Anda di halaman 1dari 2

Benarkah Terapi Ion Tidak Bermanfaat?

REP | 13 September 2011 | 17:14

Berbagai cara di lakukan masyarakat untuk terhindar dari berbagai penyakit. Segala jenis terapi pun akhirnya di jalani , dari terapi herbal hingga terapi yang tidak masuk akal (masih ingat fenomena batu ajaib Ponari? Atau terapi Rel kereta Api di jakarta!?). Mungkin ini adalah salah satu bentuk refleksi dari mahalnya biaya untuk memperoleh kesehatan pada Institusi penyedia layanan kesehatan di negeri ini. Hingga keluarlah beberap istilah yang berkembang di masyarakat. Sehat itu Mahal! Atau Orang miskin di larang Sakit! Hal ini lah yang dilihat oleh seseorang yang memiliki jiwa enterpreneur sebagai bisnis yang menjanjikan. Mulai dari membuat bisnis MLM (multi level marketing), yang menawarkan produk-produk herbal yang di kalim bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Hingga terapi yang menggunakan beberapa alat bantu, seperti: terapi lebah, terapi bekam, terapi akupuntur, terapi Ion, dsb). Nah, di pemukiman tempat saya tinggal saat ini sedang booming terapi Ion. Jenis terapi yang di klaim sebagai terapi tetoksifikasi dengan mengeluarkan kotoran-kotoran dari pori-pori kaki yang direndam selama lima belas menit ini. Dalam sekali mengikuti terapi, para pasiendi pungut biaya sebesar Rp.5000,-. Wah, komentar dari masyarakat yang mengikuti terapi tersebut bermacam-macam. Sebagian besar bersifat positif, seperti bengkak dikaki saya sudah agak kempesan.., pegel-pegel di tulang belakang saya sudah berkurang, kok air-nya berubah

Dibaca: 4393

Komentar: 3

jadi cokelat, penyakit semua tuh.. dsb. Saya pun akhirnya tergugah untuk mencari referensi manfaat dari terapi Ion tersebut di Oom Google. Benar apa tidak sih, apa hanya sugesti saja? Akhirnya saya menemukan protal media Suara Surabaya. Net dengan judul topik, Terapi Ion tak membawa manfaat. Wow, ternyata hasil penelitian ilmiah Prof. SUHARININGSIH bersama Drs. TRI ANGGORO PRIYO di Laboratorium Biofisika FMIPA Universitas Airlangga, surabaya ini mengejutkan. Mereka menyimpulkan bahwa warna dan gelembung udara yang dihasilkan oleh terapi ion (katoda-anoda-kaki) dalam satu ember itu berasal dari elektroda (katoda anoda) yang digunakan, bukan dari ion dari tubuh melalui kaki. Kalau memang ion yang katanya keluar dari ginjal, atau liver apa warnanya? kok warnanya sama semua baik dengan kaki atau tanpa kaki, jelasnya. Lebih lanjut SUHARININGSIH mengatakan bahwa penelitian ini sekali lagi bukan untuk mengadili sejawat yang berkiprah di bidang pemasaran alat terapi ion ini namun untuk menyampaikan sejauh mana hasil uji alat ini bermanfaat bagi masyarakat. Sebagai akademisi kami wajib menyampaikan hasil uji alat ini kepada masyarakat, jelasnya. Kalau memang keberatan, kata dia sebaiknya didiskusikan bersama.Mari kita diskusi sebagai seorang akademisi, tandasnya.

Nihil

berita selengkapnya dapat di lihat di: http://www.suarasurabaya.net/v05/kelanakota/?id=591f0f48e8eaefafcd9843d5e75dc303200632727

Anda mungkin juga menyukai