Anda di halaman 1dari 6

TRI RAHAYU WULANSARI 15409069 PL 4010 Kapita Selekta Perencanaan Wilayah dan Kota

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DI KOTA BANDUNG


Kota Bandung mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun ini. Hampir seluruh bagian wilayah kota dipenuhi dengan aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan peran Kota Bandung sebagai core dalam Metropolitan Bandung Raya memicu padatnya aktivitas ekonomi di Kota Bandung. Tingginya aktivitas ekonomi meningkatkan pergerakan tak hanya di internal kota, tetapi juga pergerakan komuter dari suburban area dan hinterland kota. Seharusnya pergerakan yang tinggi ini didukung dengan sistem transportasi yang terintegrasi dan memadai dalam segi kuantitas maupun kualitas.

Kondisi Transportasi Seiring berkembangnya kota, permasalahan transportasi Kota Bandung semakin bertambah dan beragam. Kemacetan terjadi di 32 titik dan hampi 80% terjadi di jalan dalam kota. Kemacetan juga telah menyebabkan tingginya biaya transportasi akibat kemacetan dan tingginya persentase emisi gas buang. Dari segi angkutan umum, permasalahannya adalah biaya angkutan yang sangat mahal, okupansi rendah dan kualitas pelayanan yang buruk. Penyediaan jaringan jalan sekitar 15 tahun terakhir tidak bertambah secara signifikan. Begitupun yang terjadi pada angkutan umum, angka pertambahan sangat kecil untuk jumlah armada dan kapasitas angkut. Penyediaan jaringan jalan di Kota Bandung saat ini masih belum bisa mencukupi demand yang sangat tinggi. Persentase luas jaringan jalan hanya sekitar 3% dibandingkan luas wilayah Kota Bandung. Kondisi jalan yang rusak juga menurunkan ketersediaan jaringan jalan. Struktur hierarki fungsi jaringan jalan yang tidak sesuai menyebabkan lalu lintas tidak sesuai konsep hierarki fungsi jaringan dan banyak terjadinya bottle-neck. Tingginya hambatan samping karena pengunaan badan jalan untuk parkir, menyebabkan kapasitas dari jaringan jalan berkurang. Ketersediaan jaringan jalan yang seperti ini juga berkontribusi pada tingginya angka kemacetan di Kota Bandung. Permasalahan juga terjadi pada simpul transportasi yang kinerjanya belum optimal. Lokasi terminal penumpang yang kurang strategis menyebabkan banyak munculnya terminal bayangan dan pada akhirnya menyebabkan kemacetan karena mengganggu

lalulintas. Selain itu, kinerja terminal angkutan barang juga belum optimal. Hal ini berdampak pada lalulintas angkutan barang tidak teratur dan distribusi barang kurang efisien. Seperti yang disebutkan sebelumnya, angkutan umum di Kota Bandung juga memiliki banyak masalah. Meskipun angka pertambahan armada relative kecil, tetapi sebenarnya jumlah armada angkutan umum cukup besar dengan kapasitas yang rendah. Angkutan umum didominasi oleh angkutan kota dengan jumlah sekitar 5000 armada pada 38 trayek yang ditentukan. Banyaknya trayek yang overlap dan sistem pengusahaan yang bersifat setoran menyebabkan gangguan lalulintas dan berdampak pula pada kemacetan. Angkutan umum non trayek seperti taksi juga belum memberikan peran yang berarti padahal jumlah armada bertambah cukup banyak. Ojek sepeda motor dan becak juga banyak beroperasi di Kota Bandung dan menyebabkan tingginya biaya angkutan dan lalulintas angkutan yang tidak teratur. Secara keseluruhan, peran angkutan umum di Kota Bandung semakin berkurang karena tidak adanya angkutan umum massal. Permasalahan-permasalahan transportasi seperti yang dijelaskan sebelumnya sebenarnya berdampak pada permasalahan utama, yaitu kemacetan. Solusi untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Kota Bandung sangat kompleks karena faktor penyebabnya juga kompleks. Penyebab lainnya adalah penggunaan moda transportasi pribadi yang meningkatkan volume pergerakan di jaringan jalan, padahal seperti yang -diketahui, kapasitas jaringan jalan di Kota Bandung sangat kecil. Faktor-faktor penyebab kemacetan di Kota Bandung tidak hanya dari aspek tranportasi itu sendiri, tapi dari aspek lainnya seperti tata guna lahan yang tidak teratur dan mengakibatkan distribusi pergerakan antar guna lahan menjadi semrawut Dinas Perhubungan Kota Bandung menentukan adanya upaya pemecahan jangka pendek dan jangka panjang. Upaya pemecahan jangka pendek yang ditawarkan adalah sebagai berikut: Manajemen dan rekayasa lalu lintas di 69 titik dari 72 titik rawan, Perbaikan jalan, trotoar dan taman, Penambahan fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka) dan fasilitas pendukung (shelter/halte) serta optimalisasi ATCS. Penempatan personil di lapangan untuk pengaturan dan pengendalian, Penertiban PKL di 7 titik dan relokasi PKL di Jl. Sudirman ke Pasar Ciroyom dan Pasar Andir Sosialisasi pintu masuk Kota Bandung bukan hanya dari Pintu Tol Pasteur tetapi juga dari Pintu Tol Pasir Koja, Kopo, M. Toha, Buah Batu (untuk mengurangi kepadatan kendaraan di Pintu Tol Pasteur dan Jl. Dr. Djunjunan). Penertiban pasar tumpah Penertiban terminal liar

Penertiban Angkutan di luar kota. Pergeseran Waktu Kegiatan/kerja Sosialisasi hukum. Penataan bukaan persil. Larangan masuk kendaraan pribadi pada suatu ruas jalan tertentu dengan catatan peningkatan Standar Pelayanan Minimum untuk angkutan umum masal. Pada hari Sabtu dan Minggu/Libur, fasilitas parkir gedung pemerintah dibuka untuk umum. Mensyaratkan penyediaan fasilitas parkir pada pembangunan baru dengan kapasitas 2 x kebutuhan parkir. Penertiban penggunaan badan jalan sebagai garasi kendaraaan. peraturan (tentang disiplin berlalu lintas di jalan) dan penegakkan

Dari upaya-upaya tersebut tidak ada upaya yang dapat menjadi solusi strategis untuk kemacetan pada jangka pendek. Mayoritas dari upaya-upaya tersebut lebih bersifat taktis. Tidak terdapat pula prioritas penanganan kemacetan yang dapat dipertimbangkan dengan mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab utama. Permasalahan kemacetan juga muncul karena tingginya beban pergerakan pada sistem tranportasi jaringan jalan. Seharusnya permasalahan ini bisa diselesaikan juga dengan adanya pembagian peran antara sistem jaringan jalan dan rel kereta api. Akan tetapi, kinerja pelayanan jaringan rel dan angkutan kereta api masih terbatas baik dari segi cakupan jaringan maupun sistem angkutan.

Rencana Pengembangan Tranportasi di Kota Bandung Rencana pengembangan transportasi merupakan upaya jangka panjang dalam menyelesaikan permasalahan transportasi Kota Bandung. Berikut adalah rencana pengembangan transportasi yang akan dilakukan: Pemantapan hirarki jalan pada sistem jaringan primer di Kota Bandung; Pemantapan hirarki jalan kolektor primer di Kota Bandung; Restrukturisasi hirarki jalan pada sistem jaringan sekunder; Pembangunan jalan tol; Pembangunan jalan layang; Rencana pengembangan terminal terpadu dan terminal kota; Rencana penerapan Manajemen Kebutuhan Transportasi; Rencana pengembangan Sistem Angkutan Umum (SAUM); Pemantapan sistem jaringan transportasi kereta api;

Pembangunan jalur sepeda. Pemantapan Transportasi Udara Dari rencana pengembangan transportasi yang disebutkan, rencana pembangunan jalan layang merupakan rencana yang perlu dikaji lebih jauh. Pembangunan jalan layang yang akan dilakukan terdiri atas: jalan layang Jl. Setiabudhi - Jl. Siliwangi; jalan layang Jl. Nurtanio - rel KA; jalan layang Jl. A.Yani - rel KA; jalan layang Jl. Sunda - rel KA; jalan layang Jl. Braga - rel KA; jalan layang Jl. Arjuna - rel KA; jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta - Jl. Buah Batu; jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta - Jl. Ibrahim Adjie; jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta - Jl. Mochamad Toha; jalan layang persimpangan Jl. Gedebage - Tol Padaleunyi. Jalan layang persimpangan Jl. Soekarno Hatta Jl. Kopo Pembangunan jalan layang tersebut merupakan solusi untuk memecahkan masalah kemacetan atau tingginya volume pergerakan di ruas jalan tersebut. Selain biaya konstruksi yang cukup mahal, pembangunan jalan layang akan berdampak pada kegiatan ekonomi yang ada saat ini. Pasca konstruksi, kemungkinan kegiatan ekonomi di sekitar jalan layang akan mati. Pembangunan jalan layang juga akan mengubah citra kota Bandung. Meskipun rencana ini merupakan solusi yang cukup ampuh untuk mengurai kemacetan, tetapi perlu dipertimbangkan kembali apakah pembangunan jalan layang tersebut tepat pada ruas jalan tersebut. Rencana lainnya yang perlu ditinjau adalah rencana penerapan strategi Manajemen Kebutuhan Transportasi. Rencana yang akan dilakukan adalah pengembangan strategi manajemen parkir yang bersifat sistem zona dan gedung parkir, pengembangan strategi pengenaan tarif di jalan (ERP) di sekitar pusat kota, dan pengembangan alternatif moda yang mendorong pergerakan ke pusat kota dengan memprioritaskan penggunaan moda angkutan publik. Untuk pengembangan manajemen parkir, rencananya akan dilakukan sistem pengoperasian robot parkir pada gedung parkir. Ditinjau dari segi biaya, pengembangan sistem ini memerlukan biaya yang cukup tinggi.

Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengembangan sistem angkutan umum massal merupakan salah satu rencana pengembangan sistem transportasi di Kota Bandung. Secara rinci, rencana pengembangan angkutan umum yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: aplikasi sistem transportasi terpadu; optimalisasi sistem transportasi terpadu; optimalisasi kebijakan penetapan tarif; penyediaan sarana dan prasarana angkutan umum pemadu moda; peremajaan moda dan peningkatan kapasitas Angkutan Umum; penerapan laik fungsi kendaraan angkutan umum dengan uj emisi gas buang; penertiban dan Pengendalian Angkutan Lingkungan (ojeg dan becak); peningkatan Kinerja Operasional Taksi dengan mengatur jumlah taksi yang beroperasi sesuai dengan Permintaan; program Sertifikasi Pengemudi Angkutan Kota; penertiban dan Peningkatan fungsi Halte; penertiban Pergerakan Angkutan AKAP (Angkutan Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi); peningkatan sistem kelembagaan sektor transportasi; peningkatan Peran serta Swasta dalam pengembangan angkutan umum. Rencana pengembangan tersebut pada umumnya merupakan solusi dari

permasalahan angkutan umum yang ada saat ini. Rencananya akan diterapkan sistem angkutan umum massal yaitu pengembangan MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rapid Transit), BRT (Bus rapid Transit), monorel, dan cable car (Kereta Gantung). Untuk pengembangan Bus Rapid Transit, sebenarnya telah dijalankan sistem angkutan ini sejak akhir tahun 2009 dengan nama Trans Metro Bandung pada koridor Elang (Cibereum Soekarno Hatta Cibiru). Sistem ini akan dikembangkan menjadi 13 trayek, dengan 4 trayek diantaranya merupakan trayek antar kota di Metropolitan Bandung. Pengembangan trayek ini diharapkan menjadi salah satu solusi dari masalah pergerakan di metropolitan Bandung Raya. Hal ini karena permintaan perjalanan metropolitan bandung lebih besar dua kali lipat dari perjalanan internal Kota Bandung, ini mencerminkan beban pergerakan yang ditanggung jaringan jalan di Kota Bandung sangat besar dan seharusnya ada angkutan umum transit yang langsung menghubungkan kota-kota di Metropolitan Bandung Raya dengan Kota Bandung.

Seperti kritik pada pengembangan jalan layang di Kota Bandung, pengembangan monorel dan cable car perlu dipertimbangkan dalam segi citra kota. Perlu dipertimbangkan juga mengenai keberlanjutan penggunaannya, apakah sebenarnya penggunaan sistem angkutan umum massal seperti ini sesuai dengan karakteristik masyarakat Kota Bandung. Secara menyeluruh, apakah rencana pengembangan sistem angkutan umum massal ini juga telah mempertimbangkan sistem angkutan yang ada saat ini. Misalnya bagaimana selanjutnya peran angkutan kota yang hingga saat ini telah berkontribusi dalam perekonomian (lapangan kerja) diintegrasikan dengan sistem angkutan umum massal yang akan direncanakan.

Kesimpulan Sistem transportasi di Kota Bandung memiliki permasalahan yang cukup kompleks, dampaknya adalah kemacetan yang sulit untuk diselesaikan. Solusi yang diusulkan bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Dari solusi jangka pendek yang diusulkan, seharusnya ditentukan solusi yang paling strategis dapat menjawab masalah-masalah trasnportasi terutama kemacetan secara cepat. Dengan bermacamnya faktor penyebab kemacetan, seharusnya solusi-solusi yang diusulkan juga harus diprioritaskan. Pengembangan transportasi yang direncanakan merupakan solusi jangka panjang terhadap masalahmasalah transportasi yang terjadi. Akan tetapi, rencana-rencana ini perlu dikaji secara matang mengenai keberlanjutannya dan dampaknya terhadap kegiatan ekonomi dan citra fisik kota. Sebenarnya permasalahan tranportasi di Kota Bandung tidak hanya dapat diselesaikan melalui upaya-upaya dari aspek transportasi saja, penataan ruang yang sesuai dengan rencana dan pengendalian pemanfaatan ruang yang baik dapat menjadi solusi yang strategis karena sistem transportasi muncul untuk menjawab pergerakan yang timbul karena adanya kegiatan-kegiatan ekonomi pada guna lahan yang ada di Kota Bandung.

Anda mungkin juga menyukai