinding lentur dan memiliki tubuh yang beruasruas, misalnya pada laba-laba. Udang, dan luwing. Tubuh hewan ini terdiri dari 3 bagian yang jelas terpisah antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain. Bagian tersebut meliputi kepala, dada dan perut atau abdomen. Arthropoda merupakan hewan yang palin melimpah di dunia. Serangga terdapat di seluruh dunia, namun jumlahya tidak sama di semua tempat. Penyebabnya adalah ketergantungan terhadap lingkungan. (Van Hoeve, 1989). Mollusca merupakan filum terbesar kedua setelah filum Arthropoda. Mollusca berasal dari kata mollis (lunak), hewan ini bertubuh lunak dan ada yang ditutupi oleh cangkang, tubuhnya tidak bersegmen, bilateral simetri, dan tripoblastik. Organ ekskresinya berupa nephridia dan memiliki sistem syaraf tangga tali. Filum Mollusca dibagi kedalam tujuh kelas yaitu : Aplacophora (tanpa keping cangkang), Monoplacophora (bercangkang keping tunggal),

Polyplacophora (bercangkang keping banyak), Scaphopoda, Cephalopoda, Bivalvia atau Pelecypoda, dan Gastropoda. (Storrer, 1957). Mollusca hidup di hampir semua tipe habitat baik di darat, air tawar, payau, maupun di laut. Semua kelas dalam filum Mollusca mempunyai anggota yang hidup di laut. Sedangkan di

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN perairan tawar diwakili oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia, Mollusca yang hidup di darat hanya diwakili oleh kelas Gastropoda.

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Aves adalah kelompok vertebrata yang hampir seluruh tubuhnya tertutup oleh bulu. Tubuhnya dapat di bedakan atas paruh, kepala,leher, badan, sayap, tungkai, dan ekor. Avifauna tersebar di seluruh dunia , tetapi masih banyak jenis burung yang belum di bakukan dalam bahasa Indonesia. Hanya sekitar 4000 jenis burung yang telah ditetapkan nama lokalnya (Van Hoeve,1989). Herpetofauna terdiri dari reptilia dan amphibi. Reptilia merupakan hewan melata, sedangkan amphibi merupakan hewan yang hidup didua biota, yaitu di darat dan di air, tergantung dari fase hidupnya (Van Hoeve,1989). Penyebaran organism berkaitan dengan interaksi antara oranisme tersebut dengan lingkungannya, yang mencangkup lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan terrestrial adalah lingkungan darat,

berhubungan langsung dengan tanah. Lingkungan ini berupa hutan, sawah dan lading. Pada tanah terdapat hewan baik yang hidup di permukaan tanah maupundi dalam tanah.Tanah itu sendiri adalah bentangan alam yang tersusun dari bahanbahan mineral yang merupakan hasil proses pelakuan batu-batuan dan bahan organic yang terdiri dari organism tanah dan hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan hewan lainnya.Oleh karena itu kehidupan hewan tanah sangat

ditentukan oleh faktor fisika kimia tanah. (Suin, 1997). Faktor fisika tanah meliputi warna tanah, suhu tanah, konsistensi tanah dan tekstur tanah. Sedangkan faktor kimia tanah antara lain pH tanah, kadar organic tanah, kadar nitrogen tanah, dan kadar kation tanah. Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam (Suin, 1997). Lingkungan air merupaka n lingkungan air atau berhubungan langsung dengan air. Habitat air ada dua, yaitu habitat air tawar dan air laut. Habitat air tawar di bagi lagi menjadi air tergenang , contohnya danau, kolam, rawa atau pasir

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN terapung. Habitat yang satunya lagi adalah air mengalir.contohnya mata air, aliran sungaiatu sungai (Odum, 1993).

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

BAHAN DAN CARA KERJA A. Lokasi dan Waktu Pada praktikum lapangan yang telah dilaksanakan terdapat empat tempat yaitu daerah persawahan Piyungan, Alas Bunder, Pantai Baron, Pantai Sundak dan Pantai Ngandong. Praktikum lapangan ini dilakukan pada tanggal 5 Mei 2012. 1. Persawahan Piyungan Daerah ini merupakan daerah ekosistem persawahan. Daerah ini memiliki komponen biotik berupa tumbuhan-tumbuhan budidaya meliputi padi, tanaman palawija,dsb. Artinya daerah persawahan ini merupakan ekosistem buatan manusia karena seluruh komponen baik biotik maupun abiotik tidak dapat lepas dari campur tangan manusia. Mulai dari pengairan atau irigasi, tanah yang menggunakan pupuk tertentu untuk menyuburkan tanah. Kemudian faktor biotik secara tidak langsung dikontrol oleh manusia misalnya pemakaian insektisida oleh petani untuk membasmi serangga. Secara spontan tentu saja berpengaruh pada rantai makanan dalam ekosistem persawahan. 2. Hutan Wanagama (Hutan Bunder) Wanagama yang lebih dikenal dengan nama Alas Bunder, merupakan daerah hasil reboisasi yang dipelopori oleh Prof. Oemi Hani'in Suseno. Prof. Oemi dan rekan-rekannya menanami lahan kritis menarik perhatian banyak pihak seperti pemerintah dan pecinta lingkungan. Mereka saling bekerjasama untuk mewujudkan Wanagama sehingga berupa hamparan hijau seluas 600 hektar seperti sekarang ini. Di

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Wanagama terdapat berbagai macam tumbuhan diantaranya pinus (Pinus merkusii), eboni (Diospyros celebica), cendana (Santalum album), murbei (Morus Alba) dan jati (Tectona grandis).

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Lokasi pengamatan Hutan Arboretum ditumbuhi oleh tumbuhan yang relatif homogen. Memiliki suhu udara lembab. Lantai hutan ditutupi oleh serasah. Intensitas cahaya yang masuk tidak terlalu banyak bahkan sedikit redup karena tertutup oleh pepohonan yang rimbun atau kanopi yang rapat. 3. Pantai Baron Di pantai baron terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang banyak menampung dan menjual hasil tangkapan nelayan. Pantai Baron merupakan pantai yang ramai pengunjung. Penelitian di tempat ini hanya dilakukan dengan mengamati dan mencatat hasil tangkapan nelayan. 4. Pantai Sundak Ekosistem Pantai Sundak letaknya juga berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta algae. Komunitas tumbuhan di daerah darat terdapat Pandanus tectorius.

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN 5. Pantai Ngandong

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Pantai Ngandong terletak berdekatan dengan Pantai Sundak. Tepatnnya di Sebelah Barat Pantai Sundak. Sehingga kondisi lingkungan dan karakeistik habitatnya hampir sama dengan Pantai Sundak. Akan teapi pantai ini lebih sepi pengunjung daripada Pantai Sundak. B. Bahan dan Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah teropong, kamera, alat tulis, sweep net untuk menangkap serangga yang terbang, killing bottle untuk melumpuhkan serangga yang ditangkap, kertas papilot khusus yang digunakan untuk menyimpan serangga dari ordo Lepidoptera dan Odonata, kuas untuk mengambil arthropoda tanah atau arthropoda pohon yang berukuran kecil, botol flakon sebagai tempat menyimpan nimfa serangga atau serangga berukuran kecil, pinset yang digunakan untuk mengambil serangga dari botol flakon, siring untuk membunuh serangga dengan menggunakan jarum suntik, botol jam, jaring ikan untuk menangkap hewan yang berada di air . Selain itu, alat yang digunakan untuk mounting dan pembuatan insectarium yaitu jarum untuk menata serangga yang akan dimounting,steroform sebagai tempat untuk mounting, gunting cutter. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : klorofom, alkohol 70%, steroform, kertas manila, karet gelang, kapas, dan semua jenis hewan yang didapat pada saat melakukan sampling. C. Metode 1) Pengambilan Sampel Hewan dan Pengamatan Untuk Aves hanya dilakukan pengamatan dan pencacahan jumlah bila memungkinkan, baik melelui pengamatan langsung maupun

menggunakan teropong. Lalu hasil yang didapat dicatat dalam tabel data pengamatan. Selain pengamatan langsung, dalam praktikum lapangan ini metode yang digunakan adalah jelajah area untuk mengambil sedikit

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN sampel hewan yang berada di lokasi praktikum. Dengan metode ini dirasa lebih efektif mengingat waktu yang diberikan sangat terbatas.

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Untuk Mollusca, Amphibia, Reptilia serta Arthropoda dilakukan pengambilan sampel dengan memperhatikan pengarahan asisten dan

pengamatan habitat tempat sampel tersebut diambil. Kemudian dimasukkan dalam tabel data pengamatan. Pengambilan sampel insecta dilakukan dengan sweep net untuk serangga terbang atau dengan menggunakan tangan untuk menangkap insecta yang berukuran kecil, hewan air ditangkap dengan menggunakan jaring ikan, sedangkan untuk gastropoda dapat ditangkap dengan menggunakan pinset atau dengan tangan, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setelah ditangkap, hewan tersebut langsung segera dilumpuhkan. Jika hewan tersebut berupa serangga yang berukuran besar dan karnivor, maka harus dimasukkan ke dalam killing bottle. Khusus untuk serangga yang bersifat karnivor, seperti belalang dan Mantis sp. sebaiknya dipisahkan dalam satu killing bottle, sedangkan untuk serangga yang masih larva maupun nimva, maka dimasukkan ke dalam botol flakon yang sudah diisi alkohol.Untuk serangga dari ordo Lepidoptera dan Odonata, dimasukkan ke dalam kertas papilot kemudian ditekan pada bagian thoraxnya. 2) Pengamatan Hasil tangkapan nelayan Pengamatan hasil tangkapan nelayan dilakukan di TPI Pantai Baron dengan cara mencatat semua hasil tangkapan nelayan di TPI tersebut. 3) Pengawetan sample a. Pengawetan kering ( insecta ) Untuk mengawetkan sampel, khususnya insecta dilakukan pembuatan insectarium. Serangga yang telah dimatikan, dikumpulkan dan dipisahkan

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN untuk masing-masing ordo, kemudian ditusuk tegak lurus dengan jarum pentul pada bagian metathorax sebelah kanan di dalam kotak insectarium yang dilapisi steroform. Jarum pentul yang digunakan disesuaikan dengan ukuran serangga dan dipilih yang anti karat serta penusukannya harus sepertiga dari bagian ujung atas jarum. Selanjutnya posisi antena, sayap, dan kaki diatur seperti keadaan semula ketika masih hidup. Serangga yang telah ditata, kemudian dikeringkan atau dilakukan drying selama 3-4 hari. Pengeringan tidak boleh dilakukan dengan

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

sinar matahari secara langsung. Setelah proses drying selesai, insekta tersebut dipindakan ke atas steroform baru sesuai ordonya dan diberi kapur barus agar terhindar dari semut dan sebagainya. Kemudian dibuat kotak transparan sehingga hasil koleksi dapat dilihat.

b. Pembuatan awetan Mollusca Setelah diidentifikasi spesimen dibersihkan dengan air tembakau, selain untuk kebersihan juga agar organ tubuhnya keluar dari cangkang. Lalu preparat di awetkan dalam alkohol 70% selama 24 jam agar spesimen tersebut mengalami relaksasi,keluar dari cangkangnya sehingga dapat dilakukan identifikasi. Setelah Spesimen keluar dari cangkang, spesimen dipindah ke botol jam dan diberi alkohol sebagai fiksatifnya.

c. Pembuatan awetan herpeto fauna. Setelah sampling, spesimen diidentifikasi lalu dibunuh dengan

menyuntikkan alkohol 70% pada ekstremitas dan rongga perutnya, lalu dibersihkan dengan alkohol 70% dan diawetkan dalam botol jam berisi formalin dan diamkan selama 24 jam.

d. Pengawetan basah

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Selain Insecta, hewan-hewan yang terdapat pada killing bottle, dipindahkan ke botol lain yang sudah berisi alkohol 70 %. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada Praktikum lapanan ini hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk Histogam. 1. Phylum Arthropoda a. Wanagama

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Kelimpahan Filum Arthropoda di Piyungan 5 Mei 2012


120 100 80 60 40 20 0

Gambar 1. Grafik keanekaragaman Athopoda di area Persawahan Piyingan

b. Hutan Bunder (Wanagama)

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Kelimpahan Filum Arthropoda di Hutan Bunder (Wanagama) 5 Mei 2012


120 100 80 60 40 20 0 Chrysomelidae Ectobiidae Spirobolidae Reduviidae Castniidae Culicidae Coreidae Myridae Pieridae Apidae Mantidae Pyrgomorphidae Lymantridae Gryllidae Archididae Libellulidae Conagrionidae Denthacidae Asilidae Dolychopodidae Tephpritidae

Gambar 2. Grafik keanekaragaman Athopoda di Hutan Bunde

2.

Phylum Aves a. Piyungan

10

20

30

40

50

60

0 Bubulcus ibis Lonchura Bos taurus Collocalia esculenta Passer montanus Prinia inornata Prinia familiaris

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

b. Hutan Bunder (Wanagama)


Cisticola juncidis
Hirundo sp. Gallus gallus Dicaleum trochileum Zosterops palpebrosus Pericrocotus Eurystomus orientalis Falconidae

Halaman

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

Alcedinidae
Anatidae Orthotomus sutorius Rattus sp. Ardeola speciosa Canis sp.

Kemelimpahan Aves & Mammal di Piyungan 5 Mei 2012

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Gambar 3. Grafik kemelimpahan Aves dan Mammalia di area Persawahan Piyingan

3.
10 20 30 40 50 60 0 Hirundo sp. Collocalia esculenta

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

Phylum Helmintes dan Moluska


Pycnonotus aurigaster
Pycnonotus goiavier Apus sp. Dicaeum trochileum Picoides moluccensic Collocalia linchi Prinia familiaris Pericrocotus flammerus Halcyan chloris Zosterops palpebrosus Pericrocotus cinnamomeus Lonchura leucogastroides Orthotomus sutarius Aegithina tiphia

a. Piyungan
Felix sp.
Sciuridae Macropygio sp. Geopelia striata

BORANG
Halaman No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

Kemelimpahan Aves & Mammal di Hutan Bunder (Wanagama) 5 Mei 2012

Gambar 4. Grafik kemelimpahan Aves dan Mammalia di area Hutan Bunder

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Kemelimpahan Mollusca dan Helminthes di Piyungan 5 Mei 2012


120 100 80 60 40 20 0

Gambar 5. Grafik kemelimpahan Mollusca dan Helminthes di Piyungan

b. Hutan Bunder (Wanagama)

Kemelimpahan Mollusca dan Helminthes di Hutan Bunder (Wanagama) 5 Mei 2012


120 100 80 60 40 20 0

Gambar 6. Grafik kemelimpahan Mollusca dan Helminthes di Hutan Bunder

4. Herpetofauna a. Piyungan

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Kemelimpahan Herpetofauna di Piyungan 5 Mei 2012


60 50 40 30 20 10 0 Kemelimpahan

Gambar 7. Grafik kemelimpahan Herpetofauna di Piyungan

b. Hutan Bunder (Wanagama)

Kemelimpahan Herpetofauna di Hutan Bunder ( Wanagama) 5 Mei 2012


12 10 8 6 4 2 0

Kemelimpahan

Gambar 8. Grafik kemelimpahan Herpetofauna di Hutan Bunder ( Wanagama)

5. Pantai

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN a. TPI Baron

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Kemelimpahan Hasil Tangkapan di TPI Pantai Baron 5 Mei 2012


60 50 40 30 20 10 0 Kemelimpahan

Gambar 9. Grafik kemelimpahan Hasil Tangkapan di TPI Pantai Baron

b. Pantai Sundak

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Kemelimpahan Hewan Laut di Pantai Sundak 5 Mei 2012


120 100 80 60 40 20 0 Kemelimpahan

Gambar 8. Grafik kemelimpahan Hewan Laut di Pantai Sundak

c. Pantai Ngandong

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi Halaman

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

2.

Pembahasan

Pengaruh lingkungan akan menentukan kehidupan makhluk hidup yang bersangkutan, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan lainnya atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan fisik disekitarnya. Faktor lingkungan fisik dan lingkungan biotik menentukan penyebaran makhluk hidup. Faktor lingkungan fisik, meliputi letak geografis, topografi tanah, temperatur, kelembaban, intensitas cahaya, ketinggian, dan habitus. Pada faktor lingkungan biotik, meliputi interaksi antara makhluk hidup satu dengan lain melalui simbiosis mutualisme, parasitisme, komensalisme atau bahkan kompetisi. Interaksi menunjukkan adanya hubungan yang dinamik antar faktor biotik, antara

Gambar 11. Kemelimpahan hewan laut di Pantai Ngandong

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem. Aksi interaksi dapat ditandai dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga akanterjadi perpindahan energi dan membentuk rantai makanan serta jaring-jaring makanan. Sehingga, hanya organisme yang mempunyai daya adaptasi yang baik yang mampu bertahan apabila terjadi perubahan lingkungan dan organisme dengan daya adaptasi rendah jumlah nya cenderung sedikit dan akan mengalami kepunahan. Pada praktikum lapangan ini, sampel yang dikaji berupa filum Arthropoda, filum Mollusca, herpetofauna, avifauna, echinodermata dan superclass pisces. Dengan lokasi persawahan Piyungan, Hutan Bunder, Pantai Baron dan Pantai Sundak. Ketiga lokasi tersebut memiliki perbedaan yang sangat drastis, daerah persawahan merupakan ekosistem buatan manusia,

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

kemudian Alas Bunder meskipun dahulunya merupakan hutan reboisasi namun interaksi antar organisme di dalamnya membentuk ekosistem hutan yang secara alami terbentuk, dan pantai Sundak merupakan daerah pantai dengan dengan ekosistem pantai yang sama sekali berbeda dengan ekosistem darat. Hasil praktikum lapangan yang telah diperoleh disajikan dalam benuk grafik pada sub bab hasil. Gambar 1 dan 2 merupakan grafik kemelimpahan Filum Arthropoda di area persawahan Piyungan dan Huan Bunder (Wanagama). Famili dari Filum Arthropoda yang paling banyak ditemukan di piyunan adalah Crhysomelidae (kepik emas), Coccinellidae (Kumbang Cocci), Tetrigidae (Belalang dengan caput runcing), Acriclidae (Belalang tempur), Formicidae (semut), Alydidae (Walang sangit) dan Vespidae (Tawon biasa) dengan jumlah sangat banyak dan konversi kemelimpahan 100 dan presentase 8%. Area pesawahan merupakan habita yang sanga sesuai unuk hewan-hewan tersebu, karena tersedia makanan yang cukup banyak bagi hewan-hewan seperti belalang, kumbang dan kepik. Hewan-hewan ini terkadan dianggap sebagai hama karena memakan tanaman pertanian.

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Arthropoda yan paling banyak ditemukan di Wanagama adalah Famili Gryllidae dengan konversi kemelimpahan 100 dan presenase 16%. Hewan yang melimpah di persawahan Piyunan dan wanagama berbeda karena kedua

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

wilayah ini memiliki karakteristik berbeda. Wanagama berada pada ketinggian yang lebih tinggi daripada piyungan dan didominasi oleh pohonpohon besar sedangkan di lokasi piyungan didominasi oleh tanaman padi. Sehingga di wanagama banyak ditemukan Arthropoda yang berhabita di pohon seperti Arachinidae (laba-laba). Selain itu di daerah piyungan juga ditemukan anggota kelas crustacea (udang) karena sawah merupakan area yang tergenang air. Semut dittemukan cukup melimpah di kedua lokasi tersebut karena semut merupakan hewan yang kosmopolitan. Semut biasa hidup di dalam tanah. Gambar 3 dan 4 merupakan grafik kemelimpahan Filum Aves dan Mammalia di Piyungan dan Wanagama. Dari grafik tersebu dapat dokeahui bahwa Aes yang palin banyak diemukan di pyungan adalah Bubulcus ibis dan Lonchura leucogastroides. Di Wanagama keddua burung tersebu sama sekali tidak ditemukan. Burun tersebut merupakan burung pemakan biji-bijian seperti biji padi. Di Wanagama burung yang banyak dijumpai adalah Hirundo sp. (Burung walet) dengan konversi kemelimpahan 50 dan presentase 20,83%. Burung ini berhabitat di pohon-pohon besar. Burung-burun yang di temukan di Wanagama pada umumnya adalah burun yang berhabitat di pohon-pohon besar. Selain itu aves yang ditemukan di piyungan dan tidak ditemukan di wanagama adalah ayam dan bebek yang dipelihara oleh warga, karena lokasi ini dekat dengan rumah penduduk. Mamalia yang ada di piyungan antara lain Bos taurus (sapi) dan Canis sp. (anjing) yang merupakan hewan peliharaan warga. Sedangkan mamalia yang ditemukan di Wanagama adalah felix sp yang kemungkinan adalah kucing liar dan Famili Sciuridae (bajing) yang berhabiat di pohon, melompat dari satu pohon ke pohon lain.

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN Gambar 5 dan 6 menunjukkkan kemelimpahan Moluska dan

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Helminthes di Piyungan dan Wanagama. Di piyungan yang paling banyak ditemukan adalah Pila ampullacea, Achatina fulica, Mactra spp., Littoraria coccinea. Piala ampullacea banyak berhabitat di sawah, dan sering disebut keongsawah. Sedangkan A. Fulica ditemukan di tanah-tanah lembab, saluan irigasi dan menempel di pohon pisang. Ditemukan juga Pomacea canaliculata atau keong emas yang merupakan hama padi dengan jumlah yang sanga sedikit. Filum helminthes yang diemukan hanya Pheretima sp. dengan jumlah yang sedikit, karena cacing ini biasa hidup didalam tanah sehingga sulit diamati. Moluska yang banyak ditemukan di wanaama adalah A. Fulica, hewan ini banyak dijumpai di anah-tanah yan lembab. Selain itu moluska yang melimpah lainnya adalah Mactra spp., Melanoides spp., Terbralia sp. dengan konversi kemelimpahan 100, yang ditemukan di tepi sungai yang ada di lokasi tersebut. Helminthes yang ditemukan sama dengan helminthes di piyungan yaitu Pheretima sp. dengan jumlah sangat sedikit. Gambar 7 dan 8 merupakan grafik kemelimpahan Herpetofauna di Piyungan dan Wanagama. Herpetofauna yang paling banyak di temukan adalah Eutropis multifasciata (kadal) dengan konversi kemelimpahan 50. Dan Fejervarya sp. (katak) serta Fejervarya limnocharis. Ekosistem persawahan ini cocok bagi kadal dan katak karena daerahnya lembab dan menyediakan banyak makanan bagi kadal seperti serangga-serangga kecil. Di wanagama Herpetofauna yang ditemukan adalah Bronchochela cristalda, Cosymbotus platyurus, Draco volans, Duttaphrynus melanosticus, Eutropis mulifasciata, Fejervarya limnocharis, Hemidactylus frenatus, Hydrophylax chalconotus, Occidozyga sumatrana, Varanus salvator dengan kemelimpahan yang sama yaitu 10% masing-masing. Pada gambar 9 ditampilkan grafik kemelimpahan hasil tangkapan nelayan di TPI Pantai Baron. Nelayan tersebut melaut di sekitar pantai baron di Samudra Hindia. Hasil tangkapan nelayan merupakan hewan-hewan laut

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hasil tangkapan yang paling banyak

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

adalah Panulirus homarius dan panulirus ornatus atau lobster, Charybdis ferriatus (kepiting), Trichiurus savala (iakan layur), Penaeus sp. (udang), loligo sp. (cumi-cumi) dan Lutjanus sp. (kakap). Hasil lain yang diperoleh lainnya adalah ikan tongkol, ikan belanak, ikan kerapu, ikan pari, ikan hiu dll. Gambar 10 merupakan graik kemelimpahan hewan laut di Pantai Sundak. Pantai sundak memiliki substrat pasir berbatu yang banyak ditumbuhi lamun dan algae. Penelitian dilakukan di zona intertidal. Hewan yang paling melimpah adalah Ophiocoma sp. (Filum Echinodermata), Cypraea sp. (kelas Gastropoda), Echinus sp. (filum Echinodermata), Turbo sp. (kelas Gastropoda) Nereis sp. (sub filum plathyhelminthes), Anggota kelas crustacea dan anggota superklas Pisces. Hewan-hewan ini melimpah karena di habitat tersebut tesedia banyak makanan yaitu algae dan lamun.dan memiliki substrat yang sesuai bagi hewan-hewan tersebut. Selain itu juga ditemukan gastropoda tak bercangkang anggota sub klass nudibranchia yaitu Aplysia sp dalam jumlah yang sangat sedikit. Gambar 11 merupakan histogram kemelimpahan hewan di Pantai Ngandong. Keanekaragaman hewan laut di Pantai Ngandong lebih tinngi daripada di pantai Sundak. Secara umum hewan yang banyak ditemukan di Pantai Ngandong sama dengan yang ditemukan di pantai Sundak, yaitu Ophiocoma sp. (Filum Echinodermata), Cypraea sp. (kelas Gastropoda), Echinus sp. (filum Echinodermata), Turbo sp. (kelas Gastropoda) Nereis sp. (sub filum plathyhelminthes), Anggota kelas crustacea Ada beberapa hewan yang dapat dijumpai dipantai ngandong walaupun dalam jumlah yang sedikit, tidak dapat dijumpai di pantai Sundak. Di Pantai Ngandong banyak ditemukan anggota Filum Porifera seperti Favites sp., Galaxea sp., Hexacorallia dan Acropora sp. Pantai sundak memiliki keanekaragaman dan kemelimpahan yang lebih tinggi disbanding pantai Sundak. Hal ini

BORANG

LAPORAN PRAKTIKUM Halaman LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN disebabkan karena pantai sundak merupakan Pantai yang cukup ramai wisatawan. Sedangkan Pantai Ngandong masih jarang dikunjungi wisatawan sehingga tingkat pencemaran di Pantai Ngandong akibat aktifitas manusia lebih rendah. Sehingga keanekaragaman hewannya lebih tinggi.

No. Dokumen Berlaku sejak Revisi

FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00 0 dari 26

Anda mungkin juga menyukai