Anda di halaman 1dari 2

Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Abses Peritonsiler Abstrak Abses peritonsiler (Quinsy) adalah penimbunan pus yang

terlokalisir atau terbatas di jaringan longgar antara tonsil dan fossa tonsilaris. Abses peritonsil termasuk abses leher dalam sebagai akibat perjalaran infeksi dari gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher yang mengakibatkan peradangan serta abses (cenderung unilateral). Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme aerob maupun anaerob. Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes ( Group A beta-hemolitik streptoccus ), sedangkan organisme anaerob yang berperan adalah fusobacterium. Gejala dan tanda klinik setempat berupa nyeri dan pembengkakan akan menunjukkan lokasi infeksi. Prosedur diagnosis terbaik (gold standar) dengan melakukan pungsi atau aspirasi jarum (needle aspiration). Penatalaksanaan pada abses peritonsiler meliputi drainase, medikametosa (analgesik, antibiotik), dan tonsilektomi. Kata Kunci : Abses peritonsiler, penegakan diagnosis, penatalaksanaan Isi Pasien, laki-laki, berusia 55 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan nyeri ketika menelan selama 2 hari terakhir. Selain itu pasien juga mengeluh pundak kanan terasa pegal, sulit untuk membuka mulut sehingga kesulian untuk makan dan minum. Pasien sebelumnya juga mengeluh sering sakit dan panas pada tenggorokan. Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. KU: compos mentis, TD: 125/75 mmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 35,2 oC. Pemeriksaan status lokalis pada Telinga: otorea (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), membran timpani utuh (+/+), tanda peradangan(-/-). Hidung rhinorea (-/-). Nyeri tekan (-/-), konka hipertrofi (-/-), epistaksis (-/-). Tenggorok tonsil hipertrofi T3-T3, tanda kronis (+), tanda peradangan akut (+), uvula edema (+), nanah (+), trismus (+), hot potato voice (+), fluktuasi (+), jaringan granulasi (-), post nasal drip (-), secret orofaring (-). Diagnosis: Abses Peritonsiler Terapi Pada pasien dilakukan tonsilektomi 3-4 hari post drainase, sedangkan terapi medikametosa yang diberikan yaitu Cefim (antibiotik) injeksi 1 gr/12 jam, kalmetason (antiinflamasi) 1 amp/8 jam. Diskusi Pada kasus ini diagnosis abses peritonsiler ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang ditemukan pada pasien diantaranya nyeri ketika menelan, trismus, tonsil hipertrofi, uvula edema, terdapat pus pada kripte tonsil, berbicara seperti makan makanan panas (hot potato voice). Prosedur diagnosis terbaik (gold standar) peritonsiler abses dengan melakukan pungsi atau aspirasi jarum (needle aspiration) yang akan menemukan material yang bernanah (purulent) Penatalaksanaan pada abses peritonsiler meliputi 2 stadium, yaitu: a. Stadium infiltrat, yaitu antibiotika dosis tinggi ,analgesik, berkumur air hangat, kompres dingin pada leher. b. Stadium abses, meliputi

Insisi/drainase, dilakukan pada daerah yang paling bombans, titik temu garis horizontal melalui dasar uvula dan garis vertikal melalui arcus anterior atau pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit. Setelah insisi akan dilakukan tonsilektomi. Berdasarkan waktunya, tonsilektomi pada abses peritonsiler dibagi menjadi 3: langsung (immediate tonsilectomy atau a chaud), 3-4 hari post drainase abses(tonsilectomy a tiede) menunggu fase tenang, 4-6 minggu post insisi (tonsilectomy a froid). Tonsilektomi merupakan prosedur yang aman yang dapat membantu drainage sempurna dari abses jika tonsil diangkat. Indikasi untuk tonsilektomi segera (langsung/immediate) pada abses peritonsiler : Obstruksi jalan nafas atas. Sepsis dengan adenitis servikalis atau abses leher bagian dalam. Riwayat abses peritonsiler sebelumnya. Riwayat faringitis eksudativa yang berulang. Pada kasus ini dilakukan insisi yang dilanjutkan dengan tonsilektomi 3-4 hari setelahnya. Tonsilektomi tidak dilakukan 4-6 minggu post insisi karena sering sudah terjadi perlengketan jaringan tonsil dengan jaringan sekitarnya, timbulnya jaringan parut dan fibrosis serta kapsul tonsilaris kurang mudah dikenali. Kesimpulan Penegakan diagnosis pada abses peritonsiler berdasarkan anamnesis, gejala fisik dan pemeriksaan penunjang. Prosedur diagnosis terbaik (gold standar) dengan melakukan pungsi atau aspirasi jarum (needle aspiration). Penatalaksanaan pada abses peritonsiler meliputi insisi (drainase) yang akan dilanjutkan dengan tonsilektomi, serta medikametosa yang meliputi antibiotik, analgesik, dan anti inflamasi. Referensi 1. Abidin, Taufik. 2006. Abses Peritonsiler. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Diakses dari www.scribd.com pada tanggal 3 November 2010. 2. Higler, P., Adams, B. 1997. Boeis Buku ajar Penyakit THT. Ed: 6. EGC: Jakarta 3. Roderthani, Ita L,. 2008. Abses Peritonsil: Kumpulan Kuliah Faringologi. FK. UMI: Medan 4. Soepardi, E, dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Ed: 6. FK UI: Jakarta 5. Tim FKUI. 2007. Buku Ajar THT Kepala dan Leher. Jakarta: Sagung Seto Penulis Nugroho Wirastanto, Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok, RSUD Djojonegoro, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai