Anda di halaman 1dari 19

Kejang demam

Definisi
Kejang pada anak, biasanya pada usia 6 bulan 5 tahun, yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal > 38 C ) dan bukan disebabkan oleh infeksi SSP atau penyebab lain Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang kembali saat demam tidak termasuk kejang demam.

Epidemiologi
lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan 70 80% KD sederhana 20 - 30% KD kompleks

Etiologi
Terdapat interaksi 3 faktor : 1. imaturitas otak dan termoregulator 2. Demam ----> kebutuhan O2 me ningkat 3. Predisposisi genetik > 7 lokus kromosom ( poligenik, autosomal dominan )

Cont
Penebab demamnya sendiri : ISPA 38% Otitis media 23% Pneumonia 15% Gastroenteritis 7% Pasca vaksinasi ( DTwP, campak ) 25 per 100 000 anak yang di vaksinasi

Patofisiologi

Klasifikasi

Dx
ditegakkan dengan menyingkirkan penyakitpenyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat,perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural pada system saraf, misalnya epilepsi Perlu anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini

Anamnesis
- waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang sifat kejang (fokal atau umum) Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik) Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis) Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun) Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE) Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau epilepsi) Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi) Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan Trauma kepala

Px fisik
Tanda vital terutama suhu Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindahpindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular. Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.

Cont
Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas. Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus. Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE) Pemeriksaan refleks patologis Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)

Px lab
Darah tepi lengkap penyebab demam Elektrolit, glukosa darahdiare, muntah, hal lain yang dpt mengganggu keseimbangan elektrolit atau gula darah. Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal , gangguan metabolisme Kadar TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS , meningkat , Ensefalitis akut /Ensefalopati

Pemeriksaan penunjang
Lumbal Pungsi : curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur di antara 12-18 bulan dianjurkan. EEG tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK CT-scan atau MRI tidak dilakukan pd KDS yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami KDK untuk menentukan kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel

Management

Prevensi

Prognosis dan Komplikasi


Ada 2 risiko KD 1. KD berulang 30 40% biasanya pada tahun pertama 2. Epilepsi ( 2 4% )

Edukasi
Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kejang dapat berulang Menjelaskan hal-hal yang dapat dan tidak boleh dilakukan saat kejang terjadi (contoh: tidak memasukkan barang ke dalam mulut pasien, tidak mencegah gerakan pasien, memposisikan pasien miring untuk mencegah aspirasi, dll.). Menempatkan pasien di tempat yang aman. Memberikan oralit setiap habis diare, diminumkan sedikit demi sedikit. Jika anak muntah, tunggu 10 menit, lanjutkan minum. Lanjutkan makan dan minum, perbanyak jenis makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran

Anda mungkin juga menyukai