Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nur Vega Wijiyanti Universitas Semarang

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji aspek-aspek yang mempengaruhi kebijakan Corporate Social Responbility (CSR) bagi perusahaan manufaktur. Aspek yang diuji adalah Corporate Social Responbility Disclosure (CSR Disclosure). Secara spesifik penelitian ini menguji , (1) pengaruh ukuran perusahaan terhadap CSR Disclosure, (2) pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap CSR Disclosure, (3) pengaruh profitabilitas terhadap CSR Disclosure, (4) pengaruh leverage terhadap CSR Disclosure, (5) pengaruh kepemilikan manajerial terhadap CSR Disclosure, (6) pengaruh kepemilikan institusional terhadap CSR Disclosure. Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). Unit analisis adalah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan periode pelaporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 2008 sampai dengan 2010, dan perusahaan mengunggkapkan kebijakan sosialnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan sampel penelitian sebanyak 37 perusahaan yang diambil dari data sekunder yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), laporan keuangan dan website Bursa Efek Indonesia. Analisis data dilakukan dengan model persamaan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan size, ukuran dewan komisaris, dan leverage signifikan terhadap CSR Disclosure. Dan untuk variable profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap CSR Disclosure. Kata Kunci : Size, ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, kepemilikan instutional, kepemilikan manajerial, ukuran

THE INFLUENCING FACTORS OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE OF MANUFACTURE COMPANY IN BURSA EFEK INDONESIA

Nur Vega Wijiyanti Semarang University

ABSTRAC The reaserach aims to Analyze of the influencing aspect of CSR in manufacture company. Spesifically the reasearch analizeses (1) influence of company size to CSR disclosure, (2) influence of size of board of commisioner to CSR disclosure, (3) influence of leverage to CSR disclosure, (4) influence of profitability to CSR disclosure, (5) influence of managerial ownership to CSR disclosure,(6) influence of institutional ownership to CSR disclosure. The reasearch uses purposive sampling method by judgment sampling. The analyze unit is manufacture companies who rise their annual report on 31 August 2008 till 2010 period, and the manufacture company reveal their CSR. Data collection method in use is the method of documentation. There are 37 samples of manufacture companies. The data are found from ICMD, and annual report of BEI. The data analyze in used is multiple liniear regression equation. The result showed company size, size of board of commisioner, and leverage are significant to CSR disclosure. And for the variable of profitability, managerial ownership, and institutional ownership are unsignificant to CSR disclosure. Keywords : company size, size of board of commisioner, leverage, provitability, managerial ownership, and institutional ownership.

PENDAHULUAN Saat ini perusahaan tidak hanya dituntut mencari keuntungan/laba semata tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat. Reaksi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ambadar (2008) mengemukakan beberapa motivasi dan manfaat yang diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan meliputi: 1) perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan, 2) kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, 3) perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, 4) perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar. Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan keanekaragaman hasil. Sembiring (2005) dan Nofandrilla (2008) menemukan pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan (firm size) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Roberts (1992) yang menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beasly (2000). Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofandrilla (2008) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berkaitan dengan struktur kepemilikan, Machmud dan Djaman (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab social. Namun Nofandrilla (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sembiring (2005) menduga ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Semakin besar jumlah dewan komisaris, maka akan semudah mengendalikan mengendalikan CEO dan monitoring dapat dilakukan secara efektif. Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa tanggung jawab sosial didasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan ada pengaruh yang positif pada

ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, pertumbuhan, jumlah dewan komisaris, dan tipe industry, sedangkan leverage dan profitabiitas berpengaruh negatif penelitian ini dikembangkan oleh Sembiring (2005). Penelitian yang dikembangkan oleh Febrina (2011) didasarkan pada variabel leverage, profitabiilitas, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial, hasil menunjukkan bahwa leverage, proftabilitas, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial responbility. Sementara itu penelitian yang dikembangkan oleh Theodora (2007) yang mengembangkan variabel size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap corporate social responbility. Berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh ketiga peneliti tersebut hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan atau gap, sehingga dapat dilakukan penelitian ulang dengan menguji variabel yang sama yaitu size, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajerial dan kepemilikan intitusional. TELAAH PUSTAKA Hubungan Size pada Kebijakan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Size atau ukuran perusahaan adalah suatu skala untuk mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut total aktiva, long size, nilai pasar saham dan lain-lain Machfoed, 1994) dalam Suwito Herawaty, 2005) Pengungkapan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Menurut Buzby (Hasibuan 2001) ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam Laporan Tahunan. Manajemen khawatir dengan mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban sosialnya. Pengembangan dari hipotesis tentang size terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab social adalah sebagai : H1 : ada pengaruh size terhadap kebijakan pengungkapan tanggungjawab sosial. Hubungan Ukuran Dewan Komisaris pada Kebijakan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Ukuran dewan komisaris adalah jumlah dari komisaris di sebuah perusahaan. Jumlah komisaris ini akan mempengaruhi kebijakan maanjemen dalam mengembangkan jalannya perusahaan. Ukuran dewan komisaris menurut Sembiring (2005) menduga berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Semakin besar jumlah dewan komisaris, maka akan semudah mengendalikan mengendalikan CEO dan monitoring dapat dilakukan secara efektif. Hasil penelitian berhasil mendukung

teori keagenan bahwa semakin banyak jumlah dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat oleh perusahaan akan semakin luas. Pengembangan dari hipotesis tentang ukuran dewan komisaris terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab social adalah sebagai : H2 : ada pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kebijakan pengungkapan tanggungjawab sosial. Hubungan Profitabilitas pada kebijakan pengungkapan tanggungjawab social Profitabilitas adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, keuntungan akan memberikan kontribusi peningkatan kekayaan perusahaan. Sedangkan kebijakan tanggung jawab sosial adalah sebuah tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Menurut Heinze (1976) dalam Gray et.al. (1995) dalam sembiring (2005) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Pengembangan dari hipotesis tentang profitabilitas terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab social adalah sebagai : H3 : ada pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan pengungkapan tanggungjawab sosial. Hubungan leverage pada kebijakan pengungkapan tanggungjawab social Leverage merupakan hutang yang dimiliki perusahaan. Leverage adalah hutang yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya. Leverage akan mempengaruhi pemberian perusahaan dalam melakukan aksi CSR. Dimana CSR adalah sebuah tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. leverage digunakan oleh Naser et al. (2006) dan Sembiring (2005). Naser et al. (2006) menggunakan variabel leverage sebagai proksi dari risiko perusahaan. Naser et al. (2006) menduga leverage ratio berhubungan positif dengan pengungkapan social, karena perusahaan yang berisiko tinggi berusaha untuk meyakinkan investor dan kreditor dengan pengungkapan yang lebih detail. Sembiring (2005) menduga sebaliknya. Sesuai dengan teori keagenan perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial untuk menguragi sorotan kreditor. Pengembangan dari hipotesis tentang leverage terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab social adalah sebagai : H4 : ada pengaruh leverage terhadap kebijakan pengungkapan tanggungjawab sosial.

Hubungan Kepemilikan Manajerial pada kebijakan pengungkapan tanggungjawab social Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan yang dimiliki pemegang saham yang mengendalikan perusahaan. Penelitian Nasir dan Abdullah (2004) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dalam hubungan antara kepemilikan saham manajerial terhadap luas pengungkapan CSR. Hal senada juga disampaikan Rosmasita (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR di Indonesia. Namun ketidakkonsistenan hasil ditunjukkan oleh penelitian Said et al. (2009) yang menemukan bahwa kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Pengembangan dari hipotesis tentang kepemilikan manajerial kebijakan pengungkapan tanggung jawab social adalah sebagai : H5 : ada pengaruh kepemilikan manajerial pengungkapan tanggungjawab sosial. terhadap

terhadap kebijakan

Hubungan Kepemilikan Institusional pada kebijakan pengungkapan tanggungjawab social Kepemilikan institusional adalah kepemilikan yang dimiliki oleh institusi atau perorangan dari sebuah perusahaan. Kepemilikan institusional di luar manajemen dari perusahaan. Coffey dan Fryxell (1991) menemukan bahwa tingkat pengungkapan corporate social performance yang tinggi akan menarik investor, khususnya investor institusional. Terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dengan daya tanggap terhadap isu sosial oleh perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah wanita yang termasuk dalam jajaran direktur. Sedangkan, tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional dengan tanggung jawab sosial yang ditunjukkan oleh kegiatan sosial yang bersifat memberi bantuan. Pengembangan dari hipotesis tentang kepemilikan institusional terhadap kebijakan pengungkapan tanggung jawab social adalah sebagai : H6 : ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan pengungkapan tanggungjawab sosial.

Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional Variabel Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan pengungkapan tanggungjawab sosial. Variabel independen dalam penelitian ini adalah size, ukuan dewan komisaris, leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Size sebagai Variabel Independen, Ukuran Perusahaan (X1), diukur dengan logaritma total aset Perusahaan Ukuran Dewan Komisaris, Dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang banyak dipakai untuk memonitor manajer. Ukuran Dewan Komisaris , diukur dengan jumlah dewan komisaris. Profitabilitas, Profitabilitas diukur didasarkan pada besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan selama 1 periode akuntansi. Leverage, Leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap total aktiva, rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh total aktiva. Penelitian ini menggunakan rasio Debt to Total Assets Ratio (Rasio Total Utang terhadap Total hutang)

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan manajemen adalah besarnya proporsi saham atau tingkat kepemilikan saham oleh manajemen ( Wien, 2010). Kepemilikan manajemen dalam penelitian ini diukur dengan prosentase saham yang dimilki manajemen. Semakin besar saham yang dimiliki oleh manajemen/ institusi, maka semakin besar informasi yang akan diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah kepemilikan saham, maka semakin banyak pula ihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan. Kepemilikan Institusional, Kepemilikan institusi dalam penelitian ini menggunakan persentase pemilikan saham institusi dengan kepemilikan lebih dari 5% yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2008-2009 (Waddock dan Graves,1994). Apabila suatu perusahaan terdapat lebih dari satu pemilikan institusi yang memiliki saham perusahaan, maka kepemilikan saham diukur dengan menghitung total seluruh saham yang dimiliki oleh seluruh pemilikan institusi. Variabel Terikat yang dalam hal ini adalah kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap pemegang saham, kreditor, karyawan, dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi 6 kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial diantaranya adalah lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Populasi, Sampel, dan Pengumpulan Data Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatory research atau kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel-variabel melalui analisis data dalam rangka pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20082010. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). judgment sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh berdasarkan pertimbangan tertentu (Nur dan Bambang, 2009). Adapun kriteria yang dijadikan dasar untuk pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dengan periode pelaporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember tahun 2008 sampai 2010 2. Perusahaan mengungkapkan kebijakan sosialnya

Teknik Analisis Analisis data dilakukan dengan model persamaan analisis regresi linier berganda, untuk menjawab hipotesis peneliti menggunakan regresi linier berganda dengan rumus: Y = 0 + X1 + X2+ X3 + X4 + X5 + X6 + e Keterangan: Y : Pengungkapan sosial 0 : Konstanta : Koefisien regresi linear berganda X1 : size X2 : ukuran dewan komisaris X3 : profitabilitas X4 : leverage X5 : Kepemilikan manajerial X6 : Kepemilikan Institusional

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Statistik Sebelum dilakukan tes lebih lanjut dapat dijelaskan tentang deskripsi statistic dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Deskriptif Statistik
Des criptive Statis tics N Size Ukuran Dew an Komis aris Leverage Prof itabilitas K. Institus ional K. Manajerial CSR V alid N (lis tw is e) 117 117 117 117 117 117 117 117 Minimum 80740,00 2,00 ,24 -3,87 ,00 ,00 ,00 Max imum 8791799 6,00 6,55 28321,00 98,94 91,94 ,83 Mean 1541175 4,5897 ,9283 270,1084 53,4257 19,8310 ,7559 Std. Deviation 2027820,219 ,78952 ,87974 2615,74557 22,95324 21,28728 ,12577

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2012 Berdasarkan tabel di atas menjelaskan deskripsi statistik tentang size nilai minimum sebesar 80740,00 nilai maksimum sebesar 8791799 dengan mean 1541175 dengan standar deviation sebesar 2027820.219, ukuran dewan komisaris dengan nilai minimum sebesar 2,00 nilai maksimum 6,00 nilai mean sebesar 4,5897 dengan standar deviation sebesar 0.78952, leverage nilai minimum sebesar

0,24 nilai maksimum 6,55 dengan mean sebesar 0.9283 dan standar deviasi sebesar 0.87974. Profitabilitas dengan nilai minimum sebesar -3,87 dengan nilai maksimum sebesar 28321,00 mean sebesar 270.1084 dengan standar deviasi sebesar 2615,74557. Kepemilikan Intisional dengan nilai minimum sebesar 0,00 dengan nilai maksimum sebesar 98.94 mean sebesar 53.4257 dengan standar deviasi sebesar 22.95324. Kepemilikan manajerial dengan nilai minimum sebesar 0,00 dengan nilai maksimum sebesar 91.94 mean sebesar 19.8310 dengan standar deviasi sebesar 21.28728. CSRt dengan nilai minimum sebesar 0,00 dengan nilai maksimum sebesar 0.83 mean sebesar 0.7559 dengan standar deviasi sebesar 0.12577. 2. Hasil Analisis Data 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardizzed Residual dari variabel independen, dimana : 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1 Uji Normalitas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: CSR


1.0

0.8

Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dengan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Apabila dari hasil pengujian menunjukkan angka yang signifikan maka data tidak terdistribusi secara normal, tetapi apabila sebaliknya maka data terdistribusi normal.

2.

Uji Multikolonieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan VIF. Jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Tolerance Size 0,898 Ukuran Dewan Komisaris 0.795 Leverage 0,845 Profitabilitas 0,951 Kepemilikan Institusional 0,961 Kepemilikan Manajerial 0.711

No. 1. 2. 3. 43 5 6

VIF 1,114 1,258 1,184 1,051 1,041 0,405

Sumber : Data sekunder diolah, 2012 Berdasarkan tabel 4.2, nilai tolerance menunjukkan adanya variabel bebas yang memiliki nilai tolerance lebih dari 10%. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi. 3. Auto Korelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin Watson Test (DW). Apabila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4du) maka tidak terjadi autokorelasi.

Gambar 4.2 Autokorelasi


Korelasi positif tidak terindentifikasi tidak ada korelas tidak korelasi terindentifikasi negatif

dl du DW 4 du 4 dl 4 1,46 1,61 2,065 4 1,61 4 - 1,46 Auto korelasi, dimana korelasi antaranya kesalahan penganggu pada periode t dengan adanya kesalahan pada periode t-1 ( periode sebelumnya ). Hal ini muncul karena adanya faktor residual ( kesalahan penganggu ) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Konsekuensi dari auto korelasi adalah 0

meskipun penafsiran bias dan tetap tetap konstan, tetapi penafsiran tersebut tidak lagi efisien. Disamping itu parafsian menunjukkan gambaran yang menyimpang dari nilai populasi yang sebenarnya. Aturan yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah : Jika angka Durbin Watson berada antara 2 dan -4, maka tidak terjadi problem auto korelasi. Jika angka Durbin Watson tidak berada antara 2 hingga 4, maka terjadi problem autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Aturan yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah : 1. Jika penyebaran data pada scatter plot teratur dan membentuk pola tertentu (naik, turun, mengelompok menjadi satu) maka terjadi problem heteroskedastisitas. 2. Jika penyebaran data pada scatter plot tidak teratur dan tidak membentuk pola tertentu (naik, turun, mengelompok menjadi satu) maka tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Gambar 4.3. Heterokedastisitas
Scatterplot

Dependent Variable: CSR


4

Regression Studentized Deleted (Press) Residual

-2

-4 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Dari gambar 4.3 terlihat titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi problem heteroskedastisitas. 4.3. Uji Hipotesis

Analisis regresi berganda dapat diketahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Regresi Berganda
a Coe fficients

Model 1

(Constant) size Ukuran Dew an Komisaris Leverage Profitabilitas Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial

Unstandardized Coefficients B Std. Error ,747 ,016 -4,422 ,000 ,006 ,003 ,006 ,003 4,760 ,000 2,620 ,000 3,418 ,000

Standardized Coefficients Beta -,349 ,199 ,202 ,048 ,023 ,028

t 45,996 -3,813 2,043 2,143 ,545 ,265 ,275

Sig. ,000 ,000 ,043 ,034 ,587 ,792 ,784

a. Dependent Variable: CSR

Sumber : Data sekunder diolah, 2012 Persamaan regresi berganda yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut : Y= 0,747 - 4,422 + 0.006 + 0,006 + 4,760 + 2,620 + 3,418 + e Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan dan diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Koefisien Size sebesar -4,422 dapat disimpulkan bahwa variabel size mempunyai pengaruh negative terhadap CSR 2. Koefisien ukuran dewan komisaris sebesar 0,006 dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif terhadap CSR. 3. Koefisien leverage sebesar 0,006 dapat disimpulkan bahwa variabel leverage mempunyai pengaruh positif terhadap CSR. 4. Koefisien profitabilitas sebesar 4,760 dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap CSR. 5. Koefisien kepemilikan institusional sebesar 2,620 dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif terhadap CSR. 6. Koefisien kepemilikan manajerial sebesar 3,418 dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap CSR. 1. Uji Signifikan (Uji t) Pembuktian koefisien regresi dimaksudkan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen (X) yaitu variabel size, ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, kepemilikan instisional dan kepemilikan manajerial. (Uji t) terhadap variabel dependen (Y), sarana pengujian untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.3 uji individual (uji t) sebagai berikut :

1. Variabel size sebesar -2,813 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel size signifikan terhadap CSR 2. Variabel ukuran dewan komisaris sebesar 2,043 dengan tingkat signifikansi 0,043 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris signifikan terhadap CSR 3. Variabel leverage sebesar 2,143 dengan tingkat signifikansi 0,034 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage signifikan terhadap CSR 4. Variabel profitabilitas sebesar 0,545 dengan tingkat signifikansi 0,597 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel protabilitas tidak signifikan terhadap CSR 5. Variabel kepemilikan institusional sebesar 0,265 dengan tingkat signifikansi 0,597 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan instusional tidak signifikan terhadap CSR 6. Variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,275 dengan tingkat signifikansi 0,784 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap CSR 2. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan dalam tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.4 Koefisien Determinasi
Model Sum m ary Model 1 R .415 a R Square .172 Adjusted R Square .127 Std. Error of the Estimate .02400

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial , Kepemilikan Ins titus ional , Prof itabilitas, s iz e, Leverage, Ukuran Dew an Komisaris

Sumber : Data sekunder diolah, 2012 Dari tabel 4.4 hasii regresi didapat angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,127 atau 12,7 %. Koefisien determinasi menggunakan Adjusted R Square jika terdapat lebih dari dua variabel bebas. 3. Pembahasan Pembahasan dalam peneltiian ini adalah size sebesar -2,813 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel size signifikan terhadap CSR. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Thodera (2007) dan Edy Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa size berpengaruh positif terhadap CSR.

Ukuran dewan komisaris sebesar 2,043 dengan tingkat signifikansi 0,043 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris signifikan terhadap CSR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Thodera (2007) dan Edy Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap CSR. Leverage sebesar 2,143 dengan tingkat signifikansi 0,034 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage signifikan terhadap CSR Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Thodera (2007) dan Edy Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap CSR. Profitabilitas sebesar 0,545 dengan tingkat signifikansi 0,597 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel protabilitas tidak signifikan terhadap CSR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Edy Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap CSR. Kepemilikan institusional sebesar 0,265 dengan tingkat signifikansi 0,597 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan instusional tidak signifikan terhadap CSR. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Indah (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap CSR. Kepemilikan manajerial sebesar 0,275 dengan tingkat signifikansi 0,784 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap CSR Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Febriana (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tdak berpengaruh terhadap CSR.

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dari data dalam penelitian mengenai pengaruh dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian size signifikansi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara size dengan CSR. Ukuran dewan komisaris signifikansi sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh CSR. leverage signifikansi sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage ada pengaruh dengan CSR 2. Profitabilitas sebesar 0,545 dengan tingkat signifikansi 0,597 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel protabilitas tidak signifikan terhadap CSR. Kepemilikan institusional sebesar 0,265 dengan tingkat signifikansi 0,597 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan instusional tidak signifikan terhadap CSR. kepemilikan manajerial sebesar 0,275 dengan tingkat signifikansi 0,784 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap CSR Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi investor dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam pengambilan keputusan investasi saham, terutama dalam menilai kegiatan atas lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan dalam laporan anual report yang dikeluarkan. 2. Bagi pihak manajemen perusahaan untuk menyajikan dan mengungkapkan kegiatan sosialnya secara transparan 3. Bagi mahasiswa untuk menambah wawasan tentang praktek-praktek yang terjadi di bidang akuntansi khususnya dalam hal corporate sosial responbility 4. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini menjadi masukkan untuk penelitian mendatang mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi corportate social responbility Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih bisa dikembangkan dengan melihat keterbatasan penelitian ini dapat dijadikan sebagai revisi untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan penelitian berikut ini adalah : 1. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan manufaktur yang go public 2. Periode penelitian ini hanya 3 tahun berturut turut yaitu tahun 2008 2010 3. Penelitian ini hanya mencakup pada bidang yang diteliti yaitu corporate social responbility yang didasarkan pada size, ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial

Agenda Penelitian Yang Akan Datang Melihat dari hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, maka dapat diberi masukan bagi penelitian selanjutnya agar menjadi lebih baik adlah sebagi berikut : 1. Dalam penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian terhadap perusahaan perusahaan di sektor lain seperti property dan perbankan 2. Perlu dipertimbangkan periode penelitian ( lebih dari 3 tahun ) agar hasilnya dapat mewakili kondisi yang ada dengan menggunakan sampel yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA Ambadar, J., 2008. Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia. Edisi 1, Penerbit Elex Media Computindo. Anggraini. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9. Ansah, Steven O. 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from Zimbabwe Stock Exchange. Accounting and Business Research Journal. pp 241-254. Beasley, Mark S, (1996), An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud, The Accounting Review, Vol. 71 No.4 pp 443-465. Dahlia & Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi 11. Fitria. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Skripsi Mahasiswa S-1 Tidak Dipublikasikan. Surakarta: FE UNS. Feb. 20011. Pengaruh Corporate Sosial Respobility terhadap Kinerja Keuangan. SNA Aceh 2011. Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Nur, I dan Bambang S. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen. BPFE.Jogjakarta. Pratana Puspa Midiastuty dan Masud Mahfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, 2003.

Harahap, Sofyan Safri. 2003. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Machmud dan Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan : Study Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2006. Simposium Nasional Akuntansi 11. Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 4. Nofandrilla. 2008. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Mahasiswa S-1 Tidak Dipublikasikan. Surakarta: FE UNS. Nurlela dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta). ). Simposium Nasional Akuntansi 11. Rahayu. 2008. Pengaruh Tingkat Ketaatan Pengungkapan Wajib dan Luas pengungkapan Sukarela terhadap Kualitas Laba. Simposium Nasional Akuntansi 11. Roberts, R.W. (1992), Determinants Of Corporate Social Responsibility Disclosure: An Application Of Stakeholder Theory, Accounting, Organisations and Society, Vol. 17 No. 6, pp. 595-612. Sayekti dan Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coeficient (ERC). Simposiun Nasional Akuntansi 10.

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. 4th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sembiring. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 8. ----------------------------------. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan., Simposium Nasional Akuntansi 6.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai