Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Radiologi beserta Gambarannya pada Penderita Benign Prostatic Hyperplasia Abstrak: Benign Prostat Hyperplasia (BPH) ialah

pertumbuhan jinak dari kelenjar prostat sehingga kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan ke dalam kandung kemih dan menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral serta pembatasan aliran urinarius. Umumnya gangguan ini terjadi pada pria lebih tua dari 50 tahun akibat perubahan hormonal. Manifestasi klinik pada BPH diantaranya hesistensi (harus menggunakan waktu lama untuuk memulai miksi), pancaran waktu miksi lemah, miksi terputus, miksi tidak puas, urgensi (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin), frekuensi sering, frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nokturia), nyeri ketika kencing (disuria). Penegakan diagnosis selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, juga diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan ialah foto polos abdomen, intravena pyelografi (IVP), USG trans abdominal maupun trans rektal, maupun CT-Scan. Kata Kunci: Benign Prostat Hyperplasia, pemeriksaan radiologi. Isi: Seorang pasien laki-laki, 66 tahun, datang ke poli bedah dengan keluhan sulit buang air kecil selama 2 tahun terakhir. Pasien sudah pernah di obati, namun jika obat habis pasien sulit buang air kecil. Ketika akan buang air kecil terasa sakit dan panas, hanya menetes sedikit, lalu macet total. Pasien kemudian dikirim ke instalasi radiologi untuk dilakukan pemeriksaan radiologi USG abdomen. Keadaan umum: baik, compos mentis. TD: 130/70 mmHg, nadi: 78 x/menit, RR: 24 x/menit, suhu: 36,8oC. Diagnosis: Benign Prostat Hyperplasia Diskusi: Diagnosis Benign Prostat Hyperplasia dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan diantaranya : Foto polos abdomen, dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan seperti batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih. Intravenous Pyelogram (IVP), kontras disuntikkan melalui vena dan kemudian difoto menggunakan sinar X. Pada IVP ditemukan elevasi pada intraureter menghasilkan bentuk J-ureter (fish-hook) atau mata kail. USG, dapat dilakukan secara transabdominal atau transrektal (trans rectal ultrasography = TRUS). Dengan TRUS dapat diukur pembesaran prostat dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor, batu. Berguna untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Dikatakan Benign prostat hyperplasia jika pada USG ditemukan pembesaran kelenjar pada zona sentral, nodul hipoechoid, kalsifikasi antara zona sentral dan volume prostat > 30 ml. CT-Scan, pada CT-Scan ditemukan gambaran prostat meluas di atas ramus superior simfisis pubis. Pada kasus ini pemeriksaan penunjang radiologi yang dilakukan adalah pemeriksaan USG abdomen, dengan hasil tampak prostat ukuran 5,6 x 4,3 x 4,85 cm, tidak tampak nodul dan kalsifikasi. Kesan : pembesaran prostat (berat sekitar 61 gr). Kesimpulan:

Diagnosis Benign Prostat Hyperplasia (BPH) dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi, diantaranya foto polos abdomen, intravena pyelografi (IVP), USG transabdominal maupun transrektal, maupun CT-Scan. Referensi: 1. De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta. 2. Palmer, P. E. S. 1995. Petunjuk membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC. 3. Patel, P. R. 2007. Lecture Notes: Radiologi Ed. 2. Surabaya: Erlangga. 4. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 5. Sjamsuhidayat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC Penulis: Nugroho Wirastanto, Bagian Ilmu Radiologi, RSUD Djojonegoro, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai