Anda di halaman 1dari 49

Pembimbing : dr. Natalina, Sp.

Disusun oleh : Indah Kusuma Dewi

Ricke Angelina Putri


Martina Alifa Citra

No. catatan medik : 000902 Masuk RSUD Kab. Bekasi : 26 Desember 2011 Pukul : 08:00 WB

Nama Umur TTL Jenis Kelamin Agama

: : : : :

An. A 1 tahun 7 Bulan Bekasi, 20/juni/2010 Laki-laki Islam

Keluhan utama : os datang dengan keluhan kejang

Riwayat penyakit sekarang

Demam 3 hari hilang timbul

Kejang timbul keesokan harinya


Kejang dirasakan 7x dalam 1 hari Kejang bersifat umum, selama kurang dari 5 menit, Saat kejang mata melotot ke atas, di sertai tangan dan kaki kaku,

Setelah kejang pasien sadar Diantara 2 kejang pasien sadar

Riwayat penyakit dahulu

Pasien

pernah

mengalami

kejang

yang

didahului demam sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini

Riwayat imunisasi
Jenis BCG DPT POLIO CAMPAK Hepatitis B I 1 bulan 2 bulan 0 bulan 9 bulan lahir II 4 bulan 2 bulan 1 bulan III 6 bulan 4 bulan 6 bulan IV 18 bulan 6 bulan -

Pemeriksaan umum Keadaan Umum Derajat Kesadaran Nadi Respirasi Suhu TD BB TB

: tampak sakit sedang : compos mentis : 110 x/menit : 28 x/menit : 36,3oC per axillar : : 12 Kg : 88 cm

Pemeriksaan khusus

Kulit Kepala Mata Leher

: tidak sianosis, tidak pucat : normocephale : sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/: tidak ada pembesaran

Telinga
Hidung

: tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada serumen


: tidak deviasi, tidak fraktur

Tenggorokan : tidak hiperemis, T1-T1 Mulut : tidak sianosis, tidak kering

Dada : Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi
Perkusi

: iktus kordis teraba


: : SIC II LPSS : SIC IV LMCS : SIC II LPSD

Kiri atas Kiri bawah Kanan atas

Kanan bawah: SIC IV LPSS Auskultasi : BJ I dan II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada

Paru : Inspeksi : bentuk dan pergerakan hemitorak kanan dan kiri simetris Palpasi Perkusi Auskultasi : fremitus vocal dan taktil kanan dan kiri simetris : sonor pada seluruh lapang paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : datar, lemah, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal.

Ektremitas :
akral hangat, tidak ada edema

Parameter Hb Leukosit LED Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit Eritrosit Hematokrit Trombosit Tes widal Typhy O Typhy H Paratyphy AO Paratyphy AH Paratyphy BO Paratyphy BH Paratyphy CO Paratyphy CH

Satuan g/dl /mm Mm/jam % % % % % % Jl/mm3 % Ribu/mm3

Tanggal pemeriksaan 26/12/11 12 5000 15 0 1 3 40 45 11 3.9 36,5 276

1/320 -

Anamnesa :

Kejang 7x dalam 1 hari Didahului demam 3 hari yang lalu

Frekwensi kurang dari 5 menit


Kejang tonik klonik dan saat kejang mata melotot Diantara 2 kejang sadar Setelah kejang sadar kembali

Pemeriksaan fisik : Tidak ditemukan tanda-tanda kelainan Pemeriksaan penunjang : LED : 15 %

EEG CT Scan kepala

Antipiretik Paracetamol 3x1cth Antikonvulsan 0,2 mg x 12kgBB = 2,4 gr secara IV

Ad vitam Ad sanationam Ad fungsionam

: ad bonam : ad bonam : ad bonam

Tanggal

keluhan

Pmx /dx/plan

Terapi

27-12-09 S: Tidak ada kejang, tidak ada demam

O: KU : baik, CM HR:98 x/mnt; RR: 28 x/mnt TD : S : 370C BB : 12 kg TB : 88 cm A : kejang demam kompleks Susp epilepsi P: EEG dan CT Scan

-IVFD ka3n 3b 10 tpm -injeksi cefatoxim 2x500 grm - luminlal 2x300

28/12/11

Os tidak kejang, tidak ada demam,

KU : baik, CM HR:98 x/mnt; RR: 28 x/mnt TD : S : 370C BB : 12 kg TB : 88 cm A : kejang demam kompleks KU : baik, CM HR:98 x/mnt; RR: 28 x/mnt TD : S : 370C BB : 12 kg TB : 88 cm A : kejang demam komplek s

-IVFD KAEN 3B 10 tpm -cefotaxim 2x500 mg -luminal 2x300mg -sanmol syrup 4x1 cth

29/12/11

Os tidak kejang, tidak ada demam,

-IVFD kaen 3b 10 tpm -cefotaxim 2x500 mg -luminal 2x300mg -sanmol syrup 4x1 cth -Defacen 1x1cth

30-12-2011

Os tidak kejang, tidak ada demam,

KU : baik, CM HR:110x/mnt; RR: 28 x/mnt S: 37,1 C BB: 22 kg TB : 99 cm A : kejang demam kompleks

-IVFD kaen 3b 10 tpm -cefotaxime 2x500 mg -Sanmol syrup 4x1 cth -devacen 1x1 cth

Kejang Demam

Kejang demam kelainan neurologis akut yang terjadi pada suhu badan yang tinggi (38C di atas suhu rektal atau lebih) yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.

terutama pada anak umur 6 bulan - 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.

laki-laki > perempuan.

belum diketahui, tetapi :

umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang.

Faktor hereditas

8-22% anak yang mengalami kejang demam

mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam


pada masa kecilnya

Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah :


ISPA ; terutama tonsillitis dan faringitis otitis media akut gastroenteritis akut exantema subitum infeksi saluran kemih

imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili)

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari

neuron.

Kenaikan suhu tubuh mengubah keseimbangan dari membran sel neuron difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan

terjadi kejang.

Menurut Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua :

Kejang Demam Sederhana

Epilepsi yang diprovokasi demam

1.

Umur anak ketika kejang antara 6 bulan - 4 tahun

2.

Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15


menit Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1

3.

th tidak > 4 kali


4.

Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. 6.

Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal


Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan

1. 2. 3. 4.

Kejang lama dan bersifat lokal Umur lebih dari 6 tahun Frekuensi serangan lebih dari 4 kali / tahun EEG setelah tidak demam abnormal

1. 2. 3.

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks Kejang Demam Berulang

1.

Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat Kejang bersifat umum (tonik/klonik) Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang

2. 3. 4.

5.
6.

Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun


Temperatur lebih dari 39

1. 2. 3.

Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun Kejang berlangsung lebih dari 15 menit Kejang bersifat fokal/multipel

4.
5. 6. 7.

Didapatkan kelainan neurologis


EEG abnormal Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun Temperatur kurang dari 39

Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam


berulang antara lain:
1. 2. 3.

Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

Riwayat kejang demam dalam keluarga


Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal

4. 5.

Riwayat demam yang sering


Kejang pertama adalah kejang demam kompleks

demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara

tiba-tiba)

kejang tonik-klonik atau grand mal pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi

pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.

menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot , anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.

Sulit bernapas Busa di mulut Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat

menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan

kejang, di antaranya:

infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit adanya lesi structural pada system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.

No

Kriteri Banding

Kejang Demam

Epilepsi

Meningitis Ensefalitis

1.

Demam

Pencetusnya
demam

Tidak berkaitan Salah satu gejalanya


dengan demam demam

2.

Kelainan Otak

(-)

(+)

(+)

3.

Kejang berulang

(+)

(+)

(+)

4.

Penurunan kesadaran

(+)

(-)

(+)

Mengatasi kejang secepat mungkin Pengobatan penunjang Memberikan pengobatan rumat Mencari dan mengobati penyebab Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak

jangan sampai panas

Pengobatan akut

Atasi kejang :

diazepam iv dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu

3-5 menit.

diazepam rektal dosis 0,5-0,75 mg/kgBB atau

BB < 10 kg diazepam rektal 5 mg


BB > 10kg diazepam rektal 10 mg anak < 3 tahun diazepam rektal 5 mg anak > 3 tahun. diazepam rektal 7,5 mg

Terapi awal dengan diazepam Usia Dosis IV (infus)


(0.2mg/kg)

Dosis per rektal


(0.5mg/kg)

< 1 tahun 15 tahun 510 tahun > 10 years

12 mg 3 mg 5 mg 510 mg

2.55 mg 7.5 mg 10 mg 1015 mg

Jika kejang masih berlanjut :

diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam


30 menit Pemberian fenitoin 10-20mg/kgBB per infus dalam 30

menit dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang


dari 50mg/menit.

Profilaksis intermitten
campuran anti konvulsan dan antipiretika diberikan kepada anak selama episode demam. Antipiretik : paracetamol dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

Antikonvulsan : diazepam rectal dosis 5 mg pada anak dengan BB <10kg diazepam rectal 10 mg pada anak dengan BB >10kg diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam.

Profilaksis jangka panjang


1. 2.

Fenobarbital dosis 4-5 mg/kgBB/hari Sodium valproat / asam valproat dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

Kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %.

Terulangnya Kejang

25 s/d 50 % 6 bulan pertama dari serangan pertama.

Epilepsi

2,9 % dari KDS dan 97 % dari kejang demam


kompleks.

Hemiparesis
penderita yang mengalami kejang lama ( > 30 mnt)

Retardasi Mental kejang demam pada anak yang mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah

Anda mungkin juga menyukai