KOMISI A BIDANG ORGANISASI 1. Pembimas sebagai lembaga koordinatif dan Parisada sebagai operator wajib mematuhi tugas dan fungsi dan AD/ART-nya untuk dijadikan pedoman sesuai dengan tugas pokok dan tata kelola organisasi masing-masing dalam melakukan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi/instansi lainnya, agar tidak terjadi intervensi kewenangan organisasi/instansi lain. 2. Apabila terjadi permasalahan di antara organisasi/lembaga di bawah pembinaan Pembimas dan Parisada, agar diselesaikan dengan mengedepankan prinsip musyawarah dan mufakat. 3. Untuk mengoptimalkan pelayanan, bimbingan dan pembinaan umat sesuai dengan kebutuhan organisasi, maka rapat koordinasi berkala wajib dilakukan antar organisasi keagamaan Hindu, minimal sekali dalam setahun. 4. Kabid/Pembimas/Penyelenggara, Lembaga Agama (Parisada), Lembaga Keagamaan (Sosial dan Pendidikan), Ormas Hindu, dan organisasi keagamaan Hindu lainnya di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan daerah harus bermusyawarah dalam : a. Pengusulan anggaran dari Lembaga Agama (Parisada), Lembaga Keagamaan (Sosial dan Pendidikan), Ormas Hindu, dan organisasi keagamaan Hindu lainnya di daerah yang ditujukan kepada Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama R.I. wajib mendapatkan rekomendasi dari Kabid/Pembimas/Penyelenggara. b. Pengusulan anggaran dari Lembaga Agama (Parisada), Lembaga Keagamaan (Sosial dan Pendidikan), Ormas Hindu, dan organisasi keagamaan Hindu lainnya di daerah yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi, Kab./Kota) agar menembuskan permohonannya ke Dirjen/Kabid/Pembimas/Penyelenggara.
1. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, bimbingan dan pembinaan umat, diperlukan jaringan komunikasi yang lancar antara Parisada dengan Pemerintah dengan mengaktifkan website Ditjen/Kabid/Pembimas/ Penyelenggara dan Parisada Pusat dan Daerah serta menambah kolom diskusi. 2. Mensosialisasikan dan mengefektifkan Sad Dharma (darma tula, dharma wacana, dharma gita, dharma yatra, dharma sadhana, dan dharma santi).
3. Penguatan Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG), Pasraman, Lembaga Pendidikan Agama Hindu (LPDH), Badan Penyiaran Hindu (BPH) dan Kelompok Pesantian sebagai media pembangunan mental dan spiritual. 4. Mengoptimalkan fungsi Pura sebagai: tempat persembahyangan; tempat pengembangan pendidikan agama dan keagamaan; pengembangan seni dan budaya agama; pengembangan sosial kemasyarakatan; pengembangan ekonomi kerakyatan; dan pelayanan kesehatan dengan mengikuti tata aturan kesucian pura. 5. Mengefektifkan penggunaan bantuan dari pemerintah/lembaga BUMN atau BUMD kepada Lembaga Agama (Parisada), Lembaga Keagamaan (Sosial dan Pendidikan), Ormas Hindu, dan organisasi keagamaan Hindu lainnya untuk penguatan organisasi dan melaporkan penggunaan dana bantuan sebagai laporan pertanggungjawaban secara akuntabel. 6. Mensosialisasikan, mengkomunikasikan dan mengedukasi bhisama yang dikeluarkan oleh Parisada Pusat kepada masyarakat luas, sehingga dapat terimplementasikan secara merata oleh umat. 7. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ekonomi Umat untuk mencapai kehidupan Lokasamgraha (terwujud Umat Hindu yang cerdas, maju, mandiri, dan sejahtera).
Aset Lembaga Akte pendirian Lembaga Pensertifikatan tanah Pura Pensertifikatan asset Lembaga Bantuan lembaga perlu ditingkatkan Masalah Diksa Sulinggih Pembinaan Umat : Dharma Wacana, Dharma Tula Penyusunan Materi Buku Pelajaran (mengangkat kearifan local) Kurangnya staf pada Pembimas Hindu Struktur / Tipologi Pengurusan KTP Pengurusan Akte Perkawinan Strategi pemanfaatan dana pembinaan dari Pemda setempat Pembina dan pembinaan umat perhatian terhadap regenerisasi sulinggih, tidak ada dosen di PTN/PTS, kewenangan penempatan dosen di PTN dan PTS, serta data mahasiswa Hindu di PTN/PTS dipaksa untuk ikut mata kuliah agama lain. solusi kasus umat yang jarang/tidak ikut organisasi (banjar) kasus pencatatan pernikahan, permasalahan sampradaya (orang Hindu mengHindukan umat) SK LPDG yang dikeluarkan oleh Kakanwil.
B. Investigasi Pemerintah (Ditjen Bimas Hindu Pusat dan Daerah); Lembaga Agama (Parisada); Lembaga Keagamaan (Sosial dan Pendidikan); Ormas Hindu; Organisasi keagamaan Hindu lainnya;
2. Analisa Kasus Contoh : 1. Konversi Agama - Laporan ke Kantor / Temuan Lembaga - Tindak lanjut Laporan oleh Lembaga - Pengecekan Laporan ke lapangan - Pengumpulan fakta - Analisis fakta - Pertemuan Lembaga terkait - Pembuktian - Tahap penyelesaian kasus - Kesimpulan - Pengambilan keputusan - Strategi pembinaan umat 2. Kasus Pencatatan Perkawinan Kendala : - Sulitnya mendapatkan SK dari Pemerintah Daerah
Mendirikan pasraman percontohan dan Sekolah unggulan bernuansa Hindu yang kegiatannya meliputi: spiritual (meditasi dan yoga), pendidikan, kesehatan, olahraga dan ekonomi di tingkat provinsi/Kabupaten/Kota. Lembaga Agama (Parisada), Lembaga Keagamaan (Sosial dan Pendidikan), Ormas Hindu, dan organisasi keagamaan Hindu lainnya mengajukan proposal kepada Pemda Tingkat I/II untuk melaksanakan kegiiatan tahunan. Mendirikan PAUD bernuansa Hindu di setiap desa.
Mengusulkan kepada Ditjen Bimas Hindu dan Pemda Tingkat I/II agar tersedianya kantor Parisada Provinsi dan Kabupaten/Kota serta dana operasional dan maintenaince. Mengintruksikan kepada pengelola pendidikan agama dan keagamaan serta pasraman untuk melaksanakan pasraman kilat pada hari-hari libur awal dan akhir semester. Mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk diberikan libur untuk melaksanakan kegiatan keagamaan pada hari raya keagamaan Hindu (Ciwa Ratri, Saraswati, Galungan dan Kuningan). Membentuk lembaga penasihat pawiwahan. Mengusulkan dosen tetap Agama Hindu di PTS-PTS. Mengusulkan agar Pejabat Ditjen Bimas Hindu mengadakan Rakor/Konsultasi dengan Gubernur bersama dengan Parisada, Kabid/Pembimas/Penyelenggara secara berkala setiap tahun.
7 8 9